TITRASI ASAM BASA RABU, 15 OKTOBER 2014 ROYYA MAFTUHA (11140162000047)
1. Abstrak
Titrasi asam basa basa adalah reaksi penetralan. Tujuan dari percobaan titrasi ini adalah membuat larutan asam oksalat standar untuk menstandarisasikan larutan NaOH; serta menentukan massa molar dari titrasi larutan asam. Percobaan ini menggunakan Fenolftalein sebagai indikatornya. Saat larutan asam oksalat ditetesi oleh fenolftalein tidak terjadi perubahan warna, tetapi satelah dititrasi larutan berubah warna dari bening menjadi berwarna pink. Hasil dari percobaan ini adalah didapatkan molaritas NaOH yaitu 0,417 M.
2. Pendahuluan Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar ( standar solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume larutan standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu (Chang, 2005:111). Natriun Hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan di laboratorium. Namun demikian, karena padatan natrium hidroksida sulit di peroleh dalam keadaan murni, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan keakuratan. Kita dapat menstandarisasi larutan natrium hidroksida dengan menitrasinya menggunakan larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat (Chang, 2005:112). 2005:112). Salah satu teknik yang penting dalam kimia analitik ialah titrasi, yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung 1 | Ti tra si
Asa m
Bas a
zat A yang konsentrasinya diketahui, kepada zat B yang konsentrasinya tidak diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir, ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran c ampuran yang bereaksi. Titik akhir dapat di deteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang disebut indikator, yang mengubah warna pada titik akhir. Pada titik akhir, jumlah zat kimia A yang telah di tambahkan secara unik berkaitan dengan bahan kimia B yang tidak diketahui yang semula ada, berdasarkan persamaan reaksi titrasi (Oxtoby, 2001:161). Dalam kebanyakan reaksi asam-basa, tidak ada perubahan warna yang tajam pada titik akhirnya. Dalam hal ini, perlu di tambahkan sedikit indikator, yaitu zat warna yang berubah warna bila reaksi selesai. (Oxtoby, 2001: 162) Fenolftalein adalah salah satu indikator asam – asam – basa basa sintetik yang memiliki rentang pH antara 8,00 – 10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah (http://bisakimia.com).
Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika asam lemah dititrasi dengan basa kuat:
Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Asam lemah mempunyai pH yang rendah pada awalnya. 2. pH naik lebih cepat pada awalnya, tetapi kurang cepat saat mendekati titik ekivalen. 3. pH titik ekivalen tidak tepat 7 (www.ilmukimia.org).
3. Metodologi
Langkah untuk membuat larutan asam oksalat standar adalah sebagai berikut; Pertama, siapkan alat dan bahan. Kemudian timbang Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) menggunakan neraca ohauss dan kaca arloji sebanyak 1,58 gram. Lalu masukkan Asam oksalat yang telah di timbang ke dalam gelas beaker 250 mL, dan bilas kaca arloji yang dipakai untuk menimbang dengan aquades, Asa m
Kemudian untuk menstandarisasikan larutan NaOH, langkahnya adalah sebagai berikut; siapkan buret, statif dan klem, lalu masukkan larutan NaOH ke dalam buret dan biarkan mengalir agar tidak ada gelembung di bagian bawah buret. Ambil larutan asam oksalat yang telah dibuat sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet volume, dan tuangkan kedalam Erlenmeyer, kemudian tambahkan 3 tetes fenolftalein. Setelah itu buka kran pada buret secara perlahan sambil goyanggoyangkan Erlenmeyer tersebut. Perhatikan perubahan warna pada larutan di erlenmeyer tersebut, apabila berubah menjadi warna pink dan warna pink yang dihasilkan tetap (tidak pudar) maka itulah titik ekuivalennya.
4. Pembahasan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah labu ukur 250 mL, 2 buah gelas beaker 200 mL, buret, gelas corong, pipet volume 25 mL, pipet tetes, 3 buah labu Erlenmeyer, batang pengaduk, neraca ohauss, kaca arloji, botol semprot, statif, klem, dan spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah, asam oksalat sebanyak 1,58 gram, NaOH, aquades dan fenolftalein.
2 | Ti tra si
tuang air bilasan ke dalam gelas beaker. Tambahkan air ke dalam gelas beaker tersebut (secukupnya) dan aduk menggunakan batang pengaduk. Kemudian tuang ke dalam labu ukur dengan menggunakan corong. Tambahkan lagi aquades sampai tanda batasnya kemudian kocok sampai homogen. Dan tuangkan ke dalam delas beaker.
Bas a
Percobaan kali ini adalah titrasi asam basa. Hal yang pertama dilakukan adalah membuat larutan asam oksalat standar yang digunakan untuk menstandarisasikan larutan NaOH. Dimana pada percobaan ini digunakan larutan asam oksalat standar 0,05 M dengan larutan NaOH yang tidak diketahui molaritasnya. Berdasarkan percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat (asam lemah) dengan NaOH (basa kuat). Berdasarkan teori, kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat:
4.1 Perhitungan
Setimbang Neraca
0,4 gr 19,25 gr – 0,4 gr =
Massa kaca arloji
18,85 gr
Massa asam oksalat
1,58 gr
Massa asam oksalat
10 mL
yang digunakan (www.ilmukimia.org)
Penambahan sedikit basa akan membuat PH larutan naik.sehingga akan membentuk larutan penyangga. Sehingga titik ekuivalennya terdapat pada PH>7. Berdasarkan percobaan, setelah ditambahkan 3 tetes fenolftalein ke dalam larutan asam oksalat 10 mL, tidak terjadi perubahan warna larutan, warnanya tetap bening. Sehingga dapat diketahui asam oksalat memiliki PH dibawah 7. Tetapi setelah dititrasi dengan NaOH, terjadi perbahan warna. Warnanya berubah dari bening menjadi merah muda (pink). Berdasarkan teori, “… pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan basa, warnanya akan berubah menjadi merah” (http://bisakimia.com). Jadi, hal ini dikarenakan, larutan berubah dari asam menjadi basa. Dan saat wana pink sudah konstan (tidak pudar) maka titik ekuivalennya sudah tercapai. Sehingga dapat diketahui molaritas dari NaOH adalah 0,417 M. Terdapat kesalahan pada saat percobaan, yakni saat membuka buret terlalu cepat, tidak perlahan sehingga larutan NaOH yang keluar tidak sedikit demi sedikit, dan mengakibatkan perubahan warna yang terlalu cepat sehingga tidak bisa melihat perubahan warna yang terjadi secara perlahan. Berdasarkan percobaan, sebagai berikut: 3 | Ti tra si
Asa m
didapatkan
Bas a
data
Volume
Volume
Volume
awal
akhir
NaOH
NaOH
NaOH
yang
(buret)
(buret)
digunakan
20,7 Ml
17,6 mL
3,1 mL
Percobaan
17,55
15,75
II
mL
mL
Percobaan
15,75
13,45
III
mL
mL
Percobaan I
1,8 mL
2,3 mL 2,4 mL
Rata-rata
Molaritas NaOH :
Na . Ma
= N b . M b
na . Va . Ma
= n b . V b . M b
2 . 10 mL . 0,05 mL M b
= 1 . 2,4 mL . M b = 0,417 M
4.2 Persamaan reaksi:
H2C2O4 (aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
5. Kesimpulan Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dapat membuat larutan asam oksalat standar serta dapat menstandarisasikan larutan NaOH;
2. Dapat menentukan massa molar dari titrasi larutan asam, yakni 0,417 M.
6. Daftar Pustaka Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga Noviirayanti. 2013. Indikator Asam Basa. http://bisakimia.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 18 Oktober, pukul 07.29 WIB Winarto, Dwi. Kurva titrasi. http://www.ilmukimia.org. Diakses pada hari Jum’at, tanggal 17 Oktober 2014, pukul 23.01 WIB
4 | T i t r a s i A s a m
Basa
7. Lampiran
5 | Tit ra si
Asam
Bas a
6 | Ti tra si
Asa m
Bas a