LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARKOMA
I.
KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut (Price, 1998). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong, 2003). Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak lakilaki dan anak perempuan adalah sama, tetapi padaakhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki (Smeltzer, 2001). Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.
B. ETIOLOGI Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan, Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001). Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain : 1. Trauma Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarcoma. 2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma. 3. Karsinogenik kimia Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma. 4. Virus Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma. 5. Keturunan ( genetik )
C. PATHOFISIOLOGI Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi. Bisa berupa: 1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan lunak diinvasi oleh tumor. 2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada hasil pemeriksaan
radigrafi
menunjukkan
adanya
suatu
bangunan
yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor itusendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran sinar matahari). Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne C,2001).
D. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne C (2001) adalah sebagai berikut : 1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit) 2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas 3. keterbatasan gerak 4.
kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena. 6. Kelelahan, anoreksi dan anemia. 7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus 8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiologi Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang: a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis, ataupada organ-organ tertentu. b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple. c. Jenis tulang yang terkena. d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu: e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak. f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi. g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu: a. Pemindaian radionuklida. Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma. b. CT-scan. Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus. c. MRI MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam membantumenegakkan diagnosis tumor. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi: a. Darah.
Pemeriksaan
darah
meliputi
pemeriksaan
laju
endap
darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang. b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein BenceJones. 3. Biopsi Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CTscan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak. Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu : a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor. b. Biopsi terbuka. Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil jaringan
yang
lebih
besar
untuk
pemeriksaan
histologis
dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .
F. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya
leucopenia dan fraktur patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda apatis dan kelemahan.
G. PENATALAKSANAAN Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin. Penatalaksanaan yang bisa diberikan: 1. Tindakan Medis a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor. b. Kemoterapi. Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang sudah metastase. Dapat merusak sel normal. Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant chemotherapy. Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya, sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap terjadinya
mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu
mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi. Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi (neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi. Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai. d. Analgesik atau tranquiser. Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika. e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
2. Tindakan Keperawatan a) Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ). b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. c) Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. d) Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal yaitu: 1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat. 2. Riwayat Penyakit Terdahulu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya 4. Riwayat Penyakit Keluarga Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu a) Bernapas Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif. b) Makan dan Minum Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan. Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema. c) Eliminasi Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih. Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen. d) Aktifitas Gejala: Kelemahan, malaise. Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak, Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam. f) Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi. g) Kebersihan/Hygiene Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat kelemahan yang dialami. h) Nyaman Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal. Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincang i) Keamanan Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi, Ruam kulit, ulserasi. j) Komunikasi dan Sosialisasi Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga. k) Belajar Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa pemicu munculnya stroke tersebut. l) Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan m) Prestasi n) Spiritual
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi. 2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan muskuloskeletal 4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor 6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan 7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan hipermetabolik 8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi 9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. INTERVENSI
No 1.
Diagnosa Nyeri
NOC akut NOC:
NIC NIC:
berhubungan dengan 1.
Pain level
Pain Manajement
obstruksi
Pain control
1.
jaringan 2.
saraf atau inflamasi.
3.
Comfort level
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : 1. Mampu mengontrol
frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu
Lakukan pengkajian nyeri
presipitasi. 2.
Observasi reaksi non verbal dan
menggunakan teknik
ketidaknyamanan, seperti pasien
non farmakologi untuk
tampak meringis, dan
mengurangi nyeri)
memegangi bagian tubuh yang
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
sakit. 3.
Gunakan tehnik komunikasi
menggunakan
terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri
pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali
4.
Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri
menpengaruhi nyeri seperti suhu
(skala,intensitas,frekue
ruangan, pencahayaan dan
nsi, dan tanda nyeri)
kebisingan.
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi (analgetik), dan non – farmakologi (relaksasi nafas dalam)
7.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. Ajarkan tentang tehnik non –
8.
farmakologi. 9.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2
Gangguan citra
NOC:
NIC:
tubuh berhubungan
1. Body Image
dengan adanya
2. Self esteem
tumor
Body Image Enhancement 1. Diskusikan
dengan
klien
tentang perubahan dirinya
Kriteria Hasil: 1. Body image positif
2. Bantu
2. Mampu
klien
memutuskan
tingkat
dalam actual
mengidentifikasi
perubahan dalam tubuh atau
kekuatan personal
level fungsi tubuh
3. Mendiskripsikan
3. Monitor frekuensi pernyataan
secara
faktual
perubahan
fungsi
klien 4. Berikan dukungan dan suport
tubuh
mental serta spiritual.
4. Mempertahankan
5. Libatkan
interaksi sosial
keluarga
untuk
memberikan dukungan sacara mental dan spiritual
3
Hambatan mobilitas
fisik
NOC : 1. Joint
:
Active
berhubungan
3. Self care : ADLs
penurunan dan
kerusakan muskuloskeletal
4. Transfer performance Kriteria hasil: 1.
Klien
Exercise therapy : ambulation 1. Monitoring vital sign
2. Mobility Level
dengan
kekuatan
NIC : Movement
sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
meningkat
dalam aktivitas fisik 2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
dengan kebutuhan 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
3. Memverbalisasikan perasaan
4. Ajarkan pasien atau tenaga
dalam
kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan
ambulasi 5. Kaji kemampuan pasien dalam
berpindah 4.
mobilisasi
Memperagakan
6.
Latih pasien dalam pemenuhan
penggunaan alat Bantu
kebutuhan ADLs secara mandiri
untuk
sesuai kemampuan
mobilisasi
(walker)
7. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs 1. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. 2. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
4
Ansietas
NOC:
NIC:
berhubungan dengan
Penurunan Kecemasan
ancaman
kematian
dan perubahan status kesehatan
Anxiety self control
1. Gunakan
Anxiety level
Coping
pendekan
yang
menyenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria hasil : mampu
3. Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi
dan
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan
gejala
1. Klien
4. Temani
cemas.
memberikan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan menunjukkan
dan teknik
untuk mengontrol cemas. 3. Vital sign dalam batas normal
prosedur pasien keamanan
untuk dan
mengurangi takut 5. Dengarkan
dengan
penuh
perhatian 6. Identifikasi tingkat kecemasan 7. Bantu pasien mengenal situasi
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat
yang menimbulkan kecemasan 8. Dorong
aktivitas
mengungkapkan
menunjukkan
tumor
pasien
menggunakan teknik relaksasi
cedera NOC:
berhubungan dengan
perasaan,
9. Intruksikan
kecemasan.
Resiko
untuk
ketakutan, persepsi
berkurangnya
5
pasien
NIC :
1. Risk Kontrol
Enviroment
Kriteria Hasil:
(Manajemen Lingkungan)
1. Klien terbebas dari cidera
1. Indentifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan
2. Klien
mampu
menjelaskan
level fisik dan fungsi koognitif serta riwayat kebiasaan
cara/metode
untuk
mencegah
sebelumnya. 2. Indentifikasi benda-benda
injury/cidera 3. Klien
beresiko di lingkungan. mampu
menjelaskan resiko
faktor dari
lingkungan/perilaku personal
3. Pindahkan benda-benda berbahaya dari lingkungan pasien. 4. Modifikasi lingkungan meminimalisir bahaya dan
4. Mampu
resiko.
menggunakan fasilitas
Management
kesehatan
yang ada
5. Siapkan pasien dengan telfon emergency. 6. Beritahu pasien terhadap resiko individual dan kelompok mengenai bahaya dan resiko. 7. Kolaborasikan dengan petugas lain untuk meningkatakan keamanan lingkungan.
6
Resiko
infeksi NOC :
berhubungan dengan
1. Immune Status
NIC : Infection Control
penyakit kronis dan kerusakan jaringan
2. Knowledge : Infection
1. Pertahankan teknik aseptif
control
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Risk control
3. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil :
dan sesudah tindakan
1. Klien bebas dari tanda
keperawatan
dan gejala infeksi
4. Gunakan baju, sarung tangan
2. Menunjukkan kemampuan untuk
sebagai alat pelindung 5. Ganti letak IV perifer dan
mencegah timbulnya
dressing sesuai dengan
infeksi
petunjuk umum
3. Jumlah leukosit dalam
6. Gunakan kateter intermiten
batas normal
untuk menurunkan infeksi
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat v
kandung kencing 7. Tingkatkan intake nutrisi Infection Protection 1.
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.
Pertahankan teknik isolasi k/p
3.
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
4.
Monitor adanya luka
5.
Dorong masukan cairan
6.
Dorong istirahat
7.
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
8.
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
7
Resiko
NOC :
NIC :
ketidakseimbangan
1. Nutritional Status
Nutrision Management
nutrisi
kurang
kebutuhan
dari yang
2. Nutritional Status : food and fluid intake
1. Kaji adanya alergi makanan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan
dengan
hipermetabolik
3. Nutritional Status :
menentukan jumlah kalori dan
nutrient intake
nutrisi yang dibutuhkan pasien
4. Weight control
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Kriteria Hasil : 1. Adanya peningkatan
4. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai
meningkatkan protein dan vitamin
dengan tujuan
C
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 7. Kaji kemempuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
5. Menunjukkkan
dibutuhkan
peningkatan fungsi
Nutrition Monitoring
pengecapan dari menelan
1. BB pasien dalam batas normal
Tidak
terjadi
penurunan
berat badan yang berarti
2. Monitor adanya penurunan berat badan 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan 4. Monitor lingkungan selama makan 5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan 6. Monitor mual muntah 7. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor kalori dan intake nutrisi
8
Resiko integritas berhubungan efek radiasi
kerusakan NOC:
NIC :
kulit dengan
1. Tissue Integrity :
Pressure Management
Skin and Mucous Membranes
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
2. Hemodyalis Akses
longgar 2. Hindari kerutan padaa tempat
Kriteria Hasil :
tidur 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Integritas kulit yang
bersih dan kering
baik bisa
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
dipertahankan
pasien) setiap dua jam sekali
2. Melaporkan adanya
5. Monitor kulit akan adanya
gangguan sensasi
kemerahan
atau nyeri pada
6. Oleskan lotion atau
daerah kulit yang
minyak/baby oil pada derah
mengalami
yang tertekan
gangguan
7. Monitor aktivitas dan
3. Menunjukkan
mobilisasi pasien
pemahaman dalam
8. Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan
9. Memandikan pasien dengan
kulit dan mencegah
sabun dan air hangat
terjadinya sedera
10. Inspeksi kulit terutama pada
berulang
tulang-tulang yang menonjol
4. Mampu melindungi
dan titik-titik tekanan ketika
kulit dan
merubah posisi pasien.
mempertahankan
11. Jaga kebersihan alat tenun.
kelembaban kulit dan perawatan alami 9
Defisit pengetahuan NOC:
NIC:
berhubungan dengan
Teaching : Disease Process
kurangnya informasi
1. Kowlwdge : disease process
1.
2. Kowledge : health Behavior
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2.
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
Kriteria hasil: 1. Pasien dan keluarga menyatakan
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang
3.
Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi,
yang biasa muncul pada
prognosis dan
penyakit, dengan cara yang tepat
program pengobatan
4.
2. Pasien dan keluarga mampu
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.
Identifikasi kemungkinan
melaksanakan
penyebab, dengan cara yang
prosedur yang
tepat
dijelaskan secara
6.
benar
tentang kondisi, dengan cara
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
Sediakan informasi pada pasien
yang tepat 7.
Sediakan bagi keluarga informasi
kembali apa yang
tentang kemajuan pasien dengan
dijelaskan
cara yang tepat
perawat/tim
8.
kesehatan lainnya
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9.
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
D. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon klien dan dokumentasikan.
E. EVALUASI Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 .Jakarta : EGC Hadaming,
Elvi.
2014.
Askep
Osteosarkoma.
http://evyhadaming.blogspot.com/2014/04/askep-osteosarkoma.html.
diakses
tanggal 19 Desember 2014. Pukul 20.00 wita Kurniasih,
Amanda.
2013.
Laporan
Pendahuluan
Askep
Osteosarkoma.
https://id.scribd.com/doc/168720911/Laporan-Pendahuluan-Osteosarcoma. Diakses tanggal 19 Desember 2014. Pukul 21.05 wita. Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG Nanda NIC-NOC.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : ECG Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOSARCOMA
Oleh : Made Andri Yusnita Sari P07120012021 TINGKAT 3.1 REGULER
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2014