LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
ACARA VI
PROSESING BUAH
Disusun oleh:
Nama : Dina Riva DhatiNIM : 12731Gol./Hari : C2/SelasaAsisten : Tenti Okta VitaNama : Dina Riva DhatiNIM : 12731Gol./Hari : C2/SelasaAsisten : Tenti Okta Vita
Nama : Dina Riva Dhati
NIM : 12731
Gol./Hari : C2/Selasa
Asisten : Tenti Okta Vita
Nama : Dina Riva Dhati
NIM : 12731
Gol./Hari : C2/Selasa
Asisten : Tenti Okta Vita
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
ACARA VI
PROSESING BUAH
ABSTRAKSI
Praktikum Teknologi Benih acara VI Prosesing Buah dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 April 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam cara prosesing buah pada tipe buah yang berbeda serta untuk mengetahui efektifitas pengelolaan yang dilakukan. Alat-alat yang digunakan adalah petridish, filteran, pisau, kapas, kertas saring, pinset, dan timbangan elektrik. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah cabai merah dan hijau, tomat,dan terung,serta HCl 35%. Metodologi dalam praktikum ini adalah membelah masing-masing buah dan mengambil biji untuk kemudian dikeringkan dan ditimbang berat 100 benihnya. Hasil pengujian didapat bahwa benih cabai merah memiliki nilai randoman dan berat 100 biji yang paling tinggi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agar diperoleh benih yang bermutu, saat pemungutan buah dan cara pemisahan biji dari buah haruslah dipahami benar. Beberapa faktor mempengaruhi saat pengumutan buat antara lain: temperatur, kelembaban udara, kelembaban tanah, keadaan cuaca, dan tentunya terhadap tingkat kemasakan buah sendiri. Pelaksanaan pemungutan yang teapat saatnya, dan cara pemisahan yang dilakukan secara benar, akan memberikan hasil dan mutu yang tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang diperoleh adalah keseragaman tumbuh tanaman, keserentakan masaknya, kebernasannya, dan cara melakukan panen.
Saat pemungutan yang tepat adalah pada waktu biji tepat masak secara fisiologis (physiology maturity). Hal ini akan tampak pada warna buah (buah masak). Misalnya, warna buah tomat berubah menjadi merah, terong dan mentimun menjadi kuning dan lain-lain. Pemungutan yang terlalu awal atau terlalu terlambat, akan memberikan hasil benih yang lebih jelek mutunya.
Ada tipe-tipe buah yang berbeda cara pemisahan bijinya (disini ditekankan pada tanaman sayuran) sebagai berikut:
Dry Fruit
Pada saat pemungutan, buah masak, buah dan biji kering pada tanaman induknya. Misalnya, bawang, kubis, pea, kacang-kacnagan, dan juga cerealia. Pada tanaman-tanaman ini pemisahan biji/benih dengan perontokan (treshing).
Dry Fleshly Fruit
Pada saat pemungutan buah, buah dan biji masak, buah mengandung air, tapi kadar airnya relative rendah. Misalnya pada buah museum (bottle gourd), trememes (ridge gourd), pare (bitter gourd, snake gourd), Cabai, terong, waluh, dan lain-lain. Pada buah ini pemisahan biji dengan cara membelah buah, kemudian memisahkan pada pancuran/kran dan sekaligus mencuci bijinya.
Wet Fleshly Fruit
Pada saat pemungutan, buah masih banyak mengandung air, dan pada sekitar biji berlendir. Misalnya pada buah tomat, mentimun, dan lain-lain, pemisahan biji dengan membelah buah, memeras sampai biji keluar.
Tujuan
Mengetahui berbagai cara prosesing buah yang berbeda-beda.
Mengetahui efektifitas pengelolaan yang dilakukan.
Mengetahui jumlah benih yang didapat dari sauatu prosesing buah.
TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan sampai diterima oleh petani untuk ditanam. Untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang tinggi yang sesuai dengan keinginan petani,maka tidak hanya hal-hal di atas saja yang perlu diperhatikan akan tetapi pada proses pengolahan pun juga perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus agar benih yang dihasilkan tetap berkualitas. Pada bagian pengolahan meliputi pembersihan benih, grading dan perlakuan benih(Coppelad,1980).
Pada bagian pengolahan benih, terbagi atas beberapa bagian-bagian dimana masing-masing bagian tersebut memiliki peranan yang sama penting dalam menentukan kualitas suatu benih. Langkah-langkah tersebut adalah pembersihan benih dan pemungutan atau pengumpulan benih. Kegiatan pemungutan benih tidak kalah pentingnya dengan pemilihan sumber benih, karena bila pemungutan benih dilakukan dengan tidak benar maka akan diperoleh benih dengan mutu yang jelek. Semua usaha yang dilakukan untuk mencari sumber benih yang baik akan percuma bila pengumpulan benih tidak dilakukan dengan cara yang benar. Untuk itu perlu juga adanya suatu regu khusus untuk pengambilan benih karena pekerja kontrak biasanya kurang memperhatikan mutu benih mereka hanya melihat jumlahnya saja(McKey,1961).
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan. Banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun(Coppelad,1980).
Benih dari masing-masing tingkatan kemasakan yang ditanam dapat diamati karakter masaknya secara fisiologis maupun bilogis. Karakter yang diamati secara fisiologis, yaitu, daya kecambah, indeks vigor, laju pertumbuhan kecambah, jumlah daun, tinggi bibit, panjang akar, dan jumlah akar. Adapun karakter yang diamati secara biologis, yaitu ukuran buah, ukuran benih, bobot basah benih dan bobot kering benih, peresentase warna buah merah, hijau, dan kuning (Anonim,2012).
Pengadaan benih tomat dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan membeli benih yang siap semai atau dengan membuat benih sendiri. Apabila pengadaan benih tomat dilakukan dengan cara membeli, hendaknya membeli di toko pertanian yang terpercaya menyediakan benih yang bermutu dan bersertifikat. Pengadaan benih yang dilakukan dengan membuat sendiri adalah sebagai berikut: 1) Pilih buah tomat dari tanaman tomat yang petumbuhannya dan produksinya yang bermutu baik. Buah yang dipilih adalah buah tomat yang telah masak dan tua dan masak di pohon. Buah sehat dan tidak terserang hama ataupun penyakit. 2) Buat setelah dipetik dibiarkan sampai merekah dan berair (2 - 3 hari). 3) Biji-biji diambil setelah buah tomat merekah dan cucilah dengan air bersih, kemudian dikeringkan sehingga kadar airnya paling tinggi 12%. Biji-biji tomat yang telah dikeringkan dapat langsung disemaikan atau disimpan terlebih dahulu dalam wadah, misalnya kaleng atau botol kering sambil menunggu saatnya untuk disemaikan(Wartapa dkk, 2009).
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya.Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai..Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim penghujan(Welles,1990).
Benih setelah melalui tahapan pengolahan (seed processing) biasanya dikemas untuk selanjutnya dipasarkan dan disimpan dalam gudang sebagai cadangan untuk mengantisipasi kebutuhan benih pada masa tanam berikutnya. Selama benih dalam tahapan pemasaran atau disimpan dalam gudang akan mengalami kemunduran (deterioration) dan tidak lepas dari resiko kerusakan akibat serangan hama, yang kedua-duanya akan menyebabkan penurunan mutu (Julianti dkk, 2010).
METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Teknologi Benih acara VI Prosesing Buah dilaksanakan pada Selasa, 15 April 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu petridish, filteran, pisau, kapas, kertas saring, pinset, dan timbangan elektrik. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah cabai merah dan hijau, tomat,dan terung,serta HCl 35%.
Mula-mula ditimbang 25 gram buah cabai merah dan hijau. Buah dibelah dan dikeluarkan bijinya. Berat basah biji ditimbang. Untuk terung, diambil satu buah terung yang masih utuh dan ditimbang beratnya,kemudian buah dibelah dan biji terung yang tersebar di dalam daging buah di ambil. Untuk tomat dilakukan dua perlakuan yaitu setelah biji tomat terpissah dari pulpnya, biji direndam dengan HCl 35% selama 30 menit dan perlakuan yang lain adalah dengan merendam biji tomat dengan air selama 48 jam dan diaduk secara berkala setiap satu jam. Kemudian calon benih tersebut dicuci dan dijemur dengan cara dikeringanginkan selama 2 hari. Setelah kering biji kering tersebut ditimbang dan dihitung persentase berat bijinya terhadap berat buah. Serta dihitung berat 100 biji untuk masing-masing buah.
HASIL DAN PEMBAHSAN
HASIL PENGAMATAN
Perlakuan
Rendemen
Bobot 100 Biji
Tomat Fermentasi
0.28%
0,273 gram
Tomat HCL
0.26%
0,267 gram
Terong
0.73%
0,1133 gram
Cabai Merah
8.85%
0,473 gram
Cabai Hijau
2.90%
0,176 gram
PEMBAHASAN
Prosesing atau pengolahan benih dalam kegiatan teknologi benih sangatlah penting. Manfaat dilakukannya prosesing benih adalah agar dapat mengetahui cara-cara yang baik dan benar dalam prosesing benih, sehingga benih yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik untuk digunakan dalam budidaya. Hasil prosesing benih menentukan kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitas pertumbuhannya serta meningkatkan produknya baik kualitas maupun kuantitas. Prinsip dari prosesing benih adalah mewujudkan benih tanaman yang unggul atau baik, sehingga apabila benih tersebut ditanam akan mampu bertahan selama perkembangan hidupnya dan mampu memberikan produk yang baik.
Pengeringan pada proses pascapanen dapat dilakukan dengan dua cara, alami dan buatan. Secara alami dapat dilakukan dengan sun drying (pengeringan dengan memanfaatkan cahaya matahari) maupun air drying (pengeringan dengan memanfaatkan angin). Adapun secara buatan dapat dilakukan dengan alat dehydrator dan oven.
Pengeringan alami melibatkan unsur-unsur iklim yaitu sinar matahari dan angin. Pengeringan ini sangat tergantung pada unsur-unsur iklim sehingga lama pengeringan tidak dapat ditentukan dengan pasti. Jika tidak ada matahari dan angin pengeringan alami ini tidak dapat dilakukan. Pengeringan alami dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan cara panen. Suhu dan kelembaban sedang, biasanya akan menghasilkan benih berkualitas tinggi. Angin yang kering dan panas selama akhir masa pemasakan sering menyebabkan kerusakan benih. Pengeringan alami sebaiknya dilakukan pukul 09.00-11.00 WIB. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi (suhu > 450C) dapat merusak benih karena dapat menyebabkan kematian embrio. Kelebihan dari pengeringan alami ini antara lain: penjemuran biji dengan sinar matahari merupakan salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dan umum dilakukan oleh petani, cara ini praktis, mudah dilakukan, tidak perlu keahlian khusus, dan biayanya murah.
Pengeringan buatan dilakukan apabila jumlah benih banyak dan cuaca tidak mendukung untuk diadakannya pengeringan alami. Kelebihan dalam pengeringan buatan antar lain: dapat mengeringkan dengan kecepatan tertentu, tidak terpengaruh oleh cuaca dan tidak menurunkan daya tumbuh benih. Kelemahannya, biayanya mahal karena memerlukan alat khusus dan juga memerlukan keahlian khusus untuk mengoperasikan alat tersebut. Prinsip dari pengeringan buatan ini adalah tercapainya keseimbangan antara tekanan uap air didalam benih dengan tekanan uap air udara di luar benih. Kecepatan pengeringan tergantung pada kecepatan perpindahan uap air dari bagian tengah ke permukaan dan terjadinya penguapan uap air di permukaan. Pengeringan buatan sendiri ada 3 macam yaitu pengeringan suhu rendah, pengeringan suhu sedang, dan pengeringan suhu tinggi. Penggunaan masing-masing alat disesuaikan dengan jenis benih.
Masing-masing cara, baik alami maupun buatan memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pengeringan secara alami adalah tidak memerlukan keahlian dan peralatan khusus, serta biayanya lebih murah, sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat tergantung pada cuaca, dan sanitasi higienis sulit dikendalikan. Adapun kelebihan pengeringan secara buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, dan sanitisi higienis dapat dikendalikan, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya yang lebih tinggi dibanding pengeringan alami.
Pada saat prossesing buah, terdapat berbagai macam perlakuan yang berbeda-beda untuk masing-masing komoditas. Perlakuan pada cabai merah dan hijau, karena termasuk kedalam dry fleshy fruit, maka buah cabai yang telah dibelah diambil bijinya dan dicuci sampai bersih,tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan getah cabai yang masih menempel pada biji cabai. Prosesing buah terong dilakukan dengan membelah buah menjadi dua bagian dan mengambil biji yang tersebar di dalam daging buah, selanjutnya biji di cuci sampai bersih. Untuk prosesing buah tomat, dilakukan dua perlakuan. Perlakuan pertama, biji tomat yang telah dipisahkan dari pulp nya di rendam dalam air dan di aduk secara berkala selama 48 jam. Untuk perlakuan kedua yaitu biji tomat direndam dalam HCl selama 30 menit. Fungsi HCl, adalah untuk melarutkan lender yang masih berada dan menempel di sekitar biji tomat. Massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah. Kelebihan dari penggunaan HCl adalah karena lebih efisien dan cepat dalam melarutkan pulp dibandingkan dengan perendaman dengan air yang memerlukan waktu yang lama. Kekurangan dari pelarutan dari HCl adalah resiko yang mungkin ditimbulkan karena HCl merupakan suatu asam yang kuat.
Rendemen adalah perbandingan jumlah benih hasil pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen. Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan efektivitas pengolahan. Efektivitas pengolahan ditentukan oleh alur pengolahan maupun alat-alat pengolahan yang digunakan. Nilai rendemen biji dapat diperoleh dari rumus :
Randemen=Berat biji kering (gr)Berat Buah (gr)×100%
Dari hasil yang didapat, menunjukkan rata-rata rendemen pada cabai merah menunjukkan hasil tertinggi yaitu sebesar 8.85%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pengolahan yang dilakukan pada cabai merah lebih baik dibandingkan lainnya dan nilai kehilangan pascapanennya rendah, sehingga benih cabai merah baik digunakan dalam pertanaman. Dengan kata lain, semakin tinggi efektivitas pengolahannya, maka semakin tinggi nilai rendemennya dan semakin rendah nilai kehilangan pascapanennya.
Berdasarkan berat 100 bijinya, cabai merah memiliki berat paling berat juka dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini dikarenakan buah cabai merah pada kondisi masak fisiologis. Pada buah cabai merah, kondisi airnya sudah menyusut bila dibandingkan dengan cabai hijau. Cabai merah ini sudah termasuk baik dalam hal berat keringnya. Hal ini berbeda dengan cabai hijau muda, bijinya ini tidak layak dalam perkecambahan dan tidak boleh dijadikan bahan tanam. Pada cabai hijau tua, benihnya diproduksi dari perusahaan benih sehingga bijinya tidak bisa dijadikan bahan tanam selanjutnya.
Salah satu ciri-ciri buah tersebut telah masak secara fisiologi adalah dapat dilihat dari perubahan warna buahnya, misalnya pada cabai yang berwarna hijau akan merubah menjadi warna orange atau merah. Oleh karena itu, benih yang sebaiknya digunakan adalah benih cabai yang sudah masak fisiologis, yaitu benih cabai berwarna merah ataupum orange.
KESIMPULAN
Cabai dan terung termasuk tipe Dry Fleshly Fruit, prosesing benihnya meliputi: pemisahan biji dengan cara membelah buah, memisahkan pada pancuran/kran, pengeringan. Sedangkan tomat merupakan tipe Wet Fleshy Fruit, prosesing benihnya meliputi: pemisahan biji dengan cara membelah buah, diperas sampai biji dan pulp terpisah, pembersihan sisa lender disekitar biji,pengeringan.
Semakin baik efektivitas pengolahan suatu benih, maka semakin tinggi nilai rendemennya dan semakin rendah nilai kehilangan pascapanennya.
Benih dari cabai merah memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan cabai hijau,dikaitkan dengan tingkat kemasakan secara fisiologis serta cabai hijau memiliki berat kering paling tinggi diantar buah yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Panduan Produksi Benih Cabai. http: //www.scribd.com/ doc/Panduan-Produksi-Benih-Cabai. Diakses pada 20 April 2014.
Coppelad.1980. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ. co. Minneapolis, Minnesota.
Julianti,E., S. Soekarto , P. Hariyadi, M.Syarief. 2010. Analisis kinetika pendugaan umur simpan benih cabai merah. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 15(1) : 34-39.
McKey, J.W. 1961. How Seed are Formed. The Year Book of Agriculture, USDA.
Wartapa,A., Y. Effendi, Sukadi. 2009. Pengaturan jumlah cabang utama dan penjarangan buah terhadap hasil dan mutu benih tomat varietas Kaliurang (Lycopersicum esculentunt Mill ). Jumal Ilmu-ilmu Pertanian 5( 2) : 150-163.
Welles, G. W. H. 1990. Pepper International Agriculture. The Netherlands, Center Wageningen.
LAMPIRAN
Benih
Ulangan
Berat Buah Segar
Berat Kering Total
Berat Kering 100 biji
Rendemen
Terong
1
180.53
1.85
0.13
1.02%
2
180.53
1.01
0.1
0.56%
3
180.53
1.11
0.11
0.61%
Rata2
180.53
1.323
0.1133
0.73%
Tomat Fermentasi
1
109
0.33
0.28
0.30%
2
109
0.24
0.25
0.22%
3
109
0.35
0.29
0.32%
Rata2
109
0.306666667
0.273333333
0.28%
Tomat HCl
1
104.2
0.32
0.28
0.31%
2
104.2
0.21
0.2
0.20%
3
104.2
0.29
0.32
0.28%
Rata2
104.2
0.273
0.267
0.26%
Cabai merah
1
25
2.31
0.48
9.24%
2
25
1.97
0.48
7.88%
3
25
2.36
0.46
9.44%
Rata2
25
2.213
0.473
8.85%
Cabai hijau
1
25
0.81
0.18
3.24%
2
25
0.69
0.21
2.76%
3
25
0.68
0.14
2.72%
Rata2
25
0.726
0.176
2.90%