BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Nuansa Sakti Kencana adalah Perusahaan berbadan hukum yang
berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) dan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengusahaan tambang batubara. PT. Nuansa Sakti Kencana adalah salah satu
Perusahaan Pertambangan Batubara pemegang KP Ekploitasi KW 0712ET0002
sesuai SK Bupati Paser Nomor : 545/10/EKSPLOITASI/EK/XIII/2007 yang luas
arealnya sekitar 208 Ha. Secara administratif PT. Nuansa Sakti Kencana ini
berlokasi di Desa Langgai Kecamatan Batu Enggau Kabupaten Paser Propinsi
Kalimantan Timur dan secara geografis lokasi PT Nuansa Sakti Kencana
terletak pada koordinat 1160 9' 30.0'' - 1160 12' 25.00'' BT dan 020
05' 0.0'' - 020 07' 00.0'' LS. Secara garis besar dijelaskan bahwa
aktifitas penambangan PT. Nuansa Sakti Kencana pada triwulan I tahun 2009,
Infra struktur pendukung seperti jalan hauling batubara , stockpile, dan
port (jetty dan kantor) berada diwilayah Kab. Paser, Kalimantan Timur.
Laporan ini disusun berdasarkan :
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 1519/201/DJP/1993,
kerangka Penyusunan Laporan Triwulan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan.
2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep - 105
Tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005, Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Lingkungan Hidup.
4. Dokumen Amdal PT. Nuansa Sakti Kencana, yang disetujui komisi Amdal
Kabupaten Paser dengan nomor 6601 tahun 2007, tanggal 17 Desember 2007.
1.2 Tujuan
Tujuan Pemantauan Lingkungan adalah :
1. Mengendalikan, mengawasi, mengetahui, mencegah, mendeteksi, dan
memantau pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai dengan rencana/
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Optimasi pendayagunaan sumber daya lain
3. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan
4. Memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan
penting akibat usaha penambangan batubara, pengolahaan batubara, jalan
angkut batubara dan penggunaan pelabuhan khusus batubara.
Tujuan Pengelolaan Lingkungan adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Amdal, RKL, RPL, dan kegiatan penambangan
batubara yang tercakup dalam Amdal kegiatan penambangan.
2. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan Amdal dalam menjaga kualitas
lingkungan
3. Mewujudkan apa yang telah ditetapkan dalam dokumen Amdal yang
disetujui oleh Tim Teknis dalam rangka mengurangi dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif yang akan muncul selama pelaksanaan
kegiatan
4. Mengevaluasi hasil pengelolaan dalam rangka untuk mencegah,
menanggulagi, dan mengendalikan dampak negatif serta pengembangan
dampak positif.
5. Menetapkan suatu arahan tentang kegiatan pengelolaan lingkungan yang
tepat sebagai akibat adanya kegiatan penambangan, pengolahaan
batubara, pengangkutan batubara dan pelabuhan khusus batubara.
6. Untuk memberikan isyarat dini mengenai perubahan lingkungan, sehingga
dapat dilakukan tindakan yang tepat dan cepat bagi penanggulangan
dampak.
7. Menyusun rencana penanganan dampak besar dan penting.
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemantauan lingkungan ini
adalah :
1. Sebagai uji atas pendugaan dampak yang telah dirumuskan dalam dokumen
amdal
2. Sebagai sarana untuk menguji efektifitas dari kegiatan atau teknologi
yang digunakan untuk pengendalian dampak negatif.
3. Sebagai acuan bagi instansi terkait untuk mengetahui perubahan
lingkungan yang terjadi di daerah kegiatan.
4. Menciptakan suasana yang aman dan sebagai isyarat dini jika terjadi
perubahan lingkungan.
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
2.1 Kualitas Udara (Pengangkutan dan Pemuatan Batubara)
2.1.1 Sumber Dampak
Pemuatan dan pengangkutan batubara
2.1.2 Dampak Besar dan Penting
Penurunan kualitas udara dengan intensitas yang tinggi dan melampaui
bakut mutu udara akibat peningkatan kadar debu di udara baik disekitar
lokasi kegiatan maupun yang terdispersi hingga ke lingkungan pemukiman
penduduk. Dampak lajutan berupa penurunan kualitas kesehatan masyarakat,
meningkatnya kemungkinan penyakit ISPA dan terbentuknya persepsi dan sikap
masyarakat
2.1.3 Tolok Ukur Dampak
Kadar debu di udara menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. BMUAN sebesar 230 mgr/m3.
2.1.4 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mengendalikan kadar debu, khususnya debu total (TSP) yang terdispersi
di sekitar proyek dan pemukiman penduduk agar tidak melampaui nilai baku
mutu udara yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. BMUAN sebesar 230 mgr/m3
2.1.5 Upaya Pengelolaan Lingkungan
Membuat barrier hidup antara sumber dampak dengan pemukiman penduduk
dengan cara menanami tanaman penghijauan di kiri kanan jalan tambang
Melakukan penyiraman pada areal jalan kering, terutama yang berdekatan
dengan pemukiman penduduk setiap 30 menit pada saat jam puncak
pengangkutan batubara terutama pada musim kemarau
Mengatur periode waktu keberangkatan antar angkutan untuk menghindari
iring-iringan armada di jalan tambang
Mengurangi kecepatan angkutan maksimum kecepatan 20 km/jam
Mengatur muatan agar tidak melampaui batas ukuran bak kendaraan/truck
Menempatkan petugas pengawas kecepatan kendaraan, untuk mengontrol dan
menegur/mengatur kecepatan kendaraan
2.1.6 Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Jalan tambang yang dilalui angkutan batubara yaitu antara area
pertambang (PIT) sampai pelabuhan
2.1.7 Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama tahap operasi terutama selama periode pengangkutan batubara
2.1.8 Pembiayaan Lingkungan
Pembiayaan dibebankan kepada PT. Nuansa Sakti Kencana berupa biaya
penanaman tanaman penghijauan (baririer), penyiraman dan pengawasan.
2.2 Kebisingan (Pemuatan dan Pengangkutan Batubara)
2.2.1 Sumber Dampak
Pemuatan dan pengangkutan batubara
2.2.2 Dampak Besar dan Penting
Peningkatan intensitas kebisingan melampaui baku mutu akibat kegiatan
mobilisasi angkutan batubara di jalan tambang. Dampak lanjutan berupa
keluhan/gangguan non auditory effect yang dirasakan oleh masyarakat serta
terbentuknya persepsi dan sikap masyarakat
2.2.3 Tolok Ukur Dampak
Tingkat kebisingan lingkungan menurut Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor KEP-48/MenLH/XI/1996 tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan
2.2.4 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Mengendalikan kebisingan yang sampai ke pemukiman penduduk agar tidak
melampaui tingkat kebisingan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor KEP-48/MenLH/XI/1996 tahun 1996 tentang Baru Tingkat Kebisingan
2.2.5 Upaya Pengelolaan Lingkungan
Membuat barrier hidup antara sumber dampak dengan pemukiman penduduk
dengan cara menanam tanaman penghijauan di kiri kanan jalan tambang.
Mengatur kecepatan angkutan batubara dengan kecepatan maksimal 40km/jam
Pengawasan kecepatan kendaraan yang dilakukan oleh supervisor atau
foreman
Perawatan terhadap kendaraan dan peralatan secara berkala 2-3 bulan
sekali
2.2.6 Lokasi Pengelolaan Lingkungan
Jalan tambang yang di lalui angkutan batubra yaitu antara area
pertambangan (PIT) sampai pelabuhan
2.2.7 Periode Pengelolaan Lingkungan
Selama tahap operasi terutama periode pengangkutan batubara
2.2.8 Pembiayaan Lingkungan
Pembiayaan dibebankan kepada PT. Nuansa Sakti Kencana berupa biaya
penanaman tanaman penghijauan (Barrier), penyiraman dan pengawasan.
2.3 Fisiografi
2.3.1 Sumber Dampak
Pemindahan tanah penutup
2.3.2 Dampak Besar dan Penting
Terjadinya longsor akibat pemindahan batuan penutup dan rangkaian
kegiatan penambangan
2.3.3 Tolak Ukur Dampak
Indikasi atau terjadinya longsor
2.3.4 Tujuan RKL
Mencegah terjadinya longsor akibat rangkaian kegiatan penambangan
2.3.5 Pengelolaan
Pembukaan luas lahan tambang seminimal mungkin dan sesuai dengan
kemajuan penambangan
Pelaksanaan kegiatan penambangan sesuai dengan acuan teknis yang
telah dibuat
Sesegera mungkin melakukan kegiatan reklamasi terhadap lahan yang
telah selesai ditambang dan lahan yang selesai dijadikan lahan
penumpukan
2.3.6 Lokasi
Lahan batuan penutup dan bukaan tambang
2.3.7 Periode
Selama tahap operasi
Pada pelabuhan khusus PT. Nuansa Sakti Kencana seluas 1,2 Ha beroperasi LCT
Container Pasifik setiap hari. Setiap hari LCT beroperasi 8 trip dimana
dalam satu trip mengangkut 9 unit mobil Dump Truck yang berkapasitas 20 ton
setiap unitnya. Selain untuk operasi LCT, pelabuhan PT. Nuansa Sakti
Kencana juga digunakan untuk tambat labuh speed boat dan kelotok sebagai
sarana transportasi karyawan dari pelabuhan poladaya menuju areal tambang
PT. Nuansa Sakti Kencana. Pelabuhan PT. Nuansa Sakti Kencana juga digunakan
untuk stock pile sementara yang digunakan sebagai cadangan jika kondisi
ditambang tidak memungkinkan untuk loading batubata. Untuk mengantisipasi
air asam tambang batubara yang berasal dari stockpile batubara di pelabuhan
PT. Nuansa Sakti Kencana maka disiapkan settling pond serta tanggul untuk
mengantisipasi jatuhnya batubara kesungai.
2.2 Penambangan
Hingga triwulan I tahun 2009, tambang PT. Nuansa Sakti Kencana
membuka areal seluas 4,7 Ha sedangkan untuk penyimpanan OB telah digunakan
arean seluas 3,5 Ha dan untuk top soil digunakan areal seluas 1,5 Ha. Untuk
menjaga top soil maka dipisahkan oleh tanggul pemisah yang menjadi pemisah
antara OB dan Top Soil. Untuk pengendalian air tambang maka kami
menggunakan settling pond yang kami buat di high wall sebelah kiri (lihat
lampiran).
Produksi batubara dan OB hingga triwulan I tahun 2009 dapat kita
lihat pada tabel 2.1
TABEL 2.1
PRODUKSI BATUBARA DAN OB
"No "Uraian "Rencana "Realisasi "
"1. "Pengupasan Tanah "300.000 BCM "200.887,44 BCM "
"2. "Penutup "60.000 TON "10.240,42 TON "
" "Penambangan Batubara " " "
2. Pengolahan Batubara
Batubara dari PT. Nuansa Sakti Kencana dilakukan pengecilan ukuran
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengapalan dengan menggunakan crusher.
Crusher yang digunakan mempunyai kapasitas produksi 200 ton/jam.
2.3 Pengangkutan dan Penimbunan
Pengangkutan overburden dilakukan dengan menggunakan 6 unit dump
truck tronton. Removal overburden dilakukan oleh 2 unit excavator CAT 345 B
dan 1 unit excavator PC 200. Sedangkan untuk loading batubara menggunakan
excavator Hyunday 450 dibantu dengan 2 unit dozer yaitu dozer caterpilar
cat D79 dan dozer Komatsu J12495. Pengangkutan Batubara menggunakan 7 unit
Dump Truck jenis sino truck (35 ton).
Pengangkutan batubara dari tambang PT. Nuansa Sakti Kencana
mengguanakan jalan yang dibuat dari tambang menuju palabuhan khusus PT.
Nuansa Sakti Kencana yang digunakan untuk tambat labuh LCT. Jarak
pengangkutan dari tambang front terjauh sampai pada lokasi pelabuhan khusus
batubara ditepi sungai apar kecil + 2 km, dimana seluruhnya merupakan jalan
baru. Dari pelabuhan khusus batubara PT. Nuansa Sakti Kencana, batubara
akan diangkut menggunakan LCT yang berkapasitas 9 dump truck sino truck
menuju pelabuhan khusus pada areal PT. Poladaya lalu diangkut menuju
crusher.
BAB III
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
3.1 Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh
PT. Nuansa Sakti Kencana pada triwulan I 2009 yaitu melakukan pengawasan
pada penempatan Top Soil dan Overburden serta pembuatan setling pond untuk
penanggulangan air tambang. Pada kegiatan pembukaan Overburden dan
Penambangan Batubara PT. Nuansa Sakti Kencana tetap memperhatikan dampak –
dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan penambangan maupun
pengoperasian fasilitas – fasilitas, termasuk didalamnya fasilitas
operasional perusahaan sendiri maupun perusahaan kontraktor yang berada
dalam wilayah PT. Nuansa Sakti Kencana.
Adapun secara rinci mengenai pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan – kegiatan adalah sebagai
berikut :
3.1.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
Rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan hasil – hasil yang
dicapai meliputi : dampak lingkungan, sumber dampak, tolok ukur dampak,
rencana pengelolaan sebagai berikut :
A. Bentang Alam (Morfologi Lahan)
a. Jenis dampak penting
Dampak penting yang diperkirakan akan timbul akibat kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah penutup serta penggalian
batubara adalah sudut, panjang, bentuk lereng dan permukaan.
Lebih jauh lagi perubahan bentang alam (morfologi lahan) ini
akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola tata air,
perubahan pengembaraan satwa dan permukaan tanah.
b. Sumber dampak penting
Sumber penyebab timbulnya dampak negatif penting terhadap
perubahan bentang alam (morfologi lahan) adalah kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah/ batuan penutup serta kegiatan
penggalian batubara.
c. Tolak ukur dampak penting
Besarnya perubahan bentang alam (morfologi) bertolak ukur pada
perubahan besaran sudut, bentuk permukaan serta panjang lereng,
ketinggian lereng sebelum dan setelah penambangan.
d. Pengelolaan dampak penting
Pengelolaan bukaan tambang akan dilakukan secara back filling,
dimana tanah /batuan penutup akan dikembalikan kedaerah bekas
penambangan. Pada tahap awal operasi penambangan dilakukan
pemindahan tanah penutup yang akan ditempatkan pada rawa – rawa
yang ada disekitar lokasi kegiatan penambangan, pengelolaan
dilakukan dengan memisahkan tanah pucuk dan tanah penutup atau
overburden (OB).
B. Erosi Tanah
a. Jenis dampak penting
Kegiatan penimbunan tanah/ penutup baik pada waste dump area
maupun dinding PIT akan menyebabkan peningkatan laju erosi
tanah, terutama pada saat musim hujan dengan curah hujan yang
agak tinggi.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang dapat meningkatkan laju erosi tanah pada
tahap operasi adalah kegiatan pembuatan jalan angkut dan sarana
penunjang penambangan seperti pembukaan dan pembersihan lahan,
pengupasan tanah pucuk, penggalian lapisan penutup, penimbunan
tanah pucuk, penimbunan lapisan penutup, penggalian batubara
dan slope yang tidak sesuai dengan planning. Kegiatan tersebut
akan dapat menyebabkan terungkapnya lapisan tanah bagian bawah
kepermukaan, dimana lapisan bawah ini mempunyai sifat yang
kurang menguntungkan baik bagi pertumbuhan tanaman nantinya
maupun kemantapan lereng yang berakibat terjadinya erosi.
c. Tolak ukur dampak penting
Sebagai tolak ukur dampak untuk laju erosi tanah, secara visual
dilapangan dicerminkan oleh pertumbuhan tanaman yang lambat,
terjadinya alur – alur dan parit – parit sebagai pertanda
terjadinya erosi, peningkatan kekeruhan air sungai yang
alirannya berasal dari waste dump dan bukaan tambang.
d. Pengelolaan dampak penting
Upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan dan pengendalian
dampak negatif terhadap peningkatan laju erosi tanah antara lain
adalah melakukan reklamasi dan penataan lahan dengan benar yang
disertai program revegetasi sesegera mungkin yaitu dengan
terlebih dahulu melakukan penanaman tanaman penutup (cover
crops).
C. Penurunan Kesuburan Tanah
a. Jenis dampak penting
Dampak penting yang diperkirakan akan timbul akibat kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah/ batuan penutup serta penggalian
batubara adalah penurunan unsur hara tanah.
Kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah/ batuan penutup
tersebut akan menyebabkan tanah lapisan atas dan bawah tercampur
aduk sehingga daya dukungnya terhadap vegetasi juga menurun.
b. Sumber dampak penting
Penyebab timbulnya dampak negatif penting terhadap penurunan
kesuburan tanah adalah kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah/
batuan serta kegiatan penggalian batubara.
c. Tolok ukur penting
Tolok ukur dampak penurunan kesuburan tanah dapat dilihat dari
hasil analisis sifat kimia dan fisika tanah dibandingkan dengan
data rona awal dan recara visual dapat dilihat melalui
pertumbuhan tanaman yang kurang begitu baik.
d. Pengelolaan dampak penting
Upaya – upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lahan
adalah segera melaksanakan reklamasi dan revegetasi. Adapun
upaya yang dapat meningkatkan kesuburan tanah adalah menyebarkan
tanah pucuk pada daerah yang telah selesai ditata bentuk dan
penambahan kapur untuk meningkatkan pH, menanam tanaman penutup
tanah (LCC) dan tanaman pohon untuk dapat meningkatkan kandungan
bahan organik tanah.
D. Kualitas Air Permukaan
a. Jenis dampak penting
Dampak penting yang diperkirakan akan timbul akibat kegiatan
operasi penambangan adalah penurunan kualitas air permukaan,
disamping itu penurunan kualitas air juga dimungkinkan karena
terbentuknya air asam tambang hasil dari oksidasi terutama pada
waktu hujan. Parameter kualitas air yang akan mengalami
perubahan diantaranya adalah pH, TSS, Fe dan mangan. Dampak
lanjutan yang dapat ditimbulkan terhadap komponen lain dapat
berupa gangguan terhadap biota air serta timbulnya keresahan dan
gangguan kesehatan pada masyarakat pengguna air disekitar area
kegiatan.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang menyebabkan terjadinya perubahan terhadap
kualitas air antara lain adalah dari hasil kegiatan pengupasan
dan penimbunan tanah.
c. Tolok ukur dampak penting
Tolak ukur dampak terhadap perubahan kualitas air diperairan
umum khususnya (Sungai Apar Besar dan Sungai Apar Kecil) mengacu
pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air ( untuk baku mutu air kelas III ).
Sedangkan untuk limbah cair mengacu pada SK Gubernur KDH TK I
Kalimantan Timur Nomor 26 tahun 2002 yaitu tentang baku mutu
limbah cair bagi kegiatan Pertambangan.
d. Pengelolaan dampak penting
Dampak strategis yang akan dikelola air limbah yang berasal dari
kegiatan penambangan, mine activitiy, raw coal stock pile dan
dari kegiatan crushing plant maupun pemuatan batubara di jetty
(pelabuhan). Pengelolaan air limbah akan dilakukan pada settling
pond dengan cara melakukan pengendapan terlebih dahulu secara
alami dan dilakukan penambahan bahan – bahan penetral sesuai
dengan kebutuhan.
E. Kualitas Udara
a. Jenis dampak penting
Kegiatan yang paling besar memberikan dampak terhadap perubahan
kualitas udara adalah saat melakukan pengangkutan baik saat
hauling tanah/ OB maupun hauling batubara dan disaat proses
kegiatan unit crushing plant. Dampak penting yang akan timbul
dari kegiatan tersebut adalah meningkatnya kandungan dan sebaran
debu di udara serta meningkatnya kebisingan. Peningkatan
pencemaran terhadap kualitas udara (debu) akan menyebabkan
gangguan kesehatan misalnya penyakit infeksi saluran pernapasan
atas (ISPA) dan mata.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak penting terhadap perubahan kualitas udara adalah
kegiatan saat melakukan pengangkutan baik saat hauling tanah
maupun hauling batubara dan disaat proses kegiatan unit
crushing plant.
c. Tolok ukur dampak penting
Tolok ukur dampak terhadap perubahan kualitas udara digunakan
baku mutu sesuai dengan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Kalimantan Timur No. 339 Tahun 1988 untuk Baku Mutu
Kualitas Udara Ambien.
d. Pengelolaan dampak penting
Upaya – upaya pencegahan dan pengendalian dampak negatif penting
terhadap perubahan kualitas udara adalah melakukan penyiraman
jalan – jalan terutama pada musim kemarau dengan intensitas
penyiraman 5 sampai 6 kali sehari. Mengatur kecepatan kendaraan
angkut batubara dengan kecepatan maksimum 40 km/jam . Bagi
pekerja yang terpapar langsung oleh debu dan kebisingan
diharuskan memakai alat pelindung diri berupa masker dan
earplug.
F. Biota Darat
a. Jenis dampak penting
Sesuai dengan metode penambangan yang diterapkan yaitu tambang
terbuka, maka tambang terbuka akan melakukan penebasan pada
vegetasi yang dilanjutkan dengan pembersihan lahan (land
clearing). Perubahan mendasar komunitas vegetasi ini akan
memberikan pengaruh besar terhadap relung – relung ekosistem
secara keseluruhan dan dampak lanjutannya adalah hilangnya
habitat diwilayah penambangan.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak pada tahap ini adalah kegiatan pembersihan lahan
sebelum dilakukan pengupasan tanah / batuan penutup direncana
areal penambangan batubara.
c. Tolok ukur dampak penting
Tolok ukur dampak penting untuk biota darat adalah perubahan
komposisi jenis vegetasi dan indeks nilai penting vegetasi,
serta penurunan jumlah dan keanekaragaman satwa dibandingkan
dengan rona awal.
d. Pengelolaan dampak penting
Reklamasi lahan dengan cara merevegetasi pada areal bekas
penambangan dan penimbunan tanah/ batuan penutup dilaksanakan
sesuai dengan kemajuan penambangan.
G. Biota Perairan
a. Jenis dampak penting
Limbah cair dari hasil kegiatan operasional penambangan,
pengolahan dan penanganan batubara akan mengalir ke perairan
umum, hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan parameter
kualitas air berupa kekeruhan air, TSS, pH, Sulfat, dan Besi.
Penurunan mutu kualitas air ini akan menimbulkan perubahan –
perubahan kehidupan biota fitoplankton, zooplakton dan benthos
pada periran tersebut. Hal ini akan mengganggu keseimbangan
ekosistem perairan dan mengurangi ruang hidup bagi nekton,
akibatnya tata kehidupan biota perairan akan terhambat.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak penting adalah kegiatan pengupasan dan penimbunan
tanah/ batuan penutup, penggalian batubara, peremukan dan
penanganan batubara, serta kegiatan operasional pemuatan
batubara ke kapal tongkang.
c. Tolok ukur dampak penting
Tolok ukur untuk biota perairan adalah indeks keragaman (H) dan
indeks keserangaman (E) fitoplanton, zooplanton dan benthos di
perairan umum disekitar kegiatan perusahaan.
d. Pengelolaan dampak penting
Dalam pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negatif
terhadap biota perairan, tindakan pengelolaan adalah sama dengan
pengendalian dampak negatif terhadap kualitas air.
3.1.2 Rencana Pemantauan Lingkungan (UPL)
A. Bentang Alam (Morfologi Lahan)
a. Jenis dampak penting
Kegiatan pengupasan dan penimbunan tanah penutup (OB) serta
penggalian batubara, akan menyebabkan perubahan bentang alam
(morfologi). Pemantauan terhadap perubahan morfologi lahan
dilihat dari luas lahan yang akan berubah seperti sudut, panjang
dan bentuk lereng serta terbentuknya bukit sebagai akibat
penimbunan tanah penutup (OB).
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak penting yang akan mempengaruhi komponen lingkungan
bentang alam (morfologi) bersumber dari kegiatan pengupasan dan
penimbunan tanah penutup (OB) serta kegiatan penggalian
batubara.
c. Metode pemantauan
Metode yang akan dilakukan untuk pemantauan perubahan bentang
alam adalah metode pengumpulan data dan metode analisis.
d. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan diprioritaskan didaerah kegiatan
penambangan lokasi waste dump dan di lokasi penumpukan tanah
pucuk.
e. Waktu pemantauan
Periode pemantauan lingkungan terhadap bentang alam akan
dilaksanakan dari kegiatan penambangan berlangsung sampai pasca
tambang dengan frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali.
B. Erosi Tanah
a. Jenis dampak penting
Dampak penting yang diperkirakan akan timbul sebagai akibat dari
kegiatan penambangan adalah terjadinya peningkatan erosi tanah,
yang selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya kekeruhan air dan
sedimentasi sungai, dimana hulu aliran di daerah kegiatan
operasional penambangan dan bermuara diperairan umum atau
sungai.
b. Sumber dampak penting
Dampak penting penyebab meningkatnya laju erosi tanah bersumber
dari kegiatan pembersihan lahan, pengupasan dan penimbunan tanah
penutup serta penggalian batubara pada tahap operasi.
c. Metode pemantauan
Metode pemantauan terhadap peningkatan erosi tanah menggunakan
metode pengumpulan data dan metode analisis.
d. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan dilakukan pada daerah penambanga,
daerah penimbunan tanah penutup (OB), lokasi penimbunan tanah
pucuk.
e. Waktu pemantauan
Untuk analisis tanah dan pertumbuhan tanaman pemantauan
dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.
C. Penurunan Kesuburan Tanah
a. Jenis dampak penting
Penurunan kesuburan tanah timbul karena adanya kegiatan
pengupasan dan penimbunan tanah penutup (OB), dimana tanah
lapisan atas dan lapisan bawah akan tercampur aduk, sehingga
daya dukungnya terhadap vegetasi juga akan menurun.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang akan dipantau adalah kualitas tanah penutup
di waste dump area dan daerah back filling. Adapun jenis
analisis tanah yang dilakukan adalah sifat kimia tanah yang
terdiri dari kandungan bahan organik tanah, N, P, dan K
tersedia, pH serta kelembaban tanah.
c. Metode pemantauan
Metode pemantauan terhadap penurunan kesuburan tanah adalah
menggunakan metode pengumpulan data (melakukan pengambilan
contoh) uji pH dan kelembaban tanah secara periodik dengan
menggunakan alat ukur pH soil tester.
d. Lokasi pemantauan
Lokasi kegiatan pemantauan lingkungan terhadap perubahan
kesuburan tanah dilakukan di waste dump area dan daerah back
filling.
e. Waktu pemantauan
Periode pemantauan untuk analisis tanah dilakukan setiap 3
(tiga) bulan sekali.
D. Kualitas Air Permukaan
a. Jenis dampak penting
Dengan adanya kegiatan proses penambangan batubara, proses
pengolahan dan penanganan batubara serta kegiatan di pelabuhan,
akan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air
permukaan karena adanya sedimentasi dan bahan pencemaran lainnya
yang masuk ke badan perairan umum. Perubahan sifat fisik air
adalah meningkatnya TSS, sedangkan perubahan sifat fisik kimia
berupa pH air, meningkatnya kandungan logam tertentu seperti
logam tertentu seperti besi (Fe) dan mangan Z (Mn).
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang mempengaruhi perubahan kualitas air adalah
kegiatan operasi penambangan batubara, penimbunan batubara serta
pengangkutan dan pengolahan batubara.
c. Metode Pemantauan
Metode pemantauan terhadap kualitas air permukaan adalah
menggunakan metode pengumpulan data (melakukan pengambilan
contoh uji dari lokasi yang telah ditentukan) dan metode
analisis kualitas air dari perairan umum dibandingkan dengan PP
No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (untuk Baku Mutu Air Kelas III),
sedangkan untuk limbah cair dibandingkan dengan baku mutu limbah
cair menurut SK Gubernur KDH Tk. I Kaltim No. 26 tahun 2002.
d. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan untuk kualitas air dilakukan di Sungai Apar
Besar dan Sungai Apar Kecil.
e. Waktu pemantauan
Waktu pemantauan terhadap kualitas air permukaan dilakukan
selama umur tambang berlangsung dengan frekuensi tiga bulan
sekali.
E. Kualitas Udara
a. Jenis dampak penting
Dampak penting yang akan timbul dari kegiatan penambangan
batubara yaitu peningkatan kandungan debu dan kebisingan.
Peningkatan pencemaran terhadap kualitas udara (debu) akan
menyebabkan gangguan kesehatan terutama infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dan keperihan mata , sedangkan kebisingan
akan menyebabkan gangguan kenyamanan dan pendengaran.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang mempengaruhi kualitas udara adalah kegiatan
di lokasi penambangan , pengangkutan batubara dan kegiatan
penimbunan batubara.
c. Metode pemantauan
Metode pemantauan terhadap kualitas udara adalah menggunakan dan
mengambil contoh uji dari lokasi yang telah ditentukan) dan
metode analisis kualitas udara dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan berdasarkan SK Gubernur KDH Tk. I Kaltim No. 339
tahun 1988.
d. Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan terhadap kualitas udara dilakukan disekitar
perkantoran , perumahan karyawan (mess), daerah pemukiman yang
berdekatan dengan lokasi tambang, jalan angkut (hauling) mulai
dari lokasi tambang sampai ketempat penumpukan batubara (stock
pile), area pemuatan batubara PT. Nuansa Sakti Kencana
dipelabuhan.
e. Waktu pemantauan
Pemantauan kualitas udara dilakukan oleh Laboratorium eksternal
yaitu setiap 3 bulan sekali.
F. Biota Darat
a. Jenis dampak penting
Berkurang atau hilangnya beberapa jenis vegetasi yang merupakan
habitat dan relung ekosistem beberapa fauna. Dampak ini akan
berlanjut terhadap satwa liar yang dilindungi, dimana satwa –
satwa tersebut akan berpindah ke lokasi lain diluar area
penambangan.
b. Sumber dampak penting
Sumber dampak yang timbul terhadap aspek biota flora dsan fauna
berasal dari pembersihan lahan untuk persiapan penambangan/
bukaan tambang.
c. Metode pemantauan
Metode pemantauan yang dilakukan adalah metode pengumpulan data
(pengamatan langsung dilapangan )dan metode analisis (tabulasi
dan deskriptif), kemudian hasil pemantauan tersebut dibandingkan
dengan keadaan rona awal.
d. Lokasi pemantauan
Pemantauan dilakukan dilokasi reklamasi lahan bekas penambangan,
waste dump area dan lokasi penumpukan tanah pucuk dan disekitar
jalan angkut batubara.
e. Waktu pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah 6 (enam) bulan sekali selama
kegiatan reklamasi lahan dan penambangan berlangsung.
G. Biota Perairan
a. Jenis dampak penting
Dampak negatif penting untuk biota perairan adalah terjadinya
perubahan keanekaragaman atau keseragaman biota perairan (biota
planton dan benthos) yang ditimbulkan oleh penurunan kualitas
badan air penerima.
b. Sumber dampak penting
Limbah cair dari kegiatan penambangan batubara, kegiatan
pengolahan dan penanganan batubara serta penimbunan batubara
bila mengalir ke perairan umum.
c. Metode pemantauan
Metode pemantauan yang dilakukan adalah metode pengumpulan data
(pengambilan sampel dari titk yang telah ditentukan) dan metode
analisis (identifikasi plankton dan benthos dilaboratorium),
sehingga dapat diketahui tingkat pencemarannya. Biota ikan
dilakukan dengan mengetahui jenis ikan yang ada.
d. Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan untuk biota perairan dilakukan di lokasi –
lokasi pemantauan kualitas air.
e. Waktu pemantauan
Periode pemantauan lingkungan terhadap perubahan biota perairan
sama dengan aspek kualitas air, dilaksanakan selama kegiatan
berlangsung dengan frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali
untuk perairan umum dan sebulan sekali untuk settling pond.
3.2 Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh
PT. Nuansa Sakti Kencana saat ini berorintasi pada kegiatan penambangan dan
penanganan batubara, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap
memperhatikan dampak – dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari
kegiatan penambangan maupun pengoperasian fasilitas – fasilitas, termasuk
didalamnya fasilitas operasional perusahaan sendiri maupun perusahaan
kontraktor yang berada dalam wilayah PT. Nuansa Sakti Kencana.
Adapun secara rinci mengenai pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan – kegiatan sebagai
berikut :
3.2.1 Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
A. Bentang Alam (Morfoogi Lahan)
Untuk memperkecil perubahan sudut, panjang dan bentuk lereng dari
bentuk asli lahan, maka pengelolaan terhadap bukaan tambang dilakukan
secara back filling, dimana setelah kegiatan penambangan batubara dari
satu lokasi kegiatan selesai dilaksanakan, area penambangan tersebut
akan segera direklamasi dengan cara menutup dan menimbun kembali
dengan tanah penutup dari lokasi penambangan lainnya. Setelah
penimbunan selesai dilakukan, area tersebut segera ditata kembali
bentuk dan permukaannya (re – contouring) dengan cara me reshaping
bidang – bidang terjal timbunan batuan, sehingga bentuk yang terjadi
akan mendekati bentuk alami. Lokasi penimbunan tanah dan batuan
penutup (waste dump) triwulan I tahun 2009 ditempatkan pada lokasi
timbunan (waste dump).
B. Erosi Tanah
Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan dan pengendalian dampak
negatif terhadap peningkatan laju erosi tanah adalah dengan cara
melakukan tanaman reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang.
C. Penurunan Kesuburan Tanah
Untuk menjaga dan mempertahankan kualitas dan kesuburan tanah maka
tanah pucuk adalah merupakan media yang paling tepat untuk menjaga
pertumbuhan tanaman yang nantinya dapat meningkatkan kesuburan tanah
secara alami maka penanganan tanah pucuk adalah merupakan hal penting
dalam mempertahankan kesuburan tanah. Tanah pucuk yang akan diangkut
dan ditumpuk ketempat yang telah ditentukan, terlebih dahulu dilakukan
land clearing, dimana pada setiap permukaan lahan dibersihkan kemudian
dari sini tanah pucuk tadi digali sesuai kedalaman tertentu, kemudian
diangkut dan ditumpuk pada area tanah pucuk. Untuk menghindari
terjadinya penguapan maupun kerusakan akibat ter-erosi, pada bagian
atas tumpukan tanah pucuk ditanami dengan tanaman penutup atau legume
cover crops (LCC). Tanaman ini juga bertujuan untuk meningkatkan
kandungan bahan organik dalam tanah. Selain itu juga dilakukan dengan
penambahan unsur hara berupa pupuk organik atau pupuk buatan.
D. Kualitas Air Permukaan
Air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan batubara, air
limpasan dari tambang (run off) terlebih dahulu dikelola dalam kolam –
kolam pengendapan sebelum dialirkan ke perairan umum. Pada triwulan I
ini air limpasan dari tambang diarahkan pada setling pond sebelum
dibuang
E. Kualitas Udara
Upaya pengelolaan lingkungan untuk pencegahan dan pengendalian dampak
negatif terhadap perubahan kualitas udara dilakukan dengan penyiraman
secara rurtin pada tempat- tempat yang padat kegiatannya. Khusus
dijalan – jalan tambang maupun dijalan angkut batubara menuju
pelabuhan, penyiraman dilakukan setiap hari dengan frekuensi 5 - 6
kali sehari atau tergantung pada kebutuhan dilapangan. Upaya lainnya
adalah dengan mengatur kecepatan kendaraan angkutan batubara dengan
kecepatan maksimum 40 km /jam.
F. Biota Darat
Penanganan dan pengelolaan lingkungan terhadap biota darat dilakukan
dengan cara pembukaan /pembersihan lahan sebatas daerah yang
dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk memperkecil perubahan komposisi
dan berkurangnya keanekaragaman vegetasi pada daerah kegiatan
penambangan tersebut. Upaya – upaya lain yang dilakukan adalah
melaksanakan revegetasi dengan cara menanam tanaman penutup tanah
(cover crop) dan pohon – pohonan pada areal bekas penambangan yang
telah selesai dilakukan pengambilan batubaranya.
G. Biota Perairan
Upaya – upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan dampak
negatif terhadap biota perairan, dilaksanakan sama seperti
pengendalian dampak negatif terhadap kualitas air. Oleh karena itu
apabila terjadi perubahan terhadap penurunan kualitas air, maka secara
langsung akan berpengaruh terhadap perubahan biota perairan.
3.2.2 Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
A. Bentang Alam (Morfologi Lahan)
Rencana Pemantauan terhadap perubahan morfologi lahan yang
direncanakan dapat dilihat dari luas lahan yang berubah secara
mendasar akibat pengupasan tanah penutup dan penggalian batubara.
Adapun luas daerah rencana yang telah dibuka pada kegiatan penambangan
tahun 2009 adalah seperti pada tabel 2.
Tabel 3.1 Luas daerah yang telah mengalami perubahan hingga akhir triwulan
I tahun 2009.
" "Perusahaan "Satuan"Kumulatif" " "
"No."Kegiatan PT. NSK " "s/d 2009 " " "
" " " " " " " "
"1 "Area tambang "(Ha) "4,7 " " " "
"2 "Aktif "(Ha) "3,5 " " " "
" "Lokasi penumpukan" " " " " "
"3 "tanah penutup "(Ha) "1,5 " " " "
" "Lokasi penumpukan" " " " " "
"4 "tanah pucuk "(M2) "225 " " " "
"5 "Kolam sedimen "(Ha) "1,4 " " " "
" "Jalan Tambang " " " " " "
" "Total " "31,5 " " " "
B. Erosi Tanah
Dampak penting dari peningkatan laju erosi tanah bersumber dari
kegiatan pembersihan lahan pada tahap pengupasan dan penimbunan tanah
penutup serta pengalian batubara pada tahap operasi.
C. Penurunan Kesuburan Tanah
Penurunan kesuburan tanah timbul karena adanya kegiatan penggalian,
pemindahan dan penimbunan tanah penutup, dimana tanah lapisan atas dan
tanah lapisan bawah tercampur aduk, menyebabkan kualitas tanah akan
menurun sehingga daya dukung terhadap vegetasi juga akan menurun.
D. Kualitas Air Permukaan dan Air Limbah
Dalam rencana pelaksanaan pemantauan terhadap perubahan kualitas air
permukaan dan air limbah, yang akan dilakukan nanti adalah pengambilan
contoh uji air pada lokasi – lokasi titik pemantauan lingkungan yang
telah ditentukan yang mengacu pada dokumen rencana pemantauan
lingkungan (RPL).
E. Kualitas Udara
Dampak penting yang akan timbul dari kegiatan penambangan batubara
yaitu peningkatan kandungan debu dan kebisingan di lokasi penambangan,
lokasi penumpukan raw coal stock yard dan crushing plant, jalan angkut
batubara ke pelabuhan dan stock pile di pelabuhan. Pemantauan terhadap
kualitas udara belum dilakukan pada daerah – daerah kegiatan PT.
Nuansa Sakti Kencana maupun daerah pemukiman disekitar lokasi kegiatan
penambangan. Dan rencana pemantauan kualitas udara adalah parameter
udara ambien sesuai baku mutu lingkungan berdasarkan Perda Kaltim No.
339 tahun 1988.
F. Biota Darat
Dari hasil pemantauan flora darat dan fauna pada triwulan I ini
sebagai berikut :
Flora atau tumbuhan yang dijumpai didaerah penambangan antara
lain berupa pohon akasia, sengon, bakau, pisang hutan, rotan dan
semak belukar yang merupakan flora darat yang akan dipantau pada
triwulan berikutnya.
Sedangkan jenis fauna (hewan) yang teramati hidup didaerah
lokasi tambang adalah babi hutan, ular katak, palanduk, dan lain
jenisnya.
3.3 Evaluasi
Secara umum, kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada
triwulan I masih dalam tahap awal perencanaan. Pengendalian dan pencegahan
dampak negatif terhadap perubahan kualitas udara khususnya dampak debu di
tempat –tempat yang padat kegiatan dilakukan dengan penyiraman secara rutin
5 – 6 kali sehari atau tergantung kebutuhan lapangan. Pengelolaan
diupayakan sedemikian rupa sehingga dampak debu tersebut dapat
diminimalisasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Pengelolaan lingkungan serta pemantauan lingkungan yang dilaksanakan
oleh PT. Nuansa Sakti Kencana untuk periode triwulan I tahun 2009 masih
dalam tahap proses pengendalian air asam tambang serta penempatan
Overburden dan Top Soil.