BAB I PENDHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu isu krusial dalam pencapaian pembangunan kesehatan di seluruh dunia. Pelayanan kesehtan ibu dan anak tidak hanya sensitif dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu Negara, namun juga merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Memang saat ini beberapa Negara telah menunjukan perkembangan dalam upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak secara optimal, namun namun pada saat saat yang bersamaan bersamaan ironisnya, secara rata-rata, dunia tidak sedang berada dalam jalur untuk mencapai MDGs dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Pernyataan yang dilansir situs resmi organisasi kesehatan dunia WHO dimana menurut temuan lapangan WHO, tiap tahun lebih dari setengah juta wanita meninggal dalam keadaan hamil atau melahirkan bahkan hampir 11 juta anak balita meninggal, sedangkan hal ini seharusnya dapat dicegah. Sebagai wujud upaya tindak lanjut terhadap permasalahan tersebut Negara-negara dan organisasi yang berperan dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah mendeklarasikan mendeklarasikan
1
kerjasama di New York 12 September 2005 lalu. Untuk pertama kalinya pada pakar kesehatan ibu dan anak serta tenaga profesional anak secara formal bekerja sama dalam meningkatkan upaya mencapai tujuan pembangunanan global (MDGs) yang salah satunya adalah bidang kesehatan ibu dan anak. Bentuk kerja sama ini menandai telah lahirnya upaya intensif yang diharapkan dapat berkembang dengan cepat menuju terciptanya kesehatan dengan cepat menuju terciptanya kesehatan kesehatan wanita dan dan anak-anak yang optimal. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 dan SDGs. Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994 - 2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus menurun) dan pada SDKI 2012 menunjukkan angka 32/1.000 KH (SDKI 2012). Dan pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukkan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH).
2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian KIA Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia
3
bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutama ibunya (Asfryati, 2003, h.27). Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang, 1986, h.9) B. Tujuan Program KIA Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah : 1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi
kesehatan
diri
dan
keluarganya
dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga 2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara
mandiri
di
dalam
lingkungan
keluarga,
4
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK 3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki 4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita 5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya C. Prinsip Pengelolaan Program KIA Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok : 1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya 2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan
oleh
tenaga
professional
secara
berangsur 3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus
5
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya D. Pelayanan dan Jenis Indikator KIA 1. Pelayanan antenatal Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Standar minimal “5 T “ untuk pelayanan antenatal terdiri dari : a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b. Ukur Tekanan darah c. Pemberian Imunisasi TT lengkap d. Ukur Tinggi fundus uteri e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga 2. Pertolongan Persalinan Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat antara lain : a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat
6
b. Dukun bayi : 1) Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus 2) Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus 3. Deteksi dini ibu hamil berisiko a. Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah : 1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 2) Anak lebih dari 4 3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun 4) Tinggi badan kurang dari 145 cm 5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm 6) Riwayat keluarga mendeita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital 7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul Risiko
tinggi
kehamilan
merupakan
keadaan
penyimpangan dan normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
7
1) Hb kurang dari 8 gram % 2) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg 3) Oedema yang nyata 4) Eklampsia 5) Perdarahan pervaginam 6) Ketuban pecah dini 7) Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu 8) Letak sungsang pada primigravida 9) Infeksi berat atau sepsis 10)
Persalinan prematur
11)
Kehamilan ganda
12)
Janin yang besar
13)
Penyakit kronis pada ibu antara lain Jantung,paru, ginjal
14)
Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi
kehamilan Risiko tinggi pada neonatal meliputi : 1) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500 gram 2) Bayi dengan tetanus neonatorum 3) Bayi baru lahir dengan asfiksia 4) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir 5) Bayi baru lahir dengan sepsis
8
6) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram 7) Bayi preterm dan post term 8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang 9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan
9
BAB III HASIL STUDI BANDING
A. Waktu Pelaksanaan Studi banding dilaksanakan pada tanggal 14 – 17 Februari 2018 dan kunjungan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2018. B. Deskripsi Lokasi Studi Banding 1. Sejarah Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dibangun pada tahun 1920 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama “Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuijs“. Pada tanggal 30 April 1927 namanya diubah menjadi “Het Gemeente Ziekenhuijs Juliana” dengan kapasitas 300 tempat tidur.Selama penjajahan Jepang, rumah sakit ini dijadikan Rumah Sakit Militer. Setelah
Indonesia
merdeka,
dikelola
oleh
pemerintah
daerah, yang dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan nama “Rumah Sakit Ranca Badak“. Pada tahun 1954 Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi rumah sakit propinsi dan berada di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Selanjutnya pada tahun 1956 dijadikan rumah sakit umum dengan kapasitas 600 tempat tidur, bersamaan dengan didirikannya Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
10
Sejak itu pula Rumah Sakit Ranca Badak digunakan sebagai tempat pendidikan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan merupakan awal kerjasama antara Rumah Sakit Ranca Badak dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tanggal 8 Oktober 1967 nama Rumah Sakit Ranca Badak diubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS) yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik. Pada tahun 1992-1997 RSHS ditetapkan menjadi unit swadana. Keluarnya Undang-undang nomor 20 tahun 1997 tentang PNBP yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 124 tahun 1997 menyebabkan status RSHS berubah menjadi Rumah Sakit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus menyetorkan seluruh pendapatan ke kas Negara. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 119 tanggal 12 Desember 2000, status RSHS secara yuridis berubah menjadi perusahaan jawatan (Perjan). Kebijakan tersebut merupakan
salah
satu
langkah
strategis
pemerintah
dalam
memberikan kewenangan otonomi yang lebih luas kepada unit-unit pelayanan tertentu untuk menyelenggarakan manajemennya secara mandiri,
sehingga
diharapkan
mampu
merespon
kebutuhan
masyarakat secara tepat, cepat dan fleksibel.
11
Tahun 2002 yang merupakan awal efektif sebagai Perjan, RSHS telah mencapai kinerja yang baik dibandingkan dengan tahun 2001 dan tahun 2004 diprognosakan akan mencapai kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun-tahun
berikutnya
adalah
tahun
dimana
RSHS
semakin berkembang. Ditengah-tengah pertumbuhannya ini RSHS ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan RS Rujukan Nasional, mengampu tujuh RS Regional di Jawa barat dan beberapa RS di luar provinsi Jawa Barat. Data terakhir menunjukkan, kini RSHS memiliki 944 tempat tidur, 3000 karyawan dengan 395 dokter spesialis dan subspesialis dan enam layanan unggulan terdiri atas Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Onkologi, Pelayanan Infeksi, Bedah Minimal Invasif, Kedokteran Nuklir dan Transplantasi Ginjal. Adapun visi & misi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dimana visi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yaitu menjadi Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang Unggul dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian sedangkan misi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian
12
2. Lokasi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung beralamat di Jalan Pasteur No.38, Jawa Barat C. Hasil Studi Banding 1. Penerimaan mahasiswa oleh pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Pelaksanaan studi banding pada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung disambut baik oleh pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dimana peserta studi banding diterima oleh pihak rumah sakit di ruang pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada pukul 08.00 WIB dan dilanjutkan dengan pemberian materi tentang infertilitas oleh dokter Cristo sebagai dokter spesialis Spesialis Obgyn Gdann Ginekologi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. 2. Observasi Setelah melakukan observasi lapangan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung diketahui bahwa fasilitas pelayanan KIA di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung cukup memadai. Adapun beberapa fasilitas yang disediakan pada pelayanan KIA antara lain : a. Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan yang terdiri dari ruang DPJP dan 5 kamar diantaranya :
13
1) Kamar 1 yaitu ruang USG
Gambar 1 : Ruang DPJP dan ruang USG 2) Kamar 2 yaitu klinik Hamil Ruangan ini merupakan ruang pemeriksaan untuk ibu hamil yang dating untuk memeriksakan kehamilannya. 3) Kamar 3 yaitu klinik trofoblas dan onkologi Ruangan ini merupakan ruangan untuk pasien yang menderita kanker. Adapun tindakan yang dilakukan dalam ruangan trofoblas dan onkologi antara lain a) Biopsi b) Pemeriksaan dignosa awal c) Pap smear d) Penentuan ca cerviks e) Gv f) Pemeriksaan dalam serviks
14
Gambar 2 : Klinik trofoblas dan onkologi b. Kamar 4 yaitu klinik ginekologi dan uroginekologi
Gambar 3 : Klinik ginekologi dan uroginekologi c. Kamar 5 yaitu klinik konsultasi endokrinologi reproduksi Pasien yang berobat diklinik ini adalah pasien yang mengalami kelainan hormonal yang berhubungan dengan kebidanan seperti misalnya amenorrhea
15
Gambar 4 : Klinik Konsultasi endokrinologi reproduksi 2. UGD Kandungan Dan Kebidanan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung memiliki unit gawat darurat khusus untuk kandungan dan kebidanan. UGD kandungan dan kebidanan berada di Lantai II Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Semua pasien kandungan dan kebidanan pertama kali masuk melalui UGD kandungan untuk dilakukan diagnosis awal. Setelah itu pasien akan dipindahkan ke bagian – bagian yang dituju sesuai dengan diagnosa masing – masing. Di dalam UGD terdapat 1 kamar bersalin dan 1 ruang tindakan
16
Gambar 5 : UGD Kandungan Dan Kebidanan 3. Ruang Bersalin Ruang bersalin bersebelahan dengan ruang UGD Kandungan dan Kebidanan. Ruang bersalin memiliki pintu yang menggunakan finger lock sehingga tidak sembarangan orang bisa masuk. Ruangan bersalin terdiri dari : a. 3 ruang bersalin Di dalam ruang bersalin terdapat ranjang untuk partus dan ranjang khusus untuk bayi, setelah bayi lahir akan langsung dibawa ke tempat tersebut yang selanjutnya akan mendapat pemeriksaan resusitasi dan pemotongan tali pusat oleh Dokter Spesialis Anak. Alat-alat partus pun telah disediakan secara rapi dan berurut pada meja tindakan yang terdapat dibagian depan ranjang partus.
17
Gambar 6 : Ruang Bersalin b. Ruang bersih Di dalam ruang bersih terdapat alat – alat medis. Adapun cara pengambilan alat – alat medis di Rumah Sakit Hasan Sadikin dengan menggunakan tekhnik FIFO (Fisrt Input Out) dimana tempat dimasukkan alat (In) berbeda dengan tempat pengambilan alat
(Out).
Alat
yang
digunakan
sekali
pakai
saja
dan
menggunakan sistem order yaitu permintaan dilakukan apabila ada resep karena di ruang bersih tidak menyediakan obat. Adapun alat – alat yang ada di dalam ruang bersih antara lain : 1) Kuret 2) Transfusi 3) Infus Pump 4) Monitor 5) Syringe Pump 6) Partus Set
18
7) CTG (Cardiotograph) untuk mendengar denyut jantung janin dan his
Gambar 7 : Ruang Bersih c. Ruang bersalin pasien resiko tinggi Ruang bersalin ini digunakan untuk ibu hamil yang akan bersalin dengan resiko tinggi seperti pada pasien preeklamsi
Gambar 8 : Ruang bersalin pasien resiko tinggi d. Tempat penyimpanan B3 (Bahan Berbahaya Beracun) Merupakan tempat menyimpan obat-obatan dengan bahan-bahan yang berbahaya dan beracun. 19
e. Ruang Isolasi Merupakan tempat bagi ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS dan TB. dan didalam ruangan telah disediakan APD khusus untuk petugas kesehatan. 4. Ruang Perawatan Alamanda Ruang perawatan Alamanda terdiri dari 2 ruangan: a.
Alamanda A (Ruang Perawatan Ginekologi)
b. Alamanda B (Ruang Perawatan Obsetri) untuk pasien kelas 1 dan 2 Adapun bentuk pendokumentasian di ruang perawatan Alamanda B menggunakan metode SOAPIER dimana S : data subjektif O : data objektif A : analisa/assessment P : planning I : Implementasi E : evaluasi R : reassessment Catatan
penggunaan
obat
tidak
lagi
ditulis
dilembaran
implementasi akan tetapi ditulis dilembar catatan obat-obatan. Pencacatan ini harus dilakukan oleh dokter penanggungjawab pasien.
20
Didalam pendokumentasian juga terdapat lembat observasi yakni penilaian skala nyeri, penilaian resiko jatuh, penilaian derajat luka, penilaian status gizi, dan mobilisasi pasien. 5. HCU (High Care Risk Unit) Terdiri dari 2 tempat tidur dan 4 monitor dan digunakan pada pasien kandungan dan kebidanan yang memerlukan perawatan intensif
21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah sakit yang didirikan pada tahun 1920 dan sampai saat ini masih memiliki bangunan yang terlihat bersih dan terawat. Rumah Sakit tersebut memiliki
fasilitas
yang
sangat
lengkap
dan
pelayanan
yang
memuaskan. Pelayanan pada pasangan infertil telah mengalami kemajuan yang sangat baik dengan tingkat keberhasilan sampai 1820% serta pendokumentasian yang ada di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menggunakan metode SOAPIER dimana pendokumentasian ini berbeda dengan pendokumeentasian yang ada di rumah sakit yang lain dan juga memiliki ruang HCU khusus untuk pasien kebidanan
22
DOKUMENTASI
Foto bersama di ruang pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Foto saat melakukan kunjungan ke poliklinik kebidanan dan kandungan
23
Foto depan klinik konsultasi endokrinologi reproduksi
Foto pasien dalam ruangan HCU
24
Foto depan poliklinik kebidanan dan kandungan
Suasana di dalam poliklinik trofoblas dan onkologi
25