AYU MELINDA
15020140081
STABILITAS OBAT
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obat secara umum didefinisikan sebagai suatu zat atau bahan yang digunakan untuk mengurangi, mencegah, dan mengobati suatu penyakit. Obat itu sendiri diperoleh dari bahan alam, baik tumbuhan maupun hewan, yang diolah dengan campuran bahan-bahan kimia. Proses pembuatan dilakukan dengan sintesis maupun nonsintesis.
Sediaan obat dalam bidang farmasi terdiri dari berbagai macam sediaan atau kemasan. Sediaan-sediaan obat ini dapat berupa sediaan steril, tablet, pil, kapsul, larutan, dan sediaan lain, yang memiliki efek terapi masing-masing.
Dalam bidang farmasi dipelajari tentang cara dan teknik pembuatan suatu sediaan obat. Sediaan obat yang diproduksi dalam jumlah besar, perlu diperhatikan kestabilan dari bahan dan sediaan obat tersebut. Jika tidak diperhatikan kestabilan dari sediaan obat tersebut, maka dapat megalami kerusakan pada penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan kerusakan sediaan obat dalam waktu penyimpanan adalah suhu, oksigen, cahaya dan factor-faktor lain. Oleh sebab itu seorang farmasi di tuntut untuk memproduksi obat-obat yang bermanfaat dan bermutu selama penggunaan oleh konsumen atau pasien.
Sebagai seorang farmasis, perlu dipelajari dan diketahui tentang pengujian stabilitas serta hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu obat sehingga dalam formulasi dapat diformulasikan suatu obat yang benar-benar baik terkhusus kstabilannya. Karena obat tidak selamanya stabil, adakalanya obat akan mengalami kerusakan sebelum dikonsumsi, tergantung dari sediaan farmasinya seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor lingkungan seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah praktikum farmasi fisika dengan percobaan stabilitas obat.
Tujuan Percobaan
Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.
Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat.
Menentukan usia simpan suatu zat.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Umum
Stabilitas diartikan bahwa obat (bahan obat, sediaan obat), disimpan dalam kondisi penyimpanan dan pengangkutannya tidak menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperoleh (Voigt, 1995 : 607).
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).
Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 5).
Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).
Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dan lainnya). Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi, dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957 : 73).
Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif, bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 8).
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sutau zat sehingga dapat dipilih pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim, 2015 : 13).
Sejumlah besar zat kemoterapi modern ini adalah asam lemah atau basa lemah. kelarutan zat-zat ini dapat dengan mudah atau nyata dipengaruhi oleh pH lingkungan. Melalui pemakaian hukum aksi massa , kelarutan obat – obat asam – asam lemah maupun basa – basa lemah dapat diramalkan, sebagai fungsi pH, dengan derajat ketetapan yang besar. Dalam memilih pH lingkungan untuk kelarutan yang memadai ada beberapa faktor yang lainnya yang perlu diperhatikan , pH memenuhi persyratan kelarutan tidak harus bertentangan dengan persyaratan produk lain. Jika pH kritis untuk menjaga kelarutan obat , sistem tersebut harus dapar dalam kisaran pH yang diinginkan, dapar harus aman secara biologis, mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak terhadap stabilitas produk akhir (Lachman, 1994 : 1523).
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita harus diyakinkan bahwa obat yang digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan (Martin, 1993 724).
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai peristiwa ini (Martin, 1993 : 724) :
Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.
Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi.Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Ansel, 1989 : 157).
Pada masa lalu banyak perusahaan farmasi mengadakan evaluasi mengenai kestabilan sediaan farmasi dengan pengamatan selama atau lebih, sesuai dengan waktu normal yang diperlukan dalam penyimpanan dan dalam penggunaan.Metode seperti itu memakan waktu dan tidak ekonomis.Penelitian yang dipercepat pada temperatur tinggi juga banyak dilakukan oleh banyak perusahaan, tetapi kriterianya sering merupakan kriteria buatan yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip dasar kinetik. Contohnya, beberapa perusahaan menggunakan aturan bahwa penyimpanan cairan pada 37ºC mempercepat penguraian 2 kali lajunya pada temperatur normal, sementara perusahaan lain mengandaikan bahwa kondisi tersebut mempercepat penguraian dengan 20 x laju normal. Telah dibuktikan bahwa koefisien temperatur buatan dan kestabilan tidak dapat diterapkan pada sediaan-sediaan cair dan sediaan farmasi yang lain. Perkiraan waktu penyimpanan harus diikuti dengan analisis yang dirancang secara hati-hati untuk bermacam-macam bahan dalam tiap produk jika hasilnya cukup berarti (Martin, 1993 : 811).
Uraian Bahan
Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai fase air
Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Kandungan : Tidak kurang dari 97.5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 205% Na2CO3
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, dan mudah meleleh, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Parasetamol ( Ditjen POM, 1979 : 37 )
Nama Resmi : ASETAMINOPHENUM
Nama lain : Parasetamol, asetaminofen
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit
Rumus struktur : OH
NHCOCH3
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel.
BAB 3 METODE KERJA
Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan stabilitas obat yaitu timbangan, labu takar 100 mL, labu takar 50 mL, labu takar 10 mL, spektofotometer, kuvet, gelas kimia 100 ml, batang pengaduk, sendok tanduk, gelas ukur 10 mL, vial, oven, spoit 1 ml, stopwatch, dan botol semprot.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu parasetamol, sirup parasetamol air, dan larutan NaOH 0,1 N.
Cara Kerja
Penetapan kadar sirup parasetamol
Sirup parasetamol sebanyak 1 ml ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,1 N, hingga 10 ml kemudian di pipet sebanyak 1 ml ditambahkan air hingga 50 ml. ukur serapannya. Hitung bobot zat dalam mg dalam sirup.
Penentuan umur simpan sirup parasetamol
Sirup paracetamol dimasukkan kedalam 21 vial masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC, 50oC, dan 60oC, pada hari ke 0, 1, 2, 3 dan 4 diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Pembuatan Kurva Baku
Konsentrasi (ppm)
Absorban
12
0,2
17
0,28
24
0,41
36
0,57
48
0,76
Nilai: a= 0,021
b= 0,015
r= 0,998
Data Sampel
Suhu 40˚C
Menit
Absorbansuhu 40˚C
Ct
log Ct
1/Ct
0
0.885
57.6
1.760
0.017
30
0.864
56.2
1.749
0.018
60
0.843
54.8
1.738
0.018
90
0.821
53.333
1.726
0.019
120
0.803
52.133
1.717
0.019
150
0.783
50.8
1.705
0.020
180
0.765
49.6
1.695
0.020
orde 0
orde 1
orde 2
a= 57.50952
a= 1.75
a= 0.0172
b= -0.0446
b= -0.000361
b= 0,00016
r= -0.99949
r= -0.9998
r= 0.970
Suhu 50˚C
Menit
Absorbansuhu 50˚C
Ct
log Ct
1/Ct
0
0.885
57.6
1.760
0.017
30
0.860
55.933
1.747
0.018
60
0.838
54.466
1.736
0.018
90
0.816
53
1.724
0.019
120
0.795
51.6
1.712
0.019
150
0.774
50.2
1.700
0.020
180
0.755
48.933
1.689
0.020
orde 0
orde 1
orde 2
a= 57.425
a= 1.7594
a= 0.0172
b= -0.0480
b= -0.0003940
b= 0,0000166
r= -0.999335
r= -0.9998585
r= 0.9707253
Suhu 60˚C
Menit
Absorbansuhu 60˚C
Ct
log Ct
1/Ct
0
0.885
57.6
1.760
0.017
30
0.845
54.933
1.739
0.018
60
0.809
52.533
1.720
0.019
90
0.775
50.266
1.701
0.020
120
0.747
48.4
1.684
0.021
150
0.715
46.266
1.665
0.022
180
0.683
44.133
1.644
0.023
orde 0
orde 1
orde 2
a= 57.21905
a= 1.758
a= 0.017
b= -0.074
b= -0.000633
b= -0,000033
r= -0.998
r= -0.9996
r= 0.9990
Nilai Ea, K, pada suhu 25˚C dan usia simpan
Suhu
Suhu(˚K)
b
K
log K
1/T
40
313
0.000361
0.000831
-3.080
0.0031948
50
323
0.000394
0.000907
-3.042
0.003095975
60
333
0.00063
0.00145
-2.88
0.00300300
Nilai: a= 0,893
b= -1252,526952
r= -0,91828
Perhitungan
Suhu 40˚C
Menit 0
X= y-ab= 0,885-0,0210,015= 0,8640,015=57,6 ppm
logCt=log57,6=1,760
1Ct= 157,6=0,017
Menit 30
X= y-ab= 0,864-0,0210,015= 0,8430,015=56,2 ppm
logCt=log56,2=1,749
1Ct= 156,2=0,018
Menit 60
X= y-ab= 0,843-0,0210,015= 0,8220,015=54,8 ppm
logCt=log54,8=1,738
1Ct= 154,8=0,018
Menit 90
X= y-ab= 0,821-0,0210,015= 0,80,015=53,33333 ppm
logCt=log53,33333 =1,726
1Ct= 153,33333 =0,019
Menit 120
X= y-ab= 0,803-0,0210,015= 0,7820,015=52,13333 ppm
logCt=log52,13333=1,717
1Ct= 152,13333=0,019
Menit 150
X= y-ab= 0,783-0,0210,015= 0,7620,015=50,8 ppm
logCt=log50,8=1,705
1Ct= 150,8=0,020
Menit 180
X= y-ab= 0,765-0,0210,015= 0,7440,015=49,6 ppm
logCt=log49,6=1,695
1Ct= 149,6=0,020
Suhu 50˚C
Menit 0
X= y-ab= 0,885-0,0210,015= 0,8640,015=57,6 ppm
logCt=log57,6=1,76
1Ct= 157,6=0,017
Menit 30
X= y-ab= 0,86-0,0210,015= 0,8390,015=55,93333 ppm
logCt=log55,93333=1,747
1Ct= 155,93333=0,018
Menit 60
X= y-ab= 0,838-0,0210,015= 0,8170,015=54,46667 ppm
logCt=log554,46667=1,736
1Ct= 154,46667=0,018
Menit 90
X= y-ab= 0,816-0,0210,015= 0,7950,015=53ppm
logCt=log53 =1,724
1Ct= 153,33333 =0,019
Menit 120
X= y-ab= 0,795-0,0210,015= 0,7740,015=51,6 ppm
logCt=log51,6=1,712
1Ct= 151,6=0,019
Menit 150
X= y-ab= 0,774-0,0210,015= 0,7530,015=50,2 ppm
logCt=log50,2=1,70
1Ct= 150,2=0,020
Menit 180
X= y-ab= 0,755-0,0210,015= 0,7340,015=48,93333 ppm
logCt=log48,93333=1,689
1Ct= 148,93333=0,020
Suhu 60˚C
Menit 0
X= y-ab= 0,885-0,0210,015= 0,8640,015=57,6 ppm
logCt=log57,6=1,760
1Ct= 157,6=0,017
Menit 30
X= y-ab= 0,845-0,0210,015= 0,8240,015=54,93333 ppm
logCt=log54,93333=1,739
1Ct= 154,93333=0,018
Menit 60
X= y-ab= 0,809-0,0210,015= 0,7880,015=52,53333 ppm
logCt=log52,53333=1,720
1Ct= 1552,53333=0,018
Menit 90
X= y-ab= 0,755-0,0210,015= 0,7540,015=50,26667 ppm
logCt=log50,26667 =1,701
1Ct= 150,26667 =0,020
Menit 120
X= y-ab= 0,742-0,0210,015= 0,7260,015=48,8 ppm
logCt=log48,8 =1,684
1Ct= 148,8 =0,020
Menit 150
X= y-ab= 0,715-0,0210,015= 0,6940,015=46,26667 ppm
logCt=log6,26667=1,665
1Ct= 16,26667=0,022
Menit 180
X= y-ab= 0,683-0,0210,015= 0,6620,015=44,13333 ppm
logCt=log44,13333=1,644
1Ct= 144,13333=0,0223
Penentuan nilai K
Suhu 40˚C
K=0,00036×2,303=0,000831
Suhu 50˚C
K=0,000394×2,303=0,000907
Suhu 60˚C
K=0,000633×2,303=0,001458089
Penentuan Usia Simpan
logK (y)=loga (a)-EaR×2,303b× 1T(X)=
25˚C + 273˚K = 298˚K = 1289˚K=0,00355˚K
y=a +bx
=0,8935+-1252,527 X
Log K= Log 0,8935-1252,527 ×0,00355
= -4,2448
=AntiLog -4,2448= 0,000056911
logCt=logCo-K ×t902,303=
log21,6=log24- 0,000056911 × t902,303
1,3344=1,3802- 0,0000856911 × t902,303
-0,046= -0,000056911 × t902,303
-0,105938= -0,000056911 × t90
t90 = - 0,105938-0,00005691
= 1821,500015 menit
= 31 jam
Pembahasan
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik.
Energi aktivasi (Ea) yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya.
t90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu Syrup Parasetamol. Variasi suhu yang digunakan dalam percobaan yaitu 40oC, 50oC dan 60oC, dimana maksud dari dilakukannya variasi suhu tersebut yaitu agar diketahui pada suhu berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat.
Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit, dimana maksud dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada setiap waktu kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat semakin cepat.
Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi sampel maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa parasetamol mengikuti orde 1 dimana nilai regresi pada orde satu yang paling mendekati 1. t90 adalah 1821,500015 menit atau 31 jam.
Aplikasi stabilitas bahan obat dalam dunia farmasi yaitu untuk mengetahui profil fisika kimia yang lengkap dari bahan obat yang tersedia, yaitu dengan diketahui stabilitas suatu obat, maka kita dapat mengetahui sifat-sifat fisika dan kimia dari obat tersebut. sangat penting dimana kita dapat mengetahui dan menetapkan massa kadaluarsa (data exp) dari setiap sediaan obat atau makanan yang diproduksi.
Beberapa faktor kesalahan pada percobaan ini adalah suhu yang tidak konstan dan stabil, waktu pemipetan yang kurang tepat, kesalahan pada penimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. "Penuntun Praktikum Farmasi Fisika". UMI : Makassar.
Ansel C. Howard. 1989. " Pengantar Bentuk Sedian Farmasi Edisi Keempat". UI-Press : Jakarta.
Ditjen POM. 1979. "Farmakope Indonesia Edisi III". Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Jenkins. 1957. "Farmasi Fisika". UGM Press : Yogyakarta.
Joshita. 2008. "Obat-Obat untuk Paramedis". UI Press : Jakarta.
Lachman. 1994. "Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 3". UI-Press, Jakarta.
Martin Alfred. 1993. " Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga". UI Press : Jakarta.
Voigt, R. 1995. "Buku Pelajaran Teknologi Farmasi". UGM Press : Yogyakarta.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel parasetamol adalah 1821,500015 menit atau 31 jam.
Saran
Adanya komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten pendamping dalam praktikum sehingga segala sesuatunya lebih terkoordinasi.
[Type the document title]