Serenada Hijau
Kupacu kudaku Kupacu kudaku menujumu Bila bulan menegur salam dan syahdu malam bergantung di dahan-dahan Menyusuri kali kenangan yang berkata tentang rindu dan terdengar keluhan dari batu yang terendam Kupacu kudaku Kupacu kudaku menujumu Dan kubayangkan sedang kautunggu daku sambil kaujalin rambutmu yang panang
1. 2. 3. 4.
Judul Pengarang Tahun Cetakan
: : : :
BIOGRAFI PENULISAN PUISI Serenada Hijau W.S. Rendra 1961 Pertama (1961) UNSUR INTRINSIK
1. Tema : Percintaan 2. Rima : Rima yang terdapat dalam sajak Serenada Hijau berfungsi untuk membentuk keindahan bunyi yang diwujudkan dengan pengulangan-pengulangan bunyi pada kalimat yang terdapat pada beberapa bait di dalamnya 3. Irama : Irama pada sajak ini terdapat pada “kupacu kudaku” yang menjadi penekanan menjadi penekanan sehingga menimbulkan estetika tersendiri. 4. Majas : a. Repetisi Kupacu kudaku Kupacu kudaku menujumu
b. Personifikasi Bila bulan Menegurkan salam Dan terdengar keluhan Dari batu yang terendam 5. Citraan Si aku sedang dalam sebuah perjalanan menuju tempat kekasihnya berada dengan menggunakan sebuah alat transportasi yang memiliki daya tahan yang kuat pada waktu malam tiba. Dalam perjalanannya itu, diiringi dengan suara -suara binatang yang mendiami dahan-dahan pohon pada malam hari. Suara yang menurut si aku membuat perjalanan malamnya menjadi syahdu. Saat menyusuri setiap jengkal jalan yang dilaluinya, dia merasa seperti bernostalgia dengan kenangan-kenangannya. Kenangan-kenan gan yang membuatnya menjadi sangat merindu, membuat suara hatinya yang selama ini bungkam menyuarakan isi hatinya karena rasa rindu dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi. Si aku semakin mempercepat perjalanannya untuk menuju ke tempat kekasihnya. Dia membayangkan kalau di sana, di tempat kekasihnya, kekasihnya tengah menunggu kedatangannya dengan memain-mainkan rambutnya yang panjang. 6. Tipografi Pada puisi ini Rendra membut puisi dengan tipografi huruf besar di awal kalimat, dan menggunakan tanda baca. UNSUR EKSTRINSIK
1. Biografi Pengarang Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academ y of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.
Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dala m negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah S eni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Hadiah Ya yasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan Achmad Bakri (2006). Karya Sajak/Puisi W.S. Rendra, Jangan Takut Ibu, Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak), Empat Kumpulan Sajak, Rick dari Corona, Potret Pembangunan Dalam Puisi, Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!, Nyanyian Angsa, Pesan Pencopet kepada Pacarnya, Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan), Perjuangan Suku Naga, Blues untuk Bonnie, Pamphleten van een Dichter, State of Emergency, Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api, Mencari Bapak, Rumpun Alang-alang, Surat Cinta, Sajak Rajawali, Sajak Seonggok Jagung