LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA FARMASI SEMESTER III
STABILITAS OBAT
Disusun oleh: Nama
:Fransiska Marsela H.
No. Mahasiswa
: 09.0049
Dosen Pembimbing
: Nenny Kurniawati, S.Farm., Apt
LABORATORIUM FISIKA FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2010
STABILITAS OBAT
1.
TUJUAN a.
Mahasiswa dapat mempelajari stabilitas beberapa bahan obat yang dipengaruhi oleh ber berba baga gaii fakt faktor or,, sepe sepert rtii sifa sifatt fisi fisika ka kimi kimiaa baha bahan n obat, obat, suhu suhu,, cahay cahaya, a, dan dan dera deraja jad d keasaman atau pH.
b.
Mahasi Mahasiswa swa dapat dapat mempela mempelajar jarii akibat akibat yang yang terjad terjadii akibat akibat ketida ketidakst kstabi abilan lan obat oleh oleh pengaruh suhu dan pemanasan, dalam praktikum ini, digunakan asetosal sebagai bahan obat.
2.
DASAR TEORI
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan kecepatan degradasi degradasi kimiawiny kimiawinya. a. Panas, Panas, asam-asam, asam-asam, alkali-alk alkali-alkali, ali, oksigen, oksigen, cahaya, cahaya, dan fakt faktor or-f -fakt aktor or lain lain dapat dapat meny menyeba ebabk bkan an rusa rusakn knya ya obat obat.. Meka Mekani nism smee degra degradas dasii dapat dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989). Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya cahaya,, kelemb kelembaba aban, n, dan udara, udara, yang yang mampu mampu mengin menginduks duksii atau atau memper mempercepa cepatt reaksi reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994) Proses Proses laju laju merupak merupakan an hal dasar dasar yang yang perlu perlu diperh diperhati atikan kan bagi bagi setiap setiap orang orang yang yang berkaitan berkaitan dengan bidang kefarmasian. kefarmasian. Beberapa prinsip prinsip dan proses proses laju yang berkaitan berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini:
a.
Kestabilan dan tak tercampurkan Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kima yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
b.
Disolusi Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
c.
Proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh, dan laju pengeluaran obat setalah proses ditribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh, dan melalui jalur-jalur pelepasan.
d.
Kerja obat pada tingkat molekular obat Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju. (Martin, 1990)
Laju atau kecepatan suatu reaksi diartikan sebagai ± dc / dt. Artinya terjadi penambahan (+) atau pengurangan konsentrasi ( C ) dalam selang waktu (dt). Menurut hukum aksi massa, laju suatu reaksi kimia sebanding dengan hasil kali dari konsentrasi molar reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut serta dalam reaksi. Reaksi yang dimaksud adalah: aA + bB + ……..= Produk Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu atau lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke satu dinyatakan sebagai harga resiprok dari detik, menit, dan jam. Kecepatan terurainya suatu zat padat mengikuti reaksi orde nol, orde satu, ataupun orde dua, yang persamaan tetapan kecepatan reaksinya seperti tercantum dibawah ini: Orde nol
k= C t
Orde I
k = 2,302 log Co atau k = 2,302 t
C
t
log Co Co – X
Orde II
k=
X Co(Co – X)t
Dimana: k
= tetapan kecepatan reaksi
Co
= konsentrasi mula-mula zat
C
= konsentrasi zat pada waktu t
X
= jumlah obat yang terurai pada waktu t
C
= Co – X = konsentrasi mula-mula jumlah yang terurai pada waktu t
(Martin, 1990) Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu: a.
Metode Substitusi Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde reaksi tersebut.
b.
Metode Grafik Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (Co – X) terhadap t menghasilkan garis lurus bila 1 / (Co – X) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 / (Co – X) 2 terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan konsenrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.
c.
Metode Waktu Paruh Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula-mula adalah waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal (Co) seperti pada tabel waktu paruh: Orde 0 1
Persamaan orde reaksi X = k.t log Co = k (Co – X)
2
X
= k.t
.t
Persamaan waktu paruh t1/2 = Co / 2k t 1/2 = 0,693 / k
2,303 t ½ = 1 / Co.k
3
Co(Co – X) 2CoX – X2
t ½ = 3/2 x 1/Co2k
Co2 – (Co – X)2 = 2kt (Martin, 1990) 3.
ALAT DAN BAHAN
ALAT a.
Beaker glass 250 ml Duran
g.
Labu elenmeyer 250 ml Aprox
b.
Beaker glass 500 ml Pyrex
h.
Rak tabung
c.
Beaker glass 1000 ml Pyrex
i.
Serbet
d.
Buret 25 ml MC
j.
Lampu spiritus
e.
Matt Glass 10 ml Pyrex
k.
Kaki tiga dan kassa
f.
Tabung reaksi volume 20 ml Pyrex BAHAN a. Larutan Asetosal 0,1 N
d. Larutan baku sekunder NaOH 0,1 N
b. Larutan baku primer asam oksalat
e. Larutan baku sekunder H2SO4 0,1 N
c. Larutan baku primer natrium
f. Alkohol 70% 5 ml
tetraborat 4.
g. Indikator PP 2 tetes
CARA KERJA
Pipet 10 ml larutan asetosal 0,1 N, masukkan larutan ke dalam labu elenmeyer, tambahkan 5 ml alkohol 96% dan 2 tetes indikator PP, titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terbentuk larutan merah jambu (TAT)
Lakukan 4 kali titrasi, masing-masing elenmeyer dilabeli dengan waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Setelah TAT tercapai, tambahkan NaOH berlebih sebanyak 10 ml
Larutan tiap elenmeyer dibagi ke dalam 3 tabung reaksi kemudian panaskan pada suhu 40oC selama 15 menit. Lakukan percobaan yang sama pada 3 tabung lain dengan meningkatkan waktu menjadi 30 menit, 3 tabung lainnya dengan meningkatkan waktu menjadi 45 menit, dan 3 tabung terakhir dengan meningkatkan waktu menjadi 60 menit. Suhu tetap dipertahankan
Ambil tabung-tabung yang sudah mencapai waktu pemanasan yang ditentukan, celupkan ke dalam es untuk menghentikan reaksi
Larutan dari 3 tabung yang sama labelnya dicampurkan kembali ke dalam 1 elenmeyer, kemudian dititrasi dengan larutan H2SO4 0,1 N sampai warna merah jambu pudar dan terbentuk larutan tak berwarna (TAT)
Larutan NaOH 0,1 dibakukan dengan larutan asam oksalat dan larutan H2SO4 dibakukan dengan larutan natrium tetraborat
5.
DATA DAN PENGOLAHAN DATA Data Kelompok A.
Hasil Titrasi Penetapan Kadar Asetosal dengan Larutan Baku Sekunder NaOH 0,1 N
Volume NaOH 0,1 N yang
Lama Pemanasan
Volume NaOH setelah
diperlukan
Pada suhu 40oC
ditambah NaOH
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
berlebih 17,45 ml 17,55 ml 17,45 ml 32,55 ml
0,00 ml – 7,45 ml 0,00 ml – 7,55 ml 0,00 ml – 7,45 ml 0,00 ml – 7,55 ml
Ket: NaOH berlebih yang ditambahkan pada pemanasan 60 menit bukan 10,00 ml melainkan 25,00 ml karena warna larutan menjadi luntur ketika dipanaskan selama 60 menit sehingga volume NaOH berlebih ditingkatkan dari jumlah normal (10,00 ml).
B. Pembakuan NaOH dengan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
Volume NaOH yang dibutuhkan: 0,00 ml – 10,25 ml C.
Pembakuan H2SO4 dengan Larutan Baku Primer Natrium Tetraborat
Volume H2SO4 yang dibutuhkan: 0,00 ml – 6,20 ml D. Hasil
Titrasi Penetapan Kadar Asetosal yang terurai dengan Larutan Baku
Sekunder H2SO4 pada pemanasan dengan suhu 40 oC
Ket: Volume asetosal yang terurai diperoleh dari pengurangan volume NaOH keseluruhan dengan volume H2SO4 untuk titrasi. Lama Pemanasan
Volume NaOH
15 menit 30 menit 45 menit 60 menit
keseluruhan 17,45 ml 17,55 ml 17,45 ml 32,55 ml
Volume H2SO4
Volume asetosal
3,55 ml 2,65 ml 2, 60 ml 6, 85 ml
yang terurai 14,1 ml 14, 9 ml 14, 85 ml 25, 7 ml
Data Kelas A. Data Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat 1. Data Penimbangan Asam Oksalat dan Perhitungan Normalitas larutan Baku Primer Asam Oksalat
Diketahui data penimbangan pembuatan larutan asam oksalat: Berat cawan + asam oksalat
= 2,1355 g
Berat cawan
= 0, 8744 g _
Berat asam oksalat
= 1,2611 g
Valensi asam oksalat
=2
BM / MR asam oksalat
= 126
Normalitas Larutan Asam Oksalat = bobot asam oksalat (g) x 1000 x valensi
MR asam oksalat x volume larutan (ml) = 1,2611 g x 1000 x 2
= 0,1001 = 0,1 N
126 x 200 ml
2. Data
titrasi pembakuan NaOH dengan baku primer Asam Oksalat (H 2C2O4)
Kelompok
Volume Asam Oksalat (ml)
Volume NaOH (ml)
Normalitas
1
10,0 ml
0,00 ml – 10,25 ml
Asam oksalat 0,1 N
2
10,0 ml
0,00 ml – 10,20 ml
0,1 N
3
10,0 ml
0,00 ml – 10,40 ml
0,1 N
4
10,0 ml
0,00 ml – 10,40 ml
0,1 N
5
10,0 ml
0,00 ml – 9,90 ml
0,1 N
Maka normalitas sebenarnya NaOH dari masing-masing kelompok dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Normalitas NaOH sebenarnya untuk kelompok 1
Volum asam oksalat x Normalitas asam oksalat
= Volum NaOH x Normalitas
NaOH 10,0 ml x 0,1 N
= 10,25 ml x Normalitas NaOH
Normalitas NaOH = (10,0 ml x 0,1 N) / 10,25 ml = 0,098 N Normalitas NaOH sebenarnya untuk kelompok 2
Volum asam oksalat x Normalitas asam oksalat = Volum NaOH x Normalitas NaOH 10,0 ml x 0,1 N
= 10,20 ml x Normalitas NaOH
Normalitas NaOH = (10,0 ml x 0,1 N) / 10,20 ml = 0,098 N Normalitas NaOH sebenarnya untuk kelompok 3
Volum asam oksalat x Normalitas asam oksalat = Volum NaOH x Normalitas NaOH 10,0 ml x 0,1 N
= 10,40 ml x Normalitas NaOH
Normalitas NaOH = (10,0 ml x 0,1 N) / 10,40 ml = 0,096 N
Normalitas NaOH sebenarnya untuk kelompok 4
Volum asam oksalat x Normalitas asam oksalat = Volum NaOH x Normalitas NaOH 10,0 ml x 0,1 N = 10,40 ml x Normalitas NaOH Normalitas NaOH = (10,0 ml x 0,1 N) / 10,40 ml = 0,096 N Normalitas NaOH sebenarnya untuk kelompok 5
Volum asam oksalat x Normalitas asam oksalat = Volum N aOH x Normalitas NaOH 10,0 ml x 0,1 N = 9,90 ml x Normalitas NaOH Normalitas NaOH = (10,0 ml x 0,1 N) / 9,90 ml = 0,101 N Jika semua normalitas NaOH sebenarnya diatas disusun dalam bentuk tabel, maka diperoleh tabel sebagai berikut: Kelompok
Volume Asam Oksalat
Volume NaOH
1
(ml) 10,0 ml
(ml) 0,00 ml – 10,25 ml
0,0976 N
2
10,0 ml
0,00 ml – 10,20 ml
0,0981 N
3
10,0 ml
0,00 ml – 10,40 ml
0,0961 N
4
10,0 ml
0,00 ml – 10,40 ml
0,0960 N
5
10,0 ml
0,00 ml – 9,90 ml
0,1010 N
B. Data
Normalitas NaOH sebenarnya
Pembakuan H2SO4 dengan Natrium Tetraborat
1. Data
Penimbangan Natrium Tetraborat dan Perhitungan Normalitas larutan
baku primer Natrium Tetraborat (Na 2B4O7.10H2O)
Diketahui data penimbangan pembuatan larutan Natrium Tetraborat: Berat cawan + Natrium Tetraborat
= 20,3367 g
Berat cawan
= 16,5116 g _
Berat Natrium Tetraborat
= 3,8251 g
BM / MR Natrium Tetraborat
= 382
Valensi Natrium Tetraborat
=2
Normalitas Natrium Tetraborat = bobot Natrium Tetraborat (g) x 1000 x valensi MR Natrium Tetraborat x volume larutan (ml) = 3,8251 g x 1000 x 2 382 x 200 ml = 0,1001N = 0,1 N 2.
Data titrasi pembakuan H2SO4 dengan larutan baku primer Natrium Tetraborat (Na2B4O7.10H2O)
Kelompok
Volume Natrium tetraborat (ml)
Volume H2SO4 (ml)
1
10,0 ml
0,00 ml – 6,20 ml
2
10,0 ml
0,00 ml – 6,00 ml
3
10,0 ml
0,00 ml – 6,10 ml
4
10,0 ml
0,00 ml – 6,80 ml
5
10,0 ml
0,00 ml – 7,30 ml
Maka normalitas sebenarnya H2SO4 dari masing-masing kelompok dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Normalitas H2SO4 sebenarnya untuk kelompok 1
Volum Na tetraborat x Normalitas Na tetraborat = Volum H2SO4 x Normalitas H2SO4 10,0 ml x 0,1 N
= 6,20 ml x Normalitas sebenarnya H2SO4
Normalitas sebenarnya H2SO4 = (10,0 ml x 0,1 N) / 6,20 ml = 0,161 N
Normalitas H2SO4 sebenarnya untuk kelompok 2
Volum Na tetraborat x Normalitas Na tetraborat = Volum H2SO4 x Normalitas H2SO4 10,0 ml x 0,1 N
= 6,10 ml x Normalitas sebenarnya H2SO4
Normalitas sebenarnya H2SO4 = (10,0 ml x 0,1 N) / 6,10 ml = 0,167 N Normalitas H2SO4 sebenarnya untuk kelompok 3
Volum Na tetraborat x Normalitas Na tetraborat = Volum H2SO4 x Normalitas H2SO4 10,0 ml x 0,1 N
= 6,10 ml x Normalitas sebenarnya H2SO4
Normalitas sebenarnya H2SO4
= (10,0 ml x 0,1 N) / 6,10 ml = 0,164 N
Normalitas H2SO4 sebenarnya untuk kelompok 4
Volum Na tetraborat x Normalitas Na tetraborat = Volum H2SO4x Normalitas H2SO4 10,0 ml x 0,1 N
= 6,80 ml x Normalitas sebenarnya H2SO4
Normalitas sebenarnya H2SO4 = (10,0 ml x 0,1 N) / 6,80 ml = 0,147 N Normalitas H2SO4 sebenarnya untuk kelompok 5
Volum Na tetraborat x Normalitas Na tetraborat = Volum H2SO4x Normalitas H2SO4 10,0 ml x 0,1 N
= 7,30 ml x Normalitas sebenarnya H2SO4
Normalitas sebenarnya H2SO4 = (10,0 ml x 0,1 N) / 6,10 ml = 0,137 N Jika semua normalitas H2SO4 sebenarnya diatas disusun dalam bentuk tabel, maka diperoleh tabel sebagai berikut: Kelompok 1
Volume Natrium tetraborat Volume H2SO4 (ml) (ml) 10,0 ml 0,00 ml – 6,20 ml
Normalitas H2SO4 sebenarnya
2
10,0 ml
0,00 ml – 6,00 ml
0,167 N
3
10,0 ml
0,00 ml – 6,10 ml
0,164 N
4
10,0 ml
0,00 ml – 6,80 ml
0,147 N
5
10,0 ml
0,00 ml – 7,30 ml
0,137 N
0,161 N
D. Perhitungan Konsentrasi Asam Salisilat
Pada titrasi sebelum pemanasan (titrasi dengan baku sekunder NaOH), titrasi terjadi ketika seluruh molekul asetosal telah bereaksi dengan molekul NaOH, yang ditunjukkan dengan warna ungu pada larutan dengan indikator PP (Fenolftalein). Setelah TAT tercapai, sesuai prosedur kerja, ditambahkan NaOH berlebih dengan volume 10 ml. Pada pemanasan yang kemudian dilakukan, asetosal terurai menjadi 2 produk, salah satunya adalah asam salisilat yang perlu dihitung kadarnya untuk mengetahui berapa jumlah asetosal yang telah terurai. Dalam pemanasan, sebagian molekul NaOH berikatan dengan molekul asam salisilat yang terbentuk dalam larutan. Pada titrasi setelah pemanasan dengan baku sekunder H2SO4, volume H2SO4 yang diperlukan sampai TAT kedua merupakan volume NaOH bebas yang tidak bereaksi dengan molekul asam salisilat, sehingga molekul tersebut bereaksi dengan molekul H2SO4. Volume NaOH yang berikatan dengan asam salisilat merupakan pengurangan dari volume NaOH berlebih yang ditambahkan di awal (10 ml) dengan volume H2SO4 untuk titrasi sesudah pemanasan. Maka volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat dan kadar asam salisilat yang terbentuk pada pemanasan untuk tiap suhu (kelompok) bisa dihitung dengan cara sebagai berikut: 1. Kelompok
1 (Suhu 40 oC)
a. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 15 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 3,35 ml = 6,65 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0976
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 6,65 ml x 0,0976 x 138 x 100% = 0,89 % 1000 x 10,0 ml x 1 b.
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 30 menit
Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,65 ml = 7,35 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0976
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,35 ml x 0,0976 x 138 x 100% = 0,99 % 1000 x 10,0 ml x 1 c. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 45 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,60 ml = 7,40 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0976
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,40 ml x 0,0976 x 138 x 100% = 1,00 % 1000 x 10,0 ml x 1 d. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 60 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 25,00 ml –6,85 ml = 18,15 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0976
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat
= 18,15 ml x 0,0976 x 138 x 100% = 2,44 % 1000 x 10,0 ml x 1 2. Kelompok
2 (Suhu 45 oC)
a. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 15 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,60 ml = 7,40 ml
Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,0981
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,40 ml x 0,0981 x 138 x 100% = 1,00 % 1000 x 10,0 ml x 1 b.
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 30 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,65 ml = 7,60 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarnya
= 0,0981
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,60 ml x 0,0981 x 138 x 100% = 1,03 % 1000 x 10,0 ml x 1 c. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 45 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,30 ml = 7,70 ml
Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0981
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,70 ml x 0,0981 x 138 x 100% = 1,04 % 1000 x 10,0 ml x 1
d. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 60 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,20 ml = 7,80 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0976
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,80 ml x 0,0981 x 138 x 100% = 1,06 % 1000 x 10,0 ml x 1 3. Kelompok
3 (Suhu 50 oC)
a. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 15 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,50 ml = 7,50 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,0961
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,50 ml x 0,0961 x 138 x 100% = 0,99 %
1000 x 10,0 ml x 1 b.
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 30 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,80 ml = 7,20 ml
Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarnya
= 0,0961
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,20 ml x 0,0961 x 138 x 100% = 0,95 % 1000 x 10,0 ml x 1 c.
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 45 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,50 ml = 7,50 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,0961
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,50 ml x 0,0961 x 138 x 100% = 0,99 % 1000 x 10,0 ml x 1 d. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 60 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,70 ml = 7,30 ml Diketahui: Mr asam salisilat Normalitas NaOH
= 138 = 0,0961
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,30 ml x 0,0961 x 138 x 100% = 0,97 % 1000 x 10,0 ml x 1
4. Kelompok
a.
4 (Suhu 55 oC)
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 15 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,50 ml = 7,50 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,0960
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,50 ml x 0,0960 x 138 x 100% = 0,9936 % 1000 x 10,0 ml x 1 b. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 30 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,90 ml = 7,10 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarnya
= 0,0960
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,10 ml x 0,0960 x 138 x 100% = 0,94 % 1000 x 10,0 ml x 1
c. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 45 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,50 ml = 7,50 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,0960
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,50 ml x 0,0960 x 138 x 100% = 0,9936 % 1000 x 10,0 ml x 1 d. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 60 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,60 ml = 7,40 ml
Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH
= 0,0960
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,40 ml x 0,0960 x 138 x 100% = 0,9804 % 1000 x 10,0 ml x 1 5. Kelompok
a.
5 (Suhu 60 oC)
Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 15 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,90 ml = 7,10 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,1010
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,10 ml x 0,1010 x 138 x 100% = 0,99 % 1000 x 10,0 ml x 1 b. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 30 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,60 ml = 7,40 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarnya
= 0,1010
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,40 ml x 0,1010 x 138 x 100% = 1,03 % 1000 x 10,0 ml x 1 c. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 45 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,70 ml = 7,30 ml Diketahui: Mr asam salisilat
= 138
Normalitas NaOH sebenarmya
= 0,1010
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,30 ml x 0,1010 x 138 x 100% = 1,02 % 1000 x 10,0 ml x 1 d. Data yang diperoleh dengan waktu pemanasan (t) 60 menit Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat = Volume NaOH berlebih yang ditambahkan – Volume H2SO4 = 10,00 ml – 2,20 ml = 7,80 ml Diketahui: Mr asam salisilat Normalitas NaOH
= 138 = 0,1010
Valensi asam salisilat
=1
Kadar asam salisilat = V NaOH x N NaOH x Mr Asam Salisilat x 100% 1000 x volume asam salisilat x valensi asam salisilat = 7,80 ml x 0,1010x 138 x 100% = 1,09 % 1000 x 10,0 ml x 1
E. Data Konsentrasi Asam Salisilat
Dari hasil perhitungan konsentrasi asam salisilat dalam berbagai suhu dan beberapa waktu, dihasilkan berbagai konsentrasi asam salisilat. Jika dirangkum dalam tabel maka hasilnya adalah sebagai berikut: Suhu 40oC 45oC 50oC 55oC 60oC 6.
15 Menit 0,89% 1,00% 0,99% 0,99% 0,99%
30 Menit 0,99% 1,03% 0,95% 0,94% 1,03%
45 Menit 1,00% 1,04% 0,99% 0,99% 1,02%
60 Menit 2,44% 1,06% 0,97% 0,98% 1,09%
PEMBAHASAN
Percobaan stabilitas obat yang dilakukan pada praktikum kali ini tidak menggunakan UV Spektrometer tetapi menggunakan metode titrasi bertingkat dengan tujuan mengukur konsentrasi bahan obat yang terurai dengan pengaruh pemanasan, dalam hal ini asetosal menjadi asam salisilat. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, prosedur penetapan kadar asetosal adalah sebagai berikut: Timbang seksama asetosal 500 mg, larutkan dalam 10 ml etanol 95% P. Titrasi dengan NaOH 0,1 N dan dengan indikator larutan PP (Anonim, 1979). Titik akhir titrasi dengan NaOH tercapai saat terbentuk warna merah jambu yang mantap pada larutan. Warna ini disebabkan oleh terbentuknya Senyawa Natrium Salisilat hasil reaksi asetosal (asam asetilsalisilat) dengan NaOH yang menyebabkan pH larutan menjadi basa lemah, sehingga indikator PP memberikan perubahan warna (Indikator PP berubah warna menjadi merah jambu pada rentang pH basa lemah, yaitu 8-10).
Pada pemanasan, larutan Natrium salisilat akan terurai menjadi asam salisilat sebagai salah satu produknya yang diukur konsenstrasinya dalam praktikum kali ini. Penambahan NaOH berlebih sebelum pemanasan bertujuan untuk mereaksikan asam salisilat dengan NaOH bebas tersebut. Jika konsentrasi asam salisilat dibandingkan terhadap suhu pemanasan dan lama pemanasan, kemudian diplotkan dalam grafik, maka grafik yang terbentuk adalah sebagai berikut: Konsentrasi asam salisilat dalam larutan mengalami peningkatan dengan adanya pemanasan dan peningkatan temperatur, terbukti konsentrasi asam salisilat pada pemanasan suhu 60oC selama 60 menit merupakan konsentrasi tertinggi (1,09%). Dalam pemanasan, sebagian molekul NaOH berikatan dengan molekul asam salisilat yang terbentuk dalam larutan. Pada titrasi setelah pemanasan dengan baku sekunder H2SO4, volume H2SO4 yang diperlukan sampai TAT kedua merupakan volume NaOH bebas yang tidak bereaksi dengan molekul asam salisilat, sehingga molekul tersebut bereaksi dengan molekul H2SO4, sehingga volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat dapt dihitung dengan mengurangi volume NaOH berlebih yang ditambahkan sebelum pemanasan dengan volume H2SO4 yang digunakan. Volume NaOH yang bereaksi dengan asam salisilat dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi asam salisilat. Suhu pemanasan dan konsentrasi asam salisilat pada grafik konsentrasinya seharusnya membentuk suatu grafik yang linear (kenaikan suhu dan kenaikan konsentrasi berbanding lurus), jika grafik tidak linear, bisa dipastikan terjadi beberapa kesalahan dalam percobaan, misalnya salah melihat meniskus pada buret, kesalahan dalam pemipetan larutan, dan kesalahan dalam titrasi (misalnya: buret bocor). Konsentrasi asam salisilat harus dihitung untuk mengetahui jumlah asetosal yang terurai karena jumlah asetosal yang terurai adalah jumlah asam salisliat, dengan kata lain konsentrasi asam salisilat yang dihitung merupakan konsentrasi asetosal yang terurai. Asetosal yang terurai pada pemanasan menghasilkan asam salisilat dan air sebagai produk uraiannya. Fungsi asetosal sebagai bahan obat adalah sebagai analgetik antipiretik. Natriun tetraborat merupakan larutan baku primer asam sulfat yang juga berfungsi sebagai antiseptik ekstern, sedangkan asam oksalat merupakan larutan baku primer dari NaOH. Pada prosedur resmi pembakuan NaOH Farmakope Indonesia edisi III, digunakan larutan
Kalium Biftalat sebagai larutan baku primer, namun pada praktikum ini digunakan asam oksalat karena jauh lebih mudah didapat dan lebih murah. 7.
KESIMPULAN
Stabilitas dan degradasi kimiawi obat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: sifat fisika kimia bahan obat, suhu, cahaya, adanya penambahan senyawa-senyawa kimia lain, dan perubahan pH pada bahan obat. 8.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Martin. A, 1993, Farmasi Fisika, Edisi III, Jilid II, Indonesia University Press. Moechtar, 1989, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Dosen Pembimbing
Semarang, 15 Desember 2010
( Nenny Kurniawati, S.Farm., Apt )
(Fransiska Marsela H.)