LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS DI RUANG BAITUSALAM 1 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun untuk memenuhi tugas keperawatan gawat darurat
DISUSUN OLEH : TIRA SEPTIA TRISNA NIM : 30901301842
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013
I. KONSEP DASAR APENDISITIS A. Pengertian Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.2007). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, UNAIR, 2004) Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya
banyak
mengandung
kelenjar
yang
senantiasa
mengeluarkan lendir. (Anonim, UNAIR, 2004) Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, UNAIR, 2004) Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.2007). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, UNAIR, 2004) Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya
banyak
mengandung
kelenjar
yang
senantiasa
mengeluarkan lendir. (Anonim, UNAIR, 2004). B. Etiologi 1. Ulserasi pada mukosa. 2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (feces yang keras). 3. Pemberian barium. 4. Berbagai macam penyakit cacing. 5. Tumor. 6. Striktur karena fibrasis pada dinding usus. (Burner and suddarth, 2001) C. Patofisiologi Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras). Penyumbatan pengeluaran
sekret
mukus
mengakibatkan
perlengketan,
infeksi
dan
terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berlangsung terusmenerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik, tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen (L. Ludeman.2004).
D. Pathways
Masa/tinja/benda asing Obstruksi lumen apendik Peradangan Sekresi, mucus tidak dapat keluar
Pembengkakan jaringan limpoid Peregangan Apendik
Tekanan intra luminal suplai darah terganggu Hipoksia Nyeri Akut ........................ Ulserasi + invasi Kronis ..................... Nekrose + perporasi (L. Ludeman.2004) E. Manifestasi Klinik
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan.
Nyeri tekan lepas ( hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
Kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda rousing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri.
Bila apendiks telah rupture, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.
(RadenFahmi,2010) F. Penatalaksanaan Apendisitis perforasi Persiapan prabedah: pemasangan sonde lambung dan tindakan dekompresi. Rehidrasi. Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan spectrum luas, dosis cukup, di berikan secara intravena. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septic dan dalam kondisi hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh puasa lama, muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang, seperti udem organ intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal. Persiapan prabedah: -
Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
-
Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
-
Rehidrasi
-
Antibiotika dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena
-
Obat-obat
penurun
panas,
phenergan
sebagai
anti
menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai Pembedahan Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah tercapai. Suhu tidak melebihi 38 derajat, produksi urin berkisar 1-2 ml/kg/jam. Nadi di bawah 120/menit. Teknik pembedahan
Insisi tranversal di sebelah kanan sedikit di bawah umbilicus. Sayatan Fowler Weiser lebih di pilih, karena cepat dapat mencapai rongga abdomen dan bila diperlukan sayatan dapat diperlebar ke medial dengan memotong fasi dan otot rektus. Sebelum membuka peritoneum tepi sayatan diamankan dengan kasa. Membuka peritoneum sedikit dahulu dan alat pengisap telah disiapkan sedemikian rupa sehingga nanah dapat langsung terisap tanpa kontaminasi ke tepi sayatan. Sayatan diperlebar dan pengisapan nanah diteruskan. Apendektomi dikerjakan seperti biasa. Pencucian rongga peritoneum mutlak dekerjakan dengan larutan NaCl fisiologis sampai benar-benar bersih. Cairan yang dimasukkan terlihat jernih sewaktu diisap kembali. Pengumpulan nanah biasa ditemukan di fosa apendiks, rongga pelvis di bawah diafraghma dan diantara usus-usus. Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis juga setelah peritoneum dan lapisan fasi yang menempel peritoneum dan sebagian otot di jahit. Penjahitan luka sayatan jangan dilakukan terlalu kuat dan rapat. Pemasangan dren intraperitoneal masih merupakan kontroversi. Bila pencucian rongga peritoneum benar-benar bersih dren tidak diperlukan. Lebih baik dicuci bersih tanpa dren daripada dicuci kurang bersih dipasang dren. (Harnawatiaj,2008) G. Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan Radiologi
Foto
polos
abdomen
dikerjakan
apabila
dari
hasil
pemeriksaan riwayat sakit dan pemeriksaan fisik meragukan.
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan, mungkin terlihat "ileal atau caecal ileus" (gambaran garis permukaan cairan-udara di sekum atau ileum)
Patognomonik bila terlihat gambaran fekolit.
Foto polos pada apendisitis perforasi: -
Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak terbatas di kuadran kanan bawah.
-
Penebalan dinding usus disekitar letak apendiks, seperti sekum dan ileum.
-
Garis lemak pra peritoneal menghilang.
-
Scoliosis ke kanan.
-
Tanda-tanda
obstruksi
usus
seperti
garis-garis
permukaan cairan-cairan akibat paralysis usus-usus local di daerah proses infeksi.
Gambaran tersebut di atas seperti gambaran peritonitis pada umumnya, artinya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila pada foto terlihat gambaran fekolit maka gambaran seperti tersebut di atas patognomonik akibat apendisitis.
b.
Laboratorium
Pemeriksaan darah: lekosit ringan( 10.000-20.000 /ml) dengan peningkatan jumlah netrofil umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih dari 13.000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri.
Pemeriksaan urin: sedimen dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Juga untuk membedakannya dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
(Mahdi,2010)
II. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Data subyektif Sebelum operasi
Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah.
Mual, muntah, kembung.
Tidak nafsu makan, demam.
Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.
Diare konstipasi.
Sesudah operasi
Nyeri daerah operasi.
Lemas, haus.
Mual, kembng.
Pusing.
b. Data obyektif Sebelum operasi
Nyeri tekan di titik Mc Berney.
Spasma otot.
Taksikardi, takipea.
Pucat, gelisah.
Bising usus berkurang atau tidak ada.
Demam 38-38,5oC.
Sesudah operasi
Terdapat luka operasi di kuadran kanan abonsmen.
Terpasang infus.
Terdapat ardin/pipa lambung.
Bising usus berkurang.
Selaput mulut mukosa kering.
c. Pemeriksaan laboratorium
Leukosit 10.000 – 18.00 /mm3.
Nitrofit meningkat 75%.
WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin induksi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah).
d. Data pemeriksaan diagnostik
Radiologi : foto colon yang memungkinkan adanya fecolit pada katup.
Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian.
e. Potensial infeksi
Perforasi.
Periforstis.
Dehidrasi.
Sepsis.
Elektrolit darah tidak seimbang.
Pnemuoni.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri abdomen berhu-bungan dengan obstruksi dan peradangan apen-diks. 2. Resiko kekurangan vo lume cairan berhubung an dengan mual, mun- tah, anoreksia dan diare. 3. Kurang pengetahuan ten tang prosedur persiapan dan sesudah operasi. 4. Kerusakan integritas ku-lit berhubungan dengan luka pembedahan. C. Rencana Keperawatan No 1
DIAGNOSA
TUJUAN /
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN KRITERIA Nyeri abdomen berhu- Nyeri berkurang.
Kaji tanda vital
bungan dengan
Kriteria :
Kaji keluhan nyeri, tentukan
obstruksi dan
Klien mengungkapkan
lokasi, jenis dan intensitas
peradangan apen-diks.
ra-sa sakit berkurang.
nye-ri. Ukur dengan skala 1-
Subyektif :
Wajah dan posisi tubuh
10.
Nyeri daerah pusar tampak rilaks menjalar kedaerah
Jelaskan
penyebab
sakit, cara mengurangi.
rasa
Beri posisi ½ duduk untuk
perut kanan bawah. Tungkai
kanan
me-ngurangi
tidak
dapat
infeksi pada abdomen.
penyebaran
Ajarkan tehnik relaksasi.
diluruskan.
Kompres es pada daerah Obyektif :
sakit
Nyeri tekan di titik
nyeri.
Mc Burney.
untuk
mengurangi
Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman (miring dengan
menekuk
lutut
kanan). Puasa makan minum apabila akan dilakukan tindakan. Ciptakan lingkungan yang tenang. Laksanakan program medik. Pantau efek terapeutik dan non
terapeutik
dari
pemberian analgetik. 2
Observasi tanda vital suhu,
Resiko kekurangan vo
Cairan dan elektrolit
lume cairan
da-lam keadaan
nadi, tekanan darah, perna-
berhubung an dengan
seimbang.
pasan tiap 4 jam.
mual, mun- tah,
Kriteria :
anoreksia dan diare.
Turgor kulit baik. Cairan yang keluar dan masuk seimbang.
Observsi cairan yang keluar dan yang masuk. Jauhkan bauan
makanan/bauyang
merangsang
mual atau muntah. Kolaborasi pemberian infus 3
Kurang pengetahuan
Setelah diberikan
ten tang prosedur
penje-lasan klien
dan pipa lambung. Jelaskan prosedur persiapan
persiapan dan sesudah
memahami tentang
operasi.
prosedur persiap-an dan
pemasangan infus.
Subyektif
sesudah operasi
puasa makan & minum
Klien / keluarga ber-
operasi.
sebelumnya 6 - 8 jam.
tanya tentang
Kriteria
prosedur persiapan
Klien kooperatif
dan sesudah operasi
dengan tindakan
Obyektif
persiapan operasi
Klien tidak kooperatif
maupun sesudah
terhadap tindakan per-
operasi.
siapan operasi.
Klien mendemonstrasikan latihan yang diberikan.
cukur daerah operasi. Jelaskan
situasi
dikamar
bedah. Jelaskan perlu
aktivitas dilakukan
yang setelah
operasi. Latihan batuk efektif. mobilisasi
dini
secara
pasif dan aktif bertahap. 4
Kerusakan integritas
Luka insisi sembuh
ku-lit berhubungan
tanpa ada tanda infeksi.
Pantau
luka
pembedahan
dari tanda-tanda peradangan
dengan luka
:
pembedahan.
bengkak dan cairan yang
de-mam,
kemerahan,
keluar, warna jum-lah dan karakteristik. Rawat luka secara steril. Beri makanan berkualitas atau dukungan klien untuk makan.
Makanan
mencukupi
untuk
mempercepat
proses
penyembuhan. Beri
antibiotika
program medik.
sesuai
DAFTAR PUSTAKA : ……… 2004. Diktat Kuliah Medikal Bedah II. PSIK FK.Unair. TA: 2004/2005.
Surabaya.
Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta : EGC. Doengoes, M.E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta. Engram, Barbara, 2004, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC. Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis. (online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 20.07) L. Ludeman.2004.The pathology of diverticular disease (online) (linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.30) Mahdi,2010. ASKEP DIVERTIKULUM PADA COLON . (online)(http://askepmahdi.blogspot.com/2010/01/askep-divertikulum-pada-colon.html diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.46) RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php? 55616- diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03) Sjamsuhidajat. R & Jong,Wim de.2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi. EGC. Jakarta