LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS MAKSILARIS
A. PENG PENGER ERTI TIAN AN Sinusitis adalah : merupakan penyakit penyakit infeksi sinus yang yang disebabkan oleh
kuman atau virus. Sinusitis berasal dua kata yaitu sinus dan itis. Akhiran umum dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis terjadi karena peradangan pada rongga-rongga udara di sekitar hidung yang diikuti oleh infeksi saluran pernafasan. Infeksi pada rongga sinus tersebut mengakibatkan memb memben entu tukny knyaa lend lendir ir sehin sehingg ggaa tersu tersumb mbatn atnya ya salu salura ran n udara udara melal melalui ui hidu hidung ng.. Penumpukkan lendir merupakan tempat berkembang biaknya bakteri. Sinusitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga sinus. Sinus atau sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk memperingan tulang tenggkorak. ongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis terle terletak tak di bagi bagian an dahi dahi,, sedan sedangk gkan an sinus sinus maks maksila ilari riss terle terletak tak di bela belaka kang ng pipi pipi.. Seme Sement ntara ara itu, itu, sinus sinus sphe spheno noid id dan dan sinu sinuss ethm ethmoi oid d terlet terletak ak agak agak lebih lebih dalam dalam di belakang rongga mata dan di belakang sinus maksilaris. !inding sinus terutama dibentuk oleh sel sel penghasil "airan mukus. #dara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang ke"il yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. $ika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan "airan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan. Sinusitis Sinusitis maksilaris maksilaris adalah dua rongga rongga berisi udara yang merelung merelung dalam tulang wajah, di bagian pipi. Sinus maksila disebut juga antrum %igh more, merupakan sinus yang sering terin terinfe feks ksi, i, oleh oleh karen karenaa &'( &'( meru merupa paka kan n sinu sinuss para parana nasal sal yang yang terb terbesa esar, r, &)( &)( leta letak k ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, &*( dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi &prosesus alveolaris(, sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, &+( ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.
Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Sinusitis akut dapat sembuh sempurna jika diterapi diter api dengan baik, tanpa tanpa adanya residu kerusakan jaringan mukosa. Sinusitis berulang terjadi lebih sering sering tapi tapi tidak tidak terjad terjadii kerusak kerusakan an signif signifika ikan n pada pada membra membran n mukosa mukosa.. Sinusi Sinusitis tis kronis kronis berlangsung selama * bulan atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari dua puluh hari. B. ETIOLOGI
a. inogen bstruksi dari ostium Sinus &maksilarisparanasalis( yang disebabkan oleh :
b.
•
initis Akut &influena(
•
Polip, septum deviasi
!entogen Penjalaran infeksidari gigi geraham atas /uman penyebab : -
Stre Strept pto" o"o" o""u "uss pneum neumo oniae niae
-
%am %amophil philu us infl influe uen naa
-
Step Stepto to"o "o"" ""u us virid iridan anss
-
Stap Staphy hylo lo"o "o"" ""u us aure aureu us
-
0ran 0ran"h "ham amel ella la "ata "atarh rhat atis is
Penyeba Penyebab b sinusi sinusitis tis akut akut ialah ialah &'( rinitis rinitis akut, akut, &)( infeks infeksii faring, faring, seprti seprti faringi faringitis tis,, adenoiditis, tonsilitis akut, &*( infeksi gigi rahang atas 1', 1), 1* serta P' dan P) &dentogen(, &dentogen(, &+( berenang berenang dan menyelam, menyelam, &2( trauma dapat menyebabka menyebabkan n perdarahan perdarahan mukosa sinus paranasal, &3( barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Sinusitis maksilaris dengan asal geligi. 0entuk penyakit geligi-maksilaris yang khusus bertanggung jawab pada '4 persen kasus sinusitis yang terjadi setelah gangguan pada
gigi. Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong ke"il tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut terangkat.
Gambar 8. a. Fistula oroantral b. Sinusitis maksilaris
C. PATOFISIOLOGI inosinusitis pada umumnya didahului dari infeksi saluran nafas atas akut yang
disebabkan virus, biasanya infeksi bakteri merupakan lanjutan infeksi virus. Infeksi virus tidak menunjukkan gejala sinusitis, tetapi menyebabkan inflamasi pada mukosa sinus, dan akan membaik tanpa terapi setelah ) minggu. Infeksi tersebut menyebabkan inflamasi mukosa termasuk mukosa komplek osteo meatal sehingga terjadi obstruksi ostium sinus yang menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. /eadaan ini menyebabkan perubahan tekanan ) didalamnya, terjadi tekanan negatif, permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat dan terjadi transudasi yang menyebabkan fungsi silia terganggu, retensi sekret yang terjadi merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman. 5irus yang sering menjadi penyebab adalah virus influena, "orona virus dan rinovirus. Seringkali infeksi virus ini diikuti infeksi kuman terutama kuman kokus &steptokokus pneumonia, stapilokokus aureus( dan %aemophilus Influena. /adang infeksi jamur dapat menyebabkan rinosinusitis terutama pada orang-orang dengan imunodefisiensi. D. ANATOMI SINUS Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang 6 tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara &ostium( ke dalam rongga hidung.
Se"ara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia *-+ bulan, ke"uali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 7 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 7-'4 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus 6 sinus ini umumnya men"apai besar maksimal pada usia antara '2-'7 tahun. Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 3-7 ml,sinus kemudian berkembang dengan "epat dan akhirnya men"apai ukuran maksimal,yaitu '2 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk pyramid. !inding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. stium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. !ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah '( dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar &P' dan P)(, molar &1' dan1)(, kadang 6 kadang juga gigi taring &8( dan gigi molar 1*,bahkan akarakar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis9 )( Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita9 *( stium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis. Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 3-7 ml. Sinus maksila berbentuk segitiga. !inding anterior adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya ialah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dining inferiornya ialah prosesua alveolaris dan palatum.
stium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
ambar ). Sinus paranasal dan ostiumnya E. TANDA DAN GEJALA •
ejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah, serta demam.
•
%ampir )2; dari pasien sinusitis akan mengalami demam yang berhubungan dengan sinusitis yang diderita.
•
ejala lainnya berupa wajah pu"at, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat, nyeri menelan, dan batuk. 0eberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala ditundukan ke depan.
•
Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan mengalami gejala lain yang berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata, dan bersin bersin.
•
ejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. ejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. ejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadangkadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. !irasakan hidung tersumbat,
rasa nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi.
•
di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring &post nasal drip(.
ambar . Pus pada meatus medius
ambar . Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis F. GEJALA KLINIS
a.
>ebris, filek kental, berbau, bisa ber"ampur darah
b.
".
-
Pipi : biasanya unilateral
-
/epala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
-
igi &geraham atas( homolateral.
%idung : -
buntu homolateral
-
Suara bindeng.
Cara pemeriksaan
a. inoskopi anterior : -
1ukosa merah
-
1ukosa bengkak
-
1ukopus di meatus medius.
b. inoskopi postorior -
mukopus nasofaring.
".
oto sinus paranasalis -
/esuraman
-
ambaran @airfluidlevel
-
Penebalan mukosa
G. PENATALAKSANAAN
a.
!rainage -
1edi"al : B !ekongestan lokal : efedrin ';&dewasa( C;&anak( B !ekongestan oral :Psedo efedrin * ? 34 mg
b.
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
antibiotik diberikan dalam 2-D hari &untk akut( yaitu :
- Ampisilin + ? 244 mg - Amoksilin * E 244 mg - SulfametaksolF=1P &74434( ) E 'tablet
- !iksisiklin '44 mghari. ". d.
Simtomatik Parasetamol., metampiron * E 244 mg. #ntuk kromis adalah :
- 8abut geraham atas bila penyebab dentogen - Irigasi ' E setiap minggu & '4-)4( - perasi 8adwell Gu" bila degenerasi mukosa ireversibel &biopsi(
H. KOMPLIKASI
/omplikasi sinusitis telah menurun se"ara nyata sejak ditemukannya antibiotika. /omplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut. /omplikasi yang dapat terjadi adalah: •
/omplikasi rbita /omplikasi ini dapat terjadi karena letak sinus paranasal yang berdekatan dengan
mata &orbita(. Sinusitis etmoidalis merupakan penyebab komplikasi orbita yang tersering kemudian sinusitis maksilaris dan frontalis. =erdapat lima tahapan terjadinya komplikasi orbita ini. a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan b. Selulitis orbita. Hdema bersifat difus dan bakteri telah se"ara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk ". Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis d. Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan ber"ampur dengan isi orbita e. =rombosis sinus kavernosus. /omplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya terbentuk suatu tromboflebitis septi".
ambar '3. /omplikasi penyakit sinus pada orbita
•
/omplikasi Intrakranial /omplikasi ini dapat berupa meningitis, abses epidural, abses subdural, abses otak.
ambar . Sistem vena sebagai jalur perluasan komplikasi ke intrakranial
•
/elainan Paru Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut
sinobronkitis. Sinusitis dapat menyebabkan bron"hitis kronis dan bronkiektasis. Selain itu juga dapat timbul asma bronkhial.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
'.=ransluminasi =ransluminasi dapat dipakai untuk memeriksa sinus maksilaris dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak tersedia. 0ila pada pemeriksaan transluminasi tampak gelap didaerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum. 0ila terdapat kista yang besar didalam sinus maksila, akan tampak terang pada pemeriksaan transluminasi. ).adiologi Pemeriksaan radiologik pada sinusitis kronis tidak dianjurkan, penggunaannya dibatasi hanya untuk sinusitis maksilaris akut atau sinusitis frontalis.
*.8= s"an 8= s"an salah satu modalitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi anatomi dan patologi sinus.
ambar . 8= S"an memperlihatkan penebalan mukosa sinus. Staging dapat dilakuan dengan menggunakan 8= s"an. Sistem stagging ini sederhana, mudah diingat dan sangat efektif untuk mengklasifikasikan sinusitis kronis. Stagging ini membantu dalam peren"anaan operasi dan hasil terapi. Stagging didasarkan pada perluasan penyakit setelah terapi medis. Stagging tersebut terbagi atas: -
stage I
: satu fokus penyakit
-
stage II : penyakit non"ontiguous melalui labirin ethmoid
-
stage III : difuse yang responsif terhadap pengobatan
-
stage I5 : difuse yang tidak responsif dengan pengobatan.
ASUHAN KEPERAATAN PADA KLIEN SINUSITIS
A. PENGKAJIAN
'.
0iodata :
).
iwayat Penyakit sekarang :
*.
/eluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
+.
iwayat penyakit dahulu : -Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma -Pernah mempunyai riwayat penyakit =%= -Pernah menedrita sakit gigi geraham
2. iwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 3. iwayat spikososial a.
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien &"emassedih(
b.
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
D. Pola fungsi kesehatan a.
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat -
#ntuk
mengurangi
flu
biasanya
klien
menkonsumsi
obat
tanpa
memperhatikan efek samping b.
Pola nutrisi dan metabolisme : -
".
0iasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
Pola istirahat dan tidur -
d.
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
Pola Persepsi dan konsep diri -
/lien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
e.
Pola sensorik -
!aya pen"iuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus &baik purulen , serous, mukopurulen(.
7. Pemeriksaan fisik a.
status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
b.
Pemeriksaan fisik data fo"us hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi &mukosa merah dan bengkak(.
Da!a s"#$ek!i% &
'.
bservasi nares : a.
iwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b.
iwayat pembedahan hidung atau trauma
".
Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.
).
*.
Sekret hidung : a.
warna, jumlah, konsistensi se"ret
b.
Hpistaksis
".
Ada tidaknya krustanyeri hidung.
iwayat Sinusitis : a.
b.
%ubungan sinusitis dengan musim "ua"a.
+.
angguan umum lainnya : kelemahan.
Da!a O#$ek!i% &
'.
!emam, drainage ada : Serous 1ukppurulen Purulen
).
Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang → Pu"at, dema keluar dari hidng atau mukosa sinus
*.
/emerahan dan dema membran mukosa
+.
Pemeriksaan penunjung : a. /ultur organisme hidung dan tenggorokan b. Pemeriksaan rongent sinus.
B.
DIAGNOSA KEPERAATAN
'.
).
8emas berhubungan dengan /urangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis&irigasi sinusoperasi(
*.
/etidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi adnya se"ret yang mengental
+.
angguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
2.
angguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus Dia'n(sa kepera)a!an p(s! (perasi sin"s maksi*aris
'.
).
sinus maksilaris kiri terutama pada saat palpasi.dan bengkak. /etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
C.
INTER+ENSI
'.angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung =ujuan :
/riteria hasil : - /lien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang - /lien tidak menyeringai kesakitan In!er,ensi a. /aji tingkat nyeri klien
Rasi(na* a. 1engetahui tingkat nyeri klien
dalam
menentukan
tindakan
selanjutnya b. b.
!engan sebab dan akibat nyeri
$elaskan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi
pada klien serta keluarganya
dalam
perawatan
untuk
mengurangi nyeri ".
/lien
mengetahui
tehnik
distraksi dn relaksasi sehinggga ".
Ajarkan tehnik relaksasi dan
dapat mempraktekkannya bila
distraksi
mengalami nyeri d.
1engetahui dan
d.
e. 1enghilangkan
/olaborasi dngan tim medis : '(
perkembangan
umum kondisi
klien.
bservasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e.
keadaan
mengurangi
keluhan nyeri klien
=erapi konservatif : -
obat
A"etaminopen9
Aspirin,
dekongestan
hidung )(
!rainase sinus
Pembedahan : -
Irigasi Antral : #ntuk
sinusitis
maksilaris
).
perasi 8adwell Gu". 8emas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis &irigasioperasi( =ujuan : 8emas klien berkuranghilang
/riteria : -
/lien akan menggambarkan tingkat ke"emasan dan pola kopingnya /lien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
In!er,ensi a. /aji tingkat ke"emasan klien
b.
0erikan
kenyamanan
Rasi(na* a. 1enentukan
dan
ketentaman pada klien : -
empati&
selanjutnya b.
=emani klien Perlihatkan
tindakan
1emudahkan
penerimaan
klien terhadap informasi yang rasa
datang
diberikan
dengan
menyentuh klien ( ".
d.
0erikan
penjelasan
pada
klien
".
1eningkatkan
pemahaman
tentang penyakit yang dideritanya
klien tentang penyakit dan
perlahan,
terapi
tenang
seta
gunakan
untuk
penyakit
kalimat yang jelas, singkat mudah
tersebut sehingga klien lebih
dimengerti
kooperatif
Singkirkan
stimulasi
yang
d.
=empatkan diruangan
-
tenang 0atasi
menghilangkan
stimulus yang men"emaskan
berlebihan misalnya : -
!engan
yang
klien
akan
lebih
ketenangan klien. e.
kontak
dengan
orang lain klien lain yang kemungkinan mengalami
meningkatkan
1engetahui
perkembangan
klien se"ara dini. f.
bat
dapat
menurunkan
tingkat ke"emasan klien
ke"emasan e.
bservasi tanda-tanda vital.
f.
0ila perlu , kolaborasi dengan tim medis
*.
$alan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi &penumpukan se"ret hidung( sekunder dari peradangan sinus =ujuan : $alan nafas efektif setelah se"ret &seous,purulen( dikeluarkan
/riteria : -
/lien tidak bernafas lagi melalui mulut
-
$alan nafas kembali normal terutama hidung In!er,ensi a. kaji penumpukan se"ret yang ada
Rasi(na* a. 1engetahui
keparahan b.
tindakan
1engetahui perkembangan klien
/oaborasi dengan tim medis untuk pembersihan se"ret
dan
selanjutnya
bservasi tanda-tanda vital. b.
".
tingkat
sebelum dilakukan
operasi ".
/erjasama
untuk
menghilangkan penumpukan se"retmasalah
+.
angguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus =ujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi /riteria : -
/lien menghabiskan porsi makannya
-
0erat badan tetap &seperti sebelum sakit ( atau bertambah
In!er,ensi Rasi(na* a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi a. 1engetahui
b.
kekurangan
klien
nutrisi kliem
$elaskan pentingnya makanan bagi b.
!engan pengetahuan yang
proses penyembuhan
baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan
".
8atat intake dan output makanan klien.
d.
Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering
pemenuhan nutrisi ".
1engetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien
d.
!engan sedikit tapi sering mengurangi yang
penekanan
berlebihan
pada
e.
Sajikan makanan se"ara menarik
lambung e.
1engkatkan selera makan klien
2.
angguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan =ujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman /riteria : -
/lien tidur 3-7 jam sehari
In!er,ensi a. kaji kebutuhan tidur klien.
Rasi(na* a. 1engetahui
klien
permasalahan
dalam
pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur b.
Agar
klien
dapat
tidur
b.
"iptakan suasana yang nyaman.
".
Anjurkan klien bernafas lewat mulut
".
Pernafasan tidak terganggu.
d.
/olaborasi
d.
Pernafasan
dengan
pemberian obat
tim
medis
dengan tenang
dapat
efektif
kembali lewat hidung
'.
tenang. In!er,ensi & a. /aji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, uality, egion, Severity, =hine. asional : 1engetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya. b. Atur posisi yang nyaman. asional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada pasien. ". Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol. asional : #ntuk mengurangi nyeri. d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. asional : !engan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila
mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang. e. /olaborasi analgetik anti piretik. asional : untuk menghilangkan rasa nyeri.
). /etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus. & 0ersihan jalan nafas kembali efektif.
T"-"an
Kri!eria Hasi*& $alan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi
melalui mulut.
In!er,ensi
a.
&
/aji penumpukkan sekret yang ada.
asional : 1engetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya. b.
/aji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur asional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. ".
Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu. asional : Pen"etus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. d. !orongbantu latihan nafas. asional : 1emberikan pasien beberapa "ara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
D.IMPLEMENTASI
=indakan keperawatan dilakukan sesuai dengan ren"ana perawatan yang dibuat.
E.E+ALUASI
Hvaluasi yang dilakukan adalah berdasarkan kreteria hasil yang telah dibuat pada masing-masing diagnosa keperawatan pada tahap peren"anaan.
DAFTAR PUSTAKA
%igler, A0. 'JJD. Buku Ajar Penyakit THT . $akarta: H8 Soepardi, HA. )44D. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher . $akarta: aya 0aru
Pra"y , Siegler K. Sinusitis Akut dan Sinusitis /ronis. Hditor oein >, Soejak S. Pelajaran Ringkas THT . 8etakan +. $akarta: ramedia9 'JJ*.p 7'-J' !oenges. )444. Rencana Asuhan Keperawatan Hdisi *. $akarta: Penerbit buku /edokteran H8. Anonim'. AsuhanKeperawatanSinusitis.http:ilmukeperawatan."omasuhanLkeperawatanL sinusitis.html, diakses tanggal 4) november )4'2 pukul : )*:*7 MI=A. Adams, .G &'JJD(, Boies Buku Ajar Penyakit THT! Hdisi 3. H8 : $akarta.
AS#%A< /HPHAMA=A< PA!A A< @H !H<A< !IA<SA 1H!IS SI<#SI=IS 1A/SIGAIS !I I
OLEH &
DITA KUSUMA NINGRUM /P012304240056 D I+ KEPERAATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D. IV KEPERAWATAN MATARAM TAHUN 2015