BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus k ranialis.3,4 nside nsiden n herpes herpes zoster zoster terseb tersebar ar merata merata di seluru seluruh h dunia, dunia, tidak tidak ada perbeda perbedaan an angka angka kesa kesaki kita tan n anta antara ra pria pria dan !ani !anita ta.. "ngka "ngka kesaki kesakita tan n meni mening ngka katt deng dengan an peni pening ngkat katan an usia usia.. #iperkirakan terdapat antara 1,3$% per 1&&& orang per tahun. 'ebih dari 2(3 kasus berusia di atas %& tahun dan kurang dari 1&) kasus berusia di ba!ah 2& tahun. *atogenesis *atogenesis herpes zoster zoster belum seluruhnya diketahui. diketahui. +elama +elama terjadi terjadi varisela, varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditran ditranspo sporta rtasik sikan an seara seara sentri sentripet petal al melalu melaluii serabu serabutt saraf saraf sensor sensoris is ke ganglio ganglion n sensor sensoris. is. *ada *ada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. "ktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen. -omplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 1&$1%) kasus, komplikasi yang terbanyak adalah neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas. -omplikasi jarang terjadi pada usia di ba!ah 4& tahun, tetapi hampir 1(3 kasus terjadi pada usia di
1
2 atas & tahun. *enyebaran dari ganglion yang terkena seara langsung atau le!at aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. +eara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu/ mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan menegah timbulnya neuralgia paska herpetik.
1.2 Tujuan
1. 0ntuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan "suhan kepera!atan pada Herpes oster 2. eningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan kepera!atan 3. emenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat (a
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Tinjauan Teori Penyakit 1.1.1 Deini!i Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung$gelembung
berkelompok. elembung$gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Herpes simple5 adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks 6virus herpes hominis7 tipe atau tipe yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Herpes simpleks disebut juga fever blaster, old sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis 6genitalis7. 1.1.2 Etiologi
*enyebab 8erdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks/ a. irus Herpes + impleks 9ipe 6H+ 7 *enyakit kulit(selaput lendir yang ditimbulkan disebut herpes simple ks dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. 8iasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak$kanak melalui udara dan sebagian keil melalui kontak langsung seperti iuman, sentuhan atau memakai baju(handuk mandi bersama. 'esi umumnya dijumpai pad a tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongg a mulut, hidung dan pipi: selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya le!at koitusoro genital 6oral se57. b. i rus Herpe s + imple ks 9ipe 6H+ 7 *enyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa k oitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. 'okalisasi lesi umumnya
4 adalah bagian tubuh di ba!ah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra$genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
1.1." Kla!iika!i
#alam herpes simplek dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan imunologis dan klinisnya yaitu / a. irus herpes simpleks tipe erupakan infeksi yang paling benyak ditemukan pada masa kanak$kanak. 8iasanya ditransmisi melalui kontak sekresi oral dan menyebabkan old sores dan fever blisters. b. irus herpes simpleks tipe 2 8iasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas se5ual meningkat. #an di transmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi genetalia. 1.1.# Patoi!iologi
irus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. irus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui ara selain kontak langsung keil kemungkinannya terjadi. irus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membra n sel. *ada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan epat berkembang dengan biak, menghanurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel$sel disekitarnya. *ada infeksi aktif prime r, virus menyebar melalui salura n limfe ke kelenjar limfe regional menyebabkan limfadenopati. 9ubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat menegah kekambuhan infeksi aktif. +etelah infeksi a!al timbul fase laten. +elama masa ini virus masuk ke dalam sel$sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion
% radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
1.1.$ %&'
1.1.( Tan)a )an *ejala
+eara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2 bentuk yaitu / a. nfeksi primer , yang biasanya disertai gejala 6 simtomatik 7 meskipun dapat pula tanpa gejala 6 asimtomatik 7. -eadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak$ anak. asa inkubasi yang khas selama 3 ; hari 6 masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 4< jam 7 yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal$pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. "denopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. ejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. esikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. 'esi pada vulva enderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. =etensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air keil atau terkenanya nervus sakralis. #alam !aktu 2 ; 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. -elainan pada serviks sering ditemukan
pada infeksi primer dan
dapat
memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis. b. nfeksi rekuren, +etelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel$partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. nfeksi laten dimana partikel$partikel virus terdapat dalam ganglion saraf seara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang
> mengakibatkan infeksi yang asimtomatik seara klinis 6 pelepasan virus 7 dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. 'esi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode !aktu yang lebih singkat 62 ; % hari7 dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan seara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. ?alaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren. nfeksi primer pada ibu dapat menular pada janin, meskipun jarang, melalui plasenta atau le!at korioamnion yang utuh dan dapat menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus seperti mikrosefali, korioretinitis, 0=. @anin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan dari serviks atau traktus genitalis ba!ah setelah ketuban peah atau saat bayi dilahirkan. nfeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari ketiga bentuk berikut ini / #isseminata 6 >& ) 7, menyerang berbagai organ penting seperti otak, paru. Hepar, adrenal, dan lain$lain dengan kematian lebih dari %& ) yang disebabkan #A atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering menderita kerusakan otak. +ebagian
besar bayi yang terserang bayi prematur. 'okalisata 6 1% ) 7 dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak diobati >% ) akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang fatal. 8entuk ini sering berakhir dengan
kebutaan dan 3& ) disertai kelainan neurologis. "simtomatik hanya terjadi pada sebagian keil penderita herpes neonatal.
1.1.+ Pe,erik!aan Penunjang
< a. *emeriksaan serologi 6+9+7 dan pemeriksaan dengan mikroskop lapang gelap untuk menyampingkan sifilis. b. *emeriksaan 'aboratorium lain/ enemukan badan inklusi pada sediaan apus airan vesikel yang diat dengan giemsa 69zank 9est7. "tau dilakukan pemeriksaan sitologi sesudah fiksasi dengan alohol dan pengeetan *apaniolaou digunakan sebagai ara yang epat untuk mendiagnosis eksaserbasi klinis, dan sediaan apus yang diambil memperlihatkan lesi dengan sel$sel multinuleus yang besar dan badan inklusi virus yang eosinofilik. etode ini dibatasi oleh spesifisitas dan sensitivitasnya. Bamun, teknik pengeatan imunoperoksidase dan pemeriksaan C'+" 6enzyme$linked immudosorbent assay7 pernah dievaluasi bah!a pembuatan diagnosis lebih epat dari sediaan apus, tetapi teknik ini tidak banyak dipakai selama kehamilan. . Clektromikroskop/ untuk melihat morfologi virus d. +erologi/ menentukan jenis antibibodi spesifik e. *emeriksaan immunofluoresen/ menentukan antigen virus dan jenis imunoglobulinnya dengan hasil g maupun komplemen 3 mengendap disepanjang zona membran basalis f. *emeriksaan histopatologi 8iakan virus pada membran horio alantois 6 A" 7 atau tissue ulture. etode ini merupakan ara yang paling optimal untuk memastikan infeksi yang terlihat seara klinis dan eksaserbasi yang asimtomatik. #an pada eksaserbasi yang simtomatik lebih dari separuh pemeriksaan kultur akan memberikan hasil yang positif setelah 4< jam, namun pada eksaserbasi yang asimtomatik, diperlukan !aktu yang lebih lama lagi sebelum terlihat efek sitopatik mengingat titer virus yang lebih rendah.
1.1.- Penatalak!anaan
1. enegah infeksi/ a. *enyuluhan
D b. eningkatkan kebersihan pera!atan bayi terutama untuk infeksi herpes orolabial dan mata. . 0ntuk infeksi genital tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko tinggi. d. 0ntuk !anita lain, pada ibu dengan infeksi primer dianjurkan untuk tidak hamil pada 1 sampai 2 bulan pertama. e. *emeriksaan sitologi teratur pada !anita hamil dengan infeksi herpes simpleks terutama menjelang persalinan. f. #ilakukan operasi +A bila ditemukan lesi aktif maupun pelepasan virus. g. munisasi +eara aktif non spesifik / #iberikan vaksinasi dengan vaksin small po5, polio
sabin dan 8A. 9idak dianjurkan karena tidak terjadi imunitas silang. +eara aktif spesifik/ aksin mengandung antigen herpes simpleks yang telah di inaktifkan dengan pemanasan %< derajat elius yang diperoleh dari A". "da 2
maam vaksin/ 'upidon H/ untuk herpes labialis 6H+ tipe 17 'upidon / untuk herpes genetalis 6H+ tipe 27 aksin ini tidak boleh diberikan pada !anita hamil dan penderita yang alergi
dengan 'upidon , dapat diberikan kimbinasi 'upidon H dan lupidon . munisasi seara pasif/ *emberian gamma$globulin dan interferon, +timulator
imunologi/levamisol, 8ersifat antiviral pada kulur jaringan dan he!an stimulasi A bisa memberikan efek toksis. 2. enegah -ekambuhan a. enghilangkan atau mengurangi faktor penetus dengan memberikan pengarahan serta mengobati infeksi. b. eningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan perbaikan kondisi tubuh maupun obat$obat anti virus seperti valailovir dan aylovir. . 8ila terdapat infeksi sekunder sebaiknya diberikan obat$obat yang tidak memberikan masking effet terhadap sifilis, misalnya otrimoksasol dan streptomisin. d. *engobatan / +eara topikal Ebat$obat yang sering dipakai/ *ovidon$iodin "ntiseptik Hati$hati pada !anita hamil karena bisa menimbulkan goiter 6gondok7 pada bayi.
1&
doksuridin 6 #0 7 8ersifat menekan sintesis #B" virus dan herpes, jadi menghambat replikasi virus. #0 1&$4&) dalam #+E 6dimetil sulfoksida7 lebih baik, tapi jangan lebih dari empat hari karena #+E dapat menimbulkan maserasi. 9idak dapat diberikan seara sistemik karena bersifat toksis. HC=*# adalah %) #0
dalam1&&) #+E. +itosin arabinosida(ytarabine/ enekan sintesis #B" virus dan hospes. "denin arabinosida(vidarabine/ enekankan sintesis #B" hospes
dan
polimerasi #B" virus. 8ahan$bahan pelarut organis "lkohol >&)/ bersifat mengeringkan, untuk stadium vesikel, Cter/ elarutkan lipid envelope sehingga partikel virus didapatkan ekstra sel, 8ersifat krustasi lokal,
+ebelum
vesikel
dipeahkan
dan
kemudian
dioleskan,
-urang
menyebabkan iritasi dan bersifat anestesi lokal. 9imol 4) dalam klorofo/ memperepat krustasi, bersifat anestesi lokal dan menegah infeksi sekunder virus terhadap virus yang envelope nya mengandung
1.1.
lipid. -ortikosteroid 6prednison 4&$& mg(hari
Ko,/lika!i
-omplikasi yang paling signifikan dari H+ adalah ensefalitis, meupakan kasus fatal sekitar &$<&). H+ dapat munul sebagai penyakit menular seperti pneumonia, olitis, atau esofagitis pada pasien "#+. nfeksi primer atau rekuren selama hamil dapat menimbulkan infeksi ongenital janin dan bayi baru lahir. -omplikasi dapat berupa infeksi lokal sampai dengan kelainan dan kadang meninggal. -omplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi lokal dan penyebaran virus ke lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga terjadi superinfeksi jamur. *ada pria
11 dapat terjadi impotensia. nfeksi menyeluruh bisa terjadi pada toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan dermatitis atopik atau kehamilan
1.1.10 Penegaan -arena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan seksual
seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju penegahan. 0ntuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. atal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama !aktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. 0ntuk meminimalkan risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. 8usa spermisida dan jeli mungkin mena!arkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. irus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. @ika "nda menyentuh luka, ui tangan "nda dengan sabun dan air sesegera mungkin. @uga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
1.2 Kon!e/ Da!ar A!uan Ke/era3atan 1.2.1 Pengkajian 17 dentitas *asien eliputi / nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, suku(8angsa, "gama, *ekerjaan,
"lamat, 9anggal =+, #iagnosa edis, =uangan, olongan darah, +umber nformasi7. 27 dentitas *enanggung @a!ab eliputi/ nama, umur, jenis kelamin, suku(bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan hubungan dengan pasien. 37 -eluhan utama ejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanankesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul. 47 =i!ayat penyakit sekarang -embangkan pola *F=+9 pada setiap keluhan klien.
12 *ada beberapa kasus,timbul lesi(vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam ataupenyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yangmengalami trauma fisik maupun psikis. *enderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat. %7 =i!ayat penyakit dahulu +ering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek atau memiliki ri!ayat penyakit seperti ini. 7 =i!ayat penyakit keluarga "da anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini. >7 -ebutuhan psikososial -lien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan itra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau identitas diri. <7 *emeriksaan fisik -eadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya tahan tubuh klien. *ada kondisi a!al(saat proses peradangan,dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda$tanda vital yang lain. *ada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel$vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. *erhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. *ada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. +edangkan pada !anita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. @ika timbul lesi, atat jenis, bentuk, ukuran ( luas,!arna, dan keadaan lesi. *alpasi kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran: pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.
1.2.2 Diagno!a Ke/era3atan yang 4ungkin 4unul
13 1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit 6infeksi herpes simpleks genitalis7 ditandai dengan suhu tubuh G 3>,%&A, kulit kemerahan, kulit teraba hangat 2. -erusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologis ditandai dengan adanya ulkus superfisial di area genital. 3. Byeri akut berhubungan dengan perubahan agen edera biologis 6herpes simpleks7 4. =isiko infeksi 6sekunder7 berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat 6integritas kulit tidak utuh7 %. angguan body image berhubungan dengan penyakit 6krusta akibat lesi herpes simpleks7 ditandai dengan pandangan negatif tentang tubuh, perubahan atual pada struktur . "nsietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah, kha!atir >. #efisiensi pengetahuan mengenai proses penyakit, pengobatan, dan penegahan kekambuhan infeksi Herpes +impleks enitalia berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi ditandai dengan pengungkapan masalah mengenai ketidaktahuan tentang penyakit, ketidakakuratan mengikuti perintah pengobatan dan penegahan 6sering terjadi rekurensi infeksi7.
1.2." Inter5en!i Ke/era3atan 1. Hi/erter,ia 6eru6ungan )engan /enyakit 7inek!i er/e! !i,/lek! genitali!8 )itan)ai )engan !uu tu6u 9 "+:$ 0': kulit ke,eraan: kulit tera6a angat 9ujuan/ setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam suhu badan anak dalam
batas normal ntervensi/ a. 0kur suhu badan anak setiap 4 jam b. *antau suhu lingkungan . 8erikan kompres hangat d. -olaborasi dengan tim medis / pemberian antipiretik 2. Keru!akan integrita! kulit 6eru6ungan )engan /enurunan i,unologi! )itan)ai )engan a)anya ulku! !u/eri!ial )i area genital.
14 9ujuan / setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam -erusakan integritas kulit teratasi dengan kriteria hasil / $ -ulit menjadi sehat $ riksi bisa terhindari $ Aedera bisa terhindari $ -ulit bisa terhindari dari sinar 0 berlebihan a. -aji ukuran, !arna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar b. 8erikan pera!atan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi . 'akukan mamase dengan lembut kulit sekitar area yang sakit ". Nyeri akut 6eru6ungan )engan /eru6aan agen e)era 6iologi! 7er/e! !i,/lek!8 9ujuan setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam Byeri hilang atau
berkurang dengan kriteria hasil/ $elaporkan nyeri terkontrol ntervensi/ a. -aji keluhan nyeri, perhatika lokasi atau karakteristik dan intense b. 0bah posisi sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi . *ertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat d. -olaborasi pemberian analgesi #. ;i!iko inek!i 7!ekun)er8 6eru6ungan )engan /ertaanan tu6u /ri,er ti)ak a)ekuat 7integrita! kulit ti)ak utu8 9ujuan / +etelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam, dengan kriteria hasil / $9idak terjadi infeksi loal atau sistemik
ntervensi/ a. -aji dan atat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. ?aspadai nyeri yang menjadi hebat b. "!asi dan atat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan epat dan dangkal . 'akukan pera!atan luka dengan tehnik asepti d. 'ihat insisi dan balutan. Aatat karakteristik drainase luka(drain, eritema e. -olaborasi/ antibioti $. *angguan 6o)y i,age 6eru6ungan )engan /enyakit 7kru!ta aki6at le!i er/e! !i,/lek!8 )itan)ai )engan /an)angan negati tentang tu6u: /eru6aan atual /a)a !truktur 9ujuan/ setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam anguan itra tubuh
teratasi dengan kriteria hasil / $ klien tidak mengalami gangguan itra diri
1% $ $ $ $
klien memahami kondisi kulitnya -lien lebih merasa nyaman klien tidak merasa takut lagi klien bisa menilai diri dan mengenali masalahnya
intervensi/ a. -aji adanya gangguan itra diri 6menghindari kontak mata,uapan merendahkan diri
b. . d. e.
sendiri.7 dentifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan. 8erikan kesempatan pengungkapan perasaan Bilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien 8antu klien yang emas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
(. An!ieta! 6eru6ungan )engan /eru6aan !tatu! ke!eatan )itan)ai )engan geli!a: ka3atir 9ujuan/ / setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama .... 5 24 jam "nsietas teratasi dengan kriteria hasil/ $ enunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas ntervensi / a. -aji dan dokumentasikan tingkat keemasan pasien. b. 8eri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan seara verbal pikiran dan perasaan
. d. e. f.
untuk mengeksternalisasikan ansietas. 8erikan informasi faktual menyangkut diagnosis, terapi,dan prognosis. @elaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya di alami selama prosedur. "jarkan teknik relaksasi misalnya imajinasi terbinbing, visualisasi. -olaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu.
+. Dei!ien!i /engetauan ,engenai /ro!e! /enyakit: /engo6atan: )an /enegaan keka,6uan inek!i Her/e! Si,/lek! *enitalia 6eru6ungan )engan kurangnya /ajanan inor,a!i )itan)ai )engan /engungka/an ,a!ala ,engenai keti)aktauan tentang /enyakit: keti)akakuratan ,engikuti /erinta /engo6atan )an /enegaan 7!ering terja)i rekuren!i inek!i8. 9ujuan / setelah dilakukan tindakan kepera!atan selama . ... 5 24 jam 9ingkat pemahaman yang ditunjukkan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil/ $-lien mampu menyebutkan pengertian, penyebab,tanda dan gejala dan pengobatannya ntervensi a. -aji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
1 b. 8eri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan pera!atan pasien . 8eri reinforement positif jika klien menja!ab dengan tepat
1.2.#
I,/le,enta!i
#ilakukan sesuai dengan intervensi(renana tindakan kepera!atan.
1>
DA
"nonim. 2&12. Laporan Pendahuluan Herpes Simplex. 6online7, 6http/((ilmugreen.blogspot.o.id, diakses tanggal 24 april 2&1>7. 8ulehek, loria . 2&&<. Nursing Interventions Classification (NIC) fifth edition. 0+"/ osby n an "ffiliate of Clservier. Herdman. 9. Heather. 2&11. Nanda Internasional Diagnosis epere!atan Definisi dan lasifi"asi #$%#$%'. @akarta/ -edokteran CA. oorhead, +ue. 2&&<. Nursing utcomes Classification (NC) fifth edition. 0+"/ osby n an "ffiliate of Clservier. ?ijayanti,
=ahayu.
2&14.
Laporan
Pendahuluan
Herpes
6http/((rahayu!ijayanti<>.blogspot.o.id, diakses 24 "pril 2&1>7.
Simplex.
6online7,
1<