PRAKTIKUM SIFAT – SIFAT PRODUK PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
SEMESTER GANJIL TA. 2015/2016
KELOMPOK 7 (TUJUH)Page vi
KELOMPOK 7 (TUJUH)Page 94
rata-rata sawo, tomat dan terong pirus
beban (gr)
rata-rata poison ratio terong pirus
beban (gr)
poison ratio terong pirus 1
beban (gr)
poison ratio terong pirus 2
beban (gr)
poison ratio sawo 1
poison ratio sawo 1
beban (gr)
poison ratio terong pirus 3
beban (gr)
poison ratio sawo 2
beban (gr)
rata-rata poison ratio sawo
beban (gr)
poison ratio sawo 3
beban (gr)
rata-rata poison ratio tomat
beban (gr)
poison ratio tomat 2
beban (gr)
poison ratio tomat 1
beban (gr)
poison ratio tomat 3
beban (gr)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
SIFAT-SIFAT PRODUK PERTANIAN
KELOMPOK 7 (TUJUH)
NO
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
NO. BP
1
NOVITA SARI PULUNGAN
1411111007
2
NINDI ELISA
1411111017
3
MONICA GUSPA
1411111022
4
ALFIAN PARNEDI
1411111027
5
HAIMICCITA RATNA
1411111028
6
ANGGIE YULIA SARI
1411112008
7
KHAIRIL AGUSTORIA
1411112025
LAB. TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
LEMBAR PENGESAHAAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
Mata Kuliah Praktikum : SIFAT-SIFAT PRODUK PERTANIAN
Kelompok : VII (Tujuh)
Tempat Praktikum : LAB. TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
Periaoderaktikum : Shift 2 (26 Oktober 2015)
ARTOK BUDIANTO
23/LTTPHP/2014
2.
DELVA OKTARISNA
24/LTTPHP/2014
3.
HENDRI GUSTIAN, S.TP
25/LTTPHP/2014
4.
SEPRIA MULYADI
26/LTTPHP/2014
5.
SYAKINAH PUTRI
1211111008
6.
OVIE ADISTA
1211112015
7.
LOLA BUJIANOVA
1211113013
8.
Padang, 30 Oktober 2015
Mengetahui
Kepala Labor. TPPHP Koord. Asisten
Dr. Andasuryani, S. TP, MS Siska Desriani,S.TP
NIP : 19730413 199802 2001 No. Reg : 22/LTPPHP/2014
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur senantiasa kami perbaharui kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada kami sebagai penulis, khususnya dalam penyelesaian Laporan Akhir Praktikum Sifat-Sifat Produk Pertanian yang telah kami jalani di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian selama satu semester ini.
Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh saat melaksanakan praktikum di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian. Dengan selesaainya laporan akhir praktikum ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan baik berupamoril maupun materi. Ucapan terima kasih terutama kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Sifat-Sifat Produksi. Selanjutnya kepada asisten yang telah berkenan membimbing kami selama praktikum dan teman-teman serta rekan kelompok.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menjadi acuan perbaikan kami kedepan dan memiliki manfaat bagi pembaca.
Padang, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMi
LEMBAR PENGESAHAAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM 4
I. Objek 1 (SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS) 4
2.1.1Tujuan dan Manfaat 4
2.1.2 Tinjauan Pustaka 4
2.1.3 Bahan dan Alat 11
2.1.4 Metoda 11
2.1.5 Hasil dan Pembahasan 14
2.1.6 Kesimpulan dan Saran 18
II. Objek 2 (SIFAT FISIK BIJI-BIJIAN) 20
2.2.1 Tujuan dan Manfaat 20
2.2.2 Tinjauan Pustaka 20
2.2.3 Bahan dan Alat 26
2.2.4 Metoda 26
2.2.5 Hasil dan Pembahasan 28
2.2.6 Kesimpulan dan Saran 33
III. Objek 3 (SIFAT FISIK BUAH DAN SAYUR) 34
2.3.1 Tujuan dan Manfaat 34
2.3.2 Tinjauan Pustaka 34
2.3.3 Bahan dan Alat 40
2.3.4 Metoda 40
2.3.5 Hasil dan Pembahasan 42
2.3.6 Kesimpulan dan Saran 47
VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN) 48
2.4.1 Tujuan dan Manfaat 48
2.4.2 Tinjauan Pustaka 48
2.4.3 Bahan dan Alat 55
2.4.4 Metoda 55
2.4.5 Hasil dan Pembahasan 56
2.4.6 Kesimpulan dan Saran 68
V. Objek 5. (Sifat Aerodinamis Produk Pertanian) 69
2.5.1 Tujuan dan Manfaat 69
2.5.2 Tinjauan Pustaka 69
2.5.3 Bahan dan Alat 75
2.5.4 Metoda 75
2.5.5 Hasil dan Pembahasan 78
2.5.6 Kesimpulan dan Saran 82
VI. Objek 6 (SIFAT HIDRODINAMIS PRODUK PERTANIAN) 83
2.6.1 Tujuan dan Manfaat 83
2.6.2 Tinjauan Pustaka 83
2.6.3 Bahan dan Alat 89
2.6.4 Metoda 89
2.6.5 Hasil dan Pembahasan 91
2.6.6 Kesimpulan dan Saran 95
BAB III PENUTUP 96
3.1 Kesimpulan 96
3.2 Saran 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ukuran Panjang Padi 11
2. Ukuran Panjang Beras 12
3. Sub Jenis atau Rasio Diameter Padi 12
4. Data Gabah dan Beras 14
5. Data Kriteria Gabah dan Beras 14
6. Data Biji-Bijian 29
7. Kriteria Biji-Bijian 30
8. Pengukuran Buah dan Sayuran 43
9. Kriteria Buah dan Sayuran 43
10. Data Poisson Ratio Sawo 56
11. Data Poisson Ratio Tomat 56
12. Data Poisson Ratio Terong Pirus 57
13. Penentuan Terminal Velocity 78
14. Penentuan Velocity 91
15. Data Perhitungan Rendemen 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Poisson Ratio Sawo I 58
2. Grafik Poisson Ratio Sawo II 58
3. Grafik Poisson Ratio Sawo III 59
4. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Sawo 59
5. Grafik Poisson Ratio Tomat I 60
6. Grafik Poisson Ratio Tomat II 60
7. Grafik Poisson Ratio Tomat III 61
8. Grafik Rata-Rata Poissin Ratio Tomat 61
9. Grafik Poisson Ratio Terong Pirus I 62
10. Grafik Poisson Ratio Terong Pirus II 62
11. Grafik Poissin Ratio Terong Pirus III 63
12. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Terong Pirus 63
13. Grafik Keseluruhan 64
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat fisik dari produk pertanian diperlukan dalam penanganan pasca panen, seperti dalam pengemasan, merancang alat, dan sebagainya. Secara umum sifat produk pertanian dapat dibagi menjadi sifat fisik, mekanik, thermodinamik, aerodinamik, hidroninamik, dan sifat elektrik produk pertanian. Sifat fisik ini diperlukan terutama dalam kegiatan sortasi, grading, pemisahan dari benda asing dan juga dalam proses pengangkutan atau transportasi produk. Salah satu yang paling penting yaitu grading, yaitu bentuk seleksi pemutuan bagi produk pertanian. Sifat fisik dari produk pertanian terdiri atas berat, volume, bentuk, warna, tekstur, berta jenis, kadar air juga termasuk kedalam sifat-sifat produk pertanian ini. Biasanya dimana sifat berat maupun volume dipakai dalam pemutuan buah berdasarkan kuantitas.
Dalam kegiatan pascapanen lainnya seperti pengemasan dan pengangkutan sifat fisik sangat diperhatikan. Sifat bahan sangat berhubungan dengan pengelolaan secara mekanis. Banyak para pakar yang profesional di bidangnya khususnya bidang nutrisi telah merekomendasikan secara ilmiah melalui pendekatan formula. Sifat fisik bahan dapat diamati secara langsung tanpa adanya reaksi kimia, sedangkan sifat fisik lainnya dapat diamati dengan terjadinya perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau pembentukan gas.
Sifat fisik bahan ini sangat diperlukan dalam pemisahan produk dengan benda asing yang tidak diinginkan seperti partikel tanah, debu maupun bahan sampah lain yang ikut bersama produk pertanian saat proses pemanenan. Bentuk dan ukuran berat, volume warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk kerusakan seminimal mungkin diperlukan pengetahuan terhadap sifat maupun karakteristik serta sifat teknik dari suatu bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik mekanis dan teknik.
Kondisi dilapangan yang menunjukkan kurangnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil pertanian merupakan dasar utama dalam mempelajari karakteristik produk pertanian tadi. Dimana meskipun begitu banyak mesin dan peralatan pendukung pertanian tidak menjadikan petani serta-merta mendapatkan hasil pertanian yang melimpah karena minimnya pengetahuan terhadap sifat fisik bahan pertanian.
Selain itu pemahaman terhadap sifat produk pertanian juga penting dalam kajian maupun analisis terhadap efisiensi alat pengolahan bahan-bahan pertanian. Sehingganya suatu alat yang diciptakan bukan hanya dapat melakukan pengolahan denganbaik tetapi juga dapat dipergunakan secara efisien dalam jangka panjang oleh petani. Terjadinya keseimbangan antara pengetahuan dan penerapan dilapangan akan menjadikan tujuan pertanian untuk mensejahterakan petani akan tercapai.
1.2 Tujuan
Dapat mengetahui sifat produk pertanian dan dapat merancang alat pengolahan hasil pertanian berdasarkan analisa ilmiah yang baik dan benar.
Praktikan dapat mempelajari sifat fisik , rheology, aerodinamis, dan hidrodinamis produk pertanian.
Dengan memahami sifat fisik dari produk pertanian diharapkan praktikan dapat melakukan penanganan terhadap berbagai macam produk pertanian.
1.3 Manfaat
Praktikan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari praktikum yang dilakukan pada sifat produk pertanian.
Dapat memberi wawasan dalam hal sifat-sifat produk pertanian,baik dalam perancangan alat maupun dalam proses pengolahan produk.
Agar kita mampu membedakan produk berkualitas dan produk yang tidak berkualitas.
Agar kita mengetahuiAngle of respose dan Angle of frictiondari produk pertanian.
Agar kita mengetahui Bulk Density dan manfaat Bulk Density produk tersebut.
Agar kita mengetahui sifat alamiah dari produk pertanian.
Agar kita dapat mengetahui kemampuan suatu produk dapat ditumpuk pada proses pengangkutaan.
Agar kita dapat mengetahui metode yang tepat dalam melakukan pemisahan produk pertanian dengan benda asing.
Agar kita dapat merancang dan membuat alat untuk memisahkan produk pertanian dengan bahan asing yang tidak di inginkan.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. Objek 1 (SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS)
2.1.1Tujuan dan Manfaat
2.1.1.1 Tujuan
Menentukanbulk density (m/g³)
Menentukan Angle of respose gabah dan beras (°)
Menentukan Angle of friction gabah dan beras (°)
2.1.1.2 Manfaat
Agar praktikan mampu memahami sifat fisik gabah dan beras.
Agar praktikan mampu membedakan Angle of respose dan Angle of friction.
Agar praktikan dapat mengetahui mana beras yang berkulitas baik mana yang tidak.
Agar mampu menentukan sifat fisik gabah dan beras serta menentukan faktor ilmiah yang mempengaruhi sifat tersebut.
Agar praktikan memahami tentang sifat fisik utama dari bahan pertanian terutama gabah dan beras sebagai hasil pertanian yang paling utama untuk penelitian dimasa mendatang.
2.1.2 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik bahan pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam masalah-masalah dalam merancang suatu alat khusus untuk suatu produk pertanian atau analisa perilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakan, berat, prositas, densitas, dan kadar air (Suharto, 1991)
Angle of repose merupakan sifat teknik dari suatu bahanberbentuk granular yang dituang dalam suatu permukaan horizontal yang akan membentuk suatugundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of respose. (Khatir, 2006)
Angle of friction adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan kayu dengan bidang horizontal, pada saat gabah diatas permukaan tersebut karena gaya berat. Gaya berat adalah massa partikel yang menempati satu unit volume tertentu. Densitas bulk ditentukan dengan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dengan berat granular dengan volume wadah. Porositas merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan padatan.
Kriteria untuk bentuk dan dapat dibagi atas berbagai macam diantaranya:
Charterd Standards (Gambar standar)
Yaitu dengan mengukur penampang memanjang dan menglintang akan menghasilkan gambar standar. Contoh: round, oblate, oblong, cone, dan lain-lain. Charted standard sangat sederhana namun bersifat sangat subjektif.
Roundnes
Yaitu ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Ada beberap persamaan untuk melakukan perhitungan dengan roundness diantaranya:
Rd=ApAc atau Rd=rR atau Rd=drdt
Sphericity
Yaitu perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume sama dengan diameter bak terkecil yang dapat mengelilingi objek. Nilai dari skala penentuan sphericity dorentang dari 0-1. Dimana jika suatu benda mendekati nilai 1 maka benda tersebut dapat dinyatakan mendekati nilai kebulatan.
Sphericity juga dirumuskan dengan dedc . Asumsi dari bahan yang dianggap memiliki bentuk ellips. Sphericity secara jelas dapat dijelaskan dengan rumus:
Sphericity=(volume bahanvolume bola yang mengelilingi)13
Reseblance to Geometric Bodies (Kemiripan dengan Benda Geometris)
Yaitu penentuan sifat fisik suatu benda dengan benda standar yang selain standar tersebut dihubungkan dengan benda geometri. Benda geometri yang dimaksud dapat dikelompokkan menjadi:
Bulat memanjang (prolate spheroid)
Bulat membujur (oblate spheroid)
Kerucut berputar/silinder.
Dimana dapat didefinisikan masing-masingnya sebagai berikut:
Bulat memanjang (prolate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk ellips berputar pada sumbu panjangnya. Contoh : lemon.
Bulat membuju (oblate spheroid)
Yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah ellips berputar pada sumbu pendeknya. Contoh : anggur.
Kerucut berputar/silinder
Yaitu bentuk yang menyerupai kerucut/ tabung. Contoh: wortel dan timun.
Bahan pada pangan biasanya berbentuk cairan dan padatan, meskipun demikian bukan berarti bahan mengandung air tidak mengandung bahan padatan begitu juga sebaliknya. Bahan pangan juga memiliki sifat cair seperti airan encer. Kedua sifat inilah yang dinamakan sifat alir bahan pangan.
Beras adalah butiran padi yang telah dibuang, namun kulit sekam telah menjadi bagian bagian kasar yang secara konvensional disebut dengan dedak. Gabah merupakan hasil panenpad dari tangkai induknya. Gabah tersusun atas 15-30% kulit luar atau sekam, 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan sisanya merupakan lembaga.
Sekam membentu jaringan keras sehingga menjadi perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, karbon dioksida, dan kedap air. Sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang banyak mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, dan niasir. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras dengan pati sebagaikomposisi utamanya. Endosperm juga mengandung protein dan selulosa dalam jumlah banyak serta vitamin dan mineral dalam jumlah kecil.
Berikut ini dikemukakan secara umum kritera dan mutu beras diantaranya:
Mutu Pasar
Mutu beras dipasaran umumnya berkaitan dengan harga beras tersebut. Dalam kaitan ini Badan Logistik (Bulog) telah menetapkan ciri penetapan mutu beras yang akan dibeli badan tersebut. Namun ketentuan ini tidak berlaku dipasar bebas. Ukuran beras adalah panjang butiran beras utuh menggunakan mikrometer.
Mutu Rasa
Mutu rasa beras yang dapat dijadikan tolak ukur memiliki sifat subjektif yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, dan sebagainya. Meskipun belum ada ketentuan yang pasti untuk menetapkan mutu beras, namun mutu rasa sudah menjadi acuan memperkirakan jenis varietas dari produk tersebut.
Mutu Tanak
Yaitu persyaratan utama dalam pengolahan beras dalam dunia internasional. Hal ini telah diterapkan dalam penerapan mutu beras di Amerika. Ciri utama dari mutu tanak adalah pengembangan volume, kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi, lama waktu dalam penanakan, serta viskositas padi yang digunakan tesebut.
Komposisi Beras
Kandungan standar gizi beras adalah sebesar 360 kalori ,protein sebesar 6,8 gram, kalsium 6 mg dan zat besi 8 mg. Salah satu faktor yang mempengaruhi biologis tanah adalah suhu. Perubahan secara kimia pada proses penyimpanan secara cepat dapat terjadi pada tingkat suhu 30-40°C, sedangkan pada tingkatan suhu lebih dari itu akan menyebabkan hilangnya daya kecambah dari gabah.
Butiran-butiran gabah memiliki karakteristik bentuk dan beragam, tergantung varietasnya. Secara umum, subspecies padi yang ditanam di dunia dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Japonica,Javanica, dan Indica. Padi jenis Japonica memiliki bentuk butiran gabah pendek membulat, sedangkan pdadi jenis Indica memiliki bentuk butiran bulat memanjang. Di Indonesia jenis padi yang banyak ditanam yaitu padi jenis Indica. Butiran gabah dapat diuraikan menjadi bagian-bagian. Secara garis besar, bagian-bagian gabah dapat dibedakan mejnadi tiga bagian. Bagian paling luar disebut sekam. Sekam tersusun dari palea, lemma, dan glume. Bagian keduadisebut bagian bekatul. Bagian bekatul tersusun atas lapisan luar, lapisan tengah, lapisan silang, testa, dan aleuron, sedangkan lapisan yang paling dalam disebut endosperm. Gabah hasil panen kemudian diproses lebih lanjut menjadi beras melalui proses penggilingan. Tahapan pascapanen tanaman padi meliputi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pengemasan. Salah satu tahapan pascapanen yang peting yaitu proses penggilingan. Pada tahapan ini, gabah yang sudah siap digiling atau Gabah Kering Giling (KGK) akan diproses menjadi beras putih yang siap dikonsumsi.
Dilihat dari segi kandungan gizi, butiran beras mengandung 70-75% karbihidrat, 6-7,5% protein, 3 % lemak, dan sedikit vitamin B2. Karbohidrat dan protein terdapat di dalam lapisan bekatul dan endosperm, sebagian besar lemak dan vitamin B2 terdapat dalam bekatul. Kandungan protein pada endosperm berpengaruh pada rendemen beras kepala dan derajat keputihan butiran. Kadar protein yang tinggi membuat butiran menjadi keras sehingga cenderung tidak patah pada saat penyosohan atau berat sosoh. Berat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan bekatul, lembaga, dan edikit endosperm dan butiran beras. Penilaian derajat sosoh :
Perhitungan berat bekatul yang terlepas setelah proses penyosohan.
Memnggunakan pembanding standar derajat sosoh beras secara visual dengan bantuan alat kaca pembesar.
Menggunakan alat Satake Milling Meter MM-1C atau whiteness meter.
Selain itu butiran beras juga tahan terhadap gesekan sehingga hanya sedikit bangian endosperm yang terkikis. Akibatnya, derajat sosoh akan menjadi rendah.
Kualitas fisik gabh terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang biasa dinyatakan dalam satuan (%) dan dari berat basah (wet basis). Sedangkan tingkat kemurnia gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadapberat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah akan menurun. Kemudian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak bernas seperti butir hampa, butir-butir tanah, batu-batu kerikil, potogan kayu, potongan logam, angkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama, serat karung, dan sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butiran-butiran bagah yang telah terkelupas dan gabah patah. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas berasyan dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah persentase berat sosoh terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%. Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit terkelupas, sedangkan pada kadar air yang lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah yang baru panen (GKP), memiliki kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum digiling kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan sampai kadar air maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut gabah kering simpan (GKS). Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar 13-15%.
Gabah kering panen yang memiliki kadar air sekitar 20% akan menurun beratsnya sebanyak 7% setelah mengalami proses pengeringan hingga menjadi gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14%. Apabila tidak langsung digiling, gabah terlebih dahulu disimpan dalam bentuk gabah kering giling. Gabah kering giling yang memiliki kadar air sekitar 14% dan kotoran sekitar 3% dianggap sebagai bobot awal (100%) yang merupakan masukan terhadap proses penggilingan. Proses penggilingan padi diawali dengan pembersihan awal untuk membersihkan kotoran-kotoran yang berjumlah kira-kira 3% dari bobot gabah awal. Selanjutnya gabah mengalami proses pemecahan kulit, dimana sekam yang berbobot 20% dari bobot gabah awal-awal terlepas dari butiran gabah, dan akan tersisa beras pecah kulit sebanyak 77%. Beras pecah kulit kemudian melalui proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya dan untuk mendapat warna beras yang mengkilap. Akibat proses ini diperoleh bekatul sebanyak 10% dari berat gabah awal. Beras kepala sebanyak 52%. Persentase sekam dan bekatul sematat-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yng dipakai.
Kadar air merupakan salah satu fisik dari bahan yang menunjukkan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya digunakan dalam persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap.
Cara pengerigan secara umum ke dalam empat golongan menurut suhu udara pengeringnya :
Cara pengeringan dengan suhu sangat rendah.
Cara pengeringan dengan suhu rendah.
Cara pengeringan dengan suhu tinggi.
Cara pengeringan dengan suhu sangat tinggi.
2.1.3 Bahan dan Alat
2.1.3.1 Bahan
Beras 1,5 kg
Gabah 1,5 kg
2.1.3.1. Alat
Timbangan digital atau manual.
Vernier caliper/ jangka sorong.
Papan triplek dan plat tipis.
Pipa diamerer 21 cm
Busur dan penggaris.
2.1.4 Metoda
Ukur panjang (d mayor), lebar (d moderate), dan tebal (d minor) untuk padi dan beras dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong. Sampel pada masing-masing bahan yang digunakan sebanyak 10 butir. Data yang didapat selanjutnya dimasukkan pada tabel sampel bahan rata-ratanya dihitung.
Tentukan jenis padi berdasarkan ukuran panjangnya
Tabel 1. Ukuran Panjang Padi
Dmayor
Jenis
>7,5 mm
Sangat Panjang
6,5
Panjang
5,5< dmayor<6,5mm
Sedang
<5,5 mm
Pendek
Tentukan jenis beras berdasarkan ukuranpanjangnya
Tabel 2. Ukuran Panjang Beras
Dmayor
Jenis
>7,0 mm
Sangat Panjang
6,0
Panjang
5,0
Sedang
<5,0 mm
Pendek
Tentukan subjenis atau rasio diameter untuk padi (dmayor/dmoderat)
Tabel 3. Subjenis atau Rasio Diameter Padi
Rasio
Jenis
>3,0 mm
Slender
2,0
Bold
<2,0 mm
Round
Tentukan bulk density bahan, yaitu: perbandingan massa dengan volume.
Bulk density = mv
Dimana: m= massa dari bahan (g)
V= volume tabung (V)= ¼πd²t
Angle of respose = Arc tan td
Tentukan angle of friction, yaitu :letakkan 10 butir masing-masing bahan diatas permukaan bidang datar (triplek/plat tipis), selanjutnya miringkan bidang pelan-pelan dan ukurlah besar sudut kemiringan bidang pada saat benda meluncur.
Tentukan persentase beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya, yaitu dengan cara menimbang 100 g (x), selanjutnya pisahkan dan kelompokkan beras menjadi head rice (X1), Large broken (X2), dan small broken (X3).
% head rice =X1X*100%
%large broken = X2X* 100%
% small broken =X3X*100%
2.1.5 Hasil dan Pembahasan
2.1.5.1 Hasil
Tabel 4. Data Gabah dan Beras
Bahan
Sampel
1(cm)
2 (cm)
3(cm)
4(cm)
5(cm)
Rata-rata
Beras
Dmayor
0,415
0,510
0,620
0,525
0,605
0,535
dmoderat
0,210
0,205
0,230
0,135
0,210
0,198
Dminor
0,125
0,140
0,125
0,135
0,130
0,131
Gabah
Dmayor
0,820
0,800
0,735
0,840
0,805
0,800
dmoderat
0,235
0,233
0,548
0,215
0,240
0,293
Dminor
0,135
0,108
0,230
0,145
0,145
0,153
Tabel 5. Data Kriteria Gabah dan Beras
Kriteria
Gabah
Beras
Jenis bahan (sangat panjang, panjang, sedang pendek )
Sangat panjang
Sedang
Sub jenis bahan (slender, bold, round)
Bold
-
Berat tabung kosong W1 (g)
-
-
Berat tabung kosong + bahan W2 (g)
-
-
Volume tabung V (cm³)
2528,173 cm³
1736,378 cm³
Bulk density (g/cm³)
0,593 g/cm³
0,863 g/cm³
Angle of respose (°)
15,01°
17,34°
Angle of friction (°)
Triplek
Plat tipis
43°
30°
40°
25°
% head rice
-
15,5%
% large broken
-
9%
% small broken
-
5,4%
2.1.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek pertama ini yaitu tentang sifat fisik gabah dan beras. Dimana telah diketahui bahwa antara gabah dan beras memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk masing-masing bahan (gabah dan beras) diambil sampel secara acak sebanyak 10 buah sampel dari masing-masing bahan yang ukurannya berbeda.
Dalam menentukan dmayor, dmoderat, dan dminor harus diperhatikan nilai pengukuran bahan. Maksudnya adalah agar tidak terjadi kekeliruan terhadap nilai dmoderat, dan dminor. Karena kebanyakan pembacaan data antara dmoderat, dan dminorsering salah tempat. Nilai dari dmoderat akan selalu lebih besar dibandingkan dengan dminor.
Dari data gabah secara rata-rata didapatkan nilai dmayor, dmoderat, dan dminorberturut-turut adalah 0,800 cm, 0,293 cm, dan 0,153 cm. Sedangkan dari data rata-rata yang didapatkan dari nilai dmayor, dmoderat, dan dminordari beras adalah 0,535 cm, 0,198 cm, dan 0,131 cm. Dari data ini menunjukkan bahwa nilai dari dmayor, dmoderat, dan dminordari gabah akan lebih besar dibandingkan nilai dmayor, dmoderat, dan dminor dari beras. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai ini adalah karena beras merupakan bahan dari gabah yang telah kehilangan sekam. Untuk kasus ini berlaku jika bahan yang dibandingkan berasal dari varietas yang sama. Namun pada varietas berbeda perbandingan ini tidak berlaku karena boleh jadi suatu varietas memang ukurannya pendek atau panjang. Hal inilah yang menyebabkan adanya pembagian sub jenis bahan pertanian.
Sedangkan hasil perhitungan angle of respose dengan pengamatan secara manual dengan menggunakan alat berupa busur dan menggunakan perhitungan dengan rumus pada masing-masing bahan terutama pada pencarian nilai dari angle of friction. Dalam menentukan angle of respose dari gabah dan beras dilakukan secara manual dimana nilai angle of respose masing-masing adalah 15,01° untuk gabah dan 17,34° untuk beras. Hasil yang berbeda ini dipengaruhi secara langsung oleh permukaan gabah dan beras yang berbeda. Dimana permukaan gabah lebih kasar dibandingkan dengan permukaan beras. Sehingga daya saling memegang antar bahan pada gabah lebih besar dibandingkan dengan beras.
Dari data angle of friction dari gabah dan beras didapatkan 43° gabah pada triplek dan 30° beras pada triplek pula. Sedangkan pada plat tipis pada gabah senilai 40°, sedangkan pada beras sebesar 25°. Hampir sama dengan penjelasan pada angle of respose dimana nilai pada angle of friction sealin dipengaruhi oleh permukaan benda/bahan juga dipengaruhi oleh permukaan benda peluncur (triplek dan plat tipis).
Dalam hal ini nilai angle of friction pada plat tipis lebih rendah dibanding angle of friction pada triplek disebabkan karena koefisien gesek dari plat tipis lebih rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak alat pada pengolahan pertanian lebih sering menggunakan plat tipis terutama jenis plat stainless stell.
Dari nilai bulk density antara gabah dan beras didapatkan nilai bulk density gabah sebesar 0,593 g/cm³ dan bulk density beras 0,863 g/cm³. Dari perbedaan data ini dapat diambil kesimpulan bahwa beras sebagai bahan pangan yang bersifat bulkyatau mengambil banyak tempat dengan jumlah persatuan unit yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa beras lebih bulky atau menempati ruang yang sama dengan massa lebih besar dibandingkan dengan gabah.
Dari penentuan persentase berat beras hasil penggilingan berdasarkan keutuhannya didapatkan head rice sebesar 15,5%, large brokekndan small broken berturut-turut sebesar 9% dan 5,4%. Perhitungan ini berdasarkan anggapan sampel sebenarnya sebanyak 299 dari seluruh jumlah X1,X2 dan X3 didapatkan head rice sebesar 51,8%, sehingga nilai ini merupakan nilai mutu ke IV dari penentuan mutu beras di Indonesia. Sedangkan large rice sebesar 30,10% dan small broken sebesar 18%. Jadi secara berturut-turut nilai keutuhannya menjadi V dan VI diurutan kualitas beras di Indonesia.
Karakteristik teknik bahan pertanian adalah sifat fisik dari bahan pertanian yang dianalisis dengan tujuan memudahkan dalam mendesain proses dan alat dan mesin yang terkait dengan penanganan dan aplikasi bahan pertanian. Contoh bahan pertanian yaitu benih, pupuk, hasil pertanian, hingga limbah biologis hasil aktivitas pertanian. Sifat fisik yang dianalisis adalah ukuran sederhana (bentuk, panjang, luas permukaan, volume, massa, massa jenis), sifat listrik, sifat panas (mencakup konduktivitas, difusivitas, kemampuan pindah panas, dan sebagainya), karakteristik air (mencakup kadar air, higroskopisitas, kadar air kesetimbangan, dan sebagainya), sifat optik, tegangan mekanis, rheologi, sifat aerodinamika dan hidrodinamika, dan sebagainya. Karakteristik tak langsung seperti gesekan yang terjadi antara bahan pertanian dan bahan pertanian dengan media lain serta kerusakan mekanik dan fisik juga dianalisis.
Luas permukaan bahan-bahan hasil pertanian bermanfaat untuk berbagai kebutuhan seperti menentukan kapasitas laju fotosintesis, menentukan hubungan tanaman, tanah, dan air (transpirasi, evapotranspirasi); menentukan efisiensi penggunaan pestisida, hingga pengujian kualitas produk hasil pertanian (misal kualitas daun tembakau).
Metode yang digunakan adalah planimeter di mana bayangan benda diproyeksikan di atas kertas, lalu luas bayangan benda. Metode lain yang lebih maju adalah dengan menggunakan alat yang disebut dengan air-flow planimeter. Perkembangan teknologi sinar laser dan optik yang dihubungkan dengan komputer mempercepat proses ini dengan fasilitas pemrosesan gambar (image processing).
Volume dan massa jenis berbagai produk pertanian berperan penting pada teknologi proses dan dalam evaluasi kualitas produk. Penggunaan sifat ini ada pada teknologi pengeringan, penyimpanan, penentuan tingkat kemasakan buah, dan lain-lain. Umumnya keduanya diukur secara bersamaan menggunakan metode displacement (perpindahan massa) setelah berat bahan diukur.
Aplikasi dari praktikum pada penentuan sifat fisik gabah dan beras ini diantaranya adalah desain pada mesin pengolahan pertanian seperti Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.
Desain hooper adalah aplikasi yang sering dimanfaatkan dalam kajian sifat fisik produk pertanian. Dimana hooper sebagai bagian yang digunakan untuk memasukkan yang akan diparut dan sekaligus menjadi wadah parutan dan bagian inilah seorang ahli teknik pertanian harus paham dengan berapa tingkat kemiringan suatu plat dan jenis plat yang sesuai dengan sifat bahan yang akan diolah.
Kemudian selanjutnya sifat fisik sering digunakan dalam analisa efektifitas pada mesin threser. Dimana thereser sebagai mesin perontok padi yang memiliki bagian pintu masuk sebagai celah perontok batang padi dengan gabah yang akan dipisahkan. Disinilah peran dari angle of respose sebagai kajian jenis plat yang sesuai agarpada saat batang padi didirong tidak menyebabkan adanya gerakan terlalu besar.
Selanjutnya mesin pemotong jerami merupakan alat yang prinsip kerjanya mirip dengan thereser. Dimana peran angle of friction yang lebih mendominasi. Dimana kemiringan wadah tempat untuk meletakkan erami sedemikian mungkin sehingga pada saat pemotongan bagian jerami bisa berjalan tanpa didorong oleh operator.
Sifat bulk density gabah dan beras juga penting untuk desain penggudangan sehinggadalam penggudangan dapat ditentukan luasan tempat dan bentuk tempat yang cocok bagi bahan pertanian tersebut. Pada setiap metode pengukuran ada kesalahan begitu juga perhitungan, terdapat kesalahan yang disebabkan oleh praktikan dan juga akurasi alat yang sudah mulai berkurang.
2.1.6 Kesimpulan dan Saran
2.1.6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu, kita dapat menetukan angle of respose danangle of friction gabah dan beras baik secara manual maupun dengan perhitungan rumus. Dimana angle of respose dipengaruhi oleh luas gundukan pada beras dan gabah dimana nilai angle of respose dari beras lebih tinggi dibandingkan dengan dengan angle of friction dari gabah. Hal ini disebabkan karena permukaan gabah yang lebih kasar yang disebabkan permukaan sekam sehingga setian bahan saling memegang satu sama lain sehingga besarnya nilai sudut menjadi rendah.
Sedangkan nilai angle of friction dari beras lebih kecil dibanding dengan angle of friction gabah baik itu pada peluncur berupa triplek dan plat tipis . Dimana hal ini disebabkan karena permukaan beras dan peluncur yang halus ditambah dengan kemiringan tertentu sehingga nilai sudut yang ditimbulkan juga semakin kecil. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah perbedaan koefisien gesek beras lebih kecil dengan koefisien gesek gabah.
Pada objek ini kita juga dapat menentukan keutuhan beras, sehingga kita dapat menentukan mutu beras berdasarkan utuh, setengah utuh, dan seperempat utuh. Aplikasi pada objek ini sering digunakan pada desain hooper karena banyak mengandung analisa angle of respose dan angle of friction. Selain itu aplikasi objek ini dapat berupa pada mesin pengolahan bahan pangan diantaranya Storage Bings, Hooper, Chutes, Pneumetic Conveying System, Screw Conveyers System, Forage Harvester, dan Threser.
2.1.6.2 Saran
Saran dalam melakukan praktikum ini adalah agar dalam praktikum serius dalam melakukan pengukuran karena nantinya data yang diperoleh akan berakibat pada perbandingan dengan data acuan sebenarnya. Selanjutnya dalam melakukan praktikum ini harus lebih memahami teori diawal sebelum praktikum sehingganya nanti pada saat melakukan praktikum praktikan telah dapat memahami secara jelas apa yang harus dilakukan didalam laboratorium.
Kemudian yang paling penting adalah kekompakan anggota kelompok dalam melakukan praktikum. Hal ini penting karena tanpa adanya koordinasi yang baik antar anggota kelompok akan meyebabkan terjadinya kesalahpahaman. Misalkan jika dalam melakukan pengambilan data objek hanya dilakukan oleh satu orang tanpa adanya pembagian tugas yang jelas maka proses praktikum akan berjalan cukup lama.
II. Objek 2 (SIFAT FISIK BIJI-BIJIAN)
2.2.1 Tujuan dan Manfaat
2.2.1.1 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum adalah :
Menentukan bulk Density (g/cm³) biji-bijian
Menentukan angle of repose biji-bijian (°)
Menentukan angle of friction biji- bijian (°)
2.2.1.2 Manfaat Praktikum
Sedangkan manfaat praktikum adalah :
Mahasiswa dapat mengetahui bulk density biji-bijian yang di ukur atau yang di jadikan sampel
Mahasiswa dapat mengetahui angle of repose biji- bijian yang diukur
Mahasiswa dapat menentukan angle of friction biji-bijian yang di gunakan
Mahasiswa dapat mengetahui sifat alamiah dari biji-bijian yang di gunakan
2.2.2 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik hasil pertanian berbeda dengan sifat fisik hasil industri. Sifat fisik yang merupakan ciri khas produk pertanian adalah:
Perishabel, yaitu mudah busuk dan rusak
Bulky, yaitu pengambilan banyak tempat sehingga sulit untuk di pindahkan karena berat dan sifat fisiknya agak kaku
Voluminous, yaitu hasil pertanian yang tidak berat membutuhkan ruang dan tempat yang cukup besar. Misalnya pada padi
Jadi sebenarnya barang voluminous juga termasuk barang yang bersifat bulky, tapi tidaklah semua barang-barang bulky adalah voluminous. Buah, sayuran dan daging adalah hasil pertanian yang bersifat perishabel, sedangkan gabah, jagung, singkong, kacang tanah, telur merupakan hasil-hasil pertanian bersifat bulky. Barang-barang yang bersifat perishabel memerlukan perlakuan dan pekerjan fisik yang baik, hati-hati serta teliti dan membutuhkan tempt penyimpanan yang lebih baik sebelum barang tersebut menjadi busuk. Jika barang sudah rusak bentuk fisiknya atau busuk, maka sidah pasti nilai dan kualitas barang tersebut menurun.
Barang-barang bulky relatif membutuhkan biaya penyimpanan dan biaya pengankutan yang tinggi.
Sifat fisik bahan yang sangat berpengaruh terhadap desain hoper adalah angle of repose. Sifat ini adalah sifat teknik dari suatu bahan berbentuk granular yang dituang dalam suatu permukaan horizontal maka akan terbentuk suatu gundukan berbentuk kerucut. Sudut antara permukaan gundukan terhadap permukaan horizontal inilah yang disebut dengan angle of repose.
Angle of friction adalah suatu sudut yang dibentuk oleh suatu permukaan dengan bidang horizontal pada saat gabah diatas permukaan tersebut meluncur karena gaya berat. Densitas bulk adalah perbandingan antara berat dan volume. Data dari bulk density penting untuk perhitungan dimensi dari bulk strorege fasilities penampungan kapasitas tertentu.
Karakteristik fisik pada biji-bijian:
Bentuk dan ukuran
Kriteria untuk benruk dan ukuran :
Charted standars (gambar standar)
Digunakan untuk mengukur penampang memanjang dan melintang objek.
Contoh bentuknya yaitu:
Round (bundar)
Oblate (membujur)
Cone (kerucut)
Roundness
Merupakan ukuran keruncingan sudut dari suatu bahan padat. Nilai round (kebundaran) suatu bahan padat. Nilai round suatu bahan berkisar dari 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut bundar. Ada bebrapa metode untuk mengestimasi kebundarn suatu benda diantaranya adalah :
Roundness(Rd)=ApAc
Dimana : Ap = Luas permukaan proyeksi terbesar dlam posisi bebas
Ac = Luas permukaan proyeksi terkecil yang membatasinya
Roundness(Rd)=rNR
Sphericity
Merupakan perbandingan antara luas permukaan bola yang mempunyai volume yang sama dengan bahan dan dengan luas permukaan bahan.
Dirumuskan sebagai berikut :
Sphericity=volume bahanvolume bola yang mengelilingi13a
Geometric Mean Diameter (GMD) =(a.b.c)13
Bulk Density = massavolume
Dimana :
V = 14πd2 t
Volume dan Densitas
Densitas terbagi menjadi dua yaitu:
Densitas kamba (bulk densiti)
Merupakan perbandingan bobot bahan dengan volume yang di tempatinya, termasuk ruang kosong di antara butiran makanan.
Densitas nyata
Merupakan perbandingan bobot bahan dengan volume yang hanya di tempati oleh butiran bahan tidak termasuk ruang kosong.
Metode penentuan volume dan densitas:
Gelas ukur
Piknometer
Densitimeter
Volume dan densitas juga dapat berperan sebagai aplikasi aplikasi seperti :
Pengeringan dan penyimpanan
Rancangan silo dan ruang penyimpanan
Mesin kompresi mekanikal
Pemisahan bahan bahan asing
Penentuan kemurnian benih
Separasi dan grading
Evaluasi kematangan
Tekstur dan kelunakan buah
Estimasi ruang udara di dalam jaringan tanaman
Biji adalah bakal biji dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung dari organ lain atau tidak. Dari sudut evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong – polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari asia timur seperti kecap, tahu dan tempe.
Kacang tanah adalah tanaman polong – polongan atau legumeanggota suku fabaceae yang di budidayakan, serta menjadi kacang – kacangan terpenting setelah kedelai di Indonesia.
Kacang hijau (vigna radita) adalah sejenis palawija yang di kenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong – polongan (fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari – hari sebagai sumber bahan pangan berprotein tinggi.Kacang merah hampir sama dengan kacang-kacangan yang lainnya.
Biji adalah bahan paling mendasar untuk manusia dan hewan. Kandungan pori yang tinngi, pdad bijian menyediakan sumber energy utama bagi manusia dan hewan, selain kandungan protein dan lemaknya. Padi, gandum, dan jagung adalah bijian utama sumber pangan dan telah menjadi makanan pokok sejak awal peradaban manusia. Termasuk dalam bijian adalh serealia, kacangan, dan bijian berlemak tinggi.
Bijian merupakan bahan pangan yang tahan lama karena tidak mudah rusak selama pengangkutan akan dapat mempertahankan mutunya dalam penyimpanan yang panjang jika telash diperlakukan dengan berat selama panen, pengeringan, dan penyimpanan. Kegagalan dalam menerapkan cara-cara dan prosedu yang baik dalam berbagai kegiatan penanganan pascapanen tadi dapat menyebabkan penurunan mutu yang cepat dan susut yang tinggi.
Pengetahuan mengenai sifat alamiah dan struktur bijian sangat diperlukan dalam memahami perilaku bijian setelah panen sehingga dapat diupayakan pengembangan system pascapanen yang cocok untuk produk dan kondisi lingkungan tertentu. Sebagai contoh struktur biji jagung mungkin akan mempengaruhi laju pengeringan, misalnya biji jagung akan mengalami kehilangan air yang cepat bila ada bagian yang pecah atau hilang. Komposisi kimia dan sifat-sifat fisik juga dapat mempengaruhi karakteristik penyerapan air oleh bijian dan laju pengeringan.
Tiga jenis bijian utama padi, jagung, dan gandum berasal dari tanaman jenis rerumputa yang menghasilkan biji atau kerel. Kadar air ketiga jenis bijian ini ketika dipanen bervariasi, yaitu antara 18%-38% tetapi agar dapat disimpan dengan aman kadar air harus diturunkan sampai 13%-14% tergantung pada kondisi dan lama penyimpanan. Dengan demikian pengeringan langsung setalah panen adalah umum laju pengeringan semakin tinggi bila bulk density semakin rendah, panas spesifik semakin rendah, porositas semakin tinggi, dan luas permukaan spesifik semakin tinggi.
Tingkat susut bijian juga dipengaruhi oleh factor fisik, biologis, dan fisiologis dari bijian itu sendiri. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat susut bijian antara lain :
Faktor fisik, misalnyay terjadi karena :
Panen, dimana kemungkinan terjadi ceceran bijian terutama jika panen dilakukan tanpa bantuan peralatan atau mesin.
Perontokan, disebabkan oleh adanya bijian yang tidak dapat dirontokkan sehingga ikut terbuang bersama tangkai / malai tanaman.
Pengeringan, disebabkan oleh pengeringan yang tidak sempurna atau tidak merata sehingga banyak kerusakan atau yang tidak tergiling dengan baik saat penggilingan.
Pengangkutan dan penyimpanan, disebabkan oleh adanya produk yang tercecer akibat penggunaan kemasan yang tidak baik.
Faktor biologis, misalnya serangga dan ham yang dapat menyerang produk selama berada pada tanamannya atau selama dalam penyimpanan. Hama tikus mislanya, selain memakan produk juga mencemari produk dengan kotoran dan kencing mereka.
Faktor fisiologis, hanya terjadi pada bijian dengan kadar air tinggi. Dengan demikian bila bijian telah dikeringkan hingga kadar air 13%-14% kemungkinan tidak akan mengalami kerusakan akbiat aktivitas fisiologis selama dalam penyimpanan.
2.2.3 Bahan dan Alat
2.2.3.1 Bahan
Kedelai 1 kg
Kacang tanah 1kg
Kacang merah 1 kg
Kacang hijau 1kg
2.2.3.2 Alat
Timbangan digital / manual
Varnier caliper / micrometer
Papan triplek dan kertas karton (40x40)
Gelas ukur / tabung kosong
Busur
2.2.4 Metoda
Ukur panjang (d mayor), lebar (d moderat)dan tebal (d minor)bahan dengan menggunakan verbier caliper atau micrometer. Sample pada masing – masing bahan yang digunakan sebanyak 10 butir. Data yang di dapatkan selanjutnya dimasukkan pada tabel sampel bahan dan hitungan nilai rata ratanya.
Tentukan geometric mean diameter, yaitu:
GMD = (dmayorxdmoderatexdminor)13
Ditentukan shpericityyaitu :
S = (GMD / dminor )
Tentukan bulk densitybahan, yaitu: timbang tabung kosong (W1), timbang tabung kosong + bahan (W2), ukur volume tabung (V)
Bulk density= mv
Dimana: m = massa dari bahan (g)
v = volume tabung (V) = ¼ π d ² t
Tentukan angle of repose, yaitu: tuangkan 1,5 kg bahan di atas bidang datar dan selanjutnya ukur kemiringan tumpukan bahan
Angle of respons= arc tan td
Tentukan angle of frictionyaitu : letakkan 10 butir masing masing bahan di atas permukaan bidang datar ( triplek/karton) selanjutnya miringkan bidang – bidang pelan dan ukurlah besarsudut kemiringan bidang pada saat bahan meluncur.
2.2.5 Hasil dan Pembahasan
2.2.5.1 Hasil
Tabel 6. Data Biji-Bijian
Bahan
Sampel
Rata-Rata
1
2
3
Kedelai
dmayor
0,825
0,720
0,735
0,760
dmoderate
0,610
0,540
0,645
0,598
dminor
0,505
0,510
0,510
0,510
Kacang Tanah
dmayor
1,530
1,300
1,315
0,381
dmoderate
0,910
0,920
0,800
0,876
dminor
0,740
0,825
0,710
0,758
Kacang Merah
dmayor
1,930
1,525
1,640
1,689
dmoderate
0,640
0,710
0,730
0,693
dminor
0,540
0,535
0,615
0,563
Kacang Hijau
dmayor
0,505
0,540
0,535
0,526
dmoderate
0,335
0,345
0,420
0,363
dminor
0,315
0,330
0,405
0,350
Tabel 7. Kriteria Biji-Bijian
Kriteria
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Merah
Kacang Hijau
GMD (cm)
0,614
0,654
0,871
0,405
Sphericity
0,807
0,728
0,512
0,769
Massa Bahan (g)
1000
1000
1000
1000
Volume Tabung (cm3)
1267,232
1479,336
1337,334
981,431
Bulk Density(g/cm3)
0,789
0,676
0,748
1,018
Angle of Repose
11,346° ; 20°
10,679° ; 20°
8,611° ; 30°
11,309° ; 30°
Angle of Friction
10° ; 14°
15° ; 24°
13° ; 20°
7° ; 20°
2.2.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sifat fisik biji-bijian. Bahan-bahan yang digunakan yaitu kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau , dan kacang merah.
Didalam hasil Geometric Mean Diameter (GMD), data yang di dapat pada kedelai adalah 0,614 cm. Untuk GMD kacang tanah yang didapat adalah 0,654 cm. GMD kacang merah adalah 0,871 cm dan sedangkan untuk Geometric mean diameter kacang hijau data yang didapat adalah 0,405 cm.
Dari data yang telah diperoleh,untuk geometic mean diameter kedelai dan kacang hijau tidak jauh berbeda karena dilihat dari bentuk kacang hijau dan kedelai yang tidak jauh berbeda. Namun geometric mean diameter pada bahan lain lumayan jauh berbeda, hal ini disebabkan karena ukuran yang terdapat ada bahan-bahan tersebut, jenis bahan tersebut dan luas permuakaan dari bahan tersebut.
Untuk sphericity yang didapat dari bahan tersebut diantaranya yaitu pada kedalai sphericity yang diperoleh 0,807. Untuk kacang tanah sphericity yang diperoleh sebesar 0,728. Untuk kacang merah hasil sphericity yang diperoleh yaitu 0,512. Sedangkan sphericity kacang hijau yang diperoleh adalah 0,769. Dari semua bahan tersebut data yang diperoleh tidak ada sphericity bahan yang lebih dari satu. Karena jika bahan sphericitynya mendekati satu , maka bahan tersebut semakin bulat atau bundar.dari data yang dipeoleh, data yang nilainya mendekati satu adalah kacang kedelai sedangkan bahan yang nilainya mendekati nol adalah merah.
Selanjutnya untuk bulk density dari bahan tersebut. Bulk density merupakan massa sebuah partikel yang menempati suatu bahan. Bulk density ditentukan oleh berat wadah yang di ketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dari berat granular dan volume wadah.
Bulk density yang di dapat pada kedelai yaitu 0,789 g/cm3, kacang tanah sebesar 0,676 g/cm3, kacang merah 0,748 g/cm3 dan kacang hijau sebesar 1,018 g/cm3. Dari data tersebut bulk density yang didapat berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bahan tersebut ketika dimasukkan ke dalam tabung, kedalamannya tidak sama. Hal ini disebabkan karena salah satunya massa yang berbeda-beda antar bahan tersebut. Selain itu jenis bahan yang digunakan juga berbeda-beda, meskipun bahan tersebut sama-sama termasuk kelompok kacang- kacangan.
Dalam praktikum ini, kita juga membahas tentang angle of repose. Angle of repose merupakan sudut antara permukaan gundukan dengan bidang horizontal. Jika kita melihat angle of repose dari bahan tersebut, maka sudut yang dihitung secar manual dan secara rumus sangat berbeda. Contohnya pada kedelai, secara manual angle of repose yang didapat yaitu 20°, sedangkan secar rumus di dapatkan sebesar 11,346°. Hal yang mempengaruhi sudut tersebut berbeda antara manual dan rumus yaitu kurang teliti dalam membaca hasil pengukuran saat busur yang telah diletakkan diatas gundukan bahan tersebut,kemudian kesalahan dalam meletakkan busur pada gundukan juga dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan terhadap hasil yang diperoleh, bisa saja sudut antara tangan kita dengan lantai terlalu dekat dan terlalu jauh ketika menaburkan di atas lantai yang telah disediakan.
Angle of repose yang diperolah setelah melakukan praktikum tidak jauh berbeda antara kedelai dan kacang hijau. Sudut yang terbentuk secara manual yaitu 20° dan 30°. Sedangkan sudut angle of repose terbentuk secara rumus antara kedelai dan kacang tanah adalah 11,346° dan 11,309°. Hal ini berbeda karena bahan yang digunakan berbeda meskipun ukurannya hampir sama. Selain itu, yang membuat angle of repose bahan ini berbeda secara rumus adalah kedalaman dari bahan tersebut.
Angle of friction merupakan sudut yang terbentuk oleh permukaan kayu dengan bidang horizontal. Angle of friction yang diukur adalah menggunakan triplek dan plat tipis. Angle of friction pada kedelai yang menggunakan triplek sudut yang terbentuk adalah 14° sedangkan dengan menggunakan plat tipis sudut yang terbentuk adalah sebesar 10°. Pada kacang tanah angle of friction yang terbentuk dengan menggunakan triplek yaitu 24° dan dengan menggunakan plat tipis sudut yang terbentuk adalah 15°. Pada kacang merah sudut yang terbentuk dengan menggunakan triplek yaitu 20° dan dengan menggunakan plat tipis sudut yang terbentuk sebesar 13°. Pada kacang hijau, angle of frictin yang terbentuk dengan menggunakan triplek yaitu 20° dan dengan menggunakan plat tipis sudut yang terbentuk sebesar 7°. Dari data tersebut, bisa dikatakan bahwa angle of friction pada setiap bahan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena luas permukaan dari triplek dan plat tipis terhadap bahan tersebut dan jaga dapat karena mengangkat bidang yang terlalu cepat dan cara pembacaan busur yang kurang tepat. Selain itu, berdasarkan data yang di peroleh sudut yang terbentuk dengan menggunakan triplek lebih besar dibanding plat tipis. Hal ini disebabkan oleh bentuk permukaan dari triplek dan plat tipis yang berbeda dimana permukaan plat lebih licin di banding permukaan triplek.
Dalam percobaan itu sendiri kesalahan penggunaan alat lebih sering terjadi karena pengukuran yang dilakukan memungkinkan banyak kesalahan. Misalnya dapat melakukan kesalahan dalam pembacaan, kemudian kurangnya ketelitian dari pratikan dalam pengerjaannya.
Aplikasi dari sifat fisik biji-bijian di bidang teknik pertanian yaitu untuk penelitian dalam mendesain alat yang dapat digunakan untuk pengolahan biji-bijian . selain itu juga dapat berguna untuk mendesain alat penyortir biji-bijian.dan untuk proses pengemasan bagaimana cara agar dalam suatu tempat atau wadah yang digunakan terisi secara maksimal.
2.2.6 Kesimpulan dan Saran
2.2.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat fisik dari biji-bijian membahas mengenai bentuk dan ukuran dari setiap bahan. Untuk geometric mean diameter dari bahan ini dari yang terkecil adalah kacang hijau, kedelai, kacang tanah, kacang merah. Apabila sphericty satu bahan mendekati satu, maka bahan tersebut semakin bulat. Hal tersebut tergantung kepada GMD dan panjang dari bahan tersebut. Selain itu, mungkin, semakin kecil bulk density yang diperoleh, maka akan kecil pula ukuran dari bahan tersebut. Pada angle of repose, perhitungan rumus dan manual berbeda, hal ini disebabkan karena kurang telitinya dalam membaca hasil pengukuran.
2.2.6.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan kepada praktikum harus lebih teliti dalam melakukan pengukuran, memahami modul yang telah diberikan sebelum melakukan praktikum, dan yang terpenting ketika praktikum adalah pengolahan data yang akurat. Kemudian ketika melakukan praktikum, perhatikan asisten asisten ketika menjelaskan praktikum. Hal ini bermaksudkarena kita dapat melakukan praktikum dengan baik dan benar. Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya berhati-hati dan dalam membaca pengukuran agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan skala.
III. Objek 3 (SIFAT FISIK BUAH DAN SAYUR)
2.3.1 Tujuan dan Manfaat
2.3.1.1 Tujuan
Menentukan Geometric Mean Diameter (GMD) (cm) .
Menentukan Sphericity .
Menentukan Densiity (g/cm3)
2.3.1.2 Manfaat
Menentukan perbedaan sifat fisik yang ada pada buah dan sayur .
Meengetahui pentingnya sifat fisik buah dan sayur untuk proses sortasi dan pengemasan .
Mengetahui lapisan dinding buah .
Mengetahui beberapa bentuk geometri pada buah dan sayur .
Mengetahui kegunan berat jenis dari sifat produk pertanian .
2.3.2 Tinjauan Pustaka
Sifat fisik buah-buahan dan sayur-sayuran yang sering diamati adalah warna,aroma,rasa,bentuk, ukuran,dan kekerasan . Biasanya dalam praktek sehari-hari sifat fisik ini diamati secara subjektif ,sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan menggunakan timbangan .
Dalam proses pasca panen pengetahuan akan sifat fisik buah dan sayur sangatlah dibutuhkan . Diantara sifat fisik tersebut adalah berat dan vulume bahan.Berat dan volume dapat ditentukan dengan mengetahui vulume bahan.Berat dan volume dapat digunakan untuk pemilihan buah berdasarkan kualitas bahan untuk nantinya dilakukan pengemasan dan pengangkutan .
Dalam pascapanen ,untuk menduga kematangan buah dapat dilakukan dengan berat jenis dari produk . Berat jenis dari produk dapat ditentukan dengan mengetahui volume produk tersebut. Volume bahan dapat ditentukan dengan menggunakan pengukran berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometri) dengan menggunakan metode platform scale .
Dalam beberapa hal bentuk dapat di aproksimasi dengan salah satu dari bentuk geometri berikut :
Spheroid prolat
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada
sumbu panjangnya. Contoh: lemon
Spheroid oblat .
Yaitu bentuk bahan yang terjadi apabila sebuah elips berputar pada sumbu pendeknya. Contoh: Anggur
Right circular cone atau silinder .
Yaitu bentuk bahan menyerupai kerucut atau silinder. Contoh: wortel dan timun.
Dengan bentuk-bentuk geometri ini dapat diaprokmasikan.
Tanaman sayuran dan buah dikelompokkan secara bebas berdasarkan karakteristik dari pascapanen serta suhu dan penyimpanan . Pengelompokkan dapat juga melalui resapan tanaman tersebut terhadap pH (keasaman), sanitasi,kebutuhan akan hara serta drainase .Perbedaan respon tanaman terhadap drainase kondisi tersebut menimbulkan keberagaman pada tanaman tersebut .Selain itu tanaman dapat juga dikelompokkan berdasarkan bagian yang bisa dimakan.
Pengelompokkan (klasifikasi) botanis pada umumnya dilakukan berdasarkan keberagaman tipe bunga ,morfologi,dan kecocokan antar tanaman .Misalnya tanaman selada dalam divisi spermatophyta dan dalam sub kelas mondikotiledonae .Sejumlah besar selada dimakan mentah dan merupakan sayuran salad yang populer karena warna , tekstur,aroma serta umumnya mengandung kadar air yang tinggi .Buah dan sayur masing-masing karakteristik berbeda mulai dari rasa,aroma,dan bentuk .
Pengamatan terhadap buah dan sayur penting dilakukan untuk melakukan sortasi atau grading agar mutu dan kualitasnya bisa menjadi lebih baik . Tiap-tiap buah dan sayur memiliki sifat fisik yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan berbedanya sifat fisik dan kimianya .Sifat fisik buah dan sayur sangat penting dalam sortasi dan grading .Seringkali sortasi dan pengkelasan mutu buah dan sayur ditetapkan secara objektif dan kualitatif .
Sortasi buah dan sayur memiliki permintaan pasar nasional mauoun internasional yang biasanya melihat mutu suatu produk dari nilai ukuran .warna mutu,rasa dll.Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah .Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penanganan pasca panen secara umum,karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terjadi perubahan lingkungan .
Pada dasarnya dinding buah terdiri atas tiga komponen yaitu :
Lapisan luar
Lapisan tengah
Lapisan dalam
Beberapa buah mengalami keempukan setelah panen ,sesungguhnya hal ini terjadi salah satunya dalam penyimpanan .Tetapi perubahan selulosa tidak terlalu besar tetapi hemiselulosa dan peptopektin berubahnya besar sekali .Peranan kedua zat ini sangat penting dalam pengempukan buah artinya yaitu bahwa pektin yang hilang tersebut nampaknya diubah menjadi pektin yang mudah larut ,terbukti dengan meningkatnya pektin .
Dalam kaitannya dengan variasi iklim terutama di daerah tropis ,dalam hal ini pemanenan telah diteliti bagaimana untuk menjaga hasilnya tetap maksimum.Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil panen adalah temperatur ,ketersediaan air dan dalam beberapa wilayah,lamanya waktu pemanenan hingga intensitas cahaya.Faktor ini mungkin digunakan sebagai acuan umum untuk menentukan tanah yang baik untuk pertumbuhan sayur-sayuran .Komposisi yang dialami dan hasil dari tanah tersebut digunakan sebagai tempat penanaman sayuran dan buah-buahan .
Sayuran dan buah-buahan adalah bahan makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,sehingga sayuran dan buah buahan berfungsi sebagai zat pengatur dalam tubuh.Perebusan sayuran yang dilakukan di panci tertutup akan menyebabkan sayuran menjadi hijau kecoklatan,ini disebabkan karena asam vilotile yang harusnya keluar pada saat memasak tidak keluar karena panci ditutup sehingga asam vilotile terseut bereaksi dengan klorofil yang menyebabkan warna menjadi coklat,sedangkan perebusan sayuran dengan panci terbuka asam volatilenya akan dapat keluar sehingga tidak bereaksi dengan klorofil dan tidak ada warna kecoklatan .
Pada sayur yang mengalami proses blanching warnanya hijau muda karena asam volatilenya dapat keluar dari panci dan tidak bereaksi dengan klorofil ,suhu blanching mempunyai daya kerja memotong esterfital membentuk klorofilid yang larut dalam air sehingga warnanya hijau segar .Tekstur sayuran yang mengalami proses blanching juga masih renyah karena kadar air yang masuk ke dalam sayuran sedikit dibandingkan dengan yang direbus baik dengan ditutup maupun dibuka tutup pancinya .
Tanda-tanda kerusakan pada sayuran dan buah-buahan :
Kerusakan sayuran dan buahan sering terjadi akibat benturan fisik,kehilangan air sehingga layu,serangan serangga ,dan serangan miroba.
Busuk air pada buah dan sayur yang disebabkan oleh kepang yang membentuk spora ,pertumbuhan beberapa bakteri ditandai dengan adanya tekstur yang lunak .
Perubahan warna yang disebabkan oleh kepang yang mementuk spora berwarna hitam ,hijau,biru dan abu-abu .
Bau alkohol dan rasa asam . Disebabkan oleh pertumbuhan khamir atau bakteri asam laktat,misalnya pada sari buah.
Sayuran adalah tanaman holtikultura ,umumnya memiliki waktu yang relatif pendek (kurang darri 1 tahun) dan merupakan tanaman sayuran.Buah adalah hasil perkawinan antara kepala putik dan benang sari. Umumnya buah merupakan tempat biji dan biasa digunakan sebagai pencuci mulut ,sayuran dan buah-buahan adalah sumber vitamin terutama vitamin A dan C serta zat-zat lain yang menunjang kecukupan gizi .
Untuk mengetahui sifat fisik buah dan sayur cukup dengan mengamati sifat,ukuran ,bentuk,tekstur,warna,dan penampakan.Sedangkan untuk mengetahui sifat kimia adalah dengan cara menguji bahan kimia sesuai dengan kandungan buat tesrsebut .
Tanaman sayuran dikelompokkan secara bebas berdasarkan karakteristik dari pascapanen serta suhu dan penyimpanannya,dan dapat juga melalui respon tanaman terhadap pH,drainase,sanitasi,dan kebutuhan akan hara.Perbedaan respon tanaman terhadap beragam kondisi tersebut menimbulkan keberagaman pada tanaman tersebut.Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium) dan merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki kandungan gizi ,vitamin,mineral dan pada umumnya sangat baik dikonsumsi setiap hari.Pada jeruk terdapat pigmen berkaroten,zeaxhantin, dan lutein.Pada buah jeruk warna kulit beraneka ragam,jeruk terasa kecut saat dimakan ini menandakan terdapat lebih banyak gizi dibanding jeruk yang manis .
Pengelompokkan pada botanis umumnya dilakukan berdasarkan keberagaman tipe bunga,morfologi dan kecocokan antar tanaman.Pada pematangan buah-buahan dan sayuran terjadi perubahan seperti turgol sel,karbohidrat,protein dan lain-lain.
Sayur-sayuran dan buah-buahan pada umunya mengandung kadar air yang tinggi. Buah dan sayuran masing-masing verietas memiliki karakteristik berbeda mulai dari rasa, aroma, dan bentuk. Pengamatan pada sifat fisik buah dan sayur penting dilakukan untuk sortasi atau grading agar mutu dan kualitasnya bias menjadi lebih baik.
Tiap-tiap buah dan sayur memiliki sifat fisi yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan sifat fisik dan kimia. Sifat fisik penting untuk sortasi dan grading. Seringkali sortasi dan pengkelasan mutu buah dan sayur biasanya ditetapkan secar objektif dan kuantitatif. Sifat fisik buah dan sayuran yang sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran, dan dalamnya kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari sifat-sifat fisis ini diamati secara objektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif menggunakan timbangan. Sedangkan uji coba kimi dapat dilakukan terhadap pH, total asam padatan terlarut, dan vitamin C.
Sortasi buah dan sayur dilakukan sesuai permintaan pasar nasional maupun internasional yang biasanya melihat satu produk dan nilai ukuran, mutu, rasa, dan lain-lain. Buah biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah. Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penggunaan pasca panen secara umum, karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip akan mempunyai responyang terhadap perubahan lingkungan.
Bahan pangan pada umumnya dalam bentuk cairan dan padatan meskipun demikian bukan berarti bahan-bahan air tidak mengandung baha-bahan padat (solid) dan begitu juga sebaliknya, dalam bahan padat terdapat juga bahan cair. Pada bahan pangan uji sifat fisik biasanya dilakukan terhadap kekerasan, warna, rasa, dan bau bahan tersebut. Sedangkan uji kimai dapat dilakukan terhadap pH, total asam, dan kadar gula. Diantara sifat tersebut berat dan volume biasanya diapakai untuk pemutuan buah berdasarkan kualitas. Dalam kegiatan pasca panen lainnya seperti pengemasan dan pengangkuta sifat fisik sangat diperhatikan.
Berat jenis dan sifat produk pertanian dapat digunakan untuk menduga kematangan dari buah. Volume merupakan salah satu sifat fisik yang banyak digunakan dalam perhitungan awal menduga sifat fisik yang lain seperti massa jenis. Volume bahan pangan dapat dihitunga dengan menggunakan pengukuran berdasarkan pendekatan aproksimasi (pendekatan geometris) dan dengan menggunakan metode platform scale.
Komposisi setiap macam sayuran dan buah-buahan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Perbedaan varietas
Keadaan cuaca tempat tumbuh
Pemeliharaan tanaman
Kondisi penyimpanan
Sayuran dan buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%. Suatu jenis buah yang disebut unggul karena biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Produktivitas buah per pohon dalam suatu musim panen melebihi produktivitas tanaman buah lain yang sejenis.
Dibandingkan dengan jenis lainnya, tanaman sudah mampu berproduksi walaupun umumnya relative lebih muda.
Tanaman harus tahan hama penyakit, karena tanaman yang tumbuh sehat dan normal akan menghasilkan buah yang sehat dan penampilan yang menarik.
Kelezatan aroma buah di atas rata-rata varietas bauh pada umumnya.
Bentul, ukuran, dan warna buah beragam-ragam sehingga berpotensi ekspor.
2.3.3 Bahan dan Alat
2.3.3.1 Alat :
Timbangan digital / manual
Vernier caliper / jangka sorong
Gelas ukur
Benang
2.3.3.2 Bahan :
Wortel 3 buah
Cabe merah 3 buah
Apel hijau 3 buah
Jeruk 3 buah
Air secukupnya
2.3.4 Metoda
Ukur panjang ( dmayor ) ,lebar ( dmoderat ) ,tebal ( dminor ) untuk buah dan sayuran dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong.
Sampel untuk masing-masing bahan adalah 3 butir,masukkan data ke tabel dan hitung rata-ratanya .
Geometrid Mean Diameter [( dmayor ) x ( dmoderat ) x( dminor )]1/3
Spericity = ( GMD / dmayor )
Menentukan volume buah : timbang tabung air + air ( WWC ) dan timbang tabung + air + buah yangg ditenggelamkan ( WWCF ).
Hitung volume : volume = ( WWCF –WWC ) / DW .
Hitung density dengan persamaan
Density = Berat / Volume
2.3.5 Hasil dan Pembahasan
2.3.5.1 Hasil
Tabel 8. Pengukuran Buah dan Sayur
Bahan
Sample
Rata-rata
1
2
3
Jeruk
dmayor
6,710 cm
6,420 cm
6,210 cm
6,447 cm
dmoderat
6,603 cm
6,215 cm
5,815 cm
6,211 cm
dminor
6,405 cm
4,635cm
5,125 cm
5,388 cm
Wortel
dmayor
11,000 cm
10,500 cm
11,300 cm
10,932 cm
dmoderat
4,105 cm
3,200 cm
4,335 cm
3,880 cm
dminor
1,620 cm
1,815 cm
2,000 cm
1,812 cm
Cabe
dmayor
11,000 cm
7,300 cm
6,100 cm
8,133 cm
dmoderat
0,705 cm
0,840 cm
0,920 cm
0,822 cm
Dminor
0,145 cm
0,210 cm
0,210 cm
0,188 cm
Apel
dmayor
7,615 cm
7,545 cm
7,615 cm
7,592 cm
dmoderat
7,535 cm
7,140 cm
7,130 cm
7,268 cm
dminor
6,935 cm
6,005 cm
7,045 cm
6,662 cm
Tabel 9. Kriteria Buah dan Sayur
Kriteria
Apel
Jeruk
Wortel
Cabe
GMD
7,160
5,989
4,242
1,060
Sphericity
0,942
0,928
1,163
0,138
WWC (ml )
500
500
Volume (cm 3)
0,203
0,110
73,798
4,774
DW (g/ml )
1000
10000
Density (g/cm3 )
16,350
951,060
0,919
0,780
WWCF (ml)
703,3
610
2.3.5.2 Pembahasan
Pada praktikum objek tiga yaitu tentang sifat fisik buah dan sayur ,yang pertama dilakukan adalah mengukur panjang (dmayor ) ,lebar (dmoderat ),dan tebal (dminor ) dari bahan dengan menggunakan vernier caliper atau jangka sorong .Masing-masing dari bahan diambil tiga sampel.Pengukuran ini untuk menentukan ukuran dari bahan praktikum. Dari data yang diperoleh bahwa sampel pada masing-masing bahan memiliki ukuran yang berbeda .
Pada sampel 3 buah jeruk , panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 6,710 cm,6,420cm,6,210 cm,hasil pengukuran yang didapatkan dari ketiga sampel jeruk tersebut memiliki panjang yang tidak jauh berbeda.Begitupun dengan lebar (d moderat ) dengan hasil 6,603 cm,6,215 cm,5,815 cm,nilai yang didapatkan pun tidak terlalu jauh berbeda .Sedangkan pada pegukuran tebal ( dminor ) dari sampel jeruk ini didapatkan bahwa pada sampel kedua tebal dari jeruk itu sendiri jauh berbeda dari tebal sampel jeruk yang lainnya,nilai pengukuran yang didapatkan yaitu 6,405 cm,4,635 cm,dan 5,125 cm .
Pada sampel 3 buah wortel,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 11,300 cm, 10,500 dan 11,300 cm dan pada pengukuran panjang wortel ini sendiri pun didapatkan hasil yang hampir mendekati .Pada pengukuran lebar (d moderat ) data pengukuran yang didapatkan adalah 4,105cm, 3,200 cm, 4,335 cm,pada pengukuran ini juga didapatkan bahwa salah satu dari sampel mimiliki lebar yg jauh berbeda dari sampel wortel yang lainnya.hal ini mungkin dapat disebabkan oleh kesalahan saat membaca alat ukur sendiri maupun disebabkan dari perbedaan ukuran wortel itu sendiri .Pada pengambilan data tebal ( dminor ) didapatkan hasilnya yaitu 1,620cm, 1,815 cm dan 2,000 cm .
Pada sampel 3 buah cabe,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 11,000 cm, 7,300 cm, 6,100 cm .Data yang didapatkan dari pengukuran panjang cabe ini memilki nilai yang jauh berbeda antara ketiga sampel yang diukur,Ini disebabkan karena adanya perbedaan ukuran panjang dari cabe itu sendiri,karena ada sebagian dari buah cabe memiliki panjang yang bebeda-beda .Pada pengukuran lebar (d moderat ) didapatkan hasilnya yaitu 0,705 cm,0,840 cm,0,920 cm .lebar yang didapatkan tidak terlalu jauh berbeda.Pada pengukuran tebal ( dminor ) didapatkan hasilnya yaitu 0,145 cm, 0 210 cm, 0,210 cm.Hasil pengukuran ini pun tidak jauh berbeda dari ketiga sampel yang diambil .
Pada sampel 3 buah apel ,panjang (dmayor ) yang didapatkan adalah 7,615 cm, 7,545 cm, dan 7,615 cm .Dari data yang didapatkan panjang dari buah apel yang diukur relatif mendekati satu sama lain.Pada pengukuran lebar (d moderat ) didapatkan hasilnya yaitu 7,535 cm, 7,140cm, 7,130 cm.Dari pengukuran lebar buah apel satu sampel dari buah apel yang memiliki nilai yang lebih besar daripada 2 buah sampel yang lainnya,dapat dikarenakan oleh adanya perbedaan ukuran dari buah apel itu sendiri ada yang besar dan ada yang kecil dan mungkin dikarenakan adanya kesalahan dari pembaan alat ukur oleh praktikan .Pada pengukuran tebal ( dminor ) dari buah apel didapatkan hasilnya yaitu 6,935 cm, 6,005 cm dan 7,045 cm .Data pengukuran yan didapatkan dari sampel ini juga memiliki perbedaan nilai yang sangat jauh,dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran dari buah apel yang diukur.
Untuk menentukan volume dari masing-masing buah dan sayur diperoleh dengan menggunakan data dari DW,WWC, WWCF serta massanya.Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan volume apel 0,203 cm3,volume jeruk 0,110 cm3,pada pencarian volume buah dan sayur berbeda karena ukuran dari masing-masing bahan tersebut.
Untuk mencari volume buah adalah dengan menenggelamkan pada air yang memiliki ukuran tertentu dan pada praktikum ini jumlah airnya 500g/ml.Lalu bahan dimasukkan pada air tersebut sehingga perubahan nilai skala yang ditunjukkan setelah buah tersebut dutenggelamkan dapat kita ukur untuk menentukan volume bahan tersebut.Sedangkan untuk mencari volume sayur terlebih dahulu dengan cara mengukur jari-jari dasar, jari-jari atas serta tinggi dari bahan tersebut,setelah data didapatan lalu dihitung dengan menggunakan rumus. Hasil dari perhitungan tersebut menjadi volume dari bahan tersebut . Pengukuran dengan menggunakan metode ini digunakan karena buah dan sayur termasuk bahan yang mempunyai bentuk tak beraturan. Sehingga jika digunakan pengukuran dengan alat ukur, data hasil pengukuran menjadi tidak akurat karena semua bagian bahan dapat dijangkau alat ukur.
Bahan yang digunakan memiliki bentuk bulat memanjang ( prolate spheroid ) yaitu bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya,pada praktikum ini contohnya adalah buah jeruk dan buah apel .Sedangkan bahan yang digunakan yang memiliki bentuk kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau silinder ( tabung ) ,contohnya adalah wortel dan cabe .
Aplikasi dari praktikum ini pada Teknik Pertanian adalah mulai dari bentuk dan ukuran digunakan untuk analisis pemisahan biji-bijian dari bahan lain seperti partikel yang tidak diperlukan dan yang ikut tercampur ke dalam . Selain itu juga berguna dalam proses pengangkutan bahan pertanian agar tidak mudah rusak dalam perjalanan.Aplikaksi yang dapat digunakan di praktikum ini antara lain dari analisa bentuk dan ukuran digunakan dalam proses grading/pemisahan produk maupun dengan skala berat.Selanjutnya aplikasi dari praktikum ini penting untuk sortasi,penentuan kematangan,dan warna permukaan produk serta pada proses penyimpanan produk serta pada proses penyimpanan produk itu sendiri.
Pengukuran dengan menggunakan benang dilakukan karena beberapa bahan pertanian seperti cabe yang memiliki bentuk yang tidak beraturan sehingga jika dilakukan pengukuran menggunakan penggaris maka akan berakibat beberapa bagian dari cabe tidak terukur atau tidak terjangkau alat ukur sehingga data yang didapatkan tidak akurat.
Bahan yang digunakan pada objek ini terdapat dua jenis bentuk prolate spheroid yang memiliki bentuk bulat memanjang yang terjadi pada bahan seperti apel dan jeruk. Sedangkan bahan kedua adalah cabe dan wortel yang memiliki bentuk silinder kerucut berputar. Aplikasi yang dapat digunakan pada objek kali ini adalah pada alat grading dimana alat ini dapat digunakan untuk memisahkan bahan sesuai ukuran, warna kematangan dan indicator keteraturan bentuk.
Selain sebagai alat pemisahan sesuai mutu, analisa pada objek praktikum ini penting untuk aplikasi pengemasan. Dimana dalam pengemasan antara cabe, wortel dan bahan lain tentunya berbeda. Disinilah fungsi dari analisa bulk density untuk masing-masing bahan diperlukan bahkan untuk penyimpanan skala besar.
2.3.6 Kesimpulan dan Saran
2.3.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum tentang sifat fisik buah dan sayur dapat disimpulkan bahwa untuk melihat dan membandingkan ukuran dari bentuk bahan dengan melihat panjang (dmayor ),lebar (dmoderat ),dan tebal (dminor ) pada masing-masing bahan Berdasarkan pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa apel dan jeruk memiliki nilai sphericity yang hampir mendekati satu sama lain yaitu 0,942 untuk apel dan 0,928 untuk jeruk .Nilai sphericity menentukan bentuk kebulatan dari suatu benda ,jika nilai sphericity hampir mendekati 1 maka semakin bulat lahsuatu bahan atau benda tersebut .
Nilai density terbesar ada pada jeruk yaitu 951,060,nilai density tersebut dipengaruhi oleh massa dan volume .Untuk wortel dan cabe memiliki bentuk bahan yang jauh dari bulat karena sphericity wortel 1,163 dan cabe 0,138.Secara nyata hal tersebut juga terbukti bahwa wortel dan cabe memiliki bentuk memanjang dan jauh dari bentuk bulat .
2.3.6.2 Saran
Untuk mendapatkan data dan pemahaman yang baik dan benar,lakukanlah kegiatan praktikum dengan serius.Pahami cara mengguanakan alat sebelum melakukan praktikum.Pelajari terlebih dahulu materi tentang apa yang akan dipraktikumkan.Teliti dalam melihat nilai yang diperoleh dari pengukuran agar memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat serta mengikuti apa yang diinstruksikan oleh asisten agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal .
VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN)
2.4.1 Tujuan dan Manfaat
2.4.1.1 Tujuan
Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
Menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
Menentukan hubungan gaya terhaadap waktu
2.4.1.2 Manfaat
Praktikan dapat mengetahui bagaimana hubungan gaya terhadap deformasi
Praktikan dapat menentukan nilai poison ratiodari produk pertanian
Praktikan dapat mengetahui hubungan gaya terhadap waktu
2.4.2 Tinjauan Pustaka
Faktor-faktor yang mempengaruhi deformasi dan rayapan pada suatubahan pertanian dinamakan sifat rheologis. Kajian tentang rheologi adalah tentang deformasi dan rayapan bahan dengan efek waktu. Kelakuan bahan ditentukan berdasarkan tiga variabel yaitu: tegangan, deformasi atau regangan dan waktu
Rheologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari deformasi dan aliran "flow"
Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat mekanis produk pangan. Pertama, denagn menggunakan indera manusia, yaitu dengan cara menyentuh, memijit, mengigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan, inilah yang disebut dengan amnalisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia berbeda-beda maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua adalah dengan pendekatan fisik, menggunakan instrumen atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg), detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sfat nekanis bahan disebut dengan rheology.RHEOLOGY adalah suatu cabang ilmu fisik, yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu material. Gesekan antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan ukuran suatu partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga termasuk.
Sifat mekanis bahan dinyatakan berdasarkan tiga parameter, yaitu:
Gaya
Deformasi
Waktu
Ada beberapa alasan mengapa kita mempelajari sifat suatu bahan, pertama kita dapat melihat lebih dalam struktur suatu bahan, misalkan ukuran molekul dan bentuknya dalam suatu larutan terhadap kekentalan, hubungan antara tingkat cross-linh age polymasd dengan elastisitasnya, kedua rheologi juga sering diterapkan untuk mengontrol suatu pengolahan. Contohnya sifat rheologi adonan tepung gandum pada pengolahan roti. Ketiga pengetahuan rheologi diperlukan dalam mendesign alat tertentu seperti pompa, pipa-pipa aliran dan lainya. Design akan lebih efektif jika aliran tersebut diketahui. Ke-empat penerimaan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh sifat rheologinya.
Kendala yang dihadapi dalm mempelajari sifat rheologi suatu produk dengan garis besar adalah sebagai berikut:
Sangat bervariasinya produk pangan, ada yang bersifat padat ad yang bersifat cair dan gas
Masing-masing produk tersebut mempunyai sifat berbeda pada kondisi yang berbeda, contohnya sebuah batu bersifat bahan padatm, tapi batu bisa bersifat cair.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapar mempengaruhi pemilihan alat yang akan di gunakan untuk memproses produk tersebut. Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat yang akan digunakan akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Paling tidak dalam karakteristik alirannya.
Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu adalah:
Aliran plastik
Aliran pseudoplastik
Aliran dilator
Cairan yang sifat alirannya dipengaruhi oleh waktu adalah:
Aliran tiksotropik
Aliran rheopeksi
Aliran viskoelastis
Bahan pangan liquid seperti susu, madu, sari buah dan minuman lainnya serta minyak sayur menunjukan sifat aliran yang sederhana. Bahan liquid yang lebih kental seperti saus tomat dan mayones mempunyai sifat yang lebih rumit.
Bahan pangan semipadat seperti selai kacang dan margarin bereaksi diantara bahan padat dan liquid. Hampir semua bahan pangan ini dialirkan dengan pompaoleh karena itu penting untuk menentukan kebutuhan berada pada proses pemompaan. Pengangkutan bahan liquid dengan pompa ini ditentukan oleh massa jenis dan viscositas.
Dalam mempelajari rheoligi bahan pangan padat kita perlu mempelajari konsep dasar tentang stress dan strain:
Stress
Stress adalah intensitas beban force pada suatu luas permukaan. Force adalah suatu gaya yang dikenakan pada suatu benda yang mengakibatkan terjadinya deformasi. Stress didefinisikan sebagai bahan force persatuan luasan, seperti halnya tekanan, tekanan hidrostatik pada kenyataannya adalah contoh bentuk stress satuanya sama dengan satuan stress.
Intensitas gaya internal pada suatu titik atau komponen gaya bekerja pada suatu bidang melalui suatu titik
Compressive strength: kekuatan tekan maksimum dimana bahan dapat bertahan tanpa mengalami kerusakan
ELastic limit : tegangan / kekuatan dimana bahan dapat bertahan tanpa mengalami regangan permanen saat tegangan dilepas
Modulus elastic : ratio tegangan dengan regangan dibawah proporsional.
Strain
Deformasi, bila suatu bahan padat dikenakan beban stress, maka satu atau lebih dimensinya akan berubah perubahan dimensi ini yang disebut dengan deformasi. Strain adalah perubahan dimensi relatif terhadap dimensi awal, satuan strain merupakan perbandingan antara dua dimensi panjang, kerenanya tidak memiliki satuan.poison ratio adalah perbandingan antara lateral strain dengan axial strain.
Produk pangan atau produk antara dalam proses pengolahan memiliki bentuk dan tekstur yang bermacam-macam. Ada produk pangan yang berbentuk cair, padat, semi padat, dan ada juga yang memiliki sifat elasitis dan kental. Produk pangan yang berbeda-beda tekstur tersebut memiliki respon yang berbeda apabila dikenakan gaya. Suatu jenis produk pangan dapat berubah sifat reologinya setelah diolah kembali. Dengan perubahan sifat tersebut maka pengukuran mutu teksturpun akan berbeda. Parameter penting mutu pada produk pangan diantaranya kekenyalan, kelengketan, dan elastisitas.
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastic, atau cair dapat terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat berupa gaya tekan (compression), gaya tarik (tensile), atau gaya geser (shearing). Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran benda tersebut menjadi lebih menyusut, gaya tarik dapat menyebabkan ukuran benda lebih panjang, sedangkan gaya geser menyebabkan benda bergerak atau bergeser dari posisinya semula sehingga memiliki sifat mengalir dan memiliki bentuk yang berberda dari bentuk aslinya. Setiap produk pangan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap gaya-gaya tersebut. Dengan kata lain, produk pangan mempunyai sifat reologi yang spesifik, sehingga analisis sifat reologi ini sering dilakukan untuk mengkarakterisai produk pangan ataupun produk antaranya di dalam tahap proses pengolahannya.
Suatu benda pada prinsipnya dapat berprilaku dalam tiga cara dalam merespon gaya yang mengenainya, yaitu dapat bersifat elastik, plastik, atau mengalir. Hal ini diikuti dengan tiga parameter reologi yang banyak digunakan yaitu elastisitas, plastisitas, dan fluditas. Ketiga parameter reologi tersebut banyak dipakai sebagai dasar untuk memahami reologi benda padat atau semi padat beserta teknik pengukurannya.
Perilaku Elastis
Perilaku elastis suatu benda dapat dihitung dari beberapa atau seberapa bersar perubahan panjang yang terjadi setalah gaya diberikan. Perilaku elastis terjadi apabila tekanan (stress) pada suatu benda berbanding lurus dengan strain. Tekanan adalah gaya yang diberikan (F) per satuan luas (A), sedangkan strain adalah akibat yang ditimbulkan dari stress, dan dinyatakan sebagai perubahan panjang ( L) per satuan panjang awal (L). ekspresi hubungan keduanya dikenal dengan elastisitas modulus atau modulus Young (E).
Persamaan tersebut hanya dapat diterapkan jika benda berada di bawah tekanan. Apabila gaya yang diberikan adalah dalam bentuk gesekan atau hidrostatik maka koefisien yang digunakan adalah modulus shear (G) dan modulus curah atau bulk (K).
Perilaku Pelastik
Benda yang bersifat plastik akan mengalami perubahan bentuk yang kontinu apabila dikenakan gaya. Walaupun dapat kembali ke bentuk semula tetapi bentuk benda tersebut tidak dapat kembali kebentuk yang sesempurna sebagaimana benda elastis. Perilaku plastik ideal dapat dijelaskan dengan membayangkan suatu benda diletakkan di atas permukaan yang rata. Apabila gaya mengenainya, maka benda tersebut tidak akan bergerak hingga suatu tingkat stress tertentu tercapai atau sering disebut dengan yield stress. Setelah yield stress ini tercapai, maka aliran atau gerakan benda tersebut akan berlangsung seterusnya.
Perilaku Mengalir
Perilaku sifat mengalir (fluditas) yang ideal terjadi dalam benda yang mengalir, dimana perubahan bentuk (daya alir) berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Sifat mengalir ini biasanya tidak dimiliki oleh benda yang berbentuk padat.
Sifat Makanan Padat
Benda yang bersifat padat ideal (solid) tidak mengalami perubahan bentuk apabila diberikan gaya. Benda yang bersifat padat ideal biasa disebut Hooke Solid. Produk pangan pada umumnya tidak menunjukkan sifat padat ideal. Karena seringkali mengalami perubahan bentuk oleh adanya gaya. Namun dibandingkan dengan produk yang bersifat elastis, perubahan bentuk produk yang bersifat padat kecil. Yang terjadi adalah produk tersebut akan mengalami patah, rapuh atau hancur bila ada yang menanganinya atau mengenainya melebihi batas daya tahannya. Tetapi apabila gaya tekan tersebut masih di bawah batas daya tahannya maka produk tersebut tidak mengalami perubahan bentuk sama sekali.
Sifat Makanan Viskoelastik
Produk pangan dan produk antaranya dalam pengolahan mempunyai sifat sebagai kombinasi dari bahan elastik dan kental. Bahan seperti ini disebut bahan viskoelastik. Benda yang mempunyai sifat viskoelastik dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang bersifat mengalir bila dikenakan gaya. Uji reologi adonan dapat diukur dengan viscograph (terutama untuk mengetahui karakteristik tepungnya).
Parameter Reologi
Kekerasan
Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness) yang dapat diukur dengan alat instron. Dalam cara mengukur kekerasa, gaya tekan akan memecahkan produk padat dan pecahnya langsung dari bentuk aslinya tanpa didahului perubahan bentuk. Caranya adalah benda tersebut ditekan hingga pecah dan besarnya gaya tekan untuk memecah produk padat ini disebut niali kekerasan.
Kekenyalan
Sifat kekenyalan adalh sifat relogi yang menggambarkan daya tahan produk untuk lepas atau pecah oleh adanya gaya tekan. Bedanya kekerasan untuk menyatakan sifat benda atau produk pangan padat yang tidak bersifat deformasi, sedangkan sifat kenyal adalah sifat reologi pada produk pangan elastis yang bersifat deformasi. Sebagaimana dalam pengukuran kekerasan, gaya yang diberikan untuk mengukur kekenyalan adalah gaya tekan. Pada pengukuran kekenyalan, gaya yang diberikan mula-mula menyebabkan perubahan bentuk produk, baru kemudian memecahkan produk setelah gaya yang diberika melewati daya tahannya.
Elastisitas
Elastisitas adalah sifat reologi yang menggambarkan daya tahan untuk putus akibat gaya tarik.
Kelengketan
Sifat lengket adalah sifat reologi yang menggambarkan sifat perubahan bentuk benda yang dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi.
Kerapuhan
Kerapuhan menunjukkan seberapa kuat produk menahan gaya tekan. Kerapuhan biasanya berkolerasi erat dengan nilai kekerasan, dimana pada umumnya produk yang rapuh memiliki nilai kekerasan yang rendah.
2.4.3 Bahan dan Alat
2.4.3.1 Bahan
Sawo
Tomat merah
Terong pirus
2.4.3.2 Alat
Calibration mass
Mistar
Papan
Jangka sorong
2.4.4 Metoda
C.1 Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
Ukur tinggi dan diameter sawo tanpa beban masing-masing produk 3 sampel
Tempatkan beban di atas sawo
Ukurlah beberapa deformasi yang terjadi pada sawo dengan mengukur diameter dan tinggi sawo selama diberi beban serta perhatikan skala pada mistar
Tambahkan beban dan ulangi prosedur diatas
Catat hasil pengamatan pada tabel
Lakukan hal yang sama pada tomat merah dan terong pirus
C.2 Menentukan hubungan gaya terhadap waktu
Setelah dilakukan perlakuan terhadap produk, maka bahan disimpan pada suhu pendingin dan suhu ruangan
Sampel masing-masing bahan 2 buah di suhu pendingin dan satu disuhu ruangan
Amati perubahan yang terjadi pada prooduk pertanian akibat diberi gaya dan terjadinya deformasi selama 3 datau 4 hari.
2.4.5 Hasil dan Pembahasan
2.4.5.1 Hasil
Tabel 10. Data Poisson Ratio Sawo
Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
poison ratio
100
5.04
5.12
6
5.7
0.32
Sawo 1
200
5.04
5.125
6
5.5
0.204
500
5.04
5.2
6
5.3
0.64
Sawo 2
100
4.8
4.835
6
5.7
0.14
200
4.8
4.84
6
5.2
0.06
500
4.8
4.9
6
5.1
0.14
Sawo 3
100
5.42
5.515
5.5
5.4
0.99
200
5.42
5.525
5.5
5.3
0.253
500
5.42
5.535
5.5
5
0.231
100
0.483
Rata-rata
200
0.172
500
0.337
Tabel 11. Data Poisson Ratio Tomat
Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
poison ratio
100
4.515
4.545
5.9
5.8
0.118
Tomat 1
200
4.515
4.6
5.9
5.5
0.206
500
4.515
4.645
5.9
5.1
0.177
100
4.315
4.335
5.5
5.4
0.275
Tomat 2
200
4.315
4.34
5.5
5.3
0.165
500
4.315
4.4
5.5
5
0.209
100
4.135
4.14
5.9
5.8
0.059
Tomat 3
200
4.135
4.2
5.9
5.4
0.188
500
4.135
4.245
5.9
5.2
0.219
0.15
Rata-rata
0.166
0.201
Tabel 12. Poison RatioTerong Pirus
Produk
beban (gr)
X0
X1
L0
L1
Poison Ratio
terong pirus 1
100
3.735
3.74
6.7
6.65
0.067
200
3.735
3.745
6.7
6.4
0.067
500
3.735
3.825
6.7
6.2
0.321
terong pirus 2
100
3.91
3.91
5.6
5.6
0
200
3.91
3.925
5.6
5.6
0.017
500
3.91
3.94
5.6
5.2
0.112
terong pirus 3
100
4.21
4.215
6.2
6.2
0.0062
200
4.21
4.235
6.2
6.1
0.372
500
4.21
4.31
6.2
5.8
0.356
rata-rata
0.024
0.152
0.263
Gambar 1. Grafik Poisson Ratio sawo 1
Gambar 2. Grafik Poisson Ratio Sawo 2
Gambar 3. Grafik Poisson Ratio Sawo 3
Gambar 4. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Sawo
Gambar 5. Grafik Poisson Ratio Tomat 1
Gambar 6. Grafik Poisson Ratio Tomat 2
Gambar 7. Grafik Poisson Ratio Tomat 3
Gambar 8. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Tomat
Gambar 9.Grafik Poisson Ratio Terong Pirus 1
Gambar 10.Grafik Poisson Ratio Terong Pirus 2
Gambar 11. Grafik Poisson Ratio Terong Pirus 3
Gambar 12. Grafik Rata-Rata Poisson Ratio Terong Pirus
Gambar 13. Grafik Rata-Rata Keseluruhan
2.4.5.2 Pembahasan
Praktikum kali ini adalah membahas tentang sifat rheologi produk pertaniandengan menggunakan bahan sebagai berikut: sawo, tomat merah, dan terong pirus. Kajian dalam deformasi kali ini yang harus diperhatikan adalah mengenai seberapa maksimum ketahan suatu bahan atau produk pertanian saat diberi beban yang bervariasi yaitu 100 gr, 200 gr, 500 gr. Sehingga dapat kita ketahui apa saja yang mempengarui produk pertanian seperti bagaimana pengaruh gaya terhadap produk pertanian dan bagaimana pengaruh gaya tersebut terhadap waktu, namun untuk praktikum kali ini yang akan dibahas adalah pengaruh gaya terhadap deformasi produk pertanian.
Sifat rheologi menentukan hubungan antara gaya dan deformasi, gaya yang diberikan pada produk pertanian menyebabkan peroduk tersebut berubah bentuk yaitu pertambahan panjang dan penurunan tinggi produk pertanian.
Deformasi dipengaruhi oleh gaya, waktu dan suhu dimana pengaruh gaya terhadap deformasi adalah semakin besar gaya yang diberikan terhadap produk pertanian maka deformasi akan semakin jelas terlihat, yaitu petambahan panjang diameter bahan dan berkurangnya tinggi bahan saat di beri beban secara bertahap, pada setiap bahan yang diberikan beban didapati hasil yang berbeda-beda karena barbagai faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan buah yang berbeda, ada bahan yang masih keras karena masih muda sehingga cendrung keras bahkan terong pirus saat diberi beban 100 gr pada produk terong pirus tidak mengalami deformasi, posisi beban yang tidak tepat di tengah, pembacaan dalam pengukuran yang kurang tepat karena adanya pemadan listrik secara bergilir pada saat praktikum.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan semakin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya. Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
Pada pengukuran poison ratio sawo 1 didapat hasil sebesar 0,320 dengan beban 100 gr, pada beban 200 gr hasilnya adalah 0,204 sedangkan pada beban 500 gr poison rationya adalah 0,640. Dari hasil pengukuran, poison ratio sawo 1 dengan beban 500 gr poison rationya lebih besar dibanding poison ratio beban 100 gr dan 200 gr. Poison ratio dengan beban 200 gr lebih kecil dibanding poison ratio 100 gr hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang melewati batas sehingga buah sudah lembek apalagi sawo yang bertekstur lunak, jadi deformasi yang terjadi menjadi tidak beraturan.
Pengukuran poison ratio sawo 2 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,140, 0,060, 0,140. Sedangkan pada sawo 3 poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,990, 0,253, dan 0,231. Sehingga rata-rata poison ratio sawo dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,483, 0,172, dan 0,337. Poison ratio dengan beban 100 gr lebih besar karena sawo memiliki perbedaan tinggi dan diameter setelah diberi beban, dimana nilai tinggi awalnya lebih besar dibanding L1.
Pengukuran pada tomat merah, pada tomat merah 1 hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,118, 0,206, dan 0,177. Pada tomat merah 2 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,275, 0,165 dan 0,209. Sedangkan perhitungan pada tomat merah ke-3 didapatkan hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,059 gr, 0,188 dan 0,219. Pada produk pertanian tomat merah rata-rata perhitungan poison rationya dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,150, 0.160 dan 0,201. Hal ini disebabkan oleh deformasi pada tinggi dan diameter yang tidak seirama atau tidak beraturan sehingga didapat hasil dari poison ratio yang berbeda-beda atau tidak linear.
Pengukuran pada terong pirus, pada terong pirus 1 didapat hasil dengan beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,067, 0,067 dan 0,321. Pada terong pirus 2 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0, 0,017, dan 0,112 dan pada terong pirus yang ke-3 didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,062, 0,372 dan 0,356. Sehingga rata-rata dari terong pirus didapat hasil saat beban 100 gr, 200 gr, 500 gr, berturut-turut adalah 0,024, 0,152, dan 0,263. Hasil pengukuran terong pirus rata-ratanya menunjukan bahwa poison ratio pada saat beban 500 gr lebih besar nilainya dibanding 100 gr, dan 200 gr.
Perbedaan nilai poison ratio ini dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang dan diameter masing-masing komoditi, tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan juga akan sangat mempengaruhi besar kecilnya deformasi yang akan terjadi. Selain tingkat kematangan dan kekerasan fisik dari bahan, bentuk granular dari bahan juga berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi.
Grafik poison ratio cenderung tidak linear terutama pada poison ratio sawo. Grafik poison ratio pada sawo cenderung tidak beraturan karena pada beban 100 gr sawo memiliki tinggi yang bernilai besar sehingga poison rationya tinggi, pada beban 500 gr tingginya sangat berkurang sedangkan diameternya bertambah besar sehingga poison rationya tinggi juga, sedangkan pada beban 200 gr, tingginya berkurang seiring dengan pertambahan diameternya, sehingga nilainya berada ditengah antara poison ratio beban 100 gr dan poison ratio denagn beban 500 gr, begitupun dengan poison ratio sawo 2 dan poison ratio sawo 3.
Grafik poison ratio tomat merah cenderung linear yaitu saat beban ditambah maka poison rationya juga bertambah, begitupun dengan grafik poison ratio pada terong pirus yaitu berbanding lurus atau linear, poison ratio akan bertambah seiring pertambahan beban.
Alat yang paling umum digunakan pada aplikasi sifat rheologi pertanian salah satunya rice meeling unit dimana menggunakan kajian kekuatan tahanan beras sebagai acuan pemberian daya boleh pada gabah.Dengan diketahuinya poison ration maksimum besar adalah 85,79 (modulus young) N/mm2,dengan tegangan ketika bahan patah sebesar 16,46 N/m2 dengan beban puncak 25032 N persatuan kubik menjadikan acuan dalam desain alat agar tidak melebihi daya.Oleh ini agar didapatkan hasil pengolahan beras yang baik.
2.4.6 Kesimpulan dan Saran
2.4.6.1 Kesimpulan
Deformasi terjadi dengan adanya gaya yang menyebebkan produk pertanian mengalami tekanan yang akhirnya merubah bentuk bahan pertanian tersebut, deformasi dipengaruhi oleh waktu, gaya, dan suhu diman semakin besar suhu dan semakin lama waktunya maka deformasi juga akan semakin besar.
Besarnya gaya yang diberikan cenderung berbanding lurus ( linear ) dengan deformasi yang dialami oleh bahan, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang di alami bahan juga akan semakin tinggi.
Grafik dari poison ratio produk pertanian cenderung linear kecuali produk sawo, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti tingkat kematangan dan tingkat kekerasan produk pertanian.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan terlihat jelas ada hubungan antara gaya dan deformasi dengan perubahan secara linear, yaitu semakin besar gaya yang diberikan maka tingkat deformasi yang akan di alami oleh bahan juga akan semkin tinggi meskipun tingkat kematangan juga akan sangat berpengaruh. Namun untuk perbandingan antara panjang dari tinggi dan diameternya berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka tinggi dari bahan akan mengalanmi penurunan, sebaliknya saat behan di beri beban yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya. Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
2.4.6.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diharapkan untun pkraktikum selanjutnya dapat menyimak dengan baik, mengingat banyak sekali data pada praktikum kali ini, sebaiknya sebelum praktikum praktikan sudah menguasai materi yang akan dipraktikumkan, sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.
V. Objek 5. (Sifat Aerodinamis Produk Pertanian)
2.5.1 Tujuan dan Manfaat
2.5.1.1 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.Melihat hubungan kecepatan fluida untuk pemisahan.
2.Menentukan nilai terminal velocity
2.5.1.2 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.Mahasiswa dapat mengetahui hubungan kecepatan fluida untuk pemisahan produk.
2.Mahasiwa dapat mengetahui aplikasi dari sifat aerodinamis produk pertaian.
3.Mahasiwa dapat mengetahui kegunaan dari terminal velocity dalam produk pertanian.
4.Mahasiwa dapat mengetahui dari koefisien drag.
5.Mahasiswa dapat mengetahui rumus matematis terminal velocity.
6.Mahasiswa memahami apa itu yang dimaksud dengan terminal velocity.
2.5.2 Tinjauan Pustaka
Bila densitas partikel lebih besar dari densitas fluida, maka partikel akan bergerak ke bawah (tenggelam dalam fluida). Bila densitas partikel lebih kecil dari densitas fliuda, maka partikel akan bergerak naik di atas fluida (mengapung di permukaan fluida). Ketika aliran udara digunakan untuk memisahkan sekan, dedak, atau jerami dari gabah, diperlukan pengetahuan tentang kecepatan terminal dari partikel-partikel yang akan dipisahkan.
Tujuannya untuk mengetahui besarnya kecepatan udara yang baik untuk pemisah biji-bijian dari benda-benda asing.Dengan penjelasan tersebut, jelas bahwa kecepatan terminal telah digunakan sebagai karakteristik aerodinamik yang penting dari material-material penerapan sebagai alat pengangkutan dan pemisahan bahan-bahan asing dari produk yang diinginkan.
Hal terpenting untuk mendesain suatu pemisah biji secara pneumatik adalah terminal velocity. Terminal velocity merupakan kecepatan konstan atau mantap suatu biji jatuh bebas dimana gaya ke bawah karena gravitasi sama dengan gaya karena tekanan udara.
Ghamari et. al (2010) membuat permodelan untuk memprediksi terminal velocity suatu bijian dengan menggunakan jaringan saraf tiruan (ANN). Untuk gabah dengan kadar air 22% dan ukuran diameter geometrik gabah 14,15 mm. Dari validasi diperoleh kolerasi antara aktual data dan prediksi sebesar 0,96 dan menghasilkan terminal velocity sebesar 4, 92 m/dt.
Proses pemisahan biji-bijian atau benih pada umumnya menggunakan prinsip perbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lain yang akan dibuang atau dipisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah hembusan udara. Pada proses pemisahan beras, bekatul, dan sekam terjadi pemisahan produk melibatkan aspek dinamika produk serta dinamika udara.
Dalam sistem siklon kedua aspek tersebut saling berintegrasi membentuk sistem siklon sehingga bertujuan pembasahan beras dengan bekatul dapat terjadi dengan baik. Pembersihan dengan hembusan udara yang digunakan sesuai dengan kecepatan terminal (terminal velocity) biji-bijian tersebut.
Apabila parameter-parameter aerodinamika yang menentuka dalam proses pemisahan beras, bekatul dan sekam adalah kecepatan terminal (Vt), drag koefisien (Dc), kecepatan angkutan, serta sifat fisik produk seperti massa jenis, diameter (Dp), luas proyeksi (Ap), serta sifat dari fisik udara yang meliputi viskositas udara, massa jenis udara, penilitian dari aspek mikro aerodinamika relative masih sedikit.
Pembuatan system siklon dilakukan dengan mengambi data dari pustaka (masih bersifat umum ataupun tidak spesifik) bahkan dilakukan dengan secara tria and error yakni mencoba dimana resiko kegagalan dalam penerapannya cukup besar khususnya untuk seale up serta prosedurnya. Ini sebaiknya ditinggalkan prosedur yang seperti ini.
Salah satu masalah dalam perancangan bangunan mesin dan peralatan di bidang pengolahan hasil pertanian adalah belum adanya data spesifik dari parameter- parameter yang dipergunakan untu rancang bangun.
Pada rancang bangun pemisah beras, bekatul, dan sekam perlu dimasukka dalam sifat aerodinamik pada bahan dan udara sehingga bias mendapatkan pemisah beras dan bekatul secara sempurna dan efisien. Sebagai contoh untuk penentuan kecepatan terminal produk (Vt) dimana merupakan kecepatan minimal yang harus diberikan produk untuk dapat diangkat (dipindahkan) dengan menggunakan energi gerak udara. Kebutuhan secara atau seperti tekanan udara dipengaruhi oleh yang atau produk yang akan dipindahkan.
Faktor penting aerodinamika lainnya mempengaruhi system siklon adalah drag coffeicient (c). Kehilangan energi untuk setiap panjang aliran (Dp/Lo) merupakan sifat aerodinamik dari bahan dan peralatan yang harus diperhatikan khusus kaitannya dengan pengaruh dimensi peralatan.
Ketika datakuantitatif tersebut sangat penting untuk menentukan karakteristik seridinamik pada sistem siklon. Untuk mengetahui beberapa seberapa jauh kesalahan nilai kuantitatif aerodinamik pada sistem siklon yang diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan melalui pembuatan model matematika secara keseluruhan.
Sistem siklon kemudian melakukan input data hasil penelitian laboratorium sifat aerodinamik dan kemudian membandingkan hasil antara hasil yang diperoleh secara teoritis dengan data yang actual dari sitem siklon terkontrol.
Salah satu masalah dalam rancang bangun dan scalae up sistem siklo untuk pemisahan beras, sekam, dan bekatul adalah belum adanya data spesifik dari parameter-parameter yang dipengaruhi untuk rancang bangun. Data spesifik untuk perancang bangunan sistem siklon adalah parameter-parameter aerodinamika yang diperoleh tersebut kemudian diaplikasikan dalam bentuk model matematikanya yang merupakan karakteristik sistem siklon untuk pemisahan beras, bekatul, dan sekam. Karakteristik sistem siklon divalidasi dengan cara membandingkan antara hasil yang diperoleh secara teoritis dengan data actual dari sistem siklon terkontrol sehingga jadi secara teknisnya.
Hasil kuantitatif karakteristik yang kemudian dapat diperoleh dan dipergunakan sebagai dasar dalam racang bangun dan scalae up pemisahan beras, bekatul, dan sekam dengan menggunakan sistem siklon. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan parameter-parameter aerodinamik pada pemisahan beras, bekatul, dan sekam dengan sistem siklon secara keseluruhan hubungan dengan parameter-parameter aerodinamik. Dan untuk memperoleh karakteristik pemisahan beras, bekatu, dan sekam dengan sistem siklon yang sudah ada atau tervalidasi.
Penggilingan padi bertujuan untuk membuang sekam dan bekatul atau kotoran lainnya drai beras tuh. Penggilingan padi menghasilkan campuran beras utuh, gabah belum tergiling, sekam, bekatul, debu, beras perah dan biji gabah yang belum masak. Alat pemisah beras memisahkan antara beras utuh dengan gabah belum masak, bekatul, dan debu, beras perah dan sekam harus dibuang.
Pada aspek keteknikan hal yang paling penting dipelajari adalah sifat fisik dan geometrik pada produk pertanian.
Sifat aerodinamis adalah sifat bahan pertanian yang mengalami proses pengangkutan dan pemisahan dari bahan yang tidak diperlukan dengan menggunakan udara.
Terminal velocity terjadi pada saat kecepatan gravitasi Fg sama dengan hambatan udara Fd. Secara matematis terminal kecepatan tanpa mempertimbangkan daya apung efek diberikan oleh :
Vt= 2mgρACd
dimana, Vt = kecepatan terminal
m = massa dari benda jatuh
g = percepatan gravitasi
Cd = koefisien drag
Ρ = densitas udara dimana benda yang jatuh
A = daerah diproyeksikan objek
Koefisien drag (Cd) adalah bilangan yang menunjujja tahanan fluida yang diterima oleh suatu benda. Harga koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan fluida.
Menurut Mohsenin (1986) pembersihan, penyortiran, dan peggolongan mutu akhir atau klasifikasi hasil dilakukan berdasarkan sifat-sifat antara lain ukuran, bentuk, berat jenis, dan sifat permukaan. Sementara menurut Henderson dan Perry (1976), tujuan akhir dari pengkelasan suatu produk dimana sangat bergantung dari ukuran, bentuk, spesifik gravity, dan karakteristik permukaan suatu bahan (bijian).
Selanjutnya Mohsenin mengatakan bahwa pembersihan dan penyortiran butiran dan berbagai biji tidak dapat dibedakan dengan jelas, karena proses ini dilakukan secara serempak dan caranya berlaku bagi keduanya. Das pernah melakukan penelitian pemisahan gabah dan beras dengan berbagai mekanisme pemisahan sistem rak yang bergerak secara bolak-balik dan mengatur sudut kemiringan dari rak.
Sistem ini bekerja berdasarkan perbedaan spesifik gravity dan karakteristik permukaan gabah dan beras. Pembersihan padi atau beras atau winnowing adalah proses penampihan atau memisahkan gabah (padi)dari kotoran / benda asing. Proses pembersihan padi ini dapat dilakukan sebelum ataupun sesudah pengeringan.
Mekanisme kerjanya adalah pada saat ada angina kencang, gabah ditaburkan dari atas ke bawah, sehingga kotoran yang ringan akan terhembus ke samping dan gabah bersih akan jatuh vertical ke bawah secara gravitasi.
Berdasarkan gravitasi, pemisahan gabah dan beras dapat dilakukan berdasarkan berat jenis dari gabah. Alat pemisah ini didasarkan pada dua keadaan diantaranya :
Kemampuan butiran mengalir ke bawah pada bidang miring.
Pengaruh angkat atau pengembangan yang dihasilkan leh gerakan udara ke atas.
Proses pemisahan biji-bijian / benih pada umumnya menggunakan prinsip perbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lain yang akan dibuang atau dipisahkan, dimana tenaga yang dibutuhkan / digunakan adalah hembusan angina. Pemisahan dengan hembusan udara akan optimum apabila hembusan udaar yanag akan digunakan sebagai pembersih sesuai dengan kecepatan terminal (Terminal Velocity).
Jika menggunakan mesin maka proses aerodinamika padi akan menjadi lebih baik, contohnya mesin preclenar berfungsi untuk membersihkan gabah dari benda-benda asing, tangkai padi dan kotoran lainnya selama proses pengoperasiannya. Mekanisme mesin ini dilakukan dengan metode pengayakan dari hembusan blower.
Mesin air blower screen cleaner selain berfungsi membersihkan gabah dari kotoran dan memisahkan gabah utuh dari gabah setengah hampa dengan standar kualitas tinggi yang memenuhi persyaratan benih.
Mekanisme mesin ini dilakukan dengan metode hembusan angin dan hisapan udara dengan blower. Pada mesin in terdapat 6 lubang pengeluaran (outlet). Outlet utama untuk menyalurkan gabah yang bersih dan utuh. Outlet yang kedua mengaturkan gabah setengah hampa. Outlet ketiga dan keempat untuk mengeluarkan kotoran dan gabah yang hampa. Outlet kelima untuk megeluarkan kotoran potongan jerami dan seresah. Outlet keenam adalah untuk mengeluarkan debu dan kotoran ringan lainnya yang terdapat baja objek yang akan dipisahkan.
2.5.3 Bahan dan Alat
2.5.3.1 Bahan
1. Gabah 1,5 kg
2. Beras 1,5 kg
2.5.3.2 Alat
1. Blower
2. Anemometer
3. Tabung
2.5.4 Metoda
1. Siapkan bahan dan alat
2. Ambil sampel masing-masing bahan + 100 gram
3. Pasang botol air mineral yang telah dilubangi pada blower dan hidupkan
4. Masukkan bahan ke dalam tabung
5. lakukan pengamatan saat blower tertutup, terbuka setengan dan hidupkan
6. Ukur kecepatanfluida dengan menggunakan anemometer pada saat pengamatan
7. Hitung nilai terminal velocity menggunakan rumus
Jika sebuah benda yang dijatuhkan ke dalam sebuah fluida kental, kecepatannya semakin membesar sampai mencapaikecepatan maksimum yang tetap.Kecepatan ini dinamakan sebagai kecepatan terminal.
Terminal velocity terjadi pada kecepatan gravitasi Fg sama dengan hambatan udara Fd. Secara matematika terminal kecepatan ini tanpa empertimbangkan daya apung efek diberikan oleh :
Vt = 2mgρACd
Koefisien drag (Ca) merupakan bilangan yang menunjukkan besar kecilnya tekanan fluida yang diterima oleh suatu benda. Harga koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima benda saat berjalan adalah kecil, dan begitu juga sebaliknya nilai Ca sangat bergantung pada bentuk dari suatu geometri.
Di dalam menentukan sifat aerodinamis pada produk pertanian, digunakan blower.Blower pompa udara bertenaga listrik yang udaranya dihasilkan melalui logam merupakan alat pemilah bahan pertanian yang kerjanya berdasarkan bobot bahan.Alat ini menggunakan benda angin yang berasal dari blower dengan kecepatan yang didapat diatur sesuai kebutuhan.Pada primajaya, desain ini adalah mesin yang melakukan penampilan namun terakomodasi kerjanya.
Mekanisme kerja blower adalah dengan memilahkan bahan pertania berdasarkan bobotnya menggunakan konsep kelajuan terminalkan naik sedangkan sifat aerodinamika bahan pertanian. Bahan yang memiliki bobot yang lebih ringan dari kelajuan terminal akan naik sedangkan yang lebih berat dari kelajuan terminal akan turun.
Jika campuran bahan mengandung banyak kotoran ringan, makam kotoran yang memiliki bobot paling ringan akan terangkat dan terapung pada penampung atau pintu paling atas blower. Bahan yang diinginkan akan tetap berada pada bagian bawah. Contoh penggunaan ini adalah pada mesin penggiling padi yang memisahklan sekam dari beras. Sekam memiliki bobot lebih rendah dari beras, sehingga beras akan jatuh, namun sekam akan terhembus keluar.
Hasil kuantitatif karakterisitik yang kemudian dapat diperoleh dan dipergunakan sebagai dasar dalam rancang bangun dan scale up pemisah beras, sekam dan bekatul dengan mempergunakan sistem silikon. Adapun tujuan dari sistem ini adalah:
Untuk menentukan parameter-parameter aerodinamika pada pemisah beras
Menganalisis proses pemisah beras, bekatul dan sekam dengan sistem siklon secara keseluruhan hubungan dengan parameter-parameter aerodinamika.
Untuk memperoleh karakteristik pemisah beras, bekatul dan sekam dengan siklon yang sudah validasi.
Parameter-parameter sifat aerodinamika meiputi yaitu :
Kecepatan terminal (Vt) partikel tunggal maupun dispersi
Drag coefficient friksi (Cf)
Drag coefficient tekanan (Cd)
Drag coefficient total (C)
Dalam hal ini proses penggilingan padi bertujuan untuk membuang sekam dan bekatul atau kotoran lainnya dari beras utuh. Penggilingan padi menghasilkan campuran beras utuh.Penggilingan ini juga menghasilkan gabah belum tergiling, sekam, bekatul, debu, beras perah dan biji dari gabah yang belum masak.
2.5.5 Hasil dan Pembahasan
2.5.5.1 Hasil
Gabah
0,026
980
0,00118
0,0087
15,7
29,31m/s
0,025
980
0,00118
0,0087
13,6
34,54m/s
0,018
980
0,00118
0,0087
6,8
33,13m/s
Rata-rata
0,023
980
0,00118
0,087
31,57
Beras
0,014
0,014
0,00118
0,046
0,014
29,31m/s
0,013
0,013
0,00118
0,046
0,013
34,54m/s
0,015
0,015
0,00118
0,046
0,015
33,13m/s
Rata-rata
0,014
0,014
0,001118
0,056
0,032
Tabel 13. Penentuan Terminal Velocity
2.5.5.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai sifat aerodinamis produk pertanian.Sifat aerodinamis produk pertanian merupakan sifat yang menggunakan udara sebagai medium dari pemisahan bahan tersebut.Dalam praktikum kali ini,nilai yang di cari adalah nilai terminal velocity dari bahan tersebut.Untuk mencari nilai terminal velocity tersebut,harus mengetahui massa dari bahan tersebut,percepatan gravitasi,massa jenis bahan dan luas permukaan.Nilai luas permukaan dan massa jenis tersebut berbanding terbalik dengan nilai terminal velocity. Sedangkan untuk nilai massa dan percepatan gravitasi berbanding lurus dengan terminal velocity.
Untuk menentukan terminal velocity terdapat dua cara.Cara pertama, menggunakan manual secara rumus.Untuk cara manual digunakan alat yang bernama anemometer.Anemometer ini yang akan membaca angka pada kecepatn udara di blower.Kecepatan udara yang dihitung oleh anemometer adalah kecepatan udara pada saat tertutup,setengah terbuka dan kecepatan udara pada saat blower terbuka sempurna.Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah gabah dan beras.Untuk kecepatan udara menggunakan anemometer atau secara manual.
Untuk menentukan nilai dari terminal velocity secara terbuka adalah kecepatan dariblower tersebut.Selanjutnya menentukan terminal velocity menggunakan rumus.Untuk menentukan terminal velocity,maka harus diketahui trrlebih dahulu nilai dari panjang , lebar , dan tebal dari gabah dan beras.Untuk mentukan panjang ,lebar, dan tebal tersebut menggunakan jangka sorong. Percobaan tersebut di ambil tiga buah dari masing – masing gabah dan beras.Pengukuran menggunakan jangka sorong tersebut bergunakan untuk mentukan geometric mean diameter dari bahan – bahan tersebut.
Pada bahan praktikum gabah, geometric mean diameter (GMD) yang di dapat secara berturut-turut adalah 0,341 cm,0,305 cm,dan 0,353 cm.Sehingga geometric mean diameter (GMD) rata - rata dari bahan gabah ini adalah sebesar 0,333 cm.Geometric mean diameter (GMD) sama dengan nilai luas permukaan pada penentuan terminal velocity. Sedangkan untuk bahan praktikum beras,nilai geometric mean diameter yang di dapat secara berturut – turut sebesar0,258 cm,0,228 cm, dan 0,245 cm. Sehingga didapat nilai geometric mean diameter rata – rata sebesar 0,243 cm. Dari data yang telah didapatkan , maka nilai geometric mean diameter dari gabah lebih besar dari pada nilai geometric mean diameter dari beras yaitu sebesar 0,333 cm. Faktor yang mempengaruhi gabah lebih besar dari pada beras adalah tekstur dari kulit gabah tersebut. Dengan adanya kulit pada gabah maka akan menambah nilai luas dari gabah tersebut.
Sebelum menentukan nilai terminal velocity juga harus mengetahui nilai dari massa benda jatuh percepatan gravitasi , koefisien drag dan massa jenis dari bahan tersebut. Untuk bahan gabah maka didapatkan massa dari benda jatuh sebesar 0,026 gr , 0,025 gr , dan 0,018 gr. Massa ini diambil dari tiga buah gabah yang diambil dalam 1 kg.Kemudian dihitung menggunakan timbangan digital.Sedangkan untuk bahan beras massa yang didapat dalam praktikum tersebut secara berturut – turut adalah 0,014 gr , 0,013 gr , dan 0,015 gr. Sama hasilnya dengan gabah diambil dari tiga buah beras dalam 1 kg berasyang digunakan praktikan.
Selanjutnya , dalam menentukan terminal velocity juga harus mengetahui koefisien drag dari bahan tersebut. Koefisien dari bahan tersebut adalah 0,04. Koefisien drag ini digunakan karena koefisien ini yang hampir mendekati gabah dan beras. Koefisien drag merupakan bilangan yang menunjukkan besar kecilnya tekanan fluida yang diterima oleh suatu benda. Harga dari koefisien drag yang kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima benda saat berjalan adalah kecil, dan begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien drag sangat bergantung pada bentuk dari suatu geometric.
Kemudian hal yang perlu diperhatikandalam menentukan terminal velocity adalah massa jenis dari bahan tersebut. Pada praktikum objek lima ini yaitu sifat aerodinamis produk pertanian. Bahan yang di butuhkan adakah udara. Sehingga massa jenis yang digunakan adalah massa jenis dari udara. Untuk massa jenis dari udara adalah sebesar 0,00118 g/cm3. Massa jenis udara ini sama anatara terminal velocity percobaan satu dan percobaan dua pada bahan dari gabah dan beras. Hal tersebut sudah menjadi ketetapan dari referensi. Sama halnya dengan massa jenis air yang memiliki massa jenis sebesar 1 g/cm3. Dimana – mana akan di pakai massa jenis air sebesar 1 g/cm3,karena sudah menjadi ketetapan yang telah mendunia.
Pada bahan praktikum gabah , maka nilai terminal velocity yang didapat secara berturut – turut adalah sebesar 35,22 m/s , 34,54 m/s , dan 29,31 m/s. Sehingga didapat nilai terminal velocity rata – rata dari bahan praktikum gabah sebesar 79,53 m/s. Seadangkan bahan praktikum beras , nilai terminal velocity yang di dapat pada praktikum tersebutsebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79 cm/s. Sehingga nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Dari data tersebut dapat di dilihat bahwa nilai terminalvelocity beras lebih besar dari pada nilai terminal velocity gabah. Hal tersebut dapat terjadi karena pengaruh dari massa bahan tersebut.
Massa beras lebih besar dari massa gabah karena beras tidak memiliki kulit, seingga udara tidak ada yang tersimpan didalamnya, sedangkan gabah mimiliki luar atau kulit biji. Sehingga kulit tersebut menyebabkan udara tertahan di dalamnya.Maka hal ini yang membuat gabah lebih ringan dari pada beras.
Aplikasi dari sifat aerodinamika prod uk pertanian ini dapat diterapkan pada mesin RMU (Rice Milling Unit) dimana pemisahan antara beras dan kotorannya, serta dapat diterapkan pada penyortiran beras. Pada umumnya aplikasi dari praktikum ini adalah sebagai pemisah antara bahan-bahan pertanian dengan kotorannya, karena bahan tersebut sebelum diolah haus dipisahkan dari benda-benda asing atau kotorannya.
2.5.6 Kesimpulan dan Saran
2.5.6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sifat aerodinamika produk pertanian merupakan sifat yang menggunakan udara sebagai medium untuk melakukan percobaan terkhusus gabah dan beras. Dalam praktikum ini, nilai yang dicari adalah nilai terminal velocity terjadi pada saat kecepatan gravitasi Fg sama dengan hambatan udara Fd. Faktor-faktor yang mempengaruhi terminal velocity adalah massa, percepatan gravitasi, massa jenis dan luas permukaan dari bahan tersebut.
Pada bahan praktikum beras, nilai terminal velocity yang dapat secara berturut-turut adalah sebesar 35,55cm/s, 34,260 cm/s, dan 36,79 cm/s. Sehingga nilai terminal velocity rata-rata adalah sebesar 947, 018 cm/s. Untuk bahan praktikum gabah didapatkan nilai terminal velocity yaitu sebesar 35,22cm/s, 34,54cm/s dan 29,31 cm/s. Sehingga rata-rata nilai velocity yaitu 79,53 cm/s.
Hal-hal yang mempengaruhi nilai terminal velocity dari gabah dan beras berbeda antara yang menggunakan rumus dan yang secara manual adalah kurang teliti dalam membaca skala anemometer yang digunakan untuk mengukur kecepatan udara pada blower pada saat tertutup, setengah terbuka dan terbuka. Hal lain yang mempengaruhi mungkin alat anemometer yang sudah kurang akurat.
2.5.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum objek ini adalah lebih teliti dalam pembaca skala jangka sorong dan skala anemometer.Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya berhati-hati dalam mengolah data.Karena bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan. Sebaiknya membaca modul terlebih dahulu sebelu melakukan praktikum, karena bisa lebih mengerti dalam melakukan praktiku.
VI. Objek 6 (SIFAT HIDRODINAMIS PRODUK PERTANIAN)
2.6.1 Tujuan dan Manfaat
2.6.1.1 Tujuan
Melihat pengaruh fluida (air) untuk pemisahan produk
Menentukan nilai rendemen produk
Menentukan nilai terminal velocity
2.6.1.2 Manfaat
Mengetahui metoda pemisahan produk pertanian menggunakan sifat pada fluida (air)
Secara mandiri dapat membersihkan produk pertanian.
Mampu mengaplikasikan sifat hidrodinamis produk pertanian.
2.6.2 Tinjauan Pustaka
Bahan – bahan produk hasil pertanian punya kandungan air pada
setiap bahan – bahannya. Kadar air memepengaruhi sifat – sifat produk pertaian tersebut, semakin besaranya kadar air suatu bahan produk pertanian, maka akan semakin lembut dan berair bahan produk pertanian tersebut, dan begitu pula jika kadar air suatu bahan produk pertanian semakin kecil maka bahan produk pertnian itu juga akan semakin keras dan kering. Sehingga pengolahan dan treatment yang di lakukan juga akan sangat berbeda dan treatment yang dilakukan haruslah sesuai satu dengan yang lainnya.
Fluida (air) sering digunakan sebagai medium dalam penanganan hasil – hasil pertanian, seperti trnsportasi, pemisahan, pengeringan, dan lain sebgaianya. Bila densitas suatu partikel semakin besar daripada densitas fluida, maka partikkel tersebut akan bergerak naik ke permukaan fluida. Atau partikel berada dalam keadaan mengapung. Dan begitu juga sebaliknya, apabila suatu partikel memiliki densitas yang lebih besar daripada densitas fluida, maka partikel tersebut akan berada dalam keadaan teenggelam, atau beggerak ke dalam atau dasar dari fluida. Ketika aliran air digunakan untuk memisahkan produk biji- biian dengan kotoran maka diperlukan pengetahuan tentang kecepatan terminal dari partikel - partikel yang akan dipisahkan. Tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk pemisahan biji- bijian dari benda asing. Dengan pengulasan tersebut, jelas bahwa kecepatan termial telah digunakan sebgai karakteristik aerodinamik dan hidrodinamik yang penting dari meterial – material dalam penerapan sebagai alat pengangkutan dan pemisahan bahan - bahan asing dari produk yang diinginkan.
Proses pemisahan biji-bijian pada umumnya menggunakan prinsip perbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lain yang akan di buang atau di pisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah hembusan udara. Selain itu pemisahan biji- bijian juga dapat dengan menggunaakan sortasi basah atau yang disebut dengan proses perendaman bahan sehinga kotoran dan dan bahan yang tidak diperlukan akan mengapung.
Dua metode cleaning pada proses pengolahan pangan, yaitu dry cleaning dan wet cleaning . dry claaning merupakan teknik penghilangan partikel dan kontaminan tidak berguna dan tidak diperlukan dari bahan pertanian dengan menggunakan udara sebagai alat pemisahnya. Sedangkan wet cleaning dilakukan dengan cara melarutkan bahan kontaminan yang menempel pada bagian bahan produk pertanian sehingga mudah untuk di hilangkan. Pemisahan berdasarkan spesiifik gravity umumnya digunakan untuk memisahkan biji yang sudah masak (tua) dan yang belum masak (muda). Prinsip pemisahan adalah biji leih berat daripada yang masih muda dan dapat diendapkan pada larutan tertentu. Dari cultivular berbeda akan menghasilakn spesifik gravity berbeda.
Fluida (air dan udara) seringkali digunakan sebagai medium dalam penanganan hasil-hasil pertanian, seperti transportasi, pemisahan, pengeringan, dan lain sebagainya. Bila densitas partikel akan bergerak ke bawah (tenggelam ke dalam fluida). Bila densitas partikel lebih kecil dari densitas fluida, maka partikel akan bergerak ke atas fluida (mengapung di permukaan fluida). Ketika aliran air digunakan untuk memisahkan produk biji-bijian dengan kotoran, maka diperlakukan pengetahuan tentang kecepatan terminal dari partikel-partikel yang akan dipisahkan.
Proses ini tujuannya untuk mengetahui jumlah air yang baik untuk pemisahan biji-bijian dari benda asing. Dengan penjelasan tersebut, jelas bahwa kecepatan terminal telah digunakan sebagai karateristik hidrodinamis dan aerodinamis yang penting dari material-material dalam penerapan sebagai alat pengangkutan dan pemisahan bahan-bahan asing dari produk yang diinginkan.
Proses pemisahan biji-bijian pada umumnya menggunakan prinsip petbedaan berat antara biji-bijian tersebut dengan kotoran maupun benda lan yang akan dibuang atau dipisahkan, dimana tenaga yang digunakan adalah hembusan udara. Selain itu, pemisahan biji-bijian juga dapat meggunakan sortasi basah atau yang diesbut dengan perendaman bahan, sehingga kotoran pada bahan akan mengapung. Pembersihan dengan hembusan udara akan optimal apabila hembusan udara yang digunakan sesuai dengan kecepatan terminal (Terminal Velocity) biji-bijian tersebut.
Ada dua metode cleaniang pada proses pengilahan pangan, yaitu dry cleaning dan wet cleaning. Dry cleaning adalah penghilangan partikel yang tidak dikehendaki misalnya kerikil atau padatan yang lain. Pemisahan dapat dilakukan menggunakan aliran udara pada kecepatan tertentu. Produk yang mempunyai densitas yang lebih rendah akan terpindah dan kontaminan dan yag densitasnya tinggi atau sebaliknya. Salah satu contoh adalah pemisahan daun atau kulit dan bijian dengan menggunakan aliran udara. Semakin kering bahan yang dipisahkan maka akan semakin mudah metode ini. Selain itu, kecepatan aliran udara dan ukuran partikel juga mempengaruhi dry cleaning. Dry cleaning meliputi penyaringan, (screening), penyikatan, hembusan udara, menggosok, pemisahan secara magnetic, pengayakan, abrasi elektrostatik, radio isotope, dan sinar x.
Wet cleaning adalah dilakukan dengan cara melarutkan bahan kotaminan yang menempatkan pada bahan sehingga mudah dihilangkan. Bahan kotaminan tersebut adalah tanah, pasinsekta, pestisida, dan lain-lain. Wet cleaning membutuhkan air yang bebas dari bakteri atau kontaminan yang lain adanya.
Wet cleaning biasanya dilakukan dengan cara direndam ke dalam air dengan waktu tertentu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pda bahan. Perlakuan ini biasanya dibantu dengan penggosokan secara hati-hati agar bahan tidak tergores.Metode wet cleaning terbagi atas beberapa bentuk yaitu antara lain ,menggetarkan atau menggosok (soaking), menyemprot(spraying), mengapungkan kontamin (floating), pembersihan ultrasonic, menyaring (filtration), mengendapkan (setting).
Selama proses cleaning berlangsung hendaknya tahapan memmiliki efisiensi tinggi baik waktu maupun tenaga, pengambilan kontamin sempurna seperti yang diinginkan, cara dan peralatan sesuai dan memadai, aseptabilitas bahan tinggi sehingga terbebas dari kontaminasi dan kerusakan bahan kecil.
Pemisahan berdasarkan spesifik gravity umumnya digunakan untuk memisahkan biji yang sudah masak atau tua dan yang belum masak atau muda. Prinsip pemisahan adalah biji yang lebih berat dari pada yang muda dan dapat diendapkan pada larutan tertentu, dari cultivar berbeda akan menghasilkan spesifik gravity berbeda.
Penanganan bahan pertanian sering kali memanfaatkan sifat ketahanannya terhadap udara dan air. Misalnya penanganan biji-bijian menggunakan elevator biji-bijian tipe konvesor udara. Hal yang paling mudah terlihat, seperti kayu telah ditebang, dipindahkan ke tempat lain dengan dialirkan ke sungai. Penanganan lain seperti, pemisahan endosperma gandum dari sekamnya dengan menggunakan kipas udara berkecepatan terntentu sehingga mampu menerbangkan sekam namun tidak menerbangkan endosperma gandum. Benda yang berada dalam medium mengalir menerima gaya fiksi dan gaya tekan yang diistilahkan dengan gaya hambat.
Mekanika fluida dan hidrolika adalah bagian dari mekanika yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dasar bagi mahasiswa salah satu mahasiswa teknik. Mekanika fluida dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat dan hukum-hukum yangberlaku serta prilaku fluida. Adapun hidrolika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat dan hukum-hukum yang berlaku, serta perilaku cairan terutama air baik dalam keadaan diam maupun bergerak.
Hidrolika mempelajari gaya-gaya yang ada atau bekerja pada benda yang berada dalam keadaan diam, keseimbangan gaya yang mengapung dan melayang dalam cairan, serta keseimbangan relative.
Sedangkan hidrodinamika mempelajari cairan dalam keadaan bergerak atau mengalir dalam dimensi waktu (t) dan tiga dimensi tempat (x, y, z). Namun di dalam modul mekanika fluida ini penambahan terbatas pada aliran tetap atau tidak berubah arah aliran saja.
Viskositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-mlekul cairan.
Suatu cairan dimana viskositas dinamikanya tidak tergantung pada temperaturnya dan tegangan gesernya proposional ataupun mempunyai hubungan yang linear dengan gradient kecepatan dinamakan suatu cairan newton.
Perilaku viskositas dari cairan ini adalah menurut hokum newton untuk kekentalan seperti yang dinyatakan dalam rumus. Dengan demikian maka untuk cairan ini hubungan grafika antara geser tegangan bergeser dan gradient kecepatan merupakan garis lurus yang melalui titik pusat salib sumbu kemirigan garis tersebut adalah t menunjukkan besarnya viskositas.
Cairan yang perilaku viskositasnya tidak memenuhi rumus dinamakan cairan non newton. Cairan non newton mempunyai tiga sub group yaitu diantaranya :
Cairan dimana tegangan geser hanya tergantung pada gradient kecepatan saja, walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradient kecepatan tidak linear namun tidak tergantung pada waktu setelah cairan bergeser.
Cairan dimana tegangan geser tidak hanya tergantung pada cairan atau gradient kecepatan tetapi tergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelum-sebelumnya.
Cairan viskositas Cairan viskositas yang menunjukkan karakteristik dari zat-zat yang padat elasitis dan cairan viskus.
Sifat hidronamis mempunyai peran penting dalam pengangkutan bahan secara pneumatic atau hidrolis, dalam pemisahan benda asing dan bahan-bahan yang tidak diperlukan. Hidrodinamis melakukan pemisahan secara alami berdasarkan densitas atau daya apung.
Rendemen adalah persentase produk yang didapat dan membandingkan berat awal dengan berat akhir bahannya. Sehingga dapat diketahui kehilangan beratnya pada proses pengolahan. Selama proses cleaning berlangsung hendaknya tahapan memiliki efisiensi yang tinggi.
Fluida adalah zat yang mempunyai kemampuan berubah secara kontinu apabila mengalami geseran ataupun mempunyai reaksi terhadap tegangan geseran sekecil apapun. Fluida tidak mampu menahan gaya geser yang bekerja padanya dan oleh sebab itu fluida mudah merubah bentuk tanpa pemisahan massa.
Kebersihan sangat berpengaruh terhadap penampakan dari bahan dan hasil dari proses pengolahan tersebut. Oleh karena itu, sebelum proses suatu bahan pangan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Air yang dperlukan untk pencucian hendaknya diperhatikan dan harus memiliki persyaratan tertentu. Secara fisik air harus jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Secara kimiawi, air yang digunakan hendaknya tidak mengandung senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya. Dilihat dari segi mikrobiologis, air yang digunakan untuk mencuci harus bebas dari mikroorganisme yang menjadi wabah penyakit.
2.6.3 Bahan dan Alat
2.6.3.1 Bahan
Kacang hijau (1kg)
Kacang kedelai (1kg)
2.6.3.2 Alat
Wadah Plastik
Nampan
Timbangan Digital
Saringan Santan
2.6.4 Metoda
Siapkan bahan dan alat
Ambil sampel masing – masing bahan 100 gram
Masukan air ke dalam wadah plasik
Masukan bahan ke dalam wadah plastik
Lakuakan pengamatan saat produk telah terpisah (antara yang tenggelam dan yang terapung)
Angkat dan tiriskan produk yang terapung di atas air
Timbang berat produk yang terapung (tidak layak)
Hitung persentase rendemen produk hasil pemisahan berdasarkan persamaan berikut :
Rendemen : =m2m1x100%
Dimana : m1 = Berat awal
m2 = Berat awal – berat produk yang tidak layak.
Terminal velocity terjadi pada saat kecepatan gravitasi Fg sama dengan hambatan udara Fd. Secara harfiah , terminal kecepatan tanpa memepertimbangkan daya apung efek di berikan oleh :
Vt = 2mgρACd
Dimana : Vt adalah kecepatan terminal,
m adalah massa dari benda jatuh
g adalah percepatan gravitasi (980 cm/s2)
Cd adalah koefisien drag
ρ adalah densitas fluida di mana benda yang jatuh (1g/cm3)
A adalah daerah di proyeksikan objek.
2.6.5 Hasil dan Pembahasan
2.6.5.1. Hasil
Tabel 14. Penentuan Velocity
Bahan
m (g)
g (g/cm2)
ρ (g/cm3)
A (cm2)
Cd
Rumus
Vt (m/s)
Kacang Kedelai
0,232
980
1
0,367
0,47
51,417
0,170
980
1
0,367
0,47
44,013
0,223
980
1
0,367
0,47
50,409
Kacang Tanah
0,060
980
1
0,168
0,47
38,829
0,081
980
1
0,168
0,47
45,115
0,078
980
1
0,168
0,47
44,272
Tabel 15. Data Perhitungan Rendemen
Bahan
M1
Mrusak
M2
rendemen
Kedelai
1000
3,724
996,276
99,62
Kacang hijau
1000
1,266
998,734
99,873
2.6.5.2. Pembahasan
Setelah pratikum objek 6 tentang sifat hidrodinamis produk pertanian,didapatkan hasil dan data – data yang dapat menunjukan pengaruh sifat hidrodinamis pada sifat produk pertanian. Objek yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kacang hijau dan kedelai masing-masing memiliki massa 1000 gram.Data tersebut berhubungan dengan nilai rendemen atau sisa atau bahan produk pertanian yang tidak di butuhkan. Data juga menunjukan bahwa hubungan hidrodinamis dengan kecepatan terminal dapat terlihat setelah di lakukan percobaan terhadap sampel.
Pengukuran Terminal velocity. Nilai dari massa kedelai dengan masa kacang hijau menunjukan adanya perbedaan, dimana pada kacang hijau memiliki nilai massa yang lebih kecil daripada nilai massa kacang kedelai. Begitu juga dengan nilai GMD yang telah di selesaiakan dengan rumus juga menunjukan perbedaan anatar kacang hijau dengan kacang kedelai, dimana nilai GMD dari kacang hijau relatife lebih kecil dari pada nilai GMD kacang hijau. Nilai masssa dan juga nilai GMD yang telah di dapati setelah di selesaiakan dengan rumus tersebut mempengaruhi nilai dari terminal velocity dari sampel atau bahan percobaan. Yang mengakibatakan terjadinya perbedaan nilai GMD dan massa dari sampel pertama (kacang kedelai) dengan GMD dan masssa sampel kedua (kacang hijau) adalah bentuk atau shape dari sampel tersebut. Dimana sampel pertama (kacang kedelai) memeiliki bentuk bulat hampir sempurna dan diameter yang lebih besar. Di bandingkan dengan sampel kedua (kacang hijau) yang memiliki diameter yang lebih kecil. Hal ini telah dibuktikan dengan data dari d mayor,minor, dan moderate masing - masing sampel.
Terminal velocity dari kacang kedelai dan juga kacang hijau memiliki perbedaan yang cukup bisa dibedakan. Perbedaan ini diakibatkan oleh berat (W = m.g) dari kacang kedelai dan juga kacang hijau. Kacang kedelai memiliki massa yang lebih besar, sehigga berat dari bahan juga besar. Sedangkan pada kacang hijau memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan dengan berat kacang kedelai karena massa dari kacang hijau yang relative lebih kecil. Selain dari berat bahan hal selanjutnya yang mengakibatkan perbedaan nilai terminal velocity dari kacang hijau dan juga kacang kedelai adalah A atau luas permukaan yang di proyeksikan dari masing – masing bahan. Di mana setelah di lakukan dan diperoleh data – data yang selanjutnya diolah menunjukan bahwa nilai A dari kacang kedelai lebih besar daripada A kacang hijau. Kemudian ada satu hal lagi yang mempengaruhi dan menyebabkan perbandingan nilai terminal velocity dari sampel pertama (kacang kedelai) dengan sampel kedua (kacang hijau) yaitu Cd (koefisien drag). Koefisian drag dari kacang kedelai lebih besar daripada koefisien drag sampel kedua (kacang hijau). Koefisien drag merupakan gaya yang lurus pada bahan pertanian. Atau dengan kata lain gaya yang menahan (drag) sedangkan terminal velocity adalah kecepatan suatu biji jatuh bebas di mana gaya tekan ke bawah sama dengan gaya tekan udara. Jadi apabila koefisien drag dari bahan tersebut lebih kecil daripada terminal velocity maka biji atau bahan tadi akan terbang atau terangkat dan begitu juga sebaliknya.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap sampel percobaan (kacang kedeai dan kacang hijau) yang setelah direndam masing – masing. Dan di lakuakan pengamatan terhadap bahan yang terapung dan yang terbenam sebelum akhirnya disaring dan hasil saringan tersebut di butuhkan untuk pencarian rendemen dari bahan – bahan percobaan tadi. Tujuan dari tidak di aduknya bahan dengan air namun langsung disaring adalah agar dapat nilai dari bahan yang terbuang dalam satu kali percobaan sortasi dengan air dan tidak di lakukan treatment sehingga jelas mana yang langsung terangkat dan tidak atau tetap tinggal bersama bahan. Rendemen merupakan persentase rata – rata dari kontaminan atau bahan yang telah di eliminasi dari produk atau bahan utama. Rendemen di dapat dari berat awal di bagi dengan berat awal di kurangi berat produk yang tidak layak di kali seratus persen. Setelah di dapati rendemen dari sampel pertama (kacang kedelai) dan sampel kedua (kacang hijau). Menunjukan hasil bahwa rendemen dari sampel pertama (kacang kedelai) memiliki nilai persentase rendemen yang lebih kecil daripada nilai rendemen sampel kedua (kacang hijau). Persentase rendemen dari kacang kedelai lebih mendekati angka seratus persen dari pada persentase rendemen kacang lainnya. Semakin mendekati angka 100% maka kualitas dari kacang tersebut semakin baguss. Sehingga dari hasil tersebut di katakan bahwa pada pemisahan yang dilakukan dengan merendam bahan percobaan ke dalam media air, kacang kedelai lebih banyak di keluarakan atau dibersihkan daripada kacang hijau. Karena nilai rendemen kacang hijau yang lebih mendekati angka seratus persen daripada nilai persentase rendemen kacang kedelai.
Setelah semua percobaan tentang sifat hidrodinamis produk pertanian telah selesai di laksanakan dan telah di lakukan pengamatan dan telah di dapati hasil. Maka selanjutnya adalah penerapan dari sifat hidrodinamis produk pertanian, terkhusus pada teknologi atau teknik atau juga mekanisasi di bidang pertanian. Aplikasi yang dapat di lakukan dari sifat hidrodinamis produk pertanian adalah perancangan hooper. Seelain itu juga dapat dilakukan peghitungan kadar air dari suatu bahan produk pertanian, sehingga apabila telah diketahui kondisi dan kandungan air pada bahan produk pertaian, maka dapat diketahui teknik pengolahan dan penyimpanan yang cocok untuk bahan pertanian tersebut. Dan juga perancangan mesin lainnya. Salah satu contoh mesin lainnya adalah mesin untuk mencuci dan menstrelilkan bahan – bahan prtanian yang mana mesin ini telah diterapkan pada pabrikan yang mengolah hasil – hasil pertanian. Selain itu contoh sederhananya adalah pencucian beras yang sering kita lakukan juga merupakan aplikasi dari sifat hidrodinamis produk – produk pertanian.
Adapun aplikasi dari kegiatan praktikum objek enam mengenai sifat hidrodinamis produk pertanian yaitu kita dapat merancang atau mendesign sebuah alat yang dapat memisahkan atau menyortir produk pertanian dari partikel-partikel yang tidak di inginkan. Selain itu juga dapat membantu dalam proses packing agar produk pertanian tidak cepat rusak.Dapat menentukan kualitas bahan pertanian dari nilai rendemen yang di dapatkan.selain itu kita mampu membuat alat yang dapat memisahkan produk pertanian dengan partikel-partikel kotornya berdasarkan berat jenis dan berat air yang di kandung.
2.6.6 Kesimpulan dan Saran
2.6.6.1 Kesimpulan
Nilai kecepatan terminal pada kacang kedelai dengan kacang hijau menunjukan nilai berbeda. Terminal velocity kacang kedelai lebih kecil dibanding nilai kecepatan terminal velocity pada kacang hijau. Hal ini di sebabkan perbedaan GMD pada kedua bahan. Pada perhitungann nilai rendemen kacang kedelai lebih mendekati angka seratus persen di banding kacang hijau, sehingga kontaminan yang teruang pada kacang kedelai lebih banyak.
2.6.6.2 Saran
Pratikum sifat – sifat produk pertanian objek 6 sifat hidrodinamis pada produk pertanian ini, di lakukan harusnya dengan hati – hati dan teliti. Karena untuk mendapatkan hasil yang tepat harus dengan perhitungan dari data yang akurat. Saat melakukan percobaan harus cekatan untuk mengambil data namun tidak boleh sampai melukai bahan percobaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa sifat produk pertanian perlu dipelajari dan diketahui bagaimana karakteristiknya untuk memudahkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian. Sifat produk pertanian dapat dilihat dari bentuk dan ukurannya, volume, spesifik gravity, dan luas permukaan dari produk pertanian tersebut.
Nilai-nilai yang berhubungan dengan sifat fisik produk pertanian ditentukan dengan menggunakan rumus bulk density, sphericity, angle of repose, dan angle of friction.
Dalam menentukan sphericity dari suatu bahan tidak boleh lebih dari satu, karena sphericity menyatakan kebulatan dari sebuah benda. Untuk pengukuran dmayor buah dan sayuran berbeda, karena disebabkan oleh bentuk dari buah dan sayuran yang menggunakan benang agar diperoleh data yang tepat.
Sifat reologi merupakan salah satu sifat mekanik yang mempelajari tentang deformasi dan aliran "flow". Deformasi dipengaruhi oleh gaya, semakin besar gaya yang diberikan pada bahan maka semakin besar atau mudah mengalami deformasi. Deformasi juga dipengaruhi oleh suhu dan waktu jika produk pertanian disimpan pada suhu rendah maka produk tersebut akan sulit mengalami deformasi, dan waktu yang singkat dalam penyimpanan akan memperlambat deformasi produk pertanian.
3.2 Saran
Selama pelaksanaan praktikum diminta untuk mengetahui dan mempehatikan saat membaca skala pada alat yang digunakan dengan teliti karena kesalahan berawal dari data yang salah. Untuk memperhatikan asisten saat memberikan pengarahan terhadap tata cara pelaksanaan praktikum.
Selama melakukan praktikum patuhilah semua aturan yang ada, sehingga praktikum bisa berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiguna, Rizky Tirta. 2013. Karakteristik Tenik Sifat Reologi Pada Produk Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2009. Hidrodinamis Biji-Bijian pada Produk Pertanian pada Daerah Tropis. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id.index.php diakses 19 Oktober 2015 pukul 12.22 di Padang.
Anonim. 2011. Karakteristik Fisik Gabah dan Beras Yang Diamati di Indonesia . http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56946/BAB%20II%20TINJAUAN%PUSTAKA.pdf?sequence=3 diakses pada 8 September 2015 pukul 12.06 WIB di Padang.
Anonim. 2012. Sifat Reologi Bahan Pangan Yang Terdapat pada Daerah Tropis. http://eprints.uny.ac.id/8316/12/12%20bab%2012.pdf diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 12.00 WIB di Padang.
Astuti. 2007. Karakteristik Fisik Beras. Bogor : IPB.
Damin. 1999. Sifat Fisik Biji-Bijian. http://sifat-fisik-biji-bijian.com diakses pada 19 Oktober 2015 pukul 12.06 di Padang.
Denny, Santosa. 2011. Konsumsi Biji-Bijian. http://konsumsi-bijian-untuk-kesehatan-yang-optimal.com diakses pada 8 September 2015 pukul 14.10 WIB di Padang.
Ishak. 2009. Penuntun Aplikasi Perubahan Kimia Pangan Produk Pertanian. Makasar : Tim Asisten.
Kanani, Sri. 1999. Hanous Visnositas TPHP. Yogyakarta : UGM.
Mohsenin. Nuri N. 1965. Terms, Definition, and Measurements Related to Mechanical Harvesting of Selected Fruits and Vegetables (Rheological). Pennsylvania : Pennsylvania State University.
Purba. 2012. Teknologi Produksi Benih Gabah dan Beras. Bandung : ITB.
Satuhu. 2004. Penanganan dan Pengolahan Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tindal, H. D. 1983. Vegetables in The Tropis. London : Mall Million Press.
Tutut, Indrawati. 2011. Manfaat Kacang-Kacangan.http://manfaat-kacang-kacangan-untuk-kesehatan-55703.com/ diakses pada 8 September 2015 pukul 15.06 WIB di Padang.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.
LAMPIRAN
Objek 1(SIFAT FISIK GABAH DAN BERAS)
Data Perhitungan Sample 1 :
Gabah
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 0,8cm + 0,02cm
= 0,820cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,2cm + 0,035cm
= 0,235cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
Beras
dmayor : SU = 0,4cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 0,4cm + 0,015cm
= 0,415cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
Data Perhitungan Sample 2 :
Gabah
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 0mm 0 x 0,0510 = 0cm
SU + SN = 0,8cm + 0cm
= 0,800cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 6,5mm 6,5 x 0,0510 = 0,033cm
SU + SN = 0,2cm + 0,033cm
= 0,233cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 1,5mm 1,5 x 0,0510 = 0,0075cm
SU + SN = 0,1cm + 0,0075cm
= 0,108cm
Beras
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,2cm + 0,005cm
= 0,205cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,1cm + 0,04cm
= 0,140cm
Data Perhitungan Sample 3 :
Gabah
dmayor : SU = 0,7cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,7cm + 0,035cm
= 0,735cm
dmoderat : SU = 0,5cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 0,2cm + 0,03cm
= 0,230cm
Beras
dmayor : SU = 0,6cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 0,6cm + 0,02cm
= 0,620cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,2cm + 0,025cm
= 0,225cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,1cm + 0,025cm
= 0,125cm
Data Perhitungan Sample 4 :
Gabah
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,8cm + 0,4cm
= 0,840cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 0,2cm + 0,015cm
= 0,215cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Beras
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,5cm + 0,025cm
= 0,525cm
dmoderat : SU = 0,1cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,1cm + 0,035cm
= 0,135cm
Data Perhitungan Sample 5 :
Gabah
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,8cm + 0,005cm
= 0,805cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,2cm + 0,04cm
= 0,240cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Beras
dmayor : SU = 0,6cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,6cm + 0,005cm
= 0,605cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 0,1cm + 0,03cm
= 0,130cm
Rata-Rata Gabah :
dmayor = 0,820cm+0,800cm+0,735cm+0,840cm+0,805cm5
= 4cm5
= 0,800cm
dmoderat =0,235cm+0,233cm+0,540cm+0,215cm+0,240cm5
= 1,463cm5
= 0,293cm
dminor =0,135cm+0,108cm+ 0,230cm+0,145cm+0,145cm5
= 0,763cm5
= 0,153cm
Rata-Rata Beras :
dmayor = 0,415cm+0,510cm+0,620cm+0,525cm+0,605cm5
= 2,675cm5
= 0,535cm
dmoderat =0,210cm+0,205cm+0,225cm+0,135cm+0,210cm5
= 0,985cm5
= 0,197cm
dminor =0,125cm+0,140cm+0,125cm+0,135cm+0,130cm5
= 0,655cm5
= 0,131cm
Gabah
Vgabah = 14πd2t
= 14 x 3,14 x 21,4cm2 x 7cm+6,5 x 0,0510cm
= 14 x 3,14 x 457,96cm2 x 7,0325cm
= 2528,173cm3
Bulk Density = mv
= 1,5kg2528,173cm3
= 1500g2528,173cm3
= 0,593gcm3
Angle of Repose = Arc tantd
= Arctan4,2cm+2 x 0,0510cm29,5cm
= Arctan4,210cm29,5cm
= 17,34°
Beras
Vberas = 14πd2t
= 14 x 3,14 x21,4cm2 x 4,8cm+6 x 0,0510cm
= 14 x 3,14 x 457,96cm2 x 4,83cm
=1736,378cm3
Bulk Density =mv
=1.5kg1736,378cm3
=1500g1736,378cm3
= 0,863gcm3
Angle of Repose =Arctan7,5cm+7 x 0,0510cm28,1cm
=Arctan7,535cm28,1cm
=15,01°
% Head Rice = X1X x 100%
=1551000 x 100%
=15,5%
% Large Broken = X2X x 100%
=901000 x 100%
=9%
%Small Broken = X3X x 100%
=541000 x 100%
=5,4%
II. Objek 2 (SIFAT FISIK BIJI-BIJIAN)
Data Perhitungan Sample 1 :
Kacang Kedelai
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,8cm + 0,025cm
= 0,825cm
dmoderat : SU = 0,6cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,010cm
SU + SN = 0,6cm + 0,010cm
= 0,610cm
dminor : SU = 0,5cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,5cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 1,5cm + 0,03cm
= 1,530cm
dmoderat : SU = 0,9cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,9cm + 0,01cm
= 0,910cm
dminor : SU = 0,7cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,7cm + 0,04cm
= 0,740cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,9cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 1,9cm + 0,03cm
= 1,930cm
dmoderat : SU = 0,6cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,6cm + 0,04cm
= 0,640cm
dminor : SU = 0,5cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,5cm + 0,005cm
= 0,505cm
dmoderat : SU = 0,3cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,3cm + 0,035cm
= 0,335cm
dminor : SU = 0,3cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 0,3cm + 0,015cm
= 0,315cm
Data Perhitungan Sample 2 :
Kacang Kedelai
dmayor : SU = 0,7cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 0,7cm + 0,02cm
= 0,720cm
dmoderat : SU = 0,5cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dminor : SU = 0,5cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,3cm
SN = 0mm 0 x 0,0510 = 0cm
SU + SN = 1,3cm + 0cm
= 1,300cm
dmoderat : SU = 0,9cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
dminor : SU = 0,8cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 0,8cm + 0,025cm
= 0,825cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,5cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 1,5cm + 0,025cm
= 1,525cm
dmoderat : SU = 0,7cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
dminor : SU = 0,5cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,535cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,5cm + 0,04cm
= 0,540cm
dmoderat : SU = 0,3cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 0,3cm + 0,045cm
= 0,345cm
dminor : SU = 0,3cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 0,3cm + 0,03cm
= 0,330cm
Data Perhitungan Sample 3 :
Kacang Kedelai
dmayor : SU = 0,7cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,7cm + 0,035cm
= 0,735cm
dmoderat : SU = 0,6cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 0,6cm + 0,045cm
= 0,645cm
dminor : SU = 0,5cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,5cm + 0,01cm
= 0,510cm
Kacang Tanah
dmayor : SU = 1,3cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 1,3cm + 0,015cm
= 1,315cm
dmoderat : SU = 0,8cm
SN = 0mm 0 x 0,0510 = 0cm
SU + SN = 0,8cm + 0cm
= 0,800cm
dminor : SU = 0,7cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,7cm + 0,01cm
= 0,710cm
Kacang Merah
dmayor : SU = 1,6cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 1,6cm + 0,04cm
= 1,640cm
dmoderat : SU = 0,7cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 0,7cm + 0,03cm
= 0,730cm
dminor : SU = 0,6cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 0,6cm + 0,015cm
= 0,615cm
Kacang Hijau
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 0,5cm + 0,035cm
= 0,535cm
dmoderat : SU = 0,4cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,4cm + 0,01cm
= 0,410cm
dminor : SU = 0,4cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 0,005cm
SU + SN = 0,4cm + 0,005cm
= 0,405cm
Rata-Rata Kacang Kedelai :
dmayor = 0,825cm+0,720cm+0,735cm3
= 2,280cm3
= 0,760cm
dmoderat =0,610cm+0,540cm+0,645cm3
= 1,795cm3
= 0,598cm
dminor =0,505cm+0,510cm+0,510cm3
= 1,525cm3
= 0,508cm
Rata-Rata Kacang Tanah :
dmayor = 1,530cm+1,300cm+1,315cm3
= 4,145cm3
= 1,381cm
dmoderat =0,910cm+0,920cm+0,800cm3
= 2,63cm3
= 0,876cm
dminor =0,740cm+0,825cm+0,710cm3
= 2,275cm3
= 0,758cm
Rata-Rata Kacang Merah :
dmayor = 1,930cm+1,525cm+1,640cm3
= 5,095cm3
= 1,698cm
dmoderat =0,640cm+0,710cm+0,730cm3
= 2,08cm3
= 0,693cm
dminor =0,540cm+0,535cm+0,615cm3
= 1,69cm3
= 0,563cm
Rata-Rata Kacang Hijau :
dmayor = 0,505cm+0,540cm+0,535cm3
= 1,58cm3
= 0,526cm
dmoderat =0,335cm+0,345cm+0,410cm3
= 1,09cm3
= 0,363cm
dminor =0,315cm+0,330cm+0,405cm3
= 1,05cm3
= 0,350cm
GMD :
Kacang Kedelai
GMD1 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,825 x 0,610 x 0,50513
= 0,633cm
GMD2 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,720 x 0,540 x 0,51013
= 0,583cm
GMD3 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,735 x 0,540 x 0,51013
= 0,587cm
GMDrata-rata = 0,633+0,583+0,5873
= 0,601cm
Kacang Tanah
GMD1 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,530 x 0,910 x 0,74013
= 1,010cm
GMD2 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,300 x 0,920 x 0,82513
= 0,996cm
GMD3 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,315 x 0,800 x 0,71013
= 0,907cm
GMDrata-rata = 1,010+0,996+0,9073
= 0,971cm
Kacang Hijau
GMD1 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,505 x 0,335 x 0,31513
= 0,376cm
GMD2 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,745 x 0,730 x 0,54013
= 0,395cm
GMD3 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 0,535 x 0,410 x 0,40513
= 0,446cm
GMDrata-rata = 0,376+0,395+0,4463
= 0,744cm
Kacang Merah
GMD1 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,930 x 0,640 x 0,54013
= 0,873cm
GMD2 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,525 x 0,710 x 0,53513
= 0,833cm
GMD3 = (dmayor x d moderat x dminor)13
= 1,640 x 0,730 x 0,61513
= 0,902cm
GMDrata-rata = 0,873+0,833+0,9023
= 0,869cm
Sphericity :
Kacang Kedelai
S1 : GMD1dmayor = 0,633cm0,825cm
= 0,767
S2 : GMD2dmayor = 0,583cm0,720cm
= 0,809
S3 : GMD3dmayor = 0,587cm0,735cm
= 0,798
Sphericityrata-rata = 0,767+0,809+0,7983
= 0,791
Kacang Tanah
S1 : GMD1dmayor = 1,010cm1,530cm
= 0,660
S2 : GMD2dmayor = 0,996cm1,300cm
= 0,766
S3 : GMD3dmayor = 0,907cm1,315cm
= 0,689
Sphericityrata-rata = 0,660+0,766+0.6893
= 0,705
Kacang Hijau
S1 : GMD1dmayor = 0,376cm0,505cm
= 0,744
S2 : GMD2dmayor = 0,395cm0,540cm
= 0,731
S3 : GMD3dmayor = 0,446cm0,535cm
= 0,833
Sphericityrata-rata = 0,744+0,731+0,8333
= 0,769
Kacang Merah
S1 : GMD1dmayor = 0,873cm1,930cm
= 0,452
S2 : GMD2dmayor = 0,833cm1,525cm
= 0,546
S3 : GMD3dmayor = 0,902cm1,640cm
= 0,550
Sphericityrata-rata = 0,452+0,546+0,5503
= 0,516
Angle of Repose :
Kacang Kedelai
Tinggi : SU = 6cm
SN = 4mm
SU + SN = 6+(4 x 0,0510)
= 6,020cm
Massa = 1000gr
Diameter = 30cm
Sehingga :
Angle of Repose manual : 20°
Angle of Repose menggunakan rumus
= arc tantd
= arc tan 6,020 cm30cm
= 11,346°
Kacang Tanah
Tinggi : SU = 7,2cm
SN = 4,5mm
SU + SN = 7,2+(4,5 x 0,0510)
= 7,223cm
Massa = 1000gr
Diameter = 38,3cm
Sehingga :
Angle of Repose manual : 20°
Angle of Repose menggunakan rumus
= arc tantd
= arc tan 7,223 cm38,3cm
= 10,678°
Kacang Hijau
Tinggi : SU = 5,4cm
SN = 8mm
SU + SN = 5,4+(8 x 0,0510)
= 5,440cm
Massa = 1000gr
Diameter = 29,7cm
Sehingga :
Angle of Repose manual : 30°
Angle of Repose menggunakan rumus
= arc tantd
= arc tan 5,440 cm29,7cm
= 11,309°
Kacang Merah
Tinggi : SU = 4,7cm
SN = 5mm
SU + SN = 4,7+(5 x 0,0510)
= 4,725cm
Massa = 1000gr
Diameter = 31,2cm
Sehingga :
Angle of Repose manual : 30°
Angle of Repose menggunakan rumus
= arc tantd
= arc tan 4,725 cm31,2cm
= 8,611°
Bulk Density :
Kacang Kedelai
Massa = 1000gr
Tinggi = SU+(SN x 0,0510)
= 3,5+(5 x 0,0510)
= 3,525cm
V = 14πd2t
= 14 x 3,14 x (21,4)2 x 3,525
= 1267,232cm3
Density = mv
= 1000gr1267,232 cm3
= 0,789grcm3
Kacang Tanah
Massa = 1000gr
Tinggi = SU+(SN x 0,0510)
= 4,1+(3 x 0,0510)
= 4,115cm
V = 14πd2t
= 14 x 3,14 x (21,4)2 x 4,115
= 1479,346cm3
Density = mv
= 1000gr1479,346 cm3
= 0,675grcm3
Kacang Hijau
Massa = 1000gr
Tinggi = SU+(SN x 0,0510)
= 2,7+(6 x 0,0510)
= 2,730cm
V = 14πd2t
= 14 x 3,14 x (21,4)2 x 2,73
= 981,430cm3
Density = mv
= 1000gr981,430 cm3
= 1,081grcm3
Kacang Merah
Massa = 1000gr
Tinggi = SU+(SN x 0,0510)
= 3,7+(4 x 0,0510)
= 3,720cm
V = 14πd2t
= 14 x 3,14 x (21,4)2 x 3,72
= 1337,334cm3
Density = mv
= 1000gr1337,334 cm3
= 0,748grcm3
III. Objek 3 (SIFAT FISIK BUAH DAN SAYUR)
Data Perhitungan Jeruk :
Sample 1
dmayor : SU = 6,700cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,010cm
SU + SN = 6,700cm + 0,010cm
= 6,710cm
dmoderat : SU = 6,6cm
SN = 0,5mm 0,5 x 0,0510 = 2,5x10-3cm
SU + SN = 6,6cm + 2,5x10-3cm
= 6,603cm
dminor : SU = 6,4cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 5x10-3cm
SU + SN = 6,4cm + 5x10-3cm
= 6,405cm
Sample 2
dmayor : SU = 6,400cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,020cm
SU + SN = 6,400cm + 0,020cm
= 6,420cm
dmoderat : SU = 6,2cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 6,2cm + 0,015cm
= 6,215cm
dminor : SU = 4,6cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 4,6cm + 0,035cm
= 4,635cm
Sample 3
dmayor : SU = 6,200cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,010cm
SU + SN = 6,200cm + 0,010cm3
= 6,210cm
dmoderat : SU = 5,8cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 5,8cm + 0,015cm
= 5,815cm
dminor : SU = 5,1cm
SN = 5mm 5 x 0,0510 = 0,025cm
SU + SN = 5,1cm + 0,025cm
= 5,125cm
Rata-Rata
dmayor = 6,710cm+6,420cm+6,210cm3
= 6,447cm
dmoderat = 6,603cm+6,215cm+5,815cm3
= 6,211cm
dminor = 6,405cm+4,635cm+5,125cm3
= 5,388cm
Data Perhitungan Wortel :
Sample 1
dmayor = 11,000 cm
dmoderat : SU = 4,1cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 5x10-3cm
SU + SN = 4,1cm + 5x10-3cm
= 4,105cm
dminor : SU = 1,6cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 1,6cm + 0,02cm
= 1,620cm
Sample 2
dmayor = 10,500 cm
dmoderat : SU = 3,2cm
SN = 0mm 0 x 0,0510 = 0cm
SU + SN = 3,2cm + 0cm
= 3,200cm
dminor : SU = 1,8cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 1,8cm + 0,015cm
= 1,815cm
Sample 3
dmayor = 11,300 cm
dmoderat : SU = 4,3cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 4,3cm + 0,035cm
= 4,335cm
dminor : SU = 2cm
SN = 0mm 0 x 0,0510 = 0cm
SU + SN = 2cm + 0cm
= 2,000cm
Rata-Rata
dmayor = 11,000cm+10,500cm+11,300cm3
= 10,933cm
dmoderat = 4,105cm+3,200cm+4,335cm3
= 3,880cm
dminor = 1,620cm+1,815cm+2,000cm3
= 1,812cm
Data Perhitungan Cabe :
Sample 1
dmayor = 11,000 cm
dmoderat : SU = 0,7cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 5x10-3cm
SU + SN = 0,7cm + 5x10-3cm
= 0,705cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 0,1cm + 0,045cm
= 0,145cm
Sample 2
dmayor = 7,300 cm
dmoderat : SU = 0,8cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 0,8cm + 0,04cm
= 0,840cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Sample 3
dmayor = 6,100 cm
dmoderat : SU = 0,9cm
SN = 4mm 4 x 0,0510 = 0,02cm
SU + SN = 0,9cm + 0,02cm
= 0,920cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 2mm 2 x 0,0510 = 0,01cm
SU + SN = 0,2cm + 0,01cm
= 0,210cm
Rata-Rata
dmayor = 11,00cm+7,300cm+6,100cm3
= 8,133cm
dmoderat = 0,705cm+0,840cm+0,920cm3
= 0,822cm
dminor = 0,145cm+0,210cm+0,210cm3
= 0,188cm
Data Perhitungan Apel :
Sample 1
dmayor : SU = 7,600cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 7,600cm + 0,015cm
= 7,615cm
dmoderat : SU = 7,5cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 7,5cm + 0,035cm
= 7,535cm
dminor : SU = 6,9cm
SN = 7mm 7 x 0,0510 = 0,035cm
SU + SN = 6,9cm + 0,035cm
= 6,935cm
Sample 2
dmayor : SU = 7,5cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 7,5cm + 0,045cm
= 7,545cm
dmoderat : SU = 7,1cm
SN = 8mm 8 x 0,0510 = 0,04cm
SU + SN = 7,1cm + 0,04cm
= 7,140cm
dminor : SU = 6cm
SN = 1mm 1 x 0,0510 = 5x10-3cm
SU + SN = 6cm + 5x10-3cm
= 6,005cm
Sample 3
dmayor : SU = 7,6cm
SN = 3mm 3 x 0,0510 = 0,015cm
SU + SN = 7,6cm + 0,015cm
= 7,615cm
dmoderat : SU = 7,1cm
SN = 6mm 6 x 0,0510 = 0,03cm
SU + SN = 7,1cm + 0,03cm
= 7,130cm
dminor : SU = 7cm
SN = 9mm 9 x 0,0510 = 0,045cm
SU + SN = 7cm + 0,045cm
= 7,045cm
Rata-Rata
dmayor = 7,615cm+7,545cm+7,615cm3
= 7,592cm
dmoderat = 7,535cm+7,140cm+7,130cm3
= 7,268cm
dminor = 6,935cm+6,005cm+7,045cm3
= 6,605cm
GMD :
Jeruk
GMD1 = (6,710cm x 6,603cm x 6,405cm)13
= 6,571cm
GMD2 = (6,420cm x 6,215cm x 4,635cm)13
= 5,697cm
GMD3 = (6,210cm x 5,815cm x 5,125cm)13
= 5,698cm
GMDrata-rata = 6,571+5,697+5,6983
= 5,989cm
Wortel
GMD1 = (11,00cm x 4,105cm x 1,620cm)13
= 4,182cm
GMD2 = (10,500cm x 3,200cm x 1,815cm)13
= 3,936cm
GMD3 = (11,300cm x 4,335cm x 2,000)13
= 4,609cm
GMDrata-rata = 4,182+3,936+4,6093
= 4,242cm
Cabe
GMD1 = (11,00cm x 0,705cm x 0,145cm)13
= 1,039cm
GMD2 = (7,300cm x 0,840cm x 0,210cm)13
= 1,087cm
GMD3 = (6,100cm x 0,920cm x 0,210)13
= 1,056cm
GMDrata-rata = 1,039+1,087+1,0563
= 1,061cm
Apel
GMD1 = (7,615cm x 7,535cm x 6,935cm)13
= 7,355cm
GMD2 = (7,545cm x 7,140cm x 6,005cm)13
= 6,864cm
GMD3 = (7,615cm x 7,130cm x 7,045)13
= 7,259cm
GMDrata-rata = 7,355+6,864+7,2593
= 7,159cm
Sphericity :
Jeruk
Jeruk 1 : GMDdmayor = 6,571cm6,710cm
= 0,979
Jeruk 2 : GMDdmayor = 5,697cm6,420cm
= 0,887
Jeruk 3 : GMDdmayor = 5,698cm6,210cm
= 0,918
Sphericityrata-rata = 0,979+0,887+0,9183
= 0,928cm
Wortel
Wortel 1 : GMDdmayor = 4,182cm11,00cm
= 0,380
Wortel 2 : GMDdmayor = 3,936cm10,500cm
= 0,375
Wortel 3 : GMDdmayor = 4,609cm11,300cm
= 0,408
Sphericityrata-rata = 0,380+0,375+0,4083
= 0,388cm
Cabe
Cabe 1 : GMDdmayor = 1,039cm11,000cm
= 0,094
Cabe 2 : GMDdmayor = 1,049cm7,300cm
= 0,149
Cabe 3 : GMDdmayor = 1,056cm6,100cm
= 0,173
Sphericityrata-rata = 0,094+0,149+0,1733
= 0,139cm
Apel
Apel 1 : GMDdmayor = 7,355cm7,615cm
= 0,965
Apel 2 : GMDdmayor = 6,864cm7,545cm
= 0,909
Apel 3 : GMDdmayor = 7,259cm7,615cm
= 0,953
Sphericityrata-rata = 0,965+0,909+0,9533
= 0,943cm
Volume :
Jeruk
WWCF : I = 600
II = 610
III = 620
WWCFrata-rata = 600+610+6203
= 610ml
V1 = WWCF-WWC DW
= 600-5001000
= 0,100cm3
V2 = WWCF-WWC DW
= 610-5001000
= 0,110cm3
V3 = WWCF-WWC DW
= 620-5001000
= 0,120cm3
Vrata-rata = 0,100+0,110+0,1203
= 0,110cm3
Apel
WWCF : I = 710
II = 700
III = 700
WWCFrata-rata = 710+700+7003
= 703,333cm
V1 = WWCF-WWC DW
= 710-5001000
= 0,210cm3
V2 = WWCF-WWC DW
= 700-5001000
= 0,200cm3
V3 = WWCF-WWC DW
= 700-5001000
= 0,200cm3
Vrata-rata = 0,210+0,200+0,2003
= 0,203cm3
Cabe
V1 = π r1+ r2[h2(r1-r2)2]12
= 3,14 0,352+0,072[112(0,352-0,072)2]12
= 4,101cm3
V2 = π r1+ r2[h2(r1-r2)2]12
= 3,14 0,420+0,105[7,32(0,420-0,105)2]12
= 3,784cm3
V3 = π r1+ r2[h2(r1-r2)2]12
= 3,14 0,460+0,105[3,7212(0,460-0,105)2]12
= 6,439cm3
Vrata-rata = 4,101+3,784+6,4393
= 4,755cm3
Wortel
V1 = π3 h r12+ (r1 x r2+ r22)
= 3,143 x 11 [(4,1052)2+4,1052x1,6202+(1,6202)2]
= 3,143 x 11 4,213+2,053 x 0,810+0,656
= 75,204cm3
V2 = π3 h r12+ (r1 x r2+ r22)
= 3,143 x 10,5 [(3,2002)2+3,2002x1,8152+(1,8152)2]
= 3,143 x 10,5 2,560+1,600 x 0,908+0,824
= 53,156cm3
V3 = π3 h r12+ (r1 x r2+ r22)
= 3,143 x 11,3 [(4,3352)2+4,3352x22+(22)2]
= 3,143 x 11,3 4,698+2,168 x 1+1
= 93,034cm3
Vrata-rata = 75,204+53,156+93,0343
= 73,798cm3
Density :
Apel
m1 = 4 gr
m2 = 4 gr
m3 = 2 gr
Density1 : mv = 4 gr0,210cm3
= 19,048grcm3
Density2 : mv = 4 gr0,210cm3
= 20,000grcm3
Density3 : mv = 2 gr0,210cm3
= 10,000grcm3
Densityrata-rata = 19,048+20,000+10,0003
= 16,349gcm3
Jeruk
m1 = 96 gr
m2 = 112 gr
m3 = 105 gr
Density1 : mv = 96 gr0,100cm3
= 960,000grcm3
Density2 : mv = 112 gr0,110cm3
= 1.018,182grcm3
Density3 : mv = 105 gr0,120cm3
= 875,000grcm3
Densityrata-rata = 960,000+11018,182+875,0003
= 951,061gcm3
Cabe
m1 = 4 gr
m2 = 4 gr
m3 = 2 gr
Density1 : mv = 4 gr4,101cm3
= 0,975grcm3
Density2 : mv = 4 gr3,784cm3
= 1,057grcm3
Density3 : mv = 2 gr6,439cm3
= 0,310grcm3
Densityrata-rata = 0,975+1,057+0,3103
= 0,781gcm3
Wortel
m1 = 67 gr
m2 = 62 gr
m3 = 65 gr
Density1 : mv = 67 gr75,204cm3
= 0,891grcm3
Density2 : mv = 62 gr53,156cm3
= 1,166grcm3
Density3 : mv = 65 gr93,034cm3
= 0,699grcm3
Densityrata-rata = 0,891+1,166+0,6993
= 0,919gcm3
VI. Objek 4 (SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN)
Data Perhitungan :
Sawo
Sampel 1 :
L0 = 6cm
X0 : SU = 5cm
SN = 8mm
SU + SN = 5+(8 x 0,0510)
= 5,040cm
Massa 100gr
L1 = 5,7cm
X1 : SU = 5,1cm
SN = 4mm
SU + SN = 5,1+(4 x 0,0510)
= 5,120cm
Massa 200gr
L1 = 5,5cm
X1 : SU = 5,1cm
SN = 5mm
SU + SN = 5,1+(5 x 0,0510)
= 5,125cm
Massa 500gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 5,2cm
SN = 0mm
SU + SN = 5,2+(0 x 0,0510)
= 5,200cm
Sampel 2 :
L0 = 6cm
X0 : SU = 4,8cm
SN = 0mm
SU + SN = 4,8+(0 x 0,0510)
= 4,800cm
Massa 100gr
L1 = 5,7cm
X1 : SU = 4,8cm
SN = 7mm
SU + SN = 4,8+(7 x 0,0510)
= 4,835cm
Massa 200gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 4,8cm
SN = 8mm
SU + SN = 4,8+(8 x 0,0510)
= 4,840cm
Massa 500gr
L1 = 5,1cm
X1 : SU = 4,9cm
SN = 0mm
SU + SN = 4,9+(0 x 0,0510)
= 4,900cm
Sampel 3 :
L0 = 5,5cm
X0 : SU = 5,4cm
SN = 4mm
SU + SN = 5,4+(4 x 0,0510)
= 5,420cm
Massa 100gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 3mm
SU + SN = 5,5+(3 x 0,0510)
= 5,515cm
Massa 200gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 5mm
SU + SN = 5,5+(5 x 0,0510)
= 5,525cm
Massa 500gr
L1 = 5cm
X1 : SU = 5,5cm
SN = 7mm
SU + SN = 5,5+(7 x 0,0510)
= 5,535cm
Poisson Ratio Sawo :
Sampel 1 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 5,120cm – 5,040cm
= 0,08cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
XX0xL0 L = 0,08cm5,040cmx6cm0,3cm
= 0,320
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 5,125cm – 5,040cm
= 0,085cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,5cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,085cm5,040cmx6cm0,5cm
= 0,204
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 5,200cm – 5,040cm
= 0,16cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
XX0xL0 L = 0,16cm5,040cmx6cm0,3cm
= 0,640
Sampel 2 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 4,835cm – 4,8cm
= 0,035cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,7cm
= 0,3cm
XX0xL0 L = 0,035cm4,8cmx6cm0,3cm
= 0,140
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 4,840cm – 4,8cm
= 0,04cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,2cm
= 0,8cm
XX0xL0 L = 0,04cm4,8cmx6cm0,8cm
= 0,060
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 4,900cm – 4,8cm
= 0,1cm
L : L0 – L1 = 6cm – 5,1cm
= 0,9cm
XX0xL0 L = 0,1cm4,8cmx6cm0,9cm
= 0,140
Sampel 3 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 5,515cm – 5,420cm
= 0,095cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,4cm
= 0,1cm
XX0xL0 L = 0,095cm5,420cmx5,5cm0,1cm
= 0,990
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 5,525cm – 5,400cm
= 0,125cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,125cm5,400cmx5,5cm0,5cm
= 0,253
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 5,535cm – 5,420cm
= 0,115cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,115cm5,420cmx5,5cm0,5cm
= 0,231
Tomat
Sampel 1 :
L0 = 5,9cm
X0 : SU = 4,5cm
SN = 3mm
SU + SN = 4,5+(3 x 0,0510)
= 4,515cm
Massa 100gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,5cm
SN = 9mm
SU + SN = 4,5+(9 x 0,0510)
= 4,545cm
Massa 200gr
L1 = 5,5cm
X1 : SU = 4,6cm
SN = 0mm
SU + SN = 4,6+(0 x 0,0510)
= 4,600cm
Massa 500gr
L1 = 5,1cm
X1 : SU = 4,6cm
SN = 9mm
SU + SN = 4,6+(9 x 0,0510)
= 4,645cm
Sampel 2 :
L0 = 5,5cm
X0 : SU = 4,3cm
SN = 3mm
SU + SN = 4,3+(3 x 0,0510)
= 4,315cm
Massa 100gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 7mm
SU + SN = 4,3+(7 x 0,0510)
= 4,335cm
Massa 200gr
L1 = 5,3cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 8mm
SU + SN = 4,3+(8 x 0,0510)
= 4,340cm
Massa 500gr
L1 = 5cm
X1 : SU = 4,4cm
SN = 0mm
SU + SN = 4,4+(0 x 0,0510)
= 4,400cm
Sampel 3 :
L0 = 5,9cm
X0 : SU = 4,1cm
SN = 7mm
SU + SN = 4,1+(7 x 0,0510)
= 4,135cm
Massa 100gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,1cm
SN = 8mm
SU + SN = 4,1+(8 x 0,0510)
= 4,140cm
Massa 200gr
L1 = 5,4cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 0mm
SU + SN = 4,2+(0 x 0,0510)
= 4,200cm
Massa 500gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 9mm
SU + SN = 4,2+(9 x 0,0510)
= 4,245cm
Poisson Ratio Tomat :
Sampel 1 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 4,545cm – 4,535cm
= 0,01cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,8cm
= 0,1cm
XX0xL0 L = 0,01cm4,535cmx5,9cm0,1cm
= 0,118
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 4,600cm – 4,535cm
= 0,065cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,5cm
= 0,4cm
XX0xL0 L = 0,065cm4,535cmx5,9cm0,4cm
= 0,206
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 4,645cm – 4,535cm
= 0,11cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,1cm
= 0,8cm
XX0xL0 L = 0,11cm4,535cmx5,9cm0,8cm
= 0,177
Sampel 2 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 4,335cm – 4,315cm
= 0,02cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,4cm
= 0,1cm
XX0xL0 L = 0,02cm4,315cmx5,5cm0,1cm
= 0,275
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 4,340cm – 4,315cm
= 0,025cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5,3cm
= 0,2cm
XX0xL0 L = 0,025cm4,315cmx5,5cm0,2cm
= 0,165
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 4,400cm – 4,315cm
= 0,085cm
L : L0 – L1 = 5,5cm – 5cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,085cm4,315cmx5,5cm0,5cm
= 0,209
Sampel 3 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 4,140cm – 4,135cm
= 0,005cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,8cm
= 0,1cm
XX0xL0 L = 0,005cm4,135cmx5,9cm0,1cm
= 0,059
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 4,200cm – 4,135cm
= 0,,065cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,4cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,065cm4,135cmx5,9cm0,5cm
= 0,188
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 4,245cm – 4,135cm
= 0,110cm
L : L0 – L1 = 5,9cm – 5,2cm
= 0,7cm
XX0xL0 L = 0,11cm4,135cmx5,9cm0,7cm
= 0,219
Terong Pirus
Sampel 1 :
L0 = 6,7cm
X0 : SU = 3,7cm
SN = 7mm
SU + SN = 3,7+(7 x 0,0510)
= 3,735cm
Massa 100gr
L1 = 6,65cm
X1 : SU = 3,7cm
SN = 8mm
SU + SN = 3,7+(8 x 0,0510)
= 3,740cm
Massa 200gr
L1 = 6,4cm
X1 : SU = 3,7cm
SN = 9mm
SU + SN = 3,7+(9 x 0,0510)
= 3,745cm
Massa 500gr
L1 = 6,2cm
X1 : SU = 3,8cm
SN = 5mm
SU + SN = 3,8+(5 x 0,0510)
= 3,825cm
Sampel 2 :
L0 = 5,6cm
X0 : SU = 3,9cm
SN = 2mm
SU + SN = 3,9+(2 x 0,0510)
= 3,910cm
Massa 100gr
L1 = 5,6cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 2mm
SU + SN = 3,9+(2 x 0,0510)
= 3,910cm
Massa 200gr
L1 = 5,6cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 5mm
SU + SN = 3,9+(5 x 0,0510)
= 3,925cm
Massa 500gr
L1 = 5,2cm
X1 : SU = 3,9cm
SN = 8mm
SU + SN = 3,9+(8 x 0,0510)
= 3,940cm
Sampel 3 :
L0 = 6,2cm
X0 : SU = 4,2cm
SN = 2mm
SU + SN = 4,2+(2 x 0,0510)
= 4,210cm
Massa 100gr
L1 = 6,2cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 3mm
SU + SN = 4,2+(3 x 0,0510)
= 4,215cm
Massa 200gr
L1 = 6,1cm
X1 : SU = 4,2cm
SN = 7mm
SU + SN = 4,2+(7 x 0,0510)
= 4,235cm
Massa 500gr
L1 = 5,8cm
X1 : SU = 4,3cm
SN = 2mm
SU + SN = 4,3+(2 x 0,0510)
= 4,310cm
Poisson Ratio Terong Pirus :
Sampel 1 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 3,740cm – 3,735cm
= 0,005cm
L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,6cm
= 0,1cm
XX0xL0 L = 0,005cm3,735cmx6,7cm0,1cm
= 0,067
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 3,745cm – 3,735cm
= 0,01cm
L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,4cm
= 0,3cm
XX0xL0 L = 0,01cm3,735cmx6,7cm0,3cm
= 0,067
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 3,825cm – 3,735cm
= 0,09cm
L : L0 – L1 = 6,7cm – 6,2cm
= 0,5cm
XX0xL0 L = 0,09cm3,735cmx6,7cm0,5cm
= 0,321
Sampel 2 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 3,910cm – 3,910cm
= 0cm
L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,6cm
= 0cm
XX0xL0 L = 0cm3,910cmx5,6cm0cm
= 0
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 3,925cm – 3,910cm
= 0,015cm
L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,6cm
= 0cm
XX0xL0 L = 0,015cm3,910cmx5,6cm0cm
= 0
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 3,940cm – 3,910cm
= 0,030cm
L : L0 – L1 = 5,6cm – 5,2cm
= 0,4cm
XX0xL0 L = 0,03cm3,910cmx5,6cm0,4cm
= 0,112
Sampel 3 :
Massa 100gr
X : X1 – X0 = 4,215cm – 4,210cm
= 0,005cm
L : L0 – L1 = 6,2cm – 6,2cm
= 0cm
XX0xL0 L = 0,005cm4,210cmx6,2cm0cm
= 0
Massa 200gr
X : X1 – X0 = 4,235cm – 4,210cm
= 0,025cm
L : L0 – L1 = 6,2cm – 6,2cm
= 0cm
XX0xL0 L = 0,025cm4,210cmx6,2cm0cm
= 0
Massa 500gr
X : X1 – X0 = 4,310cm – 4,210cm
= 0,1cm
L : L0 – L1 = 6,2cm – 5,8cm
= 0,4cm
XX0xL0 L = 0,1cm4,210cmx6,2cm0,4cm
= 0,356
V. Objek 5. (Sifat Aerodinamis Produk Pertanian)
Beras
Kecepatan Anemometer
Terbuka = 14,5
Setengah terbuka = 12,0
Tertutup = 6,4
Massa
I = 0,014 gr
II = 0,013 gr
III = 0,015 gr
Massa Rata-Rata = 0,014+0,013+0,0153
= 0,014 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor : SU = 0,6cm
SN = 3mm
SU + SN = 0,6 +(3 x 0,0510)
= 0,615cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm
SU + SN = 0,2 +(2 x 0,0510)
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 6,5mm
SU + SN = 0,1 +(6,5 x 0,0510)
= 0,133cm
Sampel 2 :
dmayor : SU = 0,4cm
SN = 6,5mm
SU + SN = 0,4 +(6,5 x 0,0510)
= 0,433cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 2mm
SU + SN = 0,2 +(2 x 0,0510)
= 0,210cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 6mm
SU + SN = 0,1 +(6 x 0,0510)
= 0,130cm
Sampel 3 :
dmayor : SU = 0,5cm
SN = 6mm
SU + SN = 0,5 +(6 x 0,0510)
= 0,530cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 1mm
SU + SN = 0,2 +(1 x 0,0510)
= 0,205cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 7mm
SU + SN = 0,1 +(7 x 0,0510)
= 0,135cm
GMD1 = (0,133 x 0,210 x 0,615)13
= 0,258cm
GMD2 = (0,433 x 0,130 x 0,210)13
= 0,228cm
GMD3 = (0,530 x 0,135 x 0,205)13
= 0,258cm
drata-rata = 0,258+0,228+0,2453
= 0,243cm
A = 14 π d2
= 14 x 3,14 0,243cm2
= 0,046cm2
Terminal Velocity :
Vt1 = 2mgρACd
= 2 x 0,014 x 980cms20,00118grcm3 x 0,046cm3 x 0,04
= 12,639x106cms
= 35,550ms
Vt2 = 2mgρACd
= 2 x 0,013 x 980cms20,00118grcm3 x 0,046cm3 x 0,04
= 11,737x106cms
= 34,260ms
Vt3 = 2mgρACd
= 2 x 0,015 x 980cms20,00118grcm3 x 0,046cm3 x 0,04
= 13,542x106cms
= 36,790ms
Gabah
Kecepatan Anemometer
Terbuka = 15,7
Setengah terbuka = 13,6
Tertutup = 6,8
Massa
I = 0,026 gr
II = 0,025 gr
III = 0,018 gr
Massa Rata-Rata = 0,026+0,025+0,0183
= 0,023 gr
GMD :
Sampel 1 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 5mm
SU + SN = 0,8 +(5 x 0,0510)
= 0,825cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 7mm
SU + SN = 0,2 +(7 x 0,0510)
= 0,235cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 1mm
SU + SN = 0,2 +(1 x 0,0510)
= 0,205cm
Sampel 2 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 7mm
SU + SN = 0,8 +(7 x 0,0510)
= 0,835cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 7mm
SU + SN = 0,2 +(7 x 0,0510)
= 0,235cm
dminor : SU = 0,1cm
SN = 9mm
SU + SN = 0,1 +(9 x 0,0510)
= 0,145cm
Sampel 3 :
dmayor : SU = 0,8cm
SN = 3mm
SU + SN = 0,8 +(3 x 0,0510)
= 0,815cm
dmoderat : SU = 0,2cm
SN = 8mm
SU + SN = 0,2 +(8 x 0,0510)
= 0,240cm
dminor : SU = 0,2cm
SN = 5mm
SU + SN = 0,2 +(5 x 0,0510)
= 0,225cm
GMD1 = (0,825 x 0,235 x 0,205)13
= 0,341cm
GMD2 = (0,835 x 0,235 x 0,145)13
= 0,305cm
GMD3 = (0,815 x 0,240 x 0,225)13
= 0,353cm
drata-rata = 0,341+0,305+0,3533
= 0,333cm
A = 14 π d2
= 14 x 3,14 0,333cm2
= 0,087cm2
Terminal Velocity :
Vt1 = 2mgρACd
= 2 x 0,026 x 980cms20,00118grcm3 x 0,087cm3 x 0,04
= 12,411x106cms
= 35,220ms
Vt2 = 2mgρACd
= 2 x 0,025 x 980cms20,00118grcm3 x 0,087cm3 x 0,04
= 11,933x106cms
= 34,540ms
Vt3 = 2mgρACd
= 2 x 0,018 x 980cms20,00118grcm3 x 0,087cm3 x 0,04
= 8,592x106cms
= 29,310ms
VI. Objek 6 (SIFAT HIDRODINAMIS PRODUK PERTANIAN)
Data Perhitungan :
Kedelai
Sampel 1 : massa = 0,232gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,8+(8 x 0,0510)
= 0,840cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(8 x 0,0510)
= 0,640cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(6 x0,0510)
= 0,625cm
Sampel 2 : massa = 0,170 gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,8+(3 x 0,0510)
= 0,815cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(6 x 0,0510)
= 0,630cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,5+(3 x0,0510)
= 0,515cm
Sampel 3 : massa = 0,223 gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,8+(9,5 x 0,0510)
= 0,848cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,7+(4 x 0,0510)
= 0,720cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(1 x0,0510)
= 0,605cm
GMD :
GMD1 = (0,840cm x 0,640cm x 0,625cm)13
= 0,695cm
GMD2 = (0,815cm x 0,630cm x 0,515cm)13
= 0,641cm
GMD3 = (0,848cm x 0,720cm x 0,605)13
= 0,717cm
Rendemen :
m1 (massa total) = 1000 gr
massa rusak = 3,724 gr
m2 = m1 – masaa rusak
= 1000 gr – 3,724 gr
= 996,276 gr
Rendemen = m2m1 x 100%
= 996,276gr1000gr x 100%
= 99,628%
Terminal Velocity :
d = GMD1+ GMD2+ GMD33
= 0,695+0,641+0,7173
= 0,684cm
A = 14πd2
= 14 x 3,14 (0,684cm)2
= 0,367 cm2
m = m1+m2+m33
= 0,232+0,170+0,2233
= 0,208 gr
g =980cms2
Cd = 0,47
Ρ =1grcm3
Vt1 = 2mgρACd
= 2 x0,232gr x 980cms21gcm3 x 0,367cm2 x 0,47
= 2643.721cm2s2
= 51,417cms
Vt2 = 2mgρACd
= 2 x 0,170gr x 980cms21gcm3 x 0,367cm2 x 0,47
= 1937,209cm2s2
= 44,014cms
Vt3 = 2mgρACd
= 2 x 0,233gr x 980cms21gcm3 x 0,367cm2 x 0,47
= 2655,116cm2s2
= 51,528cms
Vtrata-rata = 2mgρACd
= 2 x 0,208gr x 980cms21gcm3 x 0,367cm2 x 0,47
= 2370,232cm2s2
= 48,685cms
Kacang Hijau
Sampel 1 : massa = 0,060gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(5 x 0,0510)
= 0,625cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(1,5 x 0,0510)
= 0,408cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(1 x0,0510)
= 0,405cm
Sampel 2 : massa = 0,081 gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,6+(8 x 0,0510)
= 0,640cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(2 x 0,0510)
= 0,410cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(1 x0,0510)
= 0,405cm
Sampel 3 : massa = 0,076 gr
dmayor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,5+(7,5 x 0,0510)
= 0,538cm
dmoderat = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(2 x 0,0510)
= 0,410cm
dminor = SU+(SN x 0,0510)
= 0,4+(1 x0,0510)
= 0,408cm
GMD :
GMD1 = (0,625cm x 0,408cm x 0,405cm)13
= 0,469cm
GMD2 = (0,640cm x 0,410cm x 0,405cm)13
= 0,474cm
GMD3 = (0,538cm x 0,410cm x 0,408)13
= 0,448cm
Rendemen :
m1 (massa total) = 1000 gr
massa rusak = 1,266 gr
m2 = m1 – masaa rusak
= 1000 gr – 1,266 gr
= 998,734 gr
Rendemen = m2m1 x 100%
= 998,734gr1000gr x 100%
= 99,873%
Terminal Velocity :
d = GMD1+ GMD2+ GMD33
= 0,469+0,474+0,4483
= 0,4636cm
A = 14πd2
= 14 x 3,14 (0,4636cm)2
= 0,168 cm2
m = m1+m2+m33
= 0,060+0,081+0,0783
= 0,073 gr
g =980cms2
Cd = 0,47
Ρ =1grcm3
Vt = 2mgρACd
= 2 x 0,060gr x 980cms21gcm3 x 0,168cm2 x 0,47
= 1507,692cm2s2
= 38,829cms
Vtrata-rata = 2mgρACd
= 2 x 0,081gr x 980cms21gcm3 x 0,168cm2 x 0,47
= 2035,385cm2s2
= 45,115cms
Vt = 2mgρACd
= 2 x 0,078gr x 980cms21gcm3 x 0,168cm2 x 0,47
= 1960cm2s2
= 44,272cms
Vtrata-rata = 2mgρACd
= 2 x 0,073gr x 980cms21gcm3 x 0,168cm2 x 0,47
= 1834,35cm2s2
= 42,829cms