LAPORAN EARLY CLINICAL & COMMUNITY MEDICAL EXPOSURE STASE PALANG MERAH INDONESIA YOGYAKARTA KELOMPOK 2B
Disusun Oleh : Sarah Kalis Salita
41150006 Ruth Prilia Gitasari
Sheilla Dewi Sadara W.
41150014 Soviasti Carissa Grace 41150063
Komang Jourdy Kharisma P
41150016 Jessica Goldy
Julia Elfreda Chandra
41150022 Jean Priskilla Diana R. 41150083
Sendy Tampubolon
41150023 Rambat Sambudi
41150087
Shanty Dewi Sutantyo
41150033 I Putu Restu Wibawa
41150090
Ruth Deas Muliany
41150034 Jonathan Irlambang
41150091
Tiva Ismadyanti C. P
41150035 R. R Claude Fernasetti 41150097 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
41150054
41150075
DAFTAR ISI
Daftar Isi ……………………………………………………………….............. ………………………………………………………………..............1 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Belakan g …………………………… ………………………………………………………… ……………………………….. …..2 2 1.2 Profil Palang Merah Indonesia.....…………………………………….....… Indonesia.....…………………………………….....….3 .3 Bab II Aktivitas..………………………………………………………….......... Aktivitas..…………………………………………………………..........6 6 Bab III Pembelajaran Secara Umum………………………………………….... Umum…………………………………………....8 8 Bab IV Dokumentasi………………………… Dokumentasi…………………………………………………… ………………………………... ……...13 13 Daftar Pustaka…………………………………………………………………. Pustaka…………………………………………………………………. 15
Laporan Individu 1..............................................................................................16 Laporan Individu 2..............................................................................................20 Laporan Individu 3..............................................................................................25 Laporan Individu 4..............................................................................................33 Laporan Individu 5..............................................................................................38 Laporan Individu 6..............................................................................................42 Laporan Individu 7..............................................................................................48 Laporan Individu 8..............................................................................................54 Laporan Individu 9..............................................................................................59 Laporan Individu 10............................................................................................65 Laporan Individu 11............................................................................................72 Laporan Individu 12............................................................................................76 Laporan Individu 13............................................................................................79 Laporan Individu 14............................................................................................83 Laporan Individu 15............................................................................................88 Laporan Individu 16…………………………………………………………… 16……………………………………………………………94 94
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dengan semakin luasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan jaringan komunikasi dalam proses belajar bagi mahasiswa kedokteran, maka program Early Clinical & Community Exposure Exposure menjadi salah satu program yang penting dalam membentuk professional seorang dokter. Selain itu, tujuan dari program Early Clinical & Community Exposure adalah untuk melatih mahasiswa agar lebih peka dalam mengamati dan menghadapi sebuah masalah di lingkungan masyarakat. Pada stase pertama, kelompok 1B mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Palang Merah Indonesia di daerah Kotagede. Tujuan pada stase pertama ini adalah belajar mengenai bagaimana proses pendonoran darah. Mulai dari persyaratan pendonor, proses penyeleksian darah yang layak untuk didonorkan, proses penyimpanan darah, dan pengambilan komponen darah. Kegiatan ini diadakan untuk kepentingan kami sebagai mahasiswa fakultas kedokteran dan menunjang pengetahuan kami untuk menjadi seorang dokter nantinya. Disamping itu, kegiatan ini juga berguna bagi kami agar mengetahui bagaimana prosedur permintaan untuk transfusi darah dan ketersediaan darah 1.2 Profil Palang Merah Indonesia Kotagede
2
Sejarah
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia Ke-II. Saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie (Nerkai), yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Perjuangan untuk mendirikan Palang Merah Indonesia sendiri diawali sekitar tahun 1932. Kegiatan tersebut dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr Bahder Djohan. Rencana tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia. Mereka berusaha keras membawa rancangan tersebut ke dalam sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940 walaupun akhirnya ditolak mentah-mentah. Terpaksa rancangan itu disimpan untuk menunggu kesempatan yang tepat. Seperti tak kenal menyerah, saat pendudukan Jepang, mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang sehingga untuk kedua kalinya rancangan itu harus kembali disimpan. Tujuh belas hari setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, yaitu pada tanggal 3 September 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional. Atas perintah Presiden, maka Dr. Buntaran yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia Kabinet I, pada tanggal 5 September 1945 membentuk Panitia 5 yang terdiri dari: dr 3
R. Mochtar (Ketua), dr. Bahder Djohan (Penulis), dan dr Djuhana, dr Marzuki, dr. Sitanala (anggota). Akhirnya Perhimpunan Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945 dan merintis kegiatannya melalui bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia dan pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang. Oleh karena kinerja tersebut, PMI mendapat pengakuan secara Internasional pada tahun 1950 dengan menjadi anggota Palang Merah Internasional dan disahkan keberadaannya secara nasional melalui Keppres No.25 tahun 1959 dan kemudian diperkuat dengan Keppres No.246 tahun 1963. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indo nesia. Visi PMI
Mampu & siap menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat & tepat dengan berpegang teguh pada Prinsip-Prinsip Dasar Palang Merah & Bulan Sabit Merah Internasional. MISI PMI
1. Menyebarluaskan dan mendorong aplikasi secara konsisten Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah & Bulan Sabit Merah Internasional. 2. Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanganan bencana & konflik yang berbasis masyarakat.
4
3. Memberikan bantuan dalam bidang keseha-tan yang berbasis masyarakat. 4. Pengelolaan Transfusi darah yang profesional. 5. Berperan aktif dalam penanganan bahaya HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA. 6. Menggerakkan generasi muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan. 7. Meningkatkan kapasitas organisasi secara berkesinambungan disertai dengan perlindungan terhadap relawan dan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan. 8. Pengembangan & penguatan kapasitas organisasi guna meningkatkan kualitas potensi SDM, sumber daya & dana agar visi, misi & program PMI dapat diwujudkan secara berkesinambungan. Peran & tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan terutama tugas kepalangmerahan sebagaimana tertuang dalam ketentuan konvensi Jenewa 1949 (Indonesia meratifikasi melalui UU No. 59 tahun 1958). Dalam melaksanakan tugasnya PMI berlandaskan pada 7 (tujuh) prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, yaitu Kemanusiaan, Kesukarelaan, Kenetralan, Kesamaan, Kemandirian, Kesatuan dan Kesemestaan (Kenali PMI, 2009).
5
BAB II AKTIVITAS
Kami mengikuti kegiatan kunjungan ke PMI pada tanggal 9 September 2017. Pertama-tama kami melakukan orientasi mengenai sejarah PMI, jumlah pekerja, struktur organisasi, sumber dana, dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan di PMI, serta kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh tim PMI. Kemudian kami mulai dengan berjalan keliling gedung PMI untuk melihat fasilitas dan ruangan-ruangan yang ada. Lalu ditunjukkan juga beberapa kendaraan operasional yang dimiliki oleh PMI Kotagede serta fungsinya masing-masing. Kami juga belajar mengenai persyaratan apa yang harus dipenuhi dan kondisi kondisi apa yang menjadi kontraindikasi untuk melakukan donor darah. Kami ditunjukkan selebaran formulir yang harus diisi untuk menjadi pendonor. Setelah itu, melihat
bagaimana
seorang
calon
pendonor
diperiksa
kelayakannya
untuk
mendonorkan darahnya. Kami melihat langsung bagaimana proses pengambilan darah sang pendonor yang kemudian akan di proses langsung di dalam labolatorium. Namun kami tidak mengikuti secara detail proses apa yang dilakukan di dalam labolatorium.
Kami melihat data-data para pendonor darah yang sudah mendapatkan penghargaan karena mendonorkan darahnya secara rutin. Hasil pengumpulan donasi 6
kantong darah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berawal dari 28.265 kantong darah pada tahun 1969 hingga 1,7 juta kantong darah di tahun 2008. Darah disumbangkan oleh donor darah sukarela (DDS) yang mendominasi 83 % dari seluruh donasi darah. Sebagai penghargaan terhadap para DDS, PMI memberikan piagam penghargaan kepada kep ada DDS yang telah menyumbangkan darahnya darahn ya sebanyak 15 kali, 30 kali, 50 kali, 75 kali, dan 100 kali. Khusus untuk DDS 100 kali, PMI bekerjasama
dengan
Departemen
Sosial
memberikan
penghargaan
berupa
Satyalancana Kebaktian Sosial yang disematkan langsung oleh Presiden RI (pmi.or.id, diakses 9 Desember 2017).
7
BAB III PEMBELAJARAN UMUM
Pembelajaran yang kami dapatkan dari kegiatan di PMI adalah berawal dari ketika kami diberi pengarahan bahwa PMI sendiri bukan institusi yang berdiri sendiri. PMI bekerjasama dengan rumah sakit dan Menteri Kesehatan mengenai penyediaan darah. Dari sini kami belajar bahwa kerjasama yang terjalin dengan memperhatikan garis koordinasi akan memudahkan pekerjaan, menciptakan efisiensi kerja, dan mengurangi risiko kecelakaan akibat kerja. Misalnya saja, apabila Rumah Sakir A memerlukan obat, maka RS A akan segera menghubungi pihak PMI untuk disediakan. Apabila di PMI juga persediaan kosong, atas seizin daari Menteri Kesehatan, PMI diperbolehkan melakukan kontak dengan pendonor tercatat untuk dimintai kesediaannya mendonor. Dalam hal ini, DepKes bekerja sebagai perlindungan terhadap tuntutan kepada PMI maupun pihak pendonor apabila di masa yang akan datang terjadi masalah. Saat ini, posisi kami yang masih menjadi mahasiswa kedokteran, seharusnya menyadari bahwa kerjasama dalam hal kecil sekalipun akan sangat bermanfaat dalam kelangsungan hidup masing-masing kami sebagai mahasiswa kedokteran. Misalnya saja, ketika ada suatu informasi penting yang berkaitan dengan kehidupan perkuliahan seperti jadwal ujian, perubahan jadwal praktikum, pemindahan jam kuliah pakar, cara mendaftar ujian OSCE maupun syarat-
8
syarat mendaftar ulang ketika semester baru dimulai, tentu hal tersebut harus diinformasikan kepada teman-teman yang lain, bisa lewat grup chat maupun secara lisan. Kerjasama ini berlangsung aman dan efektif apabila dilakukan dengan memperhatikan
garis koordinasi, misalnya dari laboran yang memberitahu
mahasiswa C untuk memberitahukan mengenai perubahan jadwal praktikum, maka mahasiswa C memberitahu kepada ketua angkatan untuk di floor kan kepada teman sekelas. Sehingga tidak terjadi berita yang simpang siur dan akhirnya merugikan satu kelas. Demikian pula ketika nanti co-ass maupun dalam dunia kerja. Kerjasama seharusnya menjadi kegiatan yang efektif dan efisien, tidak merugikan pihak manapun, dan sesuai dengan kebenaran. Selain itu, kami diminta untuk menjadi pendonor lepas dan mengamati bagaimana pengambilan darah untuk donor. Menurut teori yang dikemukakan oleh Strasinger (2016), tahap dalam melakukan pendonoran adalah 1. Pendaftaran Selama
pendaftaran,
peralatan
yang
diperlukan
adalah
formulir
pendaftaran, pena, kartu donor dan sampul plastik, stempel tanggal, serta lembar donor kembali. 2. Pemeriksaan Berat Badan memerlukan timbangan badan 3. Pemeriksaan
Haemoglobin
memerlukan
Digital
Hb
/
HEMO –
CONTROL Hb dan golongan darah, Microcuvettes Hb, Blood Lancet, Backer Glass, pipakapiler, larutan CuSO₄ CuSO₄ / Lar. Cupper Sulfat Bj. 1,052 g.
9
Larutan CuSO₄ CuSO₄ / Lar. Cupper Sulfat Bj. 1,062, Alkohol 70 %, Objek Glass / Slide test, pengaduk / Lidi, reagen Anti- A, dan Anti- B, dan Kapas. 4. Pemeriksaan kesehatan memerlukan tensimeter dan stetoskop.
Menurut SOP yang berlaku menurut Pedoman Pelayanan Darah (2014), petugas memeriksa Hb (haemoglobin) dan golongan darah pendonor,untuk pemeriksaan Hb ada metode Hb dengan Digital dan metode Hb dengan Larutan CuSO₄ CuSO₄ Bj. 1,052. 1,052. Interprestasi hasil : a. Menggunakan Hb digital [ HEMO-CONTROL Hb ] 1. Nilai yang diperbolehkan antara 12,5 gr/dl sampai dengan 18 gr/dl. 2. Apabila Hb < 12,5 gr/dl maka pendonor tidak diperkenankan donor. 3. Apabila Hb > 17 gr/dl maka pendonor tidak diperkenankan donor b. Menggunakan Larutan CU SO₄ Bj. 1.052 1. Darah melayang = pendonor tidak diperkrnankan donor. 2. Darah terapung = pendonor tidak diperkenankan donor. 3. Darah tenggelam = pendonor diperkenenkan donor. c. Menggunakan Larutan CU SO₄ Bj. 1.062 1. Darah melayang = pendonor diperkenanakan donor. 2. Darah tenggelam = pendonor tidak diperkenankan donor. Namun pemeriksaan Hb ini tidak dilakukan. Untuk mempersingkat waktu, kami hanya diperiksa mengenai golongan darah dan tekanan darah. Pemeriksaan Hb 10
berguna untuk memastikan kualitas darah pendonor, sekurang-kurangnya kadar Hb pendonor yang diizinkan mendonor adalah 12,5 g/dL. Hb adalah protein dalam sel darah merah yang mengandung zat besi dan berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Jika berada di bawah angka tersebut, bisa dibilang kualitas darah rendah sehingga tidak dapat memperbaiki keadaan pasien seperti yang diharapkan. Sedangkan tekanan darah berguna untuk memastikan volume darah pendonor, dimana tekanan darah yang diterima adalah darah dengan tekanan t ekanan systole 110 mmHg – 160 mmHg, dengan tekanan diastole 70 mmHg – 100 mmHg. Umumnya darah yang diambil sebanyak 350-450 cc atau setara dengan 11 persen total volume darah secara keseluruhan pada mereka yang berbobot minimal 45 kg (bobot minimal donor darah). Volume darah akan pulih setelah 24-48 jam pasca donor darah (Moeloek, 2016).
Dari hal yang kami alami, kami belajar bahwa pemeriksaan tanda vital, sangatlah penting dalam menentukan dasar dari keadaan kesehatan seseorang. Sehingga, sebisa mungkin dilakukan. Kami juga belajar mengenai hubungan pemeriksaan kesehatan yang secara teori penting dan sangat ditekankan, dengan kenyataan bahwa memang benar adanya bahwa pemeriksaan fisik vital sign memang dibutuhkan dan menjadi dasar pemeriksaan lainnya. Hal yang tak kalah penting adalah anamnesis, seperti yang selalu ditekankan dosen di kampus selama ini, anamnesis penting bagi menentukan langkah selanjutnya. Apabila seorang pendonor tidak mengatakan yang sebenernya terkait BB, RPD, RPS, tentu akan terjadi kekacauan ketika ternyata darah dari pendonor infeksius. 11
12
BAB IV DOKUMENTASI
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Reksaningtyas, MRA, dkk. 2009. Kenali PMI. Edisi I. Jakarta: PMI http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donordarah/pelayanan-donordarah.html?showall=&start=3 diakses pada tanggl 9 Desember 2017 Moeloek, Nila Farid. 2016. Standar Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta: Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor
91
Tahun
2015, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Strasinger, Susan King & Marjorie Schaub Di Lorenzo. 2016. Intisari Flebotomi Panduan Pengambilan Darah. Darah. Jakarta: EGC. N.n. 2014. Pedoman 2014. Pedoman Pelayanan Darah. Darah. Bontang: RSUD Taman Husada Bontang.
15
LAPORAN INDIVIDU EARLY CLINICAL & COMMUNITY MEDICAL EXPOSURE PALANG MERAH INDONESIA
Disusun Oleh : Nama : Sarah Kalis Salita NIM
: 41150006
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
16
PEMBELAJARAN
1. Facts. Penulis dan rekan mendapat penjelasan tentang PMI dan sejarah-sejarah singkat berdirinya PMI DIY. Kemudian penulis dan rekan diajak untuk melihat seluruh ruangan dan fungsi di PMI contohnya ruang proses pengambilan darah dan ruang pemisahan sel-sel darah. Penulis dan rekan juga diajak untuk melakukan donor darah. Kegiatan berkesan menurut penulis adalah saat melihat daftar pendonor di DIY yang puluhan hingga ratusan kali melakukan donor. 2. Feeling Penulis merasa senang dan bersemangat ketika akan ke PMI. penulis sangat ingin melihat proses, alur dan koordinasi distribusi darah. Setelah melakukan observasi di PMI, penulis menjadi mengerti bahwa jumlah pendonor darah masih diperlukan. penulis sebenarnya sangat ingin melakukan donor namun seringkali tekanan darah tidak lolos seleksi. Fasilitas PMI yang disediakan seperti ambulance baru saja ketahui ketika observasi di PMI Yogyakarta.
17
3. Findings Penulis menemukan beberapa permasalahan di stase PMI salah satunya masih kurangnnya pendonor aktif. Kebutuhan darah di Indonesia masih kurang sehingga masih perlu dibutuhkan pendonor. Menurut penulis banyak yang ingin menjadi pendonor tetapi hanya saja beberapa masalah yang dialami contohnya seperti tidak memenuhi kriteria sebagai pendonor salah satunya tekanan darah yang rendah tidak memenuhi kriteria dan itu paling banyak ditemui. PMI juga menyediakan pelayanan ambulans namun masih banyak masyarakat yang belum tahu..Bahkan salah satu dari rekan penulis yang merupukan domisili di Jogja juga baru mengetahui bahwa PMI DIY memiliki pelayanan ambulance. 4. Future Penulis ingin mencoba dan menjadi pendonor yang aktif dengan harapan bisa berkontribusi menanggulangi permasalahan kurangnnya pendonor darah aktif.
18
DOKUMENTASI
19
LAPORAN INDIVIDU EARLY CLINICAL & COMMUNITY MEDICAL EXPOSURE STASE PALANG MERAH INDONESIA
Disusun Oleh : Nama : Komang Jourdy Kharisma P
NIM : 41150016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
20
PEMBELAJARAN
Saat saya melakukan kunjungan ke PMI Jogja banyak hal yang saya dapatkan dimana saya mendapatkan pengetahuan yang baru mengenai sejarah PMI karena menurut saya sejarah PMI adalah sejarah yang sangat penting untuk diketahui lalu juga saya dapat pengetahuan tentang ranah kerja PMI dan kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan oleh PMI diantaranya kegiatan donor darah dan P3K dan menurut saya kegiatan itu merupakan kegiatan yang sangat baik dan tentunya sangat berguna untuk menolong sesama manusia, dan disana juga saya diberitahu tentang bagaimana alur donor darah oleh pendonor hingga didistribusikan ke rumah sakit sebagai stok darah untuk orang yang memerlukan, di PMI pendonor darah dibagi menjadi 2 yaitu pendonor tetap yaitu mereka yang sudah melakukan donor darah rutin dan sudah tercatat di PMI bahkan ada yang sampai mendapatkan penghargaan langsung dari presiden dan pendonor tidak tetap yaitu pendonor yang sesekali mendonorkan darahnya di PMI dan biasanya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap pendonor untuk memastikan bahwa pendonor dalam keadaan sehat ketika mendonorkan darahnya lalu nanti setelah darah diambil kira kira 500cc lalu diskrinning penyakit menular seperti Hepatitis dan HIV setelah melalui semua tahapan baru darah diterima dan digolongkan lalu disimpan dalam ruang penyimpanan darah. Menurut saya sebagai mahasiswa kedokteran ada baiknya bila kita segala kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
21
Pada saat melakukan kunjungan ke PMI tentu saya merasa sangat bahagia karena saya sebelumnya tidak pernah melakukan kunjungan kesini dan selain itu saya juga merasa sangat bersemangat untuk mengetahui tentang sebenarnya seperti apa kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh PMI ini, dan pada saat mau melakukan donor awalnya saya merasa agak takut tetapi ketika melihat teman teman yang lain berani untuk donor dan itu membuat saya menjadi untuk tertarik mendonorkan darah saya tetapi sangat disayangkan pada saat itu saya tidak dapat mendonorkan darah saya karena pada saat itu saya sedang sakit dan saya agak sedikit kecewa saat itu karena saya ditolak dan tidak dapat merasakan rasanya mendonorkan darah dan saya kurang dapat membantu sesama manusia tetapi secara keseluruhan saya merasa bahagia karena banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan selama disana. Saat saya melakukan kunjungan ke PMI yang menjadi permasalahannya adalah banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang proses donor darah, yang konon donor darah dianggap sebagai hal yang merugikan pendonor sehingga sampai saat ini belum terlalu banyak yang sukarela mendonorkan darahnya padahal sebenarnya banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dari mendonorkan darah antara lain untuk menjaga metabolism tubuh serta untuk skrnning penyakit hepatitis atau HIV dan pembelajaran yang dapat saya ambil sebagai mahasiswa kedokteran disini saya mendapatkan banyak sekali pembelajaran baru mengenai bagaimana cara mengambil darah yang benar serta proses penampungan darah yang dimana itu sangat penting diketahui untuk kami kedepannya, dan d an juga kami mendapatkan pembelajaran
22
yang baru mengenai syarat syarat yang harus dimiliki untuk menjadi pendonor darah dan mendapatkan pengetahuan baru tentang cara pertolongan pertama pada kecelakaan serta bagaimana mekanisme kerja ambulance. Untuk kedepannya saya berharap agar PMI dapat mensosialisasikan tentang donor darah terhadap masyarakat supaya masyarakat tidak perlu takut untuk mendonorkan darah dan supaya PMI lebih banyak lagi memiliki stok darah untuk mereka yang membutuhkan, dan bila saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke PMI lagi saya akan memastikan bahwa saya s aya dalam kondisi yang sehat supaya saya dapat mendonorkan darah saya, karena saya sangat ingin melakukannya, dan juga saya ingin kedepannya sebagai seorang calon dokter saya bisa mengambil darah dengan cara yang benar supaya tidak merugikan pihak yang akan diambil darahnya serta PMI perlu untuk memberikan materi p3k terhadap masyarakat supaya dapat mengatasi masalah kecelakaan yang terjadi sehari hari, dan saya pribadi untuk kedepannya juga ingin belajar tentang bagaimana cara pertolongan pertama pada kecelakaan dengan lebih mendalam supaya bila suatu hari ada kecelakaan yang terjadi disekitar saya, saya dapat membantu korban dengan ilmu yang saya miliki.
23
DOKUMENTASI
24
LAPORAN ECCE Early Clinical and Community Exposure Palang Merah Indonesia (PMI)
Disusun Oleh : Sheilla Dewi Sadara Widarjo 41150014 Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
25
PEMBELAJARAN
Kegiatan yang terdapat dalam stase ini pasti akan memberikan penulis banyak hal yang bisa dipelajari baik dari isi materi kegiatan dan melalui hambatan serta kesulitan penulis, sehingga bisa mencoba untuk berusaha dalam mencari solusinya. Pembelajaran yang dapat penulis rasakan melalui kegiatan ECCE ini adalah seluruh kegiatan yang diikuti selama stase ini memberikan pembelajaran berharga yang tidak sedikit. Pembelajaran muncul baik dari hambatan maupun selama melakukan aktivitas ECCE di PMI. 1. FACT
1.1.Kegiatan ECCE kali ini Selama kegiatan di PMI, penulis mengetahui banyak hal dari awal PMI dibentuk, sejarah PMI, pendiri dan pengurus PMI yang dulu sampai sekarang, cara pendonoran darah, dan kegiatan selain pendonoran darah. PMI sangat membantu masyarakat, namun masyarakat kadang melupakan jasa dari PMI. Juga masih banyak orang yang tidak sadar atau tidak peduli untuk mendonorkan darahnya, padahal darah yang didonorkan sangat bermanfaat dan membantu orang yag sedang membutuhkannya, terutama apabila darah tersebut susah untuk didapat, contohnya golongan AB negatif.
26
1.2.Kegiatan Penulis pada ECCE kali ini Kegiatan PMI pada kali ini melihat proses pendonoran darah yang dari awal pengambilan darah kemudian darah di proses sedemikian rupa untuk dipisahkan mana saja komponen darah yang dibutuhkan, kemudia baru nanti di distribusikan ke rumah sakit. 1.3.Kegiatan yang paling berkesan pada Kegiatan ECCE kali ini Semuanya sangat berkesan bagi penulis karena baru pertama kali ini melakukan kunjungan ke PMI yang kegiatannya untuk melihat kegiatan pendonoran darah dan distribusi darah. Kegiatan menurut penulis yang paling berkesan adalah saat pendonoran darah karena disini ternyata darah yang didonorkan sangat berguna bagi orangorang di sana yang membutuhkan transfusi darah serta banyak menolong jiwa orang-orang. Apalagi bila rutin untuk mendonorkan darah, apabila sudah sampai 50 kali pendonoran maka akan diberikan penghargaan. 2. FEELING
2.1.Perasaan Penulis pada Kegiatan ECCE kali ini Penulis sangat senang, antusias, dan sangat terinspirasi oleh kegiatam PMI yang dengan senang hati membantu para masyarakat
27
yang membutuhkan bantuan terutama dalam bantuan menyuplai darah. Semangat para anggota PMI sangat membuat penulis menjadi sadar bahwa apa salahnya jika rutin dalam mendonorkan darah, karena d arah yang didonorkan ternyata sangat dibutuhkan banyak orang dan masih sangat kurang stok darah yang dapat dimiliki oleh PMI. Namun, banyak orang yang belum sadar akan pentingnya mendonorkan darah, padahal ketika kita mendonorkan darah juga mendapatkan manfaat yaitu darah kita menjadi beregenerasi kembali dengan baik. 2.2.Hal yang membuat Penulis khawatir / terharu / frustasi, dll pada Kegiatan ECCE kali ini Penulis merasa sangat terharu karena para anggota PMI bekerja dengan senang hati dan tulus iklas, walaupun sering di pandang sebelah mata. Juga banyak para sukarelawan yang ikut membantu dalam pelaksanaan kegiatan PMI ini, sehingga makin menyadarkan penulis untuk mau ikut ambil bagian dalam kegiatan PMI, misalnya yang paling mudah dengan mendonorkan darah. 3. FINDING
3.1.Pelajaran yang dapat Penulis ambil dari kegiatan ECCE kali ini Pelajaran yang dapat penulis ambil adalah apabila menolong orang jangan setengah-setengah, tetapi harus secara maksimal, tidak 28
hanya sekali atau dua kali mendonorkan darah karena paksaan, tetapi sebisa mungkin rutin dan dengan tulus hati dan sukarela. 3.2.Penyebab terjadinya Masalah dari kegiatan ECCE kali ini Masalah yang penulis hadapi dalam kegiatan di PMI adalah penulis pada waktu melakukan kunjungan tidak dapat ikut ambil bagian dalam mendonorkan darah karena ada beberapa alasan yang tidak memungkinkan penulis untuk mendonorkan darah. Penulis juga ingin mendonorkan darah, tetapi sampai sekarang juga belum bisa melaksanakannya karena belum ada dorongan yang sangat kuat untuk penulis datang ke PMI dan mendonorkan darah. 3.3.Pengalaman yang serupa dari kegiatan ECCE kali ini Pengalaman serupa yang penulis alami yaitu penulis ingin melakukan sesuatu tetapi bila tidak ada dorongan yang sangat kuat maka penulis akan mengurugkan niat untuk tidak melakukan hal itu, sama halya ketika penulis akan mendonorkan darah. Karena tidak ada dorongan yang sangat kuat, maka penulis mengurungkan niat untuk tidak mendonorkan darah sampai sekarang.
29
4. FUTURE
4.1.Jika dapat mengulang kegiatan ECCE ini, hal-hal yang dilakukan dengan cara yang berbeda Penulis ingin mendonorkan darah pada saat kunjungan ke PMI, tetapi sayangnya ketika kemarin melakukan kunjungan tidak dapat melakukannya karena ada beberapa persyartatan yang tidak terpenuhi. Apabila pada waktu kunjungan penulis memenuhi syarat maka saat kunjungan tersebut menjadi saat donor darah yang pertama. Namun sayangnya ditolak saat ingin mendonorkan darah pada waktu itu. Untuk sekarang penulis menjadi berkurang keinginanya untuk mendonorkan darah karena hal tersebut. 4.2.Perubahan pandangan di masa depan setelah melakukan kegiatan ECCE kali ini Penulis menjadi semangat untuk melakukan dan mengikuti kegiatan dan hal-hal positif yang sifatnya membantu sesama yang sedang membutuhkan seperti yang diajarkan oleh PMI. Ketika membantu juga tidak menginginkan imbalan, tetapi memang dari hati dan tulus ikhlas. 4.3.Harapan untuk masa depan
30
Penulis berharap untuk kedepannya penulis dapat selalu berguna bagi sesama, kelurga, dan orang banyak. Dapat membantu banyak orang yang membutuhkan bantuan dan tidak mengharapkan imbalan, serta tulus dan ikhlas dalam membantu sesama. Dapat tergerak hatinya untuk mendonorkan darah secara rutin dan mengajak teman dan saudara untuk melakukan hal yang sama tersebut.
31
DOKUMENTASI
32
LAPORAN ECCE Early Clinical and Community Exposure Palang Merah Indonesia (PMI)
Disusun Oleh : Julia Elfreda Chandra - 41150022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
33
PEMBELAJARAN
Pada hari Sabtu tanggal 09 September 2017, pukul 2 siang, kelompok penulis pergi ke Palang Merah Indonesia (PMI) yg berlokasi di Kota Gede. Disana kami diperkenalkan dengan seseorang dari pihak PMI yang akan membimbing kami mengenai perihal PMI seperti bagaimana PMI bekerja, sistem penggajian, dan apa saja yang ada di markas PMI tersebut. Dijelaskan bahwa PMI bekerja dengan standby dengan standby 24 jam di markas tetapi untuk bagian kantor hanya sampai pukul 3 sore. Di markas PMI terdapat beberapa mobil ambulance, ambulance, ruangan untuk pengambilan darah, ruang khusus donor darah, dan ada banyak ruangan yang digunakan untuk fungsi yang berbeda-beda salah satunya adalah ruang PMR. Untuk ambulance, dapat dipanggil dengan nomor 118 dan ambulance akan ambulance akan segera datang, bahkan pemerintah membuat program gratis perawatan untuk kasus yg menggunakan ambulance. ambulance. Untuk sistem pembayarannya, PMI akan dibayar oleh masyarakat secara tidak langsung, seperti misal ketika membayar SIM, atau membuat KTP, biaya pembuatan tersebut sudah termasuk biaya untuk PMI sekaligus. Meski tidak besar, namun bila di kumpulkan dari ratusan masyarakat, akan dapat menggaji petugas yang bekerja untuk PMI. Selain itu, PMI juga ada program donor darah yang menarik, dimana bila masyarakat telah mendonor 25 kali, maka akan mendapatkan penghargaan, 50 kali akan mendapatkan cincin emas, 75 kali akan mendapatkan cincin emas dan penghargaan, dan 100 kali akan mendapatkannya dari pemerintah. Untuk prosedur pendonoran pun,
34
diharuskan untuk mengisi form yang berisikan beberapa pernyataan untuk dijawab sebelum dilakukan pendonoran (seperti apakah sedang haid atau tidak, apakah BB dan TB mencukupi, apakah sedang sakit, dan pernyataan lain yang hanya perlu dijawab ya atau tidak) dan menjalani pemeriksaan singkat, yaitu test darah yang menggunakan alat untuk mengecek kondisi darah misalnya Hb (hemoglobin) dan uji golongan darah yang nantinya akan dicantumkan di kartu PMI yg diberikan setelah kita mengisi identitas di form di form dan dan di crosscheck oleh petugas. Setelah selesai berkeliling, beberapa teman kelompok penulis yang hendak mendonorkan darahnya, sekitar 6-7 orang. Penulis juga ingin mencoba donor darah, namun Hb tidak mencukupi syarat sehingga tidak dapat dilakukan pendonoran. Dari sana kami meyaksikan dengan baik bagaimana proses pengambilan darah berlangsung. Dengan menggunakan jarum yang sedikit lebih besar dari biasanya, darah diambil dan dimasukkan dalam kantung darah yang diletakkan diatas mesin yang akan berbunyi bila kantung sudah penuh dengan darah. Proses pengambilan darah juga harus di tunggu oleh petugas sehingga petugas diharuskan standby disamping pendonor agar dapat bertindak bila terjadi sesuatu dan langsung dapat menghentikan proses donor bila kantung sudah penuh. Setelah kantung penuh, selang akan dijepit untuk dihentikan keluarnya darah dan selang dipotong, sebagian darah akan dimasukkan kedalam tabung untuk di lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah darah tersebut bisa digunakan atau tidak. Setelah proses donor selesai, pendonor akan diberikan sebuah penghargaan kecil berupa kantung yang
35
berisikan biskuit dan susu untuk di konsumsi, serta disediakan d isediakan teh manis di ruangan sebelah ruang donor.
36
DOKUMENTASI
37
LAPORAN EARLY CLINICAL & COMMUNITY EXPOSURE Kunjungan ke Palang Merah Indonesia
Disusun oleh: Nama
: Sendy Tampubolon
NIM
: 41150023
Kelompok
:1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
38
PEMBELAJARAN
Selama kegiatan di PMI, penulis menyadari berbagai manfaat dari rutin melakukan pendonoran darah. Namun, meski begitu tidak semerta-merta seluruh orang boleh mendonorkan darahnya, ada beberapa sayarat untuk mengetahui kelayakan seseorang tersebut apakah bisa mendonorkan darahnya atau tidak. Penulis merasa senang karena untuk pertama kalinya dapat melihat proses pendonoran darah secara langsung. Penulis juga dapat belajar banyak hal mengenai bagaimana unit tersebut memproses darah hasil donor walaupun tidak dapat melihat prosesnya secara langsung. Penulis juga berkesempatan melihat reaksi lucu teman sekelompok saat melakukan proses donor darah untuk pertama kalinya. Melalui kegiatan ini penulis memahami seperti apa kegiatan seharihari yang ada di PMI. Dan menemukan bahwa bagian yang paling jarang bergerak adalah pembawa mobil ambulans PMI. Hal ini wajar mengingat jarangnya angka kecelakaan sehingga mobil ambulans PMI sangat jarang dipakai. Jika penulis memiliki kesempatan berkunjung kembali ke PMI, penulis berharap dapat mengajak teman-teman
yang bersedia untuk 39
melakukan donor drah agar dapat membantu memenuhi target pemasukkan kantung darah perhari di PMI. Serta dapat melihat secara langsung bagaimana proses pemisahan elemen-elemen darah ke beberapa bagian yang terpisah.
40
DOKUMENTASI
41
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE PALANG MERAH INDONESIA (PMI)
Disusun oleh :
Nama : Shanty Shant y Dewi Sutantyo NIM : 41150033
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2017 42
PEMBELAJARAN 1. Facts (Fakta)
Pada kegiatan di Palang Merah Indonesia, penulis mempelajari bagaimana cara kerja pegawai maupun voluntir Palang Merah Indonesia. Selain itu Palang Merah Indonesia juga selalu siap siaga dalam keadaan darurat, dimana hal ini dapat dilihat dari bersiapnya mobil-mobil ambulans dari Palang Merah Indonesia. Selain itu, dari briefing yang dilakukan di Palang Merah Indonesia, penulis mengetahui bahwa dengan menggunakan layanan ambulans dari Palang Merah Indonesia di Yogyakarta, Palang Merah Indonesia akan membantu pasien dengan menggratiskan biaya rumah sakit. Selain mengenai ambulans, penulis mempelajari bagaimana proses donor darah di Palang Merah Indonesia dilakukan. Palang Merah Indonesia menargetkan 4,5 juta kantong darah sesuai dengan kebutuhan darah nasional, disesuaikan dengan standar Lembaga Kesehatan Internasional Internasional (WHO) (WHO) yaitu 2% dari jumlah penduduk untuk setiap harinya, namun dari pihak Palang Merah Indonesia sendiri merasa bahwa donor darah di Indonesia masih kurang dari target yang ditentukan. Maka dari itu Palang Merah Indonesia berusaha mengampanyekan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup, dimana pendonor sukarela menjadi anggota pendonor di Palang Merah Indonesia diberikan reminder dari Palang Merah Indonesia setiap 3 bulan sekali untuk melakukan donor darah. Selain itu, Palang Merah Indonesia juga memberikan
43
penghargaan bagi pendonor darah yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 15 kali, 30 kali, 50 kali, 75 kali, dan 100 kali. Untuk penghargaan 100 kali donor darah, Palang Merah Indonesia bekerjasama dengan Departemen Sosial memberikan penghargaan berupa Satyalancana Kebaktian Sosisal terbuat dari emas yang disematkan langsung oleh Presiden RI. 2. Feeling (Perasaan)
Setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan di Palang Merah Indonesia, Penulis terdorong untuk menggunakan pelayanan yang ada pada Palang Merah Indonesia jika dibutuhkan. Selain itu penulis juga semakin termotivasi untuk melakukan donor darah secara rutin. Pada kegiatan yang dilakukan, penulis mendonorkan darah untuk pertama kalinya. Sebelum melakukan donor, sempat terpikirkan adanya rasa takut karena belum pernah donor darah sebelumnya, atau tidak terpenuhinya kriteria untuk menjadi pendonor darah dan adanya ungkapan bahwa donor darah itu terasa sakit. Namun saat penulis memenuhi kriteria untuk menjadi pendonor darah dan telah melakukan donor darah, sempat terasa lemas untuk beberapa saat namun ada juga rasa senang tersendiri ketika mengetahui bahwa darah yang telah didonorkan dapat berguna bagi yang membutuhkan. 3. Findings (Analisa Masalah) Melalui observasi yang dilakukan di kantor Palang Merah Indonesia, terdapat beberapa masalah yang penulis temukan. Fasilitas di kantor Palang Merah Indonesia 44
terkadang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa masyarakat masih kurang mengetahui apa saja fasilitas yang tersedia di Palang Merah Indonesia selain donor darah. Dari ungkapan bapak Bachar, untuk fasilitas ambulans di Palang Merah Indonesia Yogyakarta hanya mendapatkan paling banyak 3 kali panggilan dalam satu hari, beberapa hari lainnya bisa mendapatkan 1 hingga 2 kali panggilan atau bahkan tidak ada panggilan sama sekali sehingga beberapa petugas ambulans cenderung tidak memiliki kegiatan lain saat bertugas di ambulans. Beberapa masyarakat juga mempertimbangkan beberapa hal ketika memanggil ambulans dari Palang Merah Indonesia. Salah satu hal yang dipertimbangkan adalah jarak kejadian / kecelakaan dengan kantor Palang Merah Indonesia, dimana terkadang jaraknya terlalu jauh ketika pasien membutuhkan perawatan segera. Selain itu masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi atau memanggil ambulans milik rumah sakit tertentu daripada memanggil ambulans dari Palang Merah Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat kurang mengetahui kontak Palang Merah Indonesia. 4. Future (Rencana Kedepan)
Untuk rencana kedepan penulis setelah kegiatan ini, penulis akan mencoba untuk
menjadi
donor
rutin
di
Palang
Merah
Indonesia.
Penulis
sendiri
mempertimbangkan bahwa penulis sebagai seorang pendonor mungkin tidak dapat melakukan donor secara rutin seperti beberapa orang yang sudah mendonorkan
45
darahnya hingga mendapatkan penghargaan dan namanya tercantum di dinding kantor Palang Merah Indonesia sesuai dengan wilayahnya. Namun mengetahui bahwa darahnya dapat berguna bagi orang lain merupakan sebuah motivasi untuk melakukan donor darah secara rutin. Selain itu adanya manfaat-manfaat lain bagi tubuh setelah melakukan donor darah juga merupakan suatu keuntungan bagi penulis. Penulis juga berencana untuk menggunakan fasilitas yang ada di Palang Merah Indonesia ketika dibutuhkan. Menyimpan kontak Palang Merah Indonesia merupakan langkah awal yang dilakukan agar ketika dibutuhkan penulis dapat langsung menghubungi Palang Merah Indonesia. Selain itu dengan mengetahui kontak Palang Merah Indonesia, penulis juga dapat membagikan dengan orang lain agar orang lain tahu bahwa Palang Merah Indonesia memiliki fasilitas yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan.
46
DOKUMENTASI
47
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE PALANG MERAH INDONESIA (PMI)
Disusun oleh : Ruth Deas Muliany 41150034
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
48
REFLEKSI
I.
Fact
Selama mengikuti kegiatan ECCE, penulis mendapat kesempatan untuk berkunjung ke PMI Kota Gede Yogyakarta. Kunjungan hanya dilakukan 1 kali selama 3 jam. Penulis dan anggota kelompok beserta pembimbing berangkat bersama-sama ke lokasi. Sesampai di sana kami langsung sambut oleh bapak Bachar sebagai penanggung jawab dengan hangat. Kemudian penulis diarahkan menuju suatu ruangan pertemuan, lalu di sana penulis diberikan arahan seputar kegiatan apa saja yang akan dilakukan, juga sedikit pemaparan mengenai kegiatan PMI secara umum di kota Yogyakarta. Setelah diberikan arahan, penulis beserta seluru anggota kelompok dituntun untuk berkeliling disetiap ruangan yang ada di gedung kantor PMI. Kemudian bapak Bachar bapak Bachar mulai menjelaskan fungsi-fungsi dari setiap ruangan dan petugas yang bekerja disana. Gedung PMI Kota Gede tidak terlalu luas, dengan bangunan yang sederhana. Namun dalam kesederhanaan tersebut sudah sangat banyak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh anggota PMI maupun relawan yang ada. Pada akhir sesi ditutup dengan kegiatan donor darah, namun sayangnya proses donor darah tidak dapat dilakukan oleh semua anggota kelompok termasuk penulis. Oleh karena ada beberapa syarat dan prosedur 49
yang harus dipenuhi dalam proses donor darah. Kegiatan yang paling berkesan bagi penulis ialah saat proses donor darah, namun sayangnya penulis hanya bisa mengamati prosesnya dan tidak terlibat langsung dalam mendonor karena berat badan yang tidak memenuhi syarat.
II.
Finding
Selama 3 jam berada di gedung tersebut, penulis mendapatkan banyak pengalaman baru yang belum pernah ditemui sebelumnya. Penulis jadi mengetahui beberapa kegiatan-kegiatan kemanusiaan yang di kerjakan oleh anggota PMI maupun relawan, seperti menolong korban bencana alam, korban kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. Sama halnya dengan profesi lainnya, ternyata para anggota PMI juga memiliki SOP masing -masing dalam melakukan tindakan penyelamatan korban-korban bencana alam, mereka pun tidak sendiri dalam bekerja, namun ada juga dari instansi-instansi lainnya yang bekerja sama dengan PMI dalam melakukan penyelamatan. Selain itu, penulis jadi memahani prosedur pendonoran darah ternyata ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Pendonor terbagi menjadi donor sukarela yang sewaktu-waktu mendonorkan darahnya, juga donor pengganti yaitu donor yang dilakukan untuk diberikan kepada pasien tertentu yang membutuhkan saat itu juga. Setiap calon pendonor wajib membaca kriteria dilembaran sebagai syarat untuk melakukan donor, setelah itu calon pendonor
50
akan diperiksa lagi untuk kadar hb (hemoglobin) dan golongan darah, jika hbnya rendah maka proses donor akan dibatalkan. Penulis melihat pelayanan di PMI sudah sangat terintegrasi, mulai dari administrasinya hingga kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Alat-alat yang digunakan juga sudah lengkap dan memenuhi standar, sehingga darah yang tersedia disana juga sudah bervarasi.
III.
Feeling
Ketika mengikuti kegiatan di PMI, penulis merasa sangat senang dan bersemangat dalam menjalani setiap kegiatan. Bapak Bap ak yang sangat ramah serta teman-teman yang sangat kompak membuat kegiatan disana menjadi lebih bermakna bagi penulis. Penulis juga terharu dan bangga melihat kegigihan dan ketulusan para anggota PMI serta relawan dalam melayani masyarakat tanpa mendapatkan imbalan. Mereka dengan sukarela menolong sesama manusia. Hal tersebut menyadarkan penulis, bahwa kontribusi penulis dalam melakukan hal kemanusiaan masih sangat kurang bahkan belum ada artinya. IV.
Future
Jika penulis masih mendapatkan kesempatan untuk ke PMI, penulih berharap dapat memiliki waktu lebih lama untuk ikut terlibat langsung dalam
51
setiap kegiatan dilapangan. Sehingga akan lebih banyak pengalaman bermakna baru yang didapatkan oleh penulis. Dari kunjungan yang dilakukan ke PMI juga menyadarkan penulis untuk sebaiknya bisa melakukan lebih banyak hal lagi yang bermakna bagi masyarakat diluar, tidak hanya untuk diri sendiri saja.
52
DOKUMENTASI
53
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE PALANG MERAH INDONESIA KOTAGEDE
Dibuat oleh: Nama : Tiva Ismadyanti Christine Prabowo Prabowo NIM
: 41150035
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2017
54
PEMBELAJARAN
Hal pertama yang saya dapatkan adalah kesan sederhana dari gedung PMI Kotagede. Yang terlintas dalam pikiran saya adalah di balik kesederhanaan yang ada di balik gedung PMI dan para pekerjanya, PMI sudah melakukan banyak hal untuk kemanusiaan. Mengetahui jumlah relawan PMI yang ternyata cukup banyak dan mereka tidak mendapat imbalan apapun, mengingatkan kembali motivasi saya untuk menjadi seorang dokter dengan hati melayani. Penyambutan oleh para pekerja PMI juga sangat ramah dan terbuka untuk tim kami. Saat saya duduk bersama seorang bapak tukang parkir, beliau menunjuk seseorang yang dapat dikatakan sudah senior dengan tampilan yang amat sederhana dan kalua boleh saya katakan sedikit lusuh. Namun yang tidak saya sangka adalah bapak yang ditunjuk tersebut adalah seorang dokter yang merupakan relawan PMI dan sudah lama melayani di PMI Kotagede. Seketika saya merasa malu karena saya merasa telah menilai orang dari luar. Dari situ saya kembali belajar ternyata lebih penting untuk memikirkan kembali kepada diri sendiri, hal mulia apa saja yang sudah saya lakukan untuk sesama saya dibandingkan memikirkan hal dari luar yang dapat mengesankan orang namun tidak berdampak untuk sesama. Hal ini juga saya rasakan ketika melihat daftar nama-nama para pendonor yang sudah puluhan kali mendonorkan darahnya secara rutin untuk orang lain. Sebagai mahasiswi kedokteran, saya juga beruntung dapat melihat langsung proses penusukan jarum untuk mendonorkan darah. Melatih saya untuk tidak takut
55
dengan jarum sebesar itu, baik sebagai pendonor maupun yang melakukan tindakan medik nantinya. Saya juga belajar persyaratan apa yang harus dipenuhi untuk dapat mendonorkan darahnya dan keadaan apa saja yang membuat kita tidak dapat mendonorkan darah untuk orang lain. Beberapa hal yang saya perhatikan dari fasilitas yang ada di PMI adalah seperti beberapa ruangan, timbangan, beberapa alat pelindung diri terlihat sudah lama sekali digunakan, akan lebih baik jika diperbarui lagi. Ruang tunggu untuk mendonorkan darah juga kecil, tidak terbayang jika menurut informasi yang disampaikan pada saat-saat tertentu sangat banyak orang yang akan donor darah. Ruangan labolatoriumnya juga tidak besar, sehingga para pekerjanya bekerja apa adanya namun tetap secara maksimal. Sayangnya, kami tidak sempat melihat bagian dalam ambulance PMI seperti apa. Saat orientasi juga kami mendengar bahwa jika tidak ada kejadian tertentu, kebanyakan pekerja dan petugas medisnya juga tidak melakukan kegiatan apa-apa, hanya tidur dan menunggu hingga jam bekerja selesai. Jika saya bayangkan, pasti sangat membosankan. Namun dibalik itu terlihat kesetiaan para pekerja dan ketulusan hati untuk tetap sigap seketika mereka dibutuhkan. Hal yang saya sayangkan adalah saya ingin mendonorkan darah saya saat itu, namun sedang tidak dalam kondisi yang memenuhi syarat. Harapan saya kedepannya bagi PMI Kotagede adalah agar semakin banyak para sukarelawan yang mau
56
bergabung bersama PMI. Bersama-sama mengadakan donor darah massal, melakukan pelatihan untuk menangani korban kecelakaan, dan menjadi petugas medis apabila suatu saat dibutuhkan. Akan lebih baik apabila masyarakat diberi ilmu atau penyuluhan mengenai donor darah. Karena menurut saya masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui pentingnya donor darah untuk kesehatan diri dan manfaatnya untuk orang lain yang membutuhkan. Masih banyak masyarakat yang takut dengan jarum suntik dan mungkin malas untuk sekedar datang da tang meluangkan waktu dan tenaga untuk mendonorkan darahnya. Terutama anak-anak muda yang agak sulit menyadari hal ini sebagai generasi penerus kegiatan kemanusiaan ini. Namun jujur, kunjungan ke PMI ini tidak seketika membuat saya ingin menjadi relawan PMI, namun saya sangat diingatkan untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar menjadi dokter yang berpengaruh bagi masyarakat sekitar bukan buk an hanya mengejar gelar profesi. pro fesi. Saya harus menjadi dokter yang siap ditempatkan ditempat-tempat yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi saya dan harus tetap punya hati yang melayani sesama dan mengutamakan kepentingan orang lain.
57
DOKUMENTASI
58
LAPORAN INDIVIDU EARLY CLINICAL AND COMMUNITY EXPOSURE PALANG MERAH INDONESIA YOGYAKARTA
Disusun oleh : Ruth Prilia Gitasari 41150054
Kelompok 1B
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
59
PEMBELAJARAN
Facts (Fakta)
Kunjungan ke PMI Yogyakarta yang terletak di Jl. Tegalgendu 25 Kotagede Yogyakarta ini merupakan kunjungan pertama penulis ke PMI. Saat penulis sampai di lokasi, penulis yang berpikir bahwa PMI ini ramai ternyata tidak sesuai dengan pemikiran penulis. Pada saat kelompok penulis melakukan kunjungan, PMI tampak sepi dan saat sedang orientasi mengenai tempat dilakukan donor darah, hanya terlihat 1 pendonor. Namun di saat penulis beserta rekan akan berpamitan, sudah banyak pendonor yang mulai berdatangan. Pendonor Pen donor baru mulai berdatangan saat sudah sore, kurang lebih pukul 13.30 WIB. Di PMI penulis dijelaskan mengenai prosedur donor darah maupun transfusi darah, baik dari rumah sakit maupun secara individu. Bagaimana alur donor darah dari awal hingga pendistribusian darahnya. Kami juga belajar mengenai persyaratan persyaratan seperti apa yang harus dipenuhi sebelum melakukan donor darah maupun persyaratan atau kondisi seperti apa yang menjadi kontraindikasi untuk melakukan donor darah. Setelah dijelaskan mengenai persyaratan melakukan donor darah, kami diberikan atau ditunjukan selebaran formulir yang harus diisi untuk menjadi pendonor. Setelah itu calon pendonor dilakukan pemeriksaan kelayakan melakukan donor darah seperti BB dan HB. Setelah calon pendonor layak, pendonor akan dibawa masuk kedalam ruang pengambilan darah dan setelah mendonorkan darahnya
60
para pendonor akan diberikan kartu donor bagi penodor yang baru pertama kali melakukan. Selain itu, setelah darah selesai diambil, darah akan diuji terhadap penyakit menular seperti Hepatitis dan HIV/AIDS. Apabila darah lolos uji makan darah akan diberikan kepada pihak yang membutuhkan.
Feeling (Perasaan)
Kegiatan pada stase PMI ini memberikan pengalaman yang cukup berkesan bagi penulis karena ini merupakan pertama kalinya penulis berkunjung serta melakukan donor darah di PMI. Penulis merasa mendapatkan banyak sekali manfaat yang didapatkan saat berkunjung ke PMI terutama dalam hal kemanusiaan, dengan melakukan kunjungan ke PMI ini penulis sadar bahwa ternyata meskipun sudah memiliki pendonor yang tetap akan tetapi dari pihak PMI masih membutuhkan bantuan pendonor maupun relawan-relawan ben cana. Meskipun para relawan tersebut sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing akan tetapi mereka langsung tanggap dan berkumpul apabila terjadi suatu bencana. Pada kunjungan ke PMI ini juga merupakan pengalaman pertama penulis dalam melakukan donor darah. Penulis sangat senang karena penulis mendapatkan kesempatan untuk melakukan donor darah. Mungkin pada saat awal sebelum melakukan donor, penulis sedikit khawatir atau takut seperti itu namun karena rasa penasaran akhirnya penulis menjadi pendonor unruk yang pertama kalinya. Selain
61
senang, penulis juga bangga dapat menjadi pendonor karena darah yang didonorkan ini nantinya akan digunakan bagi seseorang yang benar-benar membutuhkan.
Finding (Analisa Masalah)
Pada kegiatan kunjungan di PMI ini, penulis tidak menemukan adanya kendala atau suatu masalah yang berarti. Mungkin masalah yang ada berdasarkan penjelasan dari petugas adalah masalah mengenai kurangnya kesadaran masyarakat sekitar akan penting dan bermanfaatnya kegiatan donor darah. Selain itu, mungkin karena ini merupakan kesempatan pertama penulis dan rekan penulis maka penulis merasa ragu dan takut untuk melakukan donor. Namun karena banyaknya rekan penulis yang menjadi donor maka penulis pun merasa terdorong untuk melakukan donor darah.
Sebelum melakukan donor darah, penulis diminta untuk mengisi formulir pendonor dan pemeriksaan Hb. Apabila dari poin-poin pertanyaan yang terdapat pada pad a formulis dan jumlah Hb memenuhi syarat maka penulis atau pendonor diperbolehkan untuk mendonor. Setelah itu, penulis mencuci lengan penulis (bagian yang akan disuntik) menggunakan sabun dan air mengalir. Selanjutnya, setelah semua persiapan selesai penulis masuk kedalam ruang pengambilan darah dan penulis akhirnya menjadi pendonor.
62
Future ( Rencana ke Depan )
Setelah melakukan kunjungan pada PMI ini penulis berharap bahwa akan banyak masyarakat lagi yang akan sadar untuk mendonorkan darah mereka kepada orang yang membutuhkan, memalui PMI ini. Selain itu, penulis berharap dari pihak PMI dilakukan sosialisasi atau pengenalan mengenai kegiatan yang ada di PMI kepada masyarakat umum serta manfaat menjadi pendonor. Sosialisasi tersebut dapat diberikan kepada siswa sekolahan (SMA), mahasiswa, maupun pekerja kantoran, agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif terhadap segala kegiatan yang ada di PMI, baik sebagai relawan bencana, pendonor, ataupun yang lainnya. Sedangkan harapan untuk penulis ini, sebagai seorang pendonor pemula penulis berharap agar penulis dapat melakukan pola hidup sehat dengan secara rutin mendonorkan darah penulis. Selain dapat memberikan manfaat yang baik bagi tubuh, penulis juga dapat membantu sesama yang membutuhkan pertolongan.
63
DOKUMENTASI
64
LAPORAN ECCE Early Clinical and Community Exposure PMI YOGYAKARTA
Disusun Oleh : Soviasti Carissa Grace 41150063 Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
65
PEMBELAJARAN
Banyak pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan selama 4 jam yang saya rasakan, yaitu saya bisa mengerti prosedur untuk pendonoran darah dan prosedur untuk penyetoran darah bagi poskes dan RS yang ada disekitar PMI tersebut dan di jogja. Disini saya juga belajar bagaimana kerelaan hati setiap orang yang menyumbangkan darahnya dengan senang hati karena saat saya bertanya pada beliau beliau ini mereka sangat senang jika darahnya berguna membantu orang lain yang membutuhkan. Belum lagi untuk para petugas yang hanya dibayar sekedarnya padahal mereka adalah orang terpandang yang mau bersusah payah untuk membangun PMI yang lebih baik yang berguna bagi sesamanya.
1. FACT
Kegiatan ECCE kali ini Di PMI ini saya belajar untuk tau prosedural pengambilan darah mulai dari pemeriksaan berat badan hingga nantinya pemeriksaan untuk Hb , dll yang ternyata rumit pembelajarannya. Disana saya juga melihat bagaimana prosedural untuk mobil ambulance PMI. Ternyata dari PMI memberikan ambulance gratis yang disediakan namun harus menghubungi bagian PMI terlebih dahulu. Saat itu saya juga melihat ruangan yang ada di Kantor PMI
66
yang setiap ruang memiliki fungsi yang berbeda. Terdapat pula plakat yang digunakan untuk memajang para pejuang donor darah yang selama ini mendonorkan darahnya melalui PMI Yogyakarta.
Kegiatan Penulis pada ECCE kali ini Kegiatan di ECCE kali ini saya belajar bagaimana prosedural untuk donor darah. Walaupun saat itu saya belum bisa berkesempatan mendonor karena sedang haid. Disana saya tau bagaiaman sulitnya untuk mendonor dan eminta darah donor baik itu dari rumah sakit ataupun langsung dari PMI nya.
Kegiatan yang paling berkesan pada Kegiatan ECCE kali ini Semuanya sangat berkesan bagi saya karena memang sebelumnya saya belum pernah untuk ikut kegiatan di PMI yang semua nya baru bagi saya. Kecuali untuk kegiatan donor darah yang sebelumnya saya tau memang prosedurnya namun belum pernah untuk donor. Semoga suatu saat saya bisa mendonor untuk sesama yang membutuhkan.
2. FEELING
Perasaan Penulis pada Kegiatan ECCE kali ini Saya merasa hal ini adalah kegiatan yang berguna sekali karena bisa menambah wawasan dan bangga saat bisa mendonorkan darah bagi orang membutuhkan. Tidak sembarang orang bisa mendonor darah juga dan saya 67
belum bisa mencoba hal itu. Hal ini juga membuat sedikit terharu karena banyak orang yang rela membantu orang lain tanpa pamrih dan senang hati.
Hal yang membuat Penulis khawatir / terharu / frustasi, dll pada Kegiatan ECCE kali ini Sebetulnya disini saya sedikit merasa terharu karena hal ini mereka yang notabene orang biasanya malahan memberikan diri mereka untuk membantu sesama dan membangun PMI ynag katanya hampir tidak berjalan. Saya khawatir jika nantinya tidak ada orang hebat seperti beliau yang mau mendedikasikan dirinya membantu sesama dengan mengatur struktural PMI dan mendedikasikan dirinya menjadi pendonor tetap. Saya bangga sekali dengan mereka dan semoga suatu saat saya bisa seperti mereka.
3. FINDING
Pelajaran yang dapat Penulis ambil dari da ri kegiatan ECCE kali ini Pelajaran yang dapat saya ambil yaitu harus punya semangat untuk mau berbagi bagi sesama tanpa memandang siapa mereka dan siapa kita. Sikap kerelaan hati juga sangat ditekankan pada kesempatan kunjungan di PMI ini
68
Penyebab terjadinya Masalah dari kegiatan ECCE kali ini Masalah yang penulis hadapi dalam kegiatan di PMI ini yaitu kami ber 16 datang kesana namun tidak semua anak bisa mendonorkan darah bagi PMI, rasanya saya merasa bersalah namun harus bagaimana. Sebenarnya ada pula yang secara teknis bisa untuk mendonor namnun mungkin merasa takut.
Pengalaman yang serupa dari kegiatan ECCE kali ini Pengalaman serupa yang saya alami yaitu saya belum pernah mengalami kegiatan di PMI seumur hidup dan selama di Jogja ini. Namun saya pernah melihat kegiatan donor darah saat acara-acara baik itu event kampus dll.
4. FUTURE
Jika dapat mengulang kegiatan ECCE ini, hal-hal yang dilakukan dengan cara yang berbeda Saya ingin untuk bisa mendonorkan darah saya agar saya bisa berguna bagi sesama. Dan jika bisa waktu yang diberikan lebih lama agar bisa mencoba untuk ikut jaga di ambulance PMI dan bisa ikut langsung di lapangan membantu korban yang ada di sekitar Jogja. Mungkin bisa dijadwalkan untuk seminggu 1-2 kali untuk kunjungan di PMI.
69
Perubahan pandangan di masa depan setelah melakukan kegiatan ECCE kali ini Saya ingin meningkatkan semangat belajar dan memahami materi-materi supaya untuk kedepannya saya dapat menjadi seorang dokter yang ahli dan berkompeten.
Harapan untuk masa depan Harapannya saya bisa belajar dari awal tentang bagaimana prosedur untuk pengambilan darah hingga nantinya diedarkan ke RS dan POSKES terdekat. Harapannya semakin banyak orang yang sadar untuk membantu sesama dan bisa mendonorkan darahnya sehingga banyak jiwa yang mungkin membutuhkan darah agar bisa selamat. Dan juga semakin banyak yang mau untuk menjadi pendonor tetap agar stock darah cukup karena kata bapak penjaga disana stock darah untuk 1 jogja masih kurang.
70
DOKUMENTASI
71
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE KEGIATAN PALANG MERAH INDONESIA
Dibuat oleh : Nama : Jessica Goldy NIM
: 41150075
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
72
REFLEKSI
Stase PMI merupakan stase yang dikunjungi pertama kalinya yaitu pada hari Sabtu tanggal 9 September 2017. Kegiatan ini bertempat di Kantor Palang Merah Indonesia Kota Yogyakarta dan dipandu langsung oleh pihak PMI. Kegiatan dilaksanakan kurang lebih selama 4 jam. Setelah berkenalan secara singkat dengan pihak PMI, terdapat briefing singkat mengenai apa yang akan dikerjakan pada hari tersebut, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pada hari itu dilakukan kunjungan ke Bank Darah saja dan tur singkat mengelilingi Kantor PMI yang cukup besar. Beberapa mahasiswa diajak untuk terlibat dalam kegiatan donor darah, sebagaimana diketahui donor darah memiliki sangat banyak keuntungan terutama bagi kesehatan dan juga bagi sesama yang membutuhkan. Setelah selesai donor darah, setiap mahasiswa berkumpul kembali dan foto bersama dengan pihak PMI. PM I. Dalam kunjungan selama 4 jam tersebut, tidak banyak yang bisa dikerjakan di PMI, hal ini karena terjadi sedikit miskomunikasi antara pihak UKDW dengan pihak PMI, sehingga saat itu ketua PMI tidak berada di kantor. Petugas yang diserahi tanggung jawab tidak mendapat perintah apapun dari kepala PMI sehingga akhirnya seluruh anggota kelompok hanya diajak berkunjung ke Bank Darah. Petugas menjelaskan secara garis besar mengenai prosedur persiapan pasien hingga prosedur pengambilan darah. Beberapa anggota kelompok yang memenuhi syarat donor darah langsung menjalani donor darah dengan sukarela. Memang awalnya banyak yang 73
tidak mau terlibat dengan alasan takut, belum pernah donor darah, dan lain sebagainya. Namun, setelah mendapat penjelasan mengenai keuntungan donor darah, maka banyak mahasiswa yang secara sukarela mendonorkan darah, bahkan ada yang berkeinginan mendonorkan darah secara rutin. Di stase ini penulis menarik pembelajaran bahwa jiwa kemanusiaan organisasi PMI ini begitu besar dan sangat berjasa menyelamatkan nyawa banyak orang. Bila tidak ada PMI, tentunya sangat banyak orang yang harus mengakhiri hidupnya padahal seharusnya masih bisa tertolong. Sebagai manusia yang masih dikaruniai kesehatan dan kekuatan oleh Tuhan YME, kegiatan mendonor darah adalah kegiatan yang mulia. Tidak peduli apakah kemauan pendonoran darah ini karena reward yang yang diberikan oleh PMI atau alasan apapun, pasti suatu saat orang yang mendonor tersebut akan mengambil makna yang besar dari kegiatan mendonor darah, bahwa apa yang dilakukan adalah tindakan yang mulia sebab berhubungan dengan keselamatan hidup orang lain. Selain itu, masih banyak orang-orang di luar sana yang berpikir bahwa untuk memperoleh darah dari PMI mereka harus membayar satu kantongnya sekitar tiga ratus ribu rupiah. Padahal, uang yang mereka bayar itu digunakan untuk biaya skrining penyakit menular dari pasien yang mendonorkan darahnya, seperti penyakit HIV, hepatitis, dan lain-lain. Hal ini penting juga untuk mengedukasi pasien agar pasien tidak segan menggunakan pelayanan dari PMI dan menghargai jasa-jasa PMI.
74
DOKUMENTASI
75
LAPORAN INDIVIDU ECCE Palang Merah Indonesia
Dibuat oleh: Nama : Jean Priskilla Diana Rumere NIM
: 41150083
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2017
76
PEMBELAJARAN
Pada kunjungan ini penulis mengetahui sejarah singkat terbentuknya Palang merah Indonesia juga tujuan dari terbentuknya PMI Indonesia ini. Dalam kunjungan ini juga penulis baru menyadari pentingnya peranan PMI Indonesia ini dalam dunia kesehatan. Terkhususnya dalam menyuplai kebutuhan darah ditiap-tiap rumah sakit. Juga penulis baru mengetahui proses pengelolaan darah mulai dari transfusi darah, penggolongan darah, pemisahan bagian-bagian darah hingga penyimpanannya dilakukan oleh PMI juga dibantu oleh Bank Darah oleh masing-masing rumah sakit. Dari kunjungan ini juga penulis melihat tekad kuat dari PMI Indonesia untuk mendorong masyarakat mendonorkan darahnya. Tentu saja bukan untuk kepentingan PMI sendiri tetapi untuk kepentingan banyak orang. Hal tersebut dilihat dari kesigapan tenaga kerja dari PMI untuk menindaklanjuti kebutuhan darah baik mereka yang menerima donor maupun pendonor. Selain itu, tekad kuat dari PMI terwujud dalam bentuk-bentuk kerjasama dengan beragam kegiatan dan bhakti sosial demi mendorong masyarakat untuk peduli sesama dengan mendonorkan darahnya tidak hanya memberi dampak bagi orang lain tetapi juga pada diri sendiri. Di Palang Merah Indonesia
juga turut memberi apresiasi pada masyarakat yang yang giat
mendonorkan darahnya secara rutin dengan memberikan ranking sebagai bentuk apresiasi.
77
DOKUMENTASI
78
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE PALANG MERAH INDONESIA
Dibuat oleh: Nama : Rambat Sambudi Sambudi NIM
: 41150087
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017 79
REFLEKSI
STASE PMI
Pada kunjungan pertama kali ke Palang Merah Indonesia (PMI), saya mendapatkan banyak hal-hal baru yang sebelumnya belum saya ketahui tentang Palang Merah Indonesia (PMI). Setahu saya, Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi yang bekerja pada hal donor darah, dan hanya aktif apabila terjadi bencana maupun hari-hari besar kenegaraan (mis: (mis: untuk kebutuhan Tim Kesehatan di upacara besar). Dari hasil kunjungan ke Palang Merah Indonesia (PMI) secara langsung, saya lebih mengetahui jika Palang Merah Indonesia (PMI) juga bekerja dalam hal panggilan darurat untuk kebutuhan kebutuha n Ambulans (baik mobil maupun motor), sistem kerja dari proses donor darah yang ternyata Palang Merah Indonesia (PMI) juga memiliki alat untuk memisahkan komponen-komponen darah. Sejarah dari Palang Merah Indonesia (PMI) juga saya ketahui lebih jauh dan saya bisa mengetahui nama-nama pendonor aktif yang sudah mendonor hingga ratusan kali yang mendapatkan penghargaan dari pemerintah tergantung dari berapa kali pendonor tersebut melakukan donor di Palang Merah Indonesia (PMI). Saya merasakan pengalaman yang saya dapat dari kegiatan Early kegiatan Early Clinical & Community Exposure Exposure dengan melakukan kunjungan ke Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan hal yang baru dan menyenangkan. Perasaan kagum yang saya 80
ingat adalah saat melihat daftar nama para pendonor yang sudah melakukan donor darah di Palang Merah Indonesia (PMI) sebanyak lebih dari 100 kali semasa hidupnya. Saya sangat mengapresiasi keputusan mereka untuk melakukan donor darah yang nantinya akan bermanfaat untuk sesama. Saat saya merasakan untuk pertama kalinya melakukan donor darah, rasa tidak nyaman saya rasakan saat proses awal pemasangan jarum, pengambilan darah dan pencabutan jarum. Hal ini membuat saya berpikir kembali jika akan melakukan donor darah. Apabila saya memiliki kesempatan lagi untuk mengikuti kegiatan di Palang Merah Indonesia (PMI) dengan durasi waktu yang lebih panjang dan dengan ilmu yang sudah didapatkan selama perkuliahan, saya ingin mencoba untuk mengambil bagian dalam kegiatan di Palang Merah Indonesia (PMI). Kegiatan yang dimaksud seperti menjadi relawan dan menjadi tenaga medis di bagian proses donor darah. Karena dengan terjun secara langsung ke lapangan untuk bekerja, membantu saya untuk lebih mudah membiasakan diri terkait bidang kedokteran.
81
DOKUMENTASI
82
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE KEGIATAN PALANG MERAH INDONESIA
Dibuat oleh: Nama
: I Putu Restu Wibawa
NIM
: 41150090
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2017
83
PEMBELAJARAN
Pada kunjungan ke PMI yang berlokasi di kota gede kami berangkat dari kampus bersama – bersama – sama sama Sampai disana kami masih menunggu kedatangan dari pihak PMI. Kesan pertama penulis sampai di PMI adalah tempatnya yang sederhana tidak terlalu ramai sebelumnya pemikiran penulis mengenai PMI tempatnya ramai. Akan tetapi setelah sampai disana ternya tempatnya sepi tidak begitu ramai. Setelah orang dari pihak PMI datang baru kami diajak masuk kedalam suatu ruang pertemuan. Disana kami memperkenalkan diri satu persatu dengan pengurus PMI kemudain dilanjutkan dengan perkenalan dari pihak PMI. Setelah perkenalan kemudian kami diberi penjelasan mengenai sejarah terbentuknya PMI, kegiatan apa saja yang ada di PMI. Setelah perkenalan dan diberi penjelasan mengenai kegiatan apa saja yang ada di PMI kami diajak berkeliling. Disini penulis mendapatkan pengalaman tambahan sebagai pendonor. Donor darah yang penulis lakukan ini merupakan donor darah yang pertama kali dilakukan. Sebelum melakukan donor penulis sempat ragu untuk melakukan donor. Setelah melihat banyak teman yang melakukan donor penulis menjadi terdorong untuk malakukan donor darah. Sebulum melakukan donor terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik salah satunya pemeriksaan tekanan darah dan juga pemeriksaan golongan darah sebelum itu penulis disuruh untuk membersihkan tangan terlebih dahulu dengan sabun pada tempat cuci tangan yang telah disediakan disna. Sebelum 84
itu kita juga disuruh mengisi formulir yang berisi beberapa pertanyaan. Setelah semua prosedur itu dinyatakan lulus baru kita bisa melakuka donor. Pertama penulis kaget melihat ukuran jarum yang lumayan besar. Terasa sedikit sakit pada saat awal jarum masuk tapi kemudian tidak terasa apa-apa. Proses pengambilan darah ini kurang lebih berlangsung selama 10 menit. Setelah pengambilan darah selesai penulis merasa sedikit pusing kemudian penulis di berikan teh hangat dan roti. penulis juga mendapatkan kartu identitas seperti KTP tapi ini untuk orang sudah pernah melakukan donor. Ada beberapa dari teman penulis yang tidak mampu melakukan donor yang disebabkan karena beberapa factor seperti konsumsi obat, berat badan yang kurang untuk melakukan donor. Setelah melakukan donor kemudaian kami diajak berkeliling lagi menuju ke luar dari ruangan tempat dilakukan donor. Kami diajak melihat tempat parkir ambulance jumlah ambulance yang tersidia di PMI sudah lumayan untuk melakukan pelayanan ke masyarakat. Kami juga melihat beberapa relawan yang sedang menggu panggilan untuk membantu masyarakat. penulis merasa sangat nyaman pada saat melakukan kunjungan ke PMI karena para petugas yang ada di PMI P MI sangat ramah sehingga saya menjadi tidak takut untuk bertanya. Dari sini juga penulis mendapatkan pembelajran sebagai seorang dokter kita harus selalu siap melayani orang yang memerlukan walaupun tidak diberi upah sekalipun, karena semua relawan yang ada di PMI tersebut tidak mendapatkan upah sama sekali. Jadi untuk kedepanya penulis akan belajar untuk lebih perduli terhadap sesama.
85
DOKUMENTASI
86
LAPORAN INDIVIDU ECCE STASE PALANG MERAH INDONESIA
Dibuat oleh: Nama
: Jonathan Irlambang
NIM
: 41150091
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2017
87
PEMBELAJARAN
Melihat dari kegiatan yang telah berlangsung penulis mendapatkan banyak pembelajaran bidang sosial kemanusiaan terutama tugas kepalangmerahan. Setiap kegiatan PMI dilakukan dengan teliti dan hati – hati, yaitu terutama dalam pengolahan ambilan darah dari pendonor. Darah yang ada di PMI diambil dari seorang pendonor secara sukarela. Pendonor tersebut terbagi menjadi pendonor tetap dan pendonor tidak tetap. Pendonor tetap adalah pendonor yang telah lama secara sukarela rutin mendonorkan darahnya sesuai aturan donor dari PMI, termasuk juga pendonor dengan golongan darah khusus. Pendonor tidak tetap adalah pendonor pendon or baru yang secara sukarela mendonorkan darahnya namun untuk donor selanjutnya belum dapat dipastikan. Bagi pendonor yang telah melampaui batas donor tertentu akan pendapat beberapa penghargaan tergantung batas yang telah ditentukan. Sebelum melakukan donor darah setiap pendonor wajib untuk menyerahkan kartu donor bila sudah pernah donor, dan bagi pendonor baru nantinya setelah menyumbangkan darahnya akan dibuatkan kartu donor. Setelah itu dilakukan pemeriksaan berupa pengukuran berat badan, tes kadar hemoglobin. Jika didapatkan hasil normal maka petugas transfusi darah akan mengambil darah pendonor berdasarkan berat badan (250 cc – cc – 500 cc). Setelah darah diambil maka dilakukan pemeriksaan uji saring terhadap empat penyakit menular berbahaya yaitu sifilis,
88
hepatitis B & C, dan HIV/AIDS, hal tersebut untuk mendapatkan darah yang betul – betul – betul aman. Darah kemudian dilakukan pemisahan menjadi komponen darah, lalu dilakukan pemeriksaan golongan darah, dan selanjutnya disimpan dalam ruang penyimpanan dalam suhu tertentu. Kegiatan ini sangat bemanfaat bagi penulis, karena selain sebagai sesuatu yang baru penulis juga dapat memahami lebih banyak dalam bidang sosial kemanusiaan terutama tugas kepalangmerahan. Penulis merasa beruntung karena dapat langsung terjun melihat proses proses donor darah dan juga ikut terlibat sebagai pendonor. Menjadi bagian dari pendonor merupakan hal baru bagi penulis dan beberapa anggota kelompok, sehingga ketika diberikan tawaran untuk donor oleh petugas sedikit ragu karena belum pernah. Menolong dan membantu sesama adalah kewajiban setiap manusia, dengan begitu kesejahteraan dapat tercapai. Begitu banyak orang yang sedang kesusahan, sedang bergulat melawan rasa sakit mengharapkan kesembuhan, dan beberapa diantaranya memerlukan uluran bantuan berupa transfusi darah. Hal tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk memberanikan diri membantu sesama dengan menjadi pendonor. Bagi penulis menjadi pendonor adalah salah satu tindakan yang mulia, dan darah yang didonorkan nantinya pasti akan digunakan untuk membantu sesama yang lebih membutuhkan. Maka dari kegiatan ini, penulis berterimakasih karena dapat ikut serta dalam kegiatan dan dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama.
89
Ketika petugas menjelaskan mengenai pengambilan darah dan pengelolaannya, petugas menerangkan men erangkan bahwa banyak dari antara kalangan masyarakat tidak mengerti tentang manfaat dari donor darah, beberapa diantaranya dengan latar pendidikan rendah. Keadaan tersebut muncul karena mungkin kurangnya sosialisasi ataupun bentuk asumsi masyarakat yang menganggap bahwa melakukan donor akan menyebabkan masalah tersendiri. Adapun manfaat dari donor darah adalah dapat memeriksakan kesehatan secara berkala tiga bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B, C, Sifilis dan Malaria), dengan adanya pemeriksaan tersebut maka pendonor tidak perlu mengeluarkan biaya dalam pemeriksaan. Apabil rutin melakukan donor darah sesuai waktu yang dijadwalkan maka akan mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara an tara lain 10, 25, 50, 75, 100 kali, bagi pendonor darah 100 kali akan mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah. Jadi, perlu adanya sosialisasi lebih lagi terkait manfaat dari donor darah agar masyarakat luas dapat mengerti dan mamahami pula bahwa donor darah juga merupakan suatu bentuk ibadah dengan peduli terhadap sesama yang membutuhkan. Harapan penulis kedepannya adalah agar kegiatan kepalangmerahan ini lebih ditingkatkan lagi, seperti diadakan pelatihan kepada mahasiswa agar lebih mengenal secara menyeluruh kegiatan PMI. Pelatihan tersebut penting bukan hanya untuk mahasiswa saja tetapi bisa untuk masyarakat luas, terkait penangan korban bencana atau kecelakaan dan penyuluhan mengenai donor darah sehingga dengan adanya
90
pelatihan tersebut maka akan meningkatkan daya minat masyarakat terhadap PMI dan dapat meningkatkan jumlah relawan pendonor. Bagi penulis kedepannya ingin menjadi relawan PMI yang rutin mendonorkan darah serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan PMI.
91
DOKUMENTASI
92
LAPORAN EARLY CLINICAL & COMMUNITY EXPOSURE REFLEKSI PRIBADI PALANG MERAH INDONESIA
DISUSUN OLEH: RADEN RORO CLAUDE FERNASETTI 41150097
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA 2017
93
REFLEKSI
a. Facts
Selama berkegiatan di PMI, kami diberi pandangan mengenai bagaimana proses distribusi darah ke instalasi yang membutuhkan. Mulamula, pendonor akan melakukan pendonoran dengan datang ke PMI, mengisi data pribadi, dan di tes kesehatan sederhana, seperti tes golongan darah dan rhesus, serta tekanan darah. Pendonor sendiri dibagi menjadi pendonor lepas dan pendonor keluarga. Pendonor lepas ditujukan bagi para pendonor yang melakukan donor darah rutin maupun tidak rutin secara sukarela. Sedangkan, pendonor keluarga ditujukan bagi para pendonor yang mengajukan diri atas permintaan orang maupun maupu n keluarga yang membutuhkan donor darah. Seoarng pendonor bukanlah orang yang sembarangan. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan bagi para pendonor, seperti riwayat menstruasi (bagi wanita), umumnya seorang pendonor wanita dapat melakukan donor darah apabila paling lambat 7 hari setelah hari terakhir menstruasi, riwayat pengobatan, seorang pendonor dapat melakukan donor apabila paling lambat 3 hari setelah hari terakhi rmengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya saja antibiottik, riwayat perjalanan ke daerah endemis penyakit menular melalui darah maupun cairan tubuh lainnya, riwayat penggunaan KB, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit saat ini.
94
Selain mengenai donor darah, kami juga ditunjukkan mengenai jenis jenis ambulances. Misalnya saja, ambulans gawat darurat (AGD) yang berisi peralatan medis seperti roll in cot stretcher, scoop stretcher, neck collar, head immobilizer, emergency complete box, suction pump, EKG, set alat partus, infus, alat P3K, tabung dna selang oksigen, dan peralatan APD. Ambulans gawat darurat darurat (AGD) biasanya biasanya adalah ambulan yang diperuntukkan untuk menolong keadaan yang gawat darurat, seperti kecelakaan, penyakit dengan serangan mendadak, dan sebagainya. Sehingga, penting bagi petugas yang berjaga di AGD untuk memastikan semua peralatan tersedia lengkap dan siap pakai, serta mudah ditemukan. Berbeda dengan ambulans gawat darurat, ambulans keliling atau ambulans yang biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan kesehatan keliling tidak sebegitu lengkap. Ambulans keliling ini hanya menyediakan peralatan standar seperti infus, tabung dan selang oksigen, tandu, scoop tandu, scoop stretcher, dan cot stretcher. Sedangkan jenis ambulans yang terakhir adalah ambulans jenazah. Seperti namanya, ambulans ini diperuntukkan untuk mengantarkan jenazah seseorang dari Rumah Sakit ke rumah duka maupun ke rumah keluarga untuk dikebumikan. Peralatan yang terdapat pada ambulans jenis ini hanya berisi tempat duduk bagi keluarga penggiring, keranda maupun peti bagi jenazah. Penggunaan ambulans pun tidak sembarangan dan ada pertanggung jawabannya, sehingga apabila ada
95
petugas petugas yang “nakal” dan sengaja menghidupkan sirine padahal ambulans sedang tidak dalam tugas akan dikenai sangsi. b. Feeling
Ketika Saya mengikuti kegiatan ini, Saya tak kunjung merasa bosan. Justru sebaliknya, Saya merasa senang dan antusias karena pelajaran baru bagi Saya, terutama mengenai jenis-jenis ambulans dan perbedaan fungsinya. Selain itu, Saya juga merasa senang karena untuk pertama kalinya Saya dapat melakukan donor darah. c. Findings
Dari pengalaman PMI, menurut SOP yang Saya baca seharusnya dilakukan beberapa pemeriksaan selain tekanan darah dan golongan darah, seperti BB juga Hb. Namun, karena keterbatasan sumber dana dan waktu, maka informasi mengenai BB didapatkan hanya melalui anamnesis dan Hb yang berguna untuk melihat kualitas darah dilihat melalui tekmanan darah dengan harapan jika volume cukup maka kualitas juga cukup baik. Sebelumnya, Saya tidak pernah dapat melakukan donor darah karena tekanan Saya dianggap “rendah” oleh petugas donor darah berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah palpatoar. Padahal, menurut SOP, pemeriksaan tekanan darah harus menggunakan tensimeter dan stetoskop yang masih baik, juga, tekanan darah 110/70mmHg masih dapat melakukan donor darah.
96
d. Future
untuk masa yang akan datang, Saya harap bahwa tidak hanya petugas donor darah, namun juga petugas kesehatan lainnya memahami dengan betul dan mematuhi SOP yang berlaku mengenai tindakan kesehatan sehingga tidak menghentikan semangat orang-orang yang ingin membantu sesamanya, seperti donor darah.
97
DOKUMENTASI
98