LAPORAN PENDAHULUAN GADAR
Teguh Santoso 32-249-06-11-2010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010 TAMPONADE JANTUNG A. Defenisi
Tamponade jantung adalah kompresi jantung disebabkan oleh darah atau cairan yang terakumulasi di ruang antara miokardium (otot jantung) dan pericardium (lapisan luar jantung). Ini merupakan keadaan darurat medis, dengan meningkatnya produksi cairan sehingga akan menekan jantung lebih kuat dan proses pengisian tidak normal. Jika tidak diobati, ventrikel akan terganggu, mengakibatkan shock dan kematian.
B. Etiologi
Etiologinya bermacam-macam yang paling sering adalah maligna, perikarditis, uremia dan trauma, perdarahan ke dalam ruang pericardial akibat trauma, operasi, atau infeksi, pemasangan pacu jantung, tuberculosis, dan penggunaan antikoagulan.
C. Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi pericardium menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung ( gangguan diastolik ventrikel ). Penyebab tersering adalah neoplasma, dan uremi. Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, yang menyebabakan pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya ruang pada kantong jantung (perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Pergesekan ini dapat
menyebabkan
terjadinya
peradangan
pada
perikarditis
sehingga
terjadi
penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan tamponade jantung. Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung. Dimana orang yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium). Selain itu , tamponade jantung juga dapat disebabkan akibat trauma tumpul/ tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi cairan tersebut.
D. Pathway
Neoplasma
Pertumbuhan sel abnormal
Hyperplasia
Tebentuk tumor
Gesekan antar ruang jantung
Pericarditis
Akumulasi cairan pada ruang pericardial
Ventrikel kaku
takikardi
Cardiac output berkurang
E. Manifestasi klinik
takikardi, peningkatan volume intravascular, peningkatan tekanan vena jugularis, pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik <100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah (redup), gelisah, pucat, keringat dingin, berupa takipnea, tanda kusmaul (peningkatan tekanan vena saat inspirasi ketika bernafas spontan), Beck’s triad, distensi vena jugularis dari elevasi tekanan vena dan penurunan tingkat kesadaran.
F. Pemeriksaan penunjang
• Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung • EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang berikutnya • Echocardiografi adanya efusi pleura. (Mansjoer, A., dkk. 2000: 298). Menurut Braunwald (2001 : 167) hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung menunjukkan : 1. Kolaps diastole pada atrium kanan 2. Kolaps diastole pada ventrikel kanan 3. Kolaps pada atrium kiri 4. Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup trikuspidalis dan terjadi
penurunan pemasukan dari aliran katup mitral > 15 % 5. Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan pemasukan dari ventrikel kiri 6. Penurunan pemasukan dari katup mitral . 7. Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
G. Asuhan keperawatan
1. Diagnose keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul. b. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis, c. Perfusi jaringan (cerebral, perifer, cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan nadi lemah, TTV abnormal, penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral dingin.
2. Intervensi keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea, tanda kusmaul. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 15 menit diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil : • Takipnea tidak ada • Tanda kusmaul tidak ada • TTV dalam rentang batas normal (RR : 16 – 20 X/ mnt).
Intervensi:
1. Pantau ketat tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan Perubahan pola nafas dapat mempengaruhi tanda-tanda vital 2. Monitor isi pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, nafas bibir dan penggunaan otot bantu pernafasan Pengembangan dada dan penggunaan otot Bantu pernapasan mengindikasikan gangguan pola nafas 3. Berikan posisi semifowler jika tidak kontrainndikasi Mempermudah ekspansi paru 4. Ajarkan klien nafas dalam Dengan latihan nafas dalam dapat meningkatkan pemasukan oksigen Kolaborasi 5.Berikan oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat dapat menghindari resiko kerusakan jaringan 6. Berikan obat sesuai indikasi Medikasi yang tepat dapat mempengaruhi ventilasi pernapasan
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai dengan distensi vena jugularis, perubahan EKG, TD menurun, kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis, Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 10 menit diharapkan curah jantung ke seluruh tubuh adekuat dengan kriteria hasil : • TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg). • Nadi perifer teraba kuat • Suara jantung normal. • Sianosis dan pucat tidak ada. • Kulit teraba hangat • EKG normal • Distensi vena jugularis tidak ada.
Intervensi : 1. Monitor TTV berkelanjutan TTV merupakan indicator keadaan umum tubuh (jantung). 2. Auskultasi suara jantung, kaji frekuensi dan irama jantung. Perubahan suara, frekuensi dan irama jantung dapat mengindikasikan adanya penurunan curah jantung. 3. Palpasi nadi perifer dan periksa pengisian perifer. Curah jantung yang kurang mempengaruhi kuat dan lemahnya nadi perifer. 4. Kaji akral dan adanya sianosis atau pucat. Penurunan curah jantung menyebabkan aliran ke perifer menurun. 5. Kaji adanya distensi vena jugularis Tamponade jantung menghambat aliran balik vena sehingga terjadi distensi pada vena jugularis. Kolaborasi : 6. Berikan oksigen sesuai indikasi Oksigen yang adekuat mencegah hipoksia. 7. Berikan cairan intravena sesuai indikasi atau untuk akses emergency. Mencegah terjadinya kekurangan cairan. 8. Periksa EKG, foto thorax, echocardiografi dan doppler sesuai indikasi. Pada tamponade jantung, terjadi abnormalitas irama jantung dan terdapat siluet pembesaran jantung. 9. Lakukan tindakan perikardiosintesis. Dengan perikardiosintesis cairan dalam ruang pericardium dapat keluar. ko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan c. Perfusi
jaringan
(cerebral,
perifer,
cardiopulmonal, renal, gastrointestinal) tidak efektif b.d suplai O2 menurun ditandai dengan
nadi
lemah,
TTV
abnormal,
penurunan kesadaran, kulit pucat, sianosis, akral Tujuan
dingin. :
setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama 3 x 15 menit diharapkan perfusi jaringan adekuat dengan kriteria hasil
: • Nadi teraba kuat • TTV dalam batas normal (Nadi : 60-100 x/mnt, TD : 110-140 mmHg) • Tingkat kesadaran composmentis • Sianosis atau pucat tidak ada • Nadi teraba lemah, terdapat sianosis, • Akral teraba hangat
Intervensi : 1. Awasi tanda-tanda vital secara intensif Perubahan tanda-tanda vital seperti takikardi akibat dari kompensasi jantung untuk memenuhi suplai O2. 2. Pantau adanya ketidakadekuatan perfusi (kulit : dingin dan pucat, sianosis) Menunjukkan adanya ketidakadekuatan perfusi jaringan
3. Pantau GCS Penurunan perfusi terutama di otak dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran 4. Anjurkan untuk bed rest/ istirahat total Menurunkan kebutuhan oksigenri berhubungan dengan trauma kepala. Tujuan : Anak akan merasa nyaman yang ditandai dengan anak tidak
mengeluh nyeri, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
8. Referensi
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC. Yarlagadda Chakri.2010. Cardiac Tamponade. Di akses tanggal 31 Oktober 2010, dari: http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta: EGC