BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sinusi Sinusitis tis adalah adalah kasus kasus kerada keradanga ngan n yang yang cukup cukup banya banyak k terjadi terjadi di Indonesia. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus, bakteri atau infeksi jamur. Sesuai dengan namanya, sinusitis ini terjadi di daerah sinus-sinus paranasalis yang berada pada tulang wajah. Infeksinya, paling sering mengenai daerah mukosa. Banyak hal yang meningkatkan risiko terjadinya sinusitis, diantaranya adalah obstruksi ostia sinus-sinus menuju rongga hidung, tidak berfungsinya silia-silia pada sinus, dan produksi mukosa yang berlebihan. Ketika sinusitis ini terjadi pada seseorang, akan banyak gejala yang kemungkinan bisa bisa muncul pada pada si pasien. Keluhan itu bisa berupa kongesti hidung hidung yang yang diserta disertaii keluar keluarny nyaa sekret sekret hidung hidung yang yang purule purulen, n, batuk batuk yang yang bertambah pada malam hari, demam, kelelahan dan hilangnya hilangnya daya pembau. Selain itu, juga akan timbul rasa nyeri. asa nyeri itu diantaranya adalah nyeri tenggorokan dan postnasal dan postnasal drip terutama terutama pada malam hari atau saat saat berb berbar arin ing, g, dan dan nyer nyerii pada pada daer daerah ah sinu sinuss terg tergan antu tung ng pada pada loka lokasi si sinusitisnya. asa nyeri tersebut akan bertambah bila pasien membungkuk ke depan atau terlentang. Kasus sinusitis ini dapat terjadi pada semua sinus-sinus paranasalis yang terdiri dari empat bagian. !aitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maksila maksilaris, ris, dan sinus sinus spheno sphenoida idalis. lis. "ari keempat keempat kasus kasus tersebu tersebut, t, sinusi sinusitis tis maksilaris adalah kasus yang paling banyak terjadi. Sebagai langkah diagnosis, selain didasarkan pada keluhan klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sebagai pemeriksaan awal, bisa dilaku dilakukan kan dengan dengan pemerik pemeriksaan saan transilu transilumin minasi. asi. "ari pemeri pemeriksaa ksaan n ini bisa bisa didapatkan gambaran gelap pada daerah sinus yang mengalami infeksi.
#
$ntuk pemeriksaan lanjutan, dapat dilakukan foto polos. %emeriksaan ini ini digu diguna naka kan n untu untuk k kepe keperl rlua uan n konf konfirm irmasi asi adan adany ya air air flui fluid d leve level l dan mengevaluasi ukuran serta integritas antara sinus-sinus paranasal. &una &una mendap mendapatk atkan an gambar gambaran an foto foto polos polos dapat dapat dilaku dilakukan kan melalui melalui empat posisi, yaitu yaitu Waters position, Caldwell’s position, Lateral position dan position dan Grange Grangerr positi position on.. 'asin 'asingg-ma masi sing ng posis posisii berg bergun unaa untu untuk k mend mendiag iagno nosis sis sinusitis secara spesifik pada lokasi-lokasi yang berbeda. (oto )aters dengan posisi hidung dan dagu di film berguna untuk melihat sinus ma*illaris. (oto +aldwells dengan posisi hidung dan dahi di film berguna untuk melihat sinus etmoidalis etmoidalis dan frontalis. Sedangkan Sedangkan posisi foto lateral berguna untuk melihat sinus sphenoidalis. "iantara keempat posisi tersebut, -foto posisi )aters adalah yang paling sering dilakukan. 'eski spesifik untuk melihat sinus maksilaris, namun namun -foto posisi waters juga dapat digunakan digunakan untuk melihat sinus-sinus sinus-sinus yang lain. Karena itulah, penulis merasa perlu untuk membahas peranan foto )aters )aters pada penegakan diagnosis kasus sinusitis.
I.2 Tujuan
"alam "alam maka makalah lah ini, ini, penu penuli liss beru berusa saha ha untu untuk k memb membah ahas as lebi lebih h jauh jauh mengenai peran -(oto )aters )aters pada penegakan diagnosis sinusitis.
I.3 Manfaat
$ntuk $ntuk menget mengetahu ahuii sejauh sejauh mana mana -foto -foto )aters aters dapat dapat diguna digunakan kan untuk untuk mendiagnosis kasus sinusitis. Selain itu, penulis berusaha untuk mengetahui pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain di samping -foto )a )aters ters
yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis sinusitis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. !t! Ke"ala #ater$
%ada prinsipnya, pembuatan foto kepala )aters sama dengan pembuatan foto rontgen lainnya, yaitu menggunakan sinar-*. $ntuk pembuatan sinar-* diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara dimana terdapat elektron-elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran /target0. "ari proses tersebut diatas terjadi suatu keadaan dimana energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas /1120 dan sebagian kecil /#20 dirubah menjadi sinar-*.
II.1.1 Deskripsi alat Rontgen untuk Foto Kepala Waters
Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaitu 3 #.
'empunyai sumber elektron
.
&aya yang mempercepat gerakan elektron
4.
5intasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
6.
7lat pemusat berkas elektron / Focusing cup0
8.
%enghenti gerakan elektron Secara teknis syarat-syarat tersebut diatas terpenuhi oleh tabung
pesawat rontgen yang terdiri atas 3 a. 9abung gelas silindrik hampa udara b. Katoda dengan filamen yang terbuat dari kawat 9ungsten yang mempunyai titik lebur tinggi. (ilamen ini terdapat di dalam alat pemusat berkas elektron / focusing cup0 c. 7noda dimana terdapat bidang fokus / focal spot 0 yang merupakan sasaran /target0 yang akan ditabrak oleh elektron-elektron. %ercepatan gerakan elektron diperoleh dari generator tegangan tinggi /transformator0. %ada suatu tabung sinar- /tabung sinar ontgen0 dengan lingkaran transformatornya, terdapat bagian-bagian sebagai berikut3
4
#. tabung gelas silindrik hampa udara . filamen 4. transformator 6. target /sasaran0 8. pelindung timah /perisai timah0 :. jendela ;. radiator pendingin <. auto transformator 1. pengukur miliampere
I.1.2 Cara kerja Sinar -X
$rutan proses terjadinya sinar- adalah sebagai berikut 3 #. Katoda /filamen0 dipanaskan lebih dari =.===°+ sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator. . karena panas, elektron-elektron dari katode /filamen0 terlepas 4. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat / focusing cup0 6. (ilamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran /target0 dengan memilih potensial tinggi 8. 7wan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran sehingga berbentuk panas /> 1120 dan sinar- /?#20 :. %elindung timah akan mencegah keluarnya sinar- dari tabung sehingga sinar- yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela ;. %anas yang tinggi pada sasaran akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin. %emeriksaan harus dilakukan dengan proteksi radiasi yang baik, arah sinar yang cukup teliti dan digunakan focal spot yang kecil /=,: mm atau lebih kecil0.
6
II.1.3 Indikasi dan Kontra indikasi Peeriksaan X-Foto Waters % Indikasi 3
7. @valuasi kecurigaan sinusitis kronik B. @valuasi sinusitis akut 3 #. &ejala menetap walaupun dengan pengobatan yang memadai . %asien-pasien dengan resiko tinggi, misalnya 3 a. "iabetes mellitus b. Abat-obat imunosupresan c. Kecurigaan terlibatnya beberapa sinus paranasalis % Kontra indikasi /relatif0 3
7. Sinusitis ethmoid atau sphenoid B. 7nak-anak berumur dibawah 4 tahun 3 #. Sinus yang belum terbentuk sempurna . 9ingginya angka opasitas positif palsu
II.1.! Prosedur pelaksanaan
%ada metode waters,pada dasarnya adalah untuk mengekstensikan kepala penderita sedemikian hingga cukup untuk memposisikan bayangan os. %etrose di bawah dasar antral. ika kepala penderita terekstensi terlalu sedikit bayangan petrosal akan muncul sebagai bagian bawah dasar antral dan hal ini akan menimbulkan dugaan keadaan patologis. ika kepala penderita terekstensi terlalu banyak maka bayangan antral akan tampak lebih pendek yang akan menimbulkan kegagalan dalam tampilan dasara antral. %osisikan penderita dalam keadaan berdiri atau kalau kesulitan bisa dilakukan dalam posisi duduk tegak. Sesuaikanlah antara bidang tengah tubuh penderita dengan garis vertical yang terletak di bagian tengah alat yang akan dipergunakan. %osisikan bagian bahu beserta lengan penderita dalam posisi yang nyaman di bidang yang sama. Setelah itu untuk kepala penderita tempatkanlah garis tengah kepala potongan sagital tepat ditengah alat dengan memposisikan bagian ujung dagu penderita sehingga dalam posisi e*tensi.
8
7tur dengan sedemikian rupa sehingga terbentuk sudut 4; "erajat antara garis orbito-mental dengan permukaan film,dan posisikan kaset sejajar dengan acanthion.$payakan agar kepala penderita terfiksasi dengan baik dan perintahkan penderita untuk menarik nafas pada saat akan dilakukan foto. %royeksikan
sumber
sinar
sehingga
tepat
mengenai
bagian tengah
film,sehingga akan terbentuk dengan posisi ini gambaran proyeksi obliCue dari tulang-tulang wajah yaitu orbita, ma*illa, dan arcus Dygomaticus.
II.1." Kele#i$an dan kekurangan •
•
Kelebihan 3 -
'urah
-
tanpa persiapan khusus
Kekurangan 3 -
Selalu ada resiko kerusakan sel atau jaringan bila terpapar radiasi, walaupun menggunakan sinar- dosis rendah yang digunakan untuk pemeriksaan ini.
-
Easil sinar- dapat tidak akurat bila pasien tidak dapat tetap diam selama pemeriksaan.
-
9idak dapat dilakukan suatu pemeriksaan -ray wajah yang lengkap pada pasien dengan kemungkinan trauma leher.
II.2. S&nu$'$&nu$ Parana$al&$
Sinus-sinus paranasalis merupakan rongga-rongga yang terisi udara dalam tulang-tulang wajah (facial bones) yang berkembang sebagai kantongkantong dari rongga hidung dan mempunyai saluran kedalam hidung. Sinus paranasalis terdiri atas 6 sinus, masing-masing di kanan dan kiri, yaitu 3 #. Sinus frontalis . Sinus ethmoidalis 4. Sinus ma*illaris 6. Sinus sphenoidalis
:
Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epithelium saluran pernafasan terdiri dari sel-sel goblet yang menghasilkan mukus dan sel-sel bersilia. 'ukus tersebut dibawa menuju ostium sinus oleh silia. %erlambatan waktu transpor mukosilier atau-yang lebih penting-obstruksi ostium dapat menyebabkan retensi sekresi dan sinusitis.
II.2.1 Sinus %t$oidalis •
9imbul pada kehamilan umur 4 bulan sebagai suatu evaginasi dinding nasal sebelah lateral
•
5abirin ethmoidalis tumbuh dan berkembang sesuai usia, sehingga sel-sel ethmoidalis anterior biasanya menonjol di atas rima orbita untuk berkembang kedalam sinus frontalis
•
9erdiri dari bidang horiDontal dan vertikal
•
Bidang vertikal, dibagi atas bagian 3 bidang perpendikular ethmoidalis serta Krista &alli
•
Bidang horiDontal, lateral dikenal dengan fovea ethmoidalis dan medial sebagai bidang cribriform
•
%ada bagian medial sinus ethmoidalis adalah lamina papyracea
•
Faskularisasi 3 Kedua cabang arteri karotis baik interna maupun e*terna, melalui arteri sphenopalatina serta arteri etmoidalis anterior serta posterior
•
Innervasi dari nervus F dan F4
II.2.2 Sinus &a'ilaris •
Sinus terbesar
•
Bentuk
seperti
pyramid
dengan
ape*
pada
arcus
Dygomaticus
;
•
%ada anak kecil batas inferior dekat pada bagian dasar nasal sedangkan pada orang dewasa batas inferior terletak # cm dibawah dasar nasalis
•
Astia sinus terletak sebelah anterior dari meatus medial
•
Astia assesoris terletak lebih posterior dan merupakan suatu tanda dari penyakit kronis
•
Faskularisasi 3 dari bagian arteri ma*ilaris
•
Innervasi 3 melalui nervus F
II.2.3 Sinus (rontalis •
arang ada pada saat lahir, biasanya tidak tampak sampai umur tahun
•
"rainase kedalam recessus frontalis, yang berada didalam meatus medius dekat bagian atas infundibulum
•
'empunyai klirens mukosiliar sirkuler
•
Faskularisasi 3 7rteri supraorbital dan arteri supratrochlear
•
Inervasi 3 G. Supraorbital dan n.supratrochlear
II.2.! Sinus Sp$enoidalis •
arang ada pada saat lahir, biasanya mulai tampak umur 6 tahun
•
"rainase ke dalam meatus superior yang berada di dalam recessus sphenoethmoidalis.
•
Faskularisasi 3 7rteri carotis interna dan eksterna melalui arteri sphenopalatina serta arteri ethmoidalis posterior.
•
Inervasi 3 G.F dan G.F4
<
II.3. S&nu$&t&$
Sinusitis adalah keradangan yang terjadi pada mukosa sinus-sinus paranasalis. 7gen utama penyebab sinusitis dapat berupa virus, bakteri, atau jamur. (aktor utama yang menimbulkan sinusitis adalah obstruksi ostium ethmoidalis anterior dan kompleks meatus media. Astium etmoidalis mempunyai ukuran yang sangat kecil, yaitu berkisar dari # hingga mm. Infeksi saluran nafas bagian atas atau oleh virus dapat menyebabkan retensi secret yang terjadi sekunder akibat edema mukosa dengan obstruksi ostium sinus dan gangguan drainase serta presipitasi sinusitis purulen yang akut. Abstruksi dapat pula disebabkan oleh alergi dengan pembengkakan mukosa hidung atau terjadi sekunder akibat polip. Sinus ma*illaris merupakan lokasi infeksi yang paling sering dan baru kemudian diikuti sinus etmoidalis, sinus frontalis dan sinus sphenoidalis. (aktor predisposisi terjadinya sinusitis mencakup kelainan fungsi transportasi yang dimiliki silia baik yang bersifat kualitas dan kuantitas /misalnya, sindroma siliaris, kistik fibrosis, sindroma young.0, produksi sekret yang berlebihan, penyakit granulomatosa yang kronik / misalnya, granulomatosis )egener, sarkoid 0, dan midline granuloma. Hat-Dat iritan kimiawi seperti klorin dapat mengganggu klirens sekret dan mempercepat proliferasi mikrobial (aktor-faktor resiko terjadinya sinusitis antara lain 3 a. Arang yang menderita EIF dan yang mendapat kemoterapi b. 'enderita asma c. %enggunaan yang nasal decongestant yang berlebihan d. "eviasi septum nasi, taji tulang hidung, atau polip e. 9erdapatnya benda asing dalam hidung f.
9erlalu sering menyelam atau berenang
g. Dental work . Kehamilan
1
i.
%erubahan ketinggian, misalnya naik pesawat terbang atau mendaki tebing
!.
%olusi udara dan asap
k. &astroesophageal eflu* "isease /&@"0
II.3.1 )enis-jenis sinusitis *
"".#.$.$ %inusitis akut -
Sinusitis akut berlangsung sampai < minggu.
-
&ejala sinusitis akut 3 &ejala klasik sinusitis akut biasanya terjadi setelah suatu infeksi saluran pernafasan yang tidak membaik, atau yang memburuk setelah 8 sampai ; hari sejak timbulnya gejala. &ejala tersebut meliputi 3 - Kongesti hidung dan keluarnya sekret hidung yang purulen - Gyeri tenggorokan dan postnasal drip /cairan yang menetes ke bawah pada bagian belakang tenggorokan, terutama pada malam hari atau saat berbaring0 - Gyeri pada daerah sinus, dimana letak nyeri tergantung dari sinus yang terkena. Gyeri tersebut bertambah bila pasien membungkuk ke depan atau terlentang. - Batuk, seringkali bertambah pada malam hari - "emam, terutama terjadi pada sinusitis ma*ilaris akut - Eilangnya daya pembau - Kelelahan badan atau malaise - 9anda sinusitis akut 3 -
Gyeri tekan daerah sinus yang terinfeksi
-
%ada perkusi di daerah sinus yang terinfeksi, terdapat tenderness
"".#.$.& %inusitis kronik Sinusitis kronik merupakan infeksi danatau inflamasi sinus yang
#=
berkepanjangan /dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun0 atau berulang. Sinusitis kronik biasanya disebabkan oleh alergi atau infeksi dengan lebih dari satu macam bakteri yang berbeda. &ejala sinusitis kronik tidak jelas. Selama eksaserbasi akut, gejala-gejala mirip dengan gejala sinusitis akut, namun diluar masa itu gejalanya lebih ringan.
"".#.$.# %inusitis 'aksilaris Sinusitis maksillaris akut biasanya menyusul suatu infeksi saluran nafas atas yang ringan. 7lergi, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. Sinusitis maksilaris ditandai dengan nyeri pada pipi atau gigi bagian atas. Komplikasi yang dapat terjadi3 #. Infeksi pada orbita oleh karena terletak di dekat orbita /radang atau reaksi edematingan, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita, trombosis sinus kavernosus0 . 'ukokel /suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus0 4. 'eningitis oleh karena infeksi tersebut menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang berdekatan.
"".#.$. %inusitis t*oidalis Sinusitis ethmoidalis akut lebih laDim terjadi pada anak-anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis orbita oleh karena dinding lateral labirin ethmoidalis seringkali merekah oleh karena itu cenderung lebih sering menimbulkan selulitis orbita. %ada dewasa, seringkali bersama-sama dengan sinusitis maksilaris, serta dianggap penyerta sinusitis frontalis. Gyeri terletak diantara kedua mata dan diatas jembatan hidung. Komplikasi yang dapat erjadi #. infeksi pada orbita
##
. 'ukokel 3dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur di sekitarnya. 4. 'eningitis
"".#.$.+ %inusitis Frontalis Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan sinusitis ethmoidalis anterior. %enyakit ini terutama ditemukan pada dewasa. Gyeri berlokasi di atas alis mata. Komplikasi yang dapat terjadi3 #. Infeksi pada orbita . 'ukokel yang dapat membesar 4. 'eningitis
"".#.$. %inusitis %penoidalis Sinusitis sphenoidalis akut sangat jarang. Sinusitis ini ditandai dengan nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium. Gamun penyakit ini lebih laDim menjadi bagian dari pansinusitis. Komplikasi yang dapat terjadi3 #. 'ukokel yang dapat membesar . 'eningitis 4. Asteomielitis
II.3.2 Diagnosis Sinusitis
$ntuk menegakkan diagnosis sinusitis, paling sedikit ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu3 a. &ejala sinusitis /subyektif0 b. 9anda sinusitis /obyektif0 -
Gyeri tekan daerah sinus yang terinfeksi
-
%ada perkusi di daerah sinus yang terinfeksi, terdapat tenderness
c. 9ransilluminasi 3 tampak gelap pada daerah sinus yang mengalami infeksi
#
d. (oto polos kepala 3 tampak perselubungan radio opaCue /sinus terisi cairan0 dan penebalan mukosa pada sinus yang terinfeksi serta adanya gambaran air fluid level . $ntuk lebih memastikan diagnosis kadang diperlukan pemeriksaan penunjang yang lainnya. %emeriksaan yang dapat dilakukan antara lain3 -
Cranial Co*puted -o*ograp (C-) %can
-
Cranial 'agnetic /esonance "*aging ('/")
-
7spirasi sinus dan kultur untuk mendapatkan informasi mengenai bakteria penyebab
-
(iberoptic untuk melihat sinus
II.(. )a*+aran ,a-&!l!g&k S&nu$&t&$ "a-a !t! P!l!$ Ke"ala
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan adalah 3 #. "erajat radiolucency dan sinus frontalis, ma*ilaris, ethmoid dan sphenoidalis. . 9ulang-tulang disekitar sinus paranasal 4. 9ebal dari mucosa 6. 7danya filling defect . %osisi yang digunakan untuk memperlihatkan sinus paranasal adalah 3 a. Waters position /posisi hidung dan dagu di film0 3 berguna bagi sinus ma*ilaris b. Caldwell’s position /posisi hidung dan dahi di film0 3 berguna bagi sinus etmoidalis dan frontalis c. Lateral position 3 berguna untuk sinus spenoidalis d. Granger position &ambaran radiologik sinusitis mula-mula berupa penebalan mukosa,
selanjutnya
diikuti
opasitas
sinus
akibat
mukosa
yang
membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. 7khirnya terbentuk gambaran air-fluid level yang khas yang dapat dilihat pada foto dalam keadaan tegak atau lateral dekubitus.
#4
BAB III PEMBAHASAN
%ada - foto )aters, piramid tulang petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris, sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya. %royeksi parietoacantial /%70 dari antrum ditunjukkan dengan gambaran petrous pra*ide yang terletak dibawah dasar antru*. Sinus frontalis dan ethmoidalis mengalami distorsi pada posisi ini, dan sinus sphenoidalis tidak dapat terlihat. %osisi waters juga digunakan untuk menunjukkan foramen rotundum, gambarannya terlihat pada salah satu dari masing-masing sisi, tepat dibawah dari sisi medial dasar orbital dan diatas dari atap sinus ma*ilaris. (oto waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. %ada posisi mulut terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sfenoid dengan baik. %ada -(oto )atera kasus sinusitis akan tampak empat gambaran sebagai berikut 3 #. %enebalan mukosa . %erselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal. 4. 0ir fluid level /kadang-kadang0 6. %enebalan dinding sinus dengan sklerotik /pada kasus-kasus kronik0
III.1 Pene+alan *uk!$a
Gormal tebal mucosa tidak lebih dari # mm. Bila lebih maka dapat disebabkan keradangan yang kronis atau odematous. "apat disertai perubahan polipoid atau tidak. Bila penebalan mucosa paralel dengan dinding sinus biasanya disebabkan infeksi bila bergelombang biasanya disebabkan allergi. %enebalan mukosa merupakan gambaran yang mula-mula tampak pada sinusitis, dan yang paling sering diserang adalah sinus maksilaris.
#6
III.2 Per$elu+ungan !*!gen atau t&-ak !*!gen "a-a $atu atau le+& $&nu$ "arana$al.
%erselubungan pada sinus paranasal bila disebabkan karena infeksi bakteri, dilakukan terapi konservatif dimana gejala-gejala klinis akan menghilang dalam satu sampai dua minggu, tetapi apabila perselubungan pada sinus paranasal masih tetap ada dalam dua sampai tiga minggu setelah terapi konservatif perlu dilakukan pemeriksaan +9 Scan. Eal-hal yang mungkin terjadi pada kasus tersebut ialah 3 a. Kista retensi yang luas Kista retensi terbentuk dari kelenjar-kelenjar mucus sekresi yang tersumbat pada mukosa yang terdapat di dinding sinus. Biasanya frekuensi terbesar terdapat pada sinus maksilaris. Bentuknya konvek /bundar0, licin, homogen, pada pemeriksaan +9 Scan tidak mengalami enhance. Kadang-kadang sukar membedakannnya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air fluid level . b. %olip yang mengisi ruang sinus %enyebabnya biasanya alergi. %olip merupakan tumor yang my*omatus
berasal
dari
hyperplasia
dari
mucosa.
&ambaran
radiologiknya berupa3 -
&ambaran bulat radioopaCue dalam sinus
-
%aling sering di sinus ma*ilaris dan kadang-kadang di sinus
-
frontalis, sinus lain jarang.
-
Sering disertai nasal polip
-
Bila besar maka mengisi seluruh sinus hingga gambaran bulat tidak dapat terlihat. $ntuk membedakan polip atau mucocele atau retention cyst
dipakai contrast iodiDed oil. c. %olip antrokoanal %ada polip anterocoanal yang penyebabnya berasal dari sinus maksilaris dapat keluar dari rongga sinus ke kavum nasi, secara klinis
#8
tampak sebagai polip nasal. Biasanya terdapat kira-kira : 2 dari seluruh polip nasal, diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan +9 Scan. d. 'assa pada kavum nasi yang menyumbat sinus e. 'ukokel 'ukokel sering terdapat pada sinus paranasal, duapertiga kasus-kasus terdapat pada sinus frontalis, 8 persen terdapat pada sinus ethmoidalis dan #= persen di sinus maksilarias, pada sinus spenoidalis amat jarang. %ada foto polos tampak sebagai gambaran radioopaCue berbatas tegas, berbentuk konvek dengan penebalan dinding mukosa disekitarnya. %ada mukokel di daerah sinus ethmoidalis sukar dideteksi /pada foto polos0, tetapi dapat dideteksi dengan pemeriksaan +9 Scan kepala. Bila mukokel terdapat pada sinus maksilaris atau sinus sphenoidalis, sinus tampak berselubung total. f.
9umor 9umor dapat menyebabkan bayangan diffus pada sinus paranasal, untuk itu kita perlu mencari adanya tanda-tanda destruksi, misalnya 3 a. Asteoma - Benigna - %utih berbentuk bulat biasanya di sinuus frontalis /dinding depan0 b. Adontoma - Biasanya terlihat di mandibula - 9etapi dapat juga terletak di ma*illa.ontgen dapat berupa 3 #. @pitelial odontoma atau adamantinoma. . (ollicular odontomas /dentigerous cyst0 Bila perselubungan diffuse perlu juga dipikirkan kemungkinan
ruang sinus terisi darah pada casus post trauma. "isini perlu dilihat apakah ada fracture atau tidak.
#:
III.3 +ir (luid le,el
&ambaran air fluid level tidak selalu terjadi. %ada kasus-kasus sinusitis bacterial akut dengan pemriksaan foto posisi waters, sukar membedakan perselubungan sinus maksilaris yang disebabkan sinusitis murni atau disebabkan oleh air fluid level . $ntuk kasus-kasus semacam ini perlu dibuatkan posisi waters dalam posisi duduk. Eampir 8=2 kasuskasus dengan perselubungan pada salah satu sinus maksilaris pada pemotretan posisi tiduran ternyata setelah difoto duduk terdapat air fluid level . 0ir fluid level akan tampak pula pada kasus-kasus 3 a. %ada pasien-pasien yang mengalami pencucian sinus maksilaris, biasanya minimal tiga sampai empat hari baru sinus tersebut kosong. 7pabila pemotretan dilakukan dalam tiga sampai empat hari setelah pencucian sinus, maka akan tampak gambaran sinus tersebut suram. Eal ini dapat didiagnosis sebagai sinusitis karena reinfeksi. b. %ada pasien dengan trauma kepala disertai fraktur atau tidak fraktur pada dinding sinus %ada kasus air fluid level pada sinus sphenoidalis dengan trauma kepala sangat mungkin suatu fraktur basis cranii
dan tidak perlu
fraktur tersebut terjadi di dinding sinus. "engan diberikannya pengobatan (nasal packing) dapat menyebabkan gangguan drainase sinus. Eal ini dapat menyebabkan air fluid level ganda. c. %ada penyakit golongan blood dyscrasias
seperti penyakit Fon
)illebrand dimana terjadi perdarahan pada permukaan mukosa. Eal ini berbeda pada pasien-pasien haemofilia, dimana terjadi perdarahan pada ruangan sendi.
III.( Pene+alan -&n-&ng $&nu$ -engan $kler!t&k
&ambaran semacam ini biasanya didapatkan pada kasus-kasus sinusitis kronik. %ada penebalan dinding sinus, maka pada *-foto )aters tampak sebagai gambaran dense pada sinus, hal ini disebabkan karena sklerotik dinding sinus yang disebabkan oleh infeksi kronik. %ada sinus
#;
frontalis tampak sebagai penebalan batas dinding sinus yang biasanya pada gambaran foto sinus normal berbentuk garis tipis. -foto )aters tidak dapat membedakan antara penebalan mukosa dan gambaran fibrotik beserta pemebntukan jaringan parut, dimana hanya tampak sebagai penebalan dinding sinus. +9 Scan dengan penyuntikan kontras dimana apabila terjadi enhance menunjukkan adanya inflamasi aktif, tetapi bila tidak terjadi enhance, biasanya jaringan fibrotik dan jaringan parut. Sinusitis bakterial sering terjadi asimetris dimana satu sinus atau lebih dari satu sinus secara unilateral terserang. Bila sisi kontralateral terserang, sering terlihat asimetri dalam tingkatan atau lokasi anatomis. Sebagai pembanding, apabila pada sinusitis alergika daerah sinus paranasalis yang terserang selalu simetris, biasanya disertai poliposis nasal.
#<
BAB I/ KESIMPULAN
$ntuk menegakkan diagnosis sinusitis, paling sedikit ada 6 hal yang harus diperhatikan, yaitu3 a. &ejala sinusitis /subyektif0 b. 9anda sinusitis /obyektif0 -
Gyeri tekan daerah sinus yang terinfeksi
-
%ada perkusi di daerah sinus yang terinfeksi, terdapat tenderness
c. 9ransilluminasi "engan pemeriksaan ini akan tampak gambaran gelap pada daerah sinus yang mengalami infeksi. d. - (oto )aters %ada pemeriksaan -foto )aters akan tampak perselubungan radio opaCue. &ambaran radiopaCue menunjukkan adanya sinus terisi cairan dan penebalan mukosa pada sinus yang terinfeksi serta adanya gambaran air fluid level . %emeriksaan ini dapat dilakukan bila pemeriksa ingin mendapatkan konfirmasi adanya Jair fluid level pada sinusitis akut. Selain itu, pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mengevaluasi ukuran serta integritas antara sinus-sinus paranasal. %ada -(oto )aters kasus sinusitis akan tampak empat gambaran sebagai berikut 3 #. %enebalan mukosa . %erselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal. 4. 0ir fluid level /kadang-kadang0 6. %enebalan dinding sinus dengan sklerotik /pada kasus-kasus kronik0 Gamun, pemeriksaan ini mulai tergeser dengan pemeriksaan menggunakan +9 Scan. Eal ini terjadi karena dengan pemeriksaan +9
#1
Scan, pemeriksa akan mendapatkan gambaran yang lebih spesifik lagi sehingga tidak terlalu banyak diagnosis banding. %ada -foto )aters, dengan gambaran radiologik yang berupa perselubungan, masih didapatkan beberapa kemungkinan diagnosis selain sinusitis. Kemungkinan tersebut adalah kista retensi yang luas, polip pada ruang sinus, polip antrokonatal, mukokel, dan tumor. Gamun, dengan pemeriksaan menggunakan +9-Scan kepala, kelainan-kelaianan tersebut dapat dibedakan. Karena itulah, untuk lebih memastikan diagnosis sinutitis, kadangkala
masih
diperlukan
pemeriksaan
penunjang
lainnya.
%emeriksaan-pemeriksaan tersebut diantaranya adalah 3
Cranial Co*puted -o*ograp (C-) %can
Cranial 'agnetic /esonance "*aging ('/")
7spirasi sinus dan kultur untuk mendapatkan informasi mengenai bakteria
penyebab
(iberoptic untuk melihat sinus
=
DATA, PUSTAKA
Braunwald, @ugeneL (auci, 7nthony et al. 1arrison 2rinciples of "nternal 'edicine. #8th ed. Gew !ork 3 'c&raw Eill +ompanies, #116L #<<-#<1
'arnansjah "aini achman. In3 /adiologi Diagnostik . @disi ketujuh. akarta 3 Bagian adiologi (akultas Kedokteran $I, ==# L 6#6 M 6#:
'och. Subagyo Singgih. In3 3u*pulan 3ulia /adiologi. @disi %ertama. Surabaya 3 Bagian adiologi S$ dr Soetomo, #1<1 L : - :4
%eter 7. Eigler. In 3 4oies Funda*entals of 5tolarngolog. @disi keenam. akarta 3 %enerbit Buku Kedokteran @&+, #11; L 6= - 6;
%hilip ). Ballinger 3 'erril’s 0tlas of /adiograpic 2ositions and /adiologic 2rocedures, vol , 8th ed. +.F. 'osby +ompany #1<L 6:<, 8#6-8#8.
www.healthatoD.comhealtatoDatoDencysinusitis.html
#