I.
JUDUL PERCOBAAN
Titrasi Asam Basa II.
HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN
Selasa, 16 April 2013 III.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat. 2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH. IV.
KAJIAN TEORI
Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi kimia pada titrasi dikenal pada “larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak diketahui konsentrasinya” dan “larutan yang sudah diketahui volume dan konsentrasinya”. Tingkat keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan menggunakan asam atau basa yang ekivalen. ekival en. Ekivalen asam setara dengan satu mol ion hidronium (H + atau H3O+). Sedangkan ekivalen basa setara dengan satu mol ion hidroksida (OH -). Jika yang direaksikan adalah asam atau basa poliprotik (banyak ekivalen), maka setiap mol zat tersebut akan melepaskan lebih dari satu H + atau OH-. Ketika larutan yang sudah diketahui konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya, maka akan dicapai titik di mana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang disebut dengan titik ekivalen. Titik ekivalen dari asam kuat dan basa kuat mempunyai pH 7. Untuk asam lemah dan basa lemah, titik ekivalen tidak terjadi pada pH 7. Titrasi asam basa didasarkan atas reaksi netralisasi asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa, yaitu suatu zat yang berubah warnanya tergantung pada pH larutan. Macam indikator yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga pH titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi dapat ditandai saat perubahan warna indikatornya yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen, dan kesalahannya disebut dengan kesalahan titrasi. Kesalahan titrasi dapat diperkecil dengan cara memilih indikator yang setepat mungkin. Jika suatu asam atau basa dititrasi, setiap penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan pH. Grafik yang diperoleh dengan menyalurkan pH terhadap volume pereaksi
yang ditambahkan disebut kurva titrasi. Ada 4 macam perhitungan jika suatu asam dititrasi dengan suatu basa, yaitu: -
Titik awal, sebelum penambahan basa.
-
Daerah antara (sebelum titik ekivalen), larutan mengandung garam dan asam yang berlebih.
-
Titik ekivalen, larutan mengandung garam.
-
Setelah titik ekivalen, larutan mengandung garam dan basa berlebih.
Data percobaan hasil titrasi dalam penentuan kadar larutan asam dan larutan basa dapat kita hitung berdasarkan reaksi asam basa yang dinyatakan dengan rumus berikut V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan : V1
= Volume larutan penitrasi (mL)
V2
= Volume larutan yang dititrasi (mL)
N1
= Normalitas larutan penitrasi (N)
N2
= Normalitas larutan yang dititrasi (N)
Setelah titrasi selesai, maka memperoleh data tambahan berupa volume larutan penitrasi. Sebelumnya, telah diketahui konsentrasi penitrasi dan volume larutan yang dititrasi. Dengan demikian, konsentrasi larutan yang dititrasi dapat dihitung.
V.
RANCANGAN PERCOBAAN 1.
Alat dan Bahan a.
Alat:
Statif dan Klem
Buret
Labu Erlenmeyer 250mL
Corong
Pipet Gondok 25mL
Pipet Tetes
Gelas Kimia 100mL
Gelas Ukur
Bulb Pipet
Lumpang dan Alu
b. Bahan:
NaOH
0,1M
C2H2O4
0,1M
HCl
0,1M
Phenolptalein
Aquades
Ekstrak tumbuhan
VI.
CARA KERJA
1. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan C 2H2O4 NaOH
10 mL C2H2O4
- digunakan untuk membilas buret
- diambil menggunakan pipet gondok
- dimasukkan menggunakan corong sampai
- dimasukkan ke dalam labu Erlemeyer
melebihi skala nol, turunkan sampai tepat
- ditambahkan 4 tetes PP
skala nol - bersihkan sisa larutan dengan kertas saring, catat keadaan kolom - teteskan NaOH ke larutan C 2H2O4 Warna larutan merah muda
Catat volume NaOH yang diperlukan, ulangi percobaan minimal 3 kali, dan hitung konsentrasi NaOH
C2H2O4(aq) + 2 NaOH(aq)
Na2C2O4(aq) + 2 H2O(l)
2. Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH NaOH
10 mL HCl
- digunakan untuk membilas buret
- diambil menggunakan pipet gondok
- dimasukkan menggunakan corong sampai
- dimasukkan ke labu Erlenmeyer
melebihi skala nol, turunkan sampai
- tambahkan 4 tetes PP
tepat skala nol - bersihkan sisa larutan dengan kertas saring - catat keadaan kolom - diteteskan NaOH ke larutan HCl Warna larutan merah muda
Catat volume NaOH yang diperlukan, ulangi minimal 3 kali, dan hitung konsentrasi HCl HCl(aq) + NaOH(aq)
NaCl(aq) + H2O(l)
3. Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH Menggunakan Indikator Ekstrak Tumbuhan (Kunyit) NaOH
10 mL HCl
- digunakan untuk membilas buret
- diambil menggunakan pipet gondok
- dimasukkan menggunakan corong sampai
- dimasukkan ke labu Erlenmeyer
melebihi skala nol, turunkan sampai tepat skala nol
tumbuhan (kunyit)
- bersihkan sisa larutan dengan kertas saring - dicatat keadaan kolom - diteteskan NaOH ke larutan HCl Warna larutan orange
HCl(aq) + NaOH(aq)
- ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak
NaCl(aq) + H2O(l)
VII.
No 1.
HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan C2H2O4 10 mL C2H2O4
NaOH
- digunakan untuk - diambil menggunakan membilas buret pipet gondok - dimasukkan menggunakan - dimasukkan ke labu corong sampai skala nol Erlenmeyer - bersihkan sisa larutan - ditambahkan 4 tetes dengan kertas saring indikator PP - catat keadaan kolom - diteteskan NaOH ke larutan C 2H2O4 Warna larutan merah muda
-
Catat volume NaOH yang diperlukan, ulangi percobaan minimal 3 kali, dan hitung hitung konsentrasi NaOH
Hasil Pengamatan Warna larutan merah muda V1 = 9,4 mL V2 = 10,3 mL V3 = 9,2 mL
Dugaan/Reaksi C2H2O4(aq) 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) 2H2O(l)
Kesimpulan +
Jadi, konsentrasi NaOH yang + didapatkan setelah dirata-rata dengan 3 kali pengulangan adalah 0,09 N
N1A.V1A = N1B.V1B 0,2.9,4 = N 1B.9,4 N1B = 0,2 N
N rata-rata
N2A.V2A = N2B.V2B 0,2.10 = N 2B.10,3 N2B = 0,19 N
= 0,19 N
N3A.V3A = N3B.V3B 0,2.10 = N 3B.9,2 N3B = 0,2 N
Penentuan Konsentrasi HCl dengan NaOH 2.
NaOH
10 mL HCl
digunakan untuk membilas buret - dimasukkan menggunakan corong sampai skala nol - bersihkan sisa larutan dengan kertas saring - catat keadaan kolom
- diambil menggunakan pipet gondok - dimasukkan ke labu Erlenmeyer - ditambahkan 4 tetes indikator PP
-
-
diteteskan NaOH ke larutan HCl
Warna larutan merah muda
-
3.
Catat volume NaOH yang diperlukan, ulangi minimal 3 kali dan hitung konsentrasi HCl
Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH Menggunakan Indikator Ekstrak Tumbuhan (Kunyit) NaOH
10 mL HCl
digunakan untuk membilas buret - dimasukkan menggunakan corong sampai skala nol - bersihkan sisa larutan dengan kertas saring - catat keadaan kolom -
-
- diambil menggunakan pipet gondok - dimasukkan ke labu Erlenmeyer - ditambahkan 4 tetes indikator ekstrak tumbuhan (kunyit)
diteteskan NaOH ke larutan HCl
Warna larutan merah muda V1 = 10,1 mL V2 = 8,9 mL V3 = 9,3 mL
Catat volume NaOH yang diperlukan, ulangi minimal 3 kali dan hitung konsentrasi HCl
NaCl(aq) + H2O(l)
N1B.V1B = N1A.V1A 0,2.10,1 = N 1A.10 N1A = 0,2 N
Jadi, konsentrasi HCl yang didapatkan setelah dirata-rata dengan 3 kali pengulangan adalah 0,08 N N rata-rata
= 0,18 N
N2B.V2B = N2A.V2A 0,2.8,9 = N 2A.10 N2A = 0,17 N N3B.V3B = N3A.V3A 0,2.9,3 = N 3A.10 N3A = 0,18 N Warna larutan orange V1 = 9,5 mL V2 = 10,7 mL V3 = 10,8 mL N1B.V1B = N1A.V1A 0,2.9,5 = N 1A.10 N1A = 0,19 N N2B.V2B = N2A.V2A 0,2.10,7 = N 2A.10 N2A = 0,2 N
Warna larutan orange
-
HCl(aq) + NaOH(aq)
N3B.V3B = N3A.V3A 0,2.10,8 = N 3A.10 N3A = 0,2 N
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Jadi, konsentrasi HCl yang didapatkan setelah dirata-rata dengan 3 kali pengulangan adalah 0,09 N N rata-rata
= 0,19 N
VIII.
ANALISIS DATA
Pada percobaan pertama, konsentrasi larutan NaOH dapat diketahui melalui titrasi dengan larutan Asam Oksalat (C2H2O4). Dilihat perubahan warna ketika mencapai titik ekivalen, yaitu pink pucat/pudar. Di dapatkan konsentrasi NaOH setelah 3 kali pengulangan pengulangan titrasi, yaitu 0,19 M. Pada percobaan kedua, konsentrasi larutan HCl dapat diketahui melalui titrasi dengan larutan NaOH yang diketahui konsentrasinya yang telah dicari pada percobaan pertama. Dilihat perubahan warna ketika mencapai titik ekivalen, yaitu pink pucat/pudar. Di dapatkan konsentrasi HCl setelah 3 kali pengulangan titrasi, yaitu 0,18 M. Pada percobaan ketiga, konsentrasi larutan HCl dapat diketahui melalui titrasi dengan larutan NaOH yang diketahui konsentrasinya yang telah dicari pada percobaan pertama, dengan menggunakan Indikator Alami (Tumbuhan Kunyit). Dilihat perubahan warna ketika mencapai titik ekivalen, yaitu Kuning keorangean. Di dapatkan konsentrasi HCl setelah 3 kali pengulangan titrasi, yaitu 0,19 M. IX.
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama, diketahui konsentrasi larutan NaOH dari 3 kali pengulangan titrasi, yaitu 0,09 M dengan perubahan warna pada titik ekivalen pink pucat/pudar. Setelah diketahui konsentrasi larutan NaOH pada percobaan pertama, larutan NaOH tersebut digunakan untuk mencari konsentrasi larutan HCl pada percobaan kedua dan ketiga. Pada percobaan kedua, didapatkan konsentrasi larutan HCl dari 3 kali pengulangan titrasi, yaitu 0,08 M dengan perubahan warna pink pucat/pudar. Pada percobaan ketiga, didapatkan konsentrasi larutan HCl dari 3 kali pengulangan titrasi dan menggunakan indikator alami dari tumbuhan kunyit, yaitu 0,09 M dengan perubahan warna kuning keorangean. Pada percobaan pertama sampai dengan ketiga, seharusnya konsentrasi larutan NaOH dan larutan HCl sama dengan larutan baku Asam Oksalat (C 2H2O4), yaitu 0,1 M. Kesalahan ini disebabkan karena Buret yang digunakan mengalami kecoboran pada krannya, sehingga salah pada perhitungan volume NaOH yang digunakan. Serta kurang teliti kami dalam menghitung konsentrasi NaOH. X.
KESIMPULAN
Pada titrasi asam basa, dapat diketahui bahwa untuk mencapai titik ekivalen dengan pH 7 (netral) diperlukan jumlah volume dan konsentrasi asam dan basa yang sama/seimbang. Agar tidak terjadi kesalahan pada titrasi yang disebut Kesalahan Titrasi, sehingga dapat menghindarkan kadar pH mencapai lebih atau kurang dari 7, dimana kondisi ini bukan kondisi yang yang netral.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Dasar Titrasi Asam Basa. Basa. www.ilmukimia.org (Diakses pada tanggal 10 April 2013). Hayati, Irna. Tanpa Tahun. Perhitungan Tahun. Perhitungan Hasil Titrasi. Titrasi. www.kimia.upi.edu (Diakses pada tanggal 21 April 2013). Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Terapan Modern. Modern. Jakarta: Erlangga. Tim Kimia Dasar. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar Lanjut . Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator Phenolptalein?
Pada gambar di bawah ini:
Dapat dilihat bahwa zat bersifat asam dengan pH mula-mula rendah, penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar tersebut, juga diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini dengan kisaran pH 7 – 10, 10, salah satunya indikator Phenolptalein.
2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir?
Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, set ara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir. Jadi titik akhir titrasi adalah titik keadaan sesaat setelah titik ekivalen.
3. Pada larutan di atas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku sekunder, dan larutan baku tersier?
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dalam titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan lainnya. Dalam percobaan ini, larutan baku primer adalah asam oksalat (C2H2O4), larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida (NaOH), dan larutan baku tersier adalah asam klorida (HCl).
LAMPIRAN I
1. Konsentrasi NaOH
V1.NaOH = 9,4 mL Nasam oksalat . Vasam oksalat = N NaOH. V NaOH. (M . e- valensi)asam oksalat . Vasam oksalat = (M . e - valensi) NaOH . V NaOH (0,1 M . 2) . 10 mL = (M . 1) . 9,4 mL N NaOH = 0,2 N
V2.NaOH = 10,3 mL Nasam oksalat . Vasam oksalat = N NaOH. V NaOH. (M . e- valensi)asam oksalat . Vasam oksalat = (M . e - valensi) NaOH . V NaOH (0,1 M . 2) . 10 mL = (M . 1) . 10,3 mL N NaOH = 0,19 N
V3.NaOH = 9,2 mL Nasam oksalat . Vasam oksalat = N NaOH. V NaOH. (M . e- valensi)asam oksalat . Vasam oksalat = (M . e - valensi) NaOH . V NaOH (0,1 M . 2) . 10 mL = (M . 1) . 9,2 mL N NaOH = 0,2 N
N NaOH rata-rata =
= 0,19 N
2. Konsentrasi HCl
V1.NaOH = 10,1 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 10,1 mL = (M . 1) . 10 mL NHCl = 0,2 N
V2.NaOH = 8,9 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 8,9 mL = (M . 1) . 10 mL NHCl = 0,17 N
V3.NaOH = 9,3 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 9,3 mL = (M . 1) . 10 mL
NHCl = 0,18 N
NHCl rata-rata =
= 0, 18 N
3. Konsentrasi HCl
V1.NaOH = 9,5 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 9,5 mL = (M . 1) . 10 mL NHCl = 0,19 N
V2.NaOH = 10,7 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 10,7 mL = (M . 1) . 10 mL NHCl = 0,2 N
V3.NaOH = 10,8 mL N NaOH. V NaOH= NHCl. VHCl. (M . e- valensi) NaOH . V NaOH = (M . e- valensi)HCl . VHCl (0,2 M . 1) . 10,8 mL = (M . 1) . 10 mL NHCl = 0,2 N
NHCl rata-rata =
= 0,19 N
LAMPIRAN II
No. Keterangan 1. Percobaan Pertama (1x) C2H2O4(aq) + 2 NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2 H2O(l)
Percobaan Pertama (2x) C2H2O4(aq) + 2 NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2 H2O(l)
Percobaan Pertama (3x) C2H2O4(aq) + 2 NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2 H2O(l)
2.
Percobaan Kedua (1x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Percobaan Kedua (2x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Percobaan Kedua (3x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Foto
3.
Percobaan Ketiga (1x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Percobaan Ketiga (2x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Percobaan Ketiga (3x) NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)