LAPORAN TUTORIAL MODUL SESAK NAFAS SISTEM TRAUMATOLOGI
Tutor
: Dr. Kartono Ichwani SpBK
Disusun oleh
:Kelompok 2
1. Dimas Dwityo Previanto 2. Ebbel Tantian Igamu 3. Raditya Reza 4. M. Gassan Samman 5. Chicilia Windia T. W 6. Diah Eka P 7. Nelly Kartika 8. Noerlailatul Fitrah 9. Sela Naimora 10.Tessa 10.Tessa Meiliasari 11.Yuni 11.Yuni Rahmawati H
(2010730026) (2010730029) (2010730086) (2007730083) (2010730020) (2010730026) (2010730077) (2010730080) (2010730097) (2010730104) (2010730119)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013
Skenario
Seorang laki-laki usia 25 tahun, dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak napas penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah. Tindakan Algoritma Kegawatdaruratan
2
I.
Pengenalan dan Penilaian Kesadaran •
Tingkat Kesadaran : a. Compos Mentis (Concious) : Baik b. Apatis : Tidak ada perhatian terhadap sekitar c. Delirium (Obtundasi.Letargi) : kesadaran menurun dengan kacau motorik (ada periode tidur bangun, agitasi, irritable, halusinasi) d. Somnolen : mengantuk-tidur, tapi mudah dibangunkan e. Stupor (sopor koma) : seperti tidur lelap, sukar dibangunkan tetapi masih dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang kuat. f. Coma (comatus) : tidak ada reaksi lagi terhadap rangsangan nyeri g. Obtundasi : kesadaran turun tapi masih responsif terhadap rangsang sentuhan atau suara.
Penilaian Kesadaran a. AVPU A : Alert V : Responds to Vocal stimuli P : Responds to Painful Stimuli U : Unresponsive to all stimuli b. GCS (Glasgow Coma Scale)
3
II.
Primary Survey Penilaian awal ABCD dan penanganan A. Airway
Yang di nilai : Lihat
: Ada gerak napas
Dengar
: Ada suara tambahan, pada kasus ini terdengar suara snoring (jatuh pangkal lidah)
Rasa
: Ada hawa ekshalasi
Suara tambahan yang terdengar dapat berupa :
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor
Snoring : sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke belakang
: sumbatan pada plika vokalis
Pada kasus ini diduga terjadi sumbatan jalan nafas oleh suatu benda asing. Tanda sumbatan : •
Mendengkur (snoring) : pangkal lidah
•
Berkumur (gargling) : cairan
•
Stridor (crowing) : kejang/ udem pita suara
Kemudian bersihkan jalan nafas dengan menggunakan teknik Cross finger & sweep.
Jika belum berhasil bebaskan sumbatan dengan back blow atau abdominal thrust. Jika belum berhasil juga gunakan alat orofaringeal tube atau nasofaringeal tube. 4
Jika semua teknik tersebut belum berhasil maka dilakukan krikotiroidektomi. Jika airway sudah clear maka dilanjutkan dengan breathing.
B. Breathing
Jika masih terjadi takipneu setelah kita bebaskan jalan napas, mungkin terdapat masalah pada pernapasannya, saat terlihat retraksi otot-otot pernapasan tapi kedua gerak
dada
simetris,
penanganan
yang
dapat
kita
berikan
adalah
pemberiab terapi oksigen . Namun apabila terlihat gerak dada yang tidak simetris, dapat kita curigai terjadi pneumothorax, untuk itu dapat kita lakukan thoracotomi agar udara yang terjebak dalam rongga pleura dapat dikeluarkan. Dalam
pemberian
oksigen
harus
memperhatikan
apakah pasien betul-betul
membutuhkan oksigen , apakah yang dibutuhkan terapi oksigen jangka panjang atau jangka pendek. Indikasi terapi oksigen jangka pendek :
Hipoksemia akut (PaO2< 60 mmHg: SaO 2 < 90%)
Henti jantung dan henti napas
Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolic (bikarbonat <18 mmol/L)
Indikasi terapi oksigen jangka panjang :
PaO2 istirahat ≤ 55 mmHg atau saturasi oksigen ≤ 88%
PaO2 istirahat 55-59 mmHg dengan saturasi oksigen 89% pada salah satu keadaan:
Edema karena disebabkan oleh CHF pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P > 3 mmpada lead II,III,aVF)
Eritrosemian (hematokrit >56%)
PaO2 > 59 mmHg atau oksigen saturasi >89%
C. Circulation
Penilaian sirkulasi Tanda klinis syok : •
Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah
5
•
Capillary refill time > 2 detik
•
Nafas cepat
•
Nadi cepat > 100
•
Tekanan darah sistole < 90-100
•
Kesadaran : gelisah s/d koma
Bila korban mengalami henti jantung, segera lakukan RJPO-Resusitasi Jantung Paru Otak sebagai pertolongan awal. Jika ada denyut nadi namun tidak ada napas, berikan pernapasan buatan sambil terus mengecek denyut nadi Carotis. Teknik Resusitasi Jantung Paru
1.
1 (satu) orang penolong : memberikan pemafasan buatan dan pijat jantung luar
dengan perbandingan 30:2 2.
2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar
yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan sama dengan 1 penolong 15:2 Tindakan oleh 1 (satu) penolong
1.
Pada korban tidak sadar, cek respons (verbal, sentuh, nyeri).
2.
Sekaligus atur posisi korban, terlentangkan di atas alas yang keras. Hati-hati
dengan adanya patah tulang belakang. 3.
Berusaha segera minta bantuan.
4.
Jika nafas korban tidak normal atau korban tidak bernapas, segera lakukan
RJP Bila denyut nadi belum teraba, penolong kedua melakukan pijat jantung sebanyak 15 kali, kemudian penolong pertama memberikan nafas buatan dua kali secara perlahan sampai dengan dada korban terlihat terangkat. Demikian seterusnya, Lanjutkan siklus pertolongan dengan perbandingan 15 kali pijat jantung (oleh penolong kedua) dan 2 kali nafas buatan (oleh penolong pertama). Evaluasi tiap 4 siklus.
6
D. Disability
Penilaian Disability Pemeriksaan neurologis singkat: AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat A = Alert/Awake : sadar penuh V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri U = Unresponsive : tidak bereaksi •
GCS (Glasgow coma scale)
E. Exposure
Membuka pakaian korban, memeriksa kembali apakah ada luka kemudian menyelimuti tubuh korban supaya tidak terjadi hipotermi.
Transportasi & Pemindahan
Beberapa aturan dalam penanganan dan pemindahan korban : 1.
Pemindahan
korban
dilakukan
apabila
diperlukan
betul
dan
tidak
membahayakan penolong 2.
Terangkan secara jelas pada korban apa yang akan dilakukan agar korban
dapat kooperatif 3.
Libatkan penolong lain. Yakinkan penolong lain mengenai apa yang akan
dikerjakan 4.
Pertolongan pemindahan korban dibawah satu komando; agar dapat dikerjakan
bersamaan 5.
Pakailah cara mengangkat korban, dengan tehnik yang benar agar tidak
membuat cedera punggung penolong.
SYARAT RUJUKAN
Ø Kemampuan dokter dan tempat lyanan kesehatan tidak memadai Ø Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih dahulu (A,B,C,D) Ø
Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas pasien,hasil
anamnesis dan kondisi pasien
7
Ø Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang berpengalaman untuk ikut serta Ø Dokter dan rumah sakit yang menerima pasien bersedia dan dapat memberikan penanganan kepada pasien
III.
Secondary Survey
•
Anamnesis :
A : Alergi M: Medikasi (obat-obat yang biasa digunakan) P : Past Ilness (Penyakit Penyerta, Pregnancy) L : last meal E : Event/ Environment Secondary survey adalah tindakan yang dilakukan setelah Primary survey dan pasien dalam keadaan stabil. 1. Bila pada secondary survey terjadi perburukan, maka ulangi lagi primaty survey. 2. Semua tindakan yang dilakukan harus dicatat. 3. Dilakukan pemeriksaan dari kepala – kaki : - Kulit Kepala - Kelainan mata - Telinga luar - Membran tympani - Trauma jaringan preorbital Leher : - Luka tusuk - Emphysema subcutis - Deviasi trachea - Peningkatan Tekanan Vena Jugularis Neurological : - Glasgow Coma Score - Trauma Spinal cord 8
- Reflex dan sensasi Dada : - Clavicula, Tulang Iga - Suara Nafas, Detak Jantung - EKG (bila tersedia)
Abdomen :
- Luka tusuk yang memerlukan tindakan bedah - Trauma tumpul, pasang NGT (tidak ada trauma maxillofacial) - Pemeriksaan rectal - Pasang urine kateter (perhatikan adanya perdarahan meatus urethra)
Pelvic dan Extremitas : - Adanya fraktur - Denyut nadi perifer (distal) - Trauma kecil (memar dll) Radiologi :
- Atas indikasi dan bila alat tersedia - Thorax dan cervical (terlihat 7 vertebra) - Pelvic dan Tulang Panjang - Kepala (bila ada Trauma kepala
OBAT-OBATAN GAWAT DARURAT Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3 – 5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2 – 2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1
9
mg = 1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititras i sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung
Lidokain (lignocaine, xylocaine)
Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T
Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2 – 2,5 kali dosis intra vena
Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus ar rest dan irama idioventrikuler
Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikar di dengan iskemi atau infark miokard),keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 at au derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2 – 2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc
Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah jantung (cardiac output ) dan tekanan darah meningkat 10
Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa
Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 ja m
Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi edema cerebri Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi s pontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik. Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya. Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung. Kalsium gluconat/Kalsium klorida
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip
11
Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
Furosemide
Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi dan hipokalemia
Dosis 20 – 40 mg intra vena
Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit .
Dosis pada anak-anak
Epinephrin
Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01 mg/KgBB iv (1:1000)
Atropin
Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan dosis 2 kali maksimal 1mg
Lidokain
Dosis 1 mg/KgBB iv
Natrium
Dosis 1 meq/KgBB iv
Bikarbonat Kalsium Klorida Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan Kalsium
Dosis 60 – 100 mg/KgBB iv pelan-pelan
Glukonat Diazepam
Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus
Furosemide
Dosis 0,5-1 mg/KgBB iv bolus
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Advanced Trauma Life Support Manual, American College of Surgeon, Committee on Trauma 2. AZ RIFKI Lab/SMF Anestesiologi FKUA/RSUP Dr. M. Djamil, Padang, Syok dan Penanganannya 3. Basic Trauma Maagement, BIK_Vol_2_8_Enita_Dewi.pdf
13