LAPORAN PRAKTIKUM ILMU FAAL KARDIOVASKULER
Disusun Oleh: Nadia Chairony
021611133138
Resgita Nadila Masya
021611133139
Prisca Agustina Nurcahyani Putri
021611133141
Virna Septyaningtyas
021611133142
Dian Pramita Ayu Kumalasari
021611133143
Vina Zavira Nizar
021611133144
Fiona Cherrilia Adji
021611133145
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya 2017
A. TUJUAN 1. Memeriksa denyut nadi dan mengukur tekanan darah -
Memeriksa denyut nadi secara palpasi
-
Mengukur tekanan darah secara palpasi
-
Mengukur tekanan darah secara auskultasi
2. Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. 3. Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
B. METODE I.
ALAT DAN BAHAN 1. Meja periksa/tempat tidur 2. Stopwatch 3. Sphygmomanometer (Tensimeter), terdiri dari: -
Manometer air raksa + klep pembuka penutup
-
Manset udara
-
Selang karet
-
Pompa udara karet + sekrup pembuka penutup
4. Stetoskop 5. Bangku latihan fisik 6. Metronome
II.
CARA KERJA 1. MEMERIKSA DENYUT NADI DAN MENGUKUR TEKANAN DARAH 1.1 Memeriksa denyut nadi secara palpasi - Memilih satu mahasiswa coba (MC1) - Menyuruh MC1 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja periksa/tempat tidur
- Meletakkan kedua lengan disisi tubuh dengan kedudukan volar - Memeriksa denyut nadi arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari ke II-III-IV yang diletakan sejajar satu terhadap yang lain di atas arteri radialis tersebut - Menentukan frekuensi (jumlah denyut/menit) dan irama (teratur/tidak teratur) - Mencacat data sesuai format 1.2 Mengukur tekanan darah secara palpasi - MC1
tetap
berbaring
terlentang
tenang
di
meja
periksa/tempat tidur - Meletakkan lengan yang hendak diukur tekanand arahnya (lengan kanan) di sisi tubuh dengan kedudukan volar - Memasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar) - Meraba dan merasakan denyut arteri radialis dextra - Memompakan udara ke dalam manset menggunakan pompa udara sampai denyut arteri radialis dextra tidak teraba - Mengeluarkan udara dalam manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa berlawanan arah jarum jam - Mencatat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis dextra pertama kali teraba kembali - Mencacat data sesuai format 1.3 Mengukur tekanan darah secara auskultasi - MC1 tetap berbaring terlentang tenang diatas meja periksa/tempat tidur dengan manset tetap terpasang di
lengan atas kanan, posisi lengan tetap disisi tubuh dengan kedudukan volar - Menentukan letak arteri brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan meletakan stetoskop di atas arteri brachialis dextra tersebut - Memompakan udara ke dalam manset sampai terdengar suara bising arteri brqachialis dextra melalui stetoskop - Memompoa udara dalam manset sampai suara bising hilang - Mengeluarkan udara dalam manset secara perlahan dan berkesinambungan sampai mendengar lagi suara bising tersebut, melihat tinggi Hg dan menentukan tekanan darah sistolik - Setelah Hg turun lagi dan suara bising menghilang, melihat tinggi Hg dan menentukan tekanan darah diastolic - Mencatat data sesuai format 2. MENGAMATI DAN MEMPELAJARI PENGARUH POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH -
Memilih mahasiswa coba (MC2), dan membagi tugas untuk memeriksa denyut nadi, tekanan darah, dan mencatat data
-
Menyuruh mahasiswa (MC2) berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing 3x berturut-turut) serta menghitung nilai rata-ratanya
-
Menyuruh MC2 selama 2-3 menit kemudian melakukan kembali prosedur langkah sebelumnya
-
Menyuruh MC2 berdiri dengan sikap anatomis kemudian melakukan kembali prosedur langkah sebelumnya
3. MENGAMATI DAN MEMPELAJARI PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH -
Memilih mahasiswa coba (MC3), membagi tugas untuk memeriksa denyut nadi, mengukur tekanan darah, dan mencatat data
-
Menyuruh MC3 duduk tenang selama 2-3 menit kemudian memeriksa denyur nadi arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (diperiksa 3x berturut-turut)
-
MC3 melakukan step test: latihan fisik naik turun bangku 20x/menit selama 2 menit dengan dipandu irama metronome yang disetting pada 80 ketukan per menit. Manset tetap dipasangkan pada MC3
-
Mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah MC3 tepat setelah step test
-
Mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan
C. HASIL PRAKTIKUM
Tabel C1. Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah Mahasiswa Coba
Pemeriksa
Denyut Nadi
Irama
Tekanan
Tekanan
Tekanan
Sistolik
Sistolik
Diastolik
(Palpasi)
(Auskultasi)
(Auskultasi)
MC1
Ivone
83
Teratur
110
110
80
Dian
Virna
72
Teratur
90
95
80
Nadia
75
Tidak
120
118
61
Masya
78
Tidak
80
115
90
Prisca
70
Tidak
80
120
79
Vina
75
Teratur
80
120
80
Grafik C1. Data Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Tabel C2. Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Posisi Tubuh
Denyut nadi
Tekanan Sistolik (Auskultasi)
Tekanan Diastolik (Auskultasi)
Berbaring
71
120
80
terlentang
86
105
70
86
100
75
Mean = 81
Mean = 108,3
Mean = 75
70
110
80
98
120
75
88
110
75
Mean = 84,3
Mean = 113,3
Mean = 76,6
84
125
80
98
125
90
69
120
85
Mean = 83,6
Mean = 123,3
Mean = 85
Duduk
Berdiri
MC2: Prisca Grafik C2. Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah 140 120 100
Denyut Nadi
80 Tekanan Sistolik (Auskultasi)
60 40
Tekanan Diastolik (Auskultasi)
20 0 Berbaring Terlentang
Duduk
Berdiri
Tabel C3. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Waktu Pra Latihan
Denyut
Tekanan
Tekanan
Nadi
Sistolik
Diastolik
73
118
78
73
121
80
74
120
82
Mean = 73,3 Mean= 119,7
Mean = 80
Pasca
Menit ke 1
110
115
78
Latihan
Menit ke 3
86
110
80
Menit ke 5
74
110
82
Menit ke 7
67
100
80
MC3: Ivone
Grafik C3. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah 140 120 100 Denyut Nadi
80 60
Tekanan Sistolik (Auskultasi)
40
Tekanan Diastolik (Auskultasi)
20 0 Pra Latihan
Pasca Latihan Menit 1
Pasca Latihan Menit 3
Pasca Latihan Menit 5
Pasca Latihan Menit 7
D. PEMBAHASAN 1.
PERCOBAAN DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH Denyut nadi merupakan salah satu tanda vital yang mendasar dalam
tubuh manusia. Tanda vital (vital sign) meliputi frekuensi denyut nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Pemeriksaan tanda vital merupakan salah satu cara untuk mengetahui perubahan sistem tubuh. (Wiraswan, 2012) Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi pada umumnya dilakukan dengan cara palpasi, yaitu pemeriksaan dengan cara meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari. Cara lain yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan adalah dengan cara auskultasi. Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mendengarkan suara-suara dalam tubuh. Pengukuran denyut nadi dengan cara palpasi dilakukan dengan menghitung denyut pada arteri selama satu menit. Arteri yang dapat dengan mudah diperiksa antara lain adalah arteri radialis, arteri brachialis, arteri carotis communis, dan arteri radialis. Denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan relaksasi secara periodik dan bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi yang dilakukan oleh jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, denyut nadi dapat mewakili detak jantung permenit. “Pada keadaan normal, jantung manusia berdetak 70 kali per menit. Detak ini diperlambat (bradycardia) selama tidur, dan dipercepat (tachycardia) dengan emosi, latihan fisik, dan stimuli lain.” (Ganong, 2013, p-497). Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus bersifat adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah, namun tidak boleh terlalu tinggi sehingga tidak menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Pada remaja, tekanan darah yang diperoleh dari
arteri brachialis dalam keadaan normal berada pada 120/79 mmHg. (Ganong, 2013, p-546) Ketika mengukur tekanan darah menggunakan metode auskultasi, kita dapat mendengar suara bising dari arteri brachialis. Suara ini dinamakan dengan suara Korotkoff. Suara Korotkoff merupakan suara yang didapatkan ketika darah melewati pembuluh yang tersumbat sebagian dan dikarenakan oleh getaran dari dinding pembuluh tersebut. (Guyton, 2012, p-182) Tekanan darah didapat melalui tekanan sistole dan diastole yang merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Satu siklus jantung terdiri dari empat fase, diantaranya adalah : (Ganong, 2013, p-509) 1. Ventricular Filling Fase ini merupakan fase pengisian ventrikel, termasuk dalam fase diastolik. Pengisian ventrikel dimulai ketika ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibanding dengan atrium. Ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yaitu pengisian ventrikel secara cepat, lalu diikuti dengan pengisian yang lambat (diastasis), hingga proses diakhiri dengan sistoleatrial. Hasil akhir diperoleh End Diastolic Volume (EDV) yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 ml. 2. Isovolumetric Contraction Mulai fase ini, atria repolarisasi dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai mengalami kontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, tetapi darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg( dan pulmonarytrunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta keempat katup jantung masih tertutup. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
3. Ventricular Ejection Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan atrial, sehingga katup semilunaris terbuka. Nilai tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV) yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV), jadi : SV = EDV – ESV. 4. Isovolumetric Relaxation Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Gambar 1. Divisions of the Cardiac Cycle. (Ganong, 2013, p-509)
2.
PENGARUH POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH Kesehatan fisiologis tubuh manusia dapat dilihat dari pengukuran
tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, nadi, suhu, serta pernapasan. Tekanan darah yang merupakan penghitungan besarnya tekanan pada dinding sistem arteri menentukan kondisi kesehatan kardiovaskular seseorang (Lewis, 2007). Denyut nadi dan tekanan darah adalah tanda vital yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fungsi kinerja tubuh Denyut nadi dan tekanan darah merupakan hal yang sangat penting karena digunakan untuk indikator dalam menilai sistem kardiovaskuler. Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dalam kaitannya dengan pengaruh perubahan posisi tubuh dan aktivitas fisik. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dilakukan pada posisi tubuh berdiri, duduk, dan berbaring. Beberapa teori menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara posisi tubuh seseorang dengan tekanan darahnya. Burnside & McGlynn (1995) menyatakan bahwa berdiri dapat mengakibatkan tekanan darah menurun, karena posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi sehingga tekanan darah akan turun. Pengukuran tekanan darah pada praktikum ini dilakukan secara auskultasi pada arteri brachialis sedangkan pengukuran denyut nadi dilakukan pada arteri radialis. Hasil praktikum pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah dan denyut nadi menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda-beda saat duduk, berbaring, dan berdiri. Secara teori sebenarnya posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal
sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu
memompa, pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Guyton (1987) bahwa perbedaan posisi mempengaruhi tekanan darah seseorang karena jantung melakukan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah agar tetap seimbang.
3.
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan
darah di kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada mahasiswa coba, Fiona Cherrilia Adji (Ivone) yang berumur 18 tahun yang melakukan aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit. Sebelum melakukan aktivitas, Ivone sebagai mahasiswa coba diukur terlebih dahulu denyut nadi dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai control sebelum melakukan latihan fisik. Data pra-latihan yang didapat adalah sebesar 73 kali/ menit untuk variable denyut nadi dengan tekanan darah sebesar 119/80 . Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 2 menit, denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar 110 kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama latihan (Ganong, 2003) Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh otot
jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik.(Nadi H, 1992) Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78. Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat mengurangi tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas memompa jantung (Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)
Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan darah dilakukan kembali pada menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang menunjukkan sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu berupa turunnya kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti dengan meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Ketiga variable baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit ke-5 yaitu dengan denyut nadi sebesar 74 kali/ menit dan tekanan darah sebesar 110/82.
E. DISKUSI PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah ! Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan mengalir (Palmer & Bryan, 2007). Selain itu , tekanan darah harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong tehadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi sehingga dapat menambah beban jantung.
2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi ? Pemeriksaan denyut nadi nadi dapat dilakukan pada pembuluh darah: Arteri radialis, Arteri brachialis, Arteri carotis communis, Arteri femoralis, Arteri dorsalis pedis, Arteri popolitea Arteri temporalis, Arteri apical, Arteri tibialis posterior. Namun yang sering dilakukan pemeriksaan denyut nadi yaitu pada Arteri Radialis hal ini dikarenaka arteri ini terletak disepanjang tulang radialissehingga lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari, relatif mudah dan sering dipakai secara rutin. Selain itu, Arteri brakhialis juga sering dipakai sebagai tempat pemeriksaan denyut nadi, arteri ini terletak didalam otot
biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital) digunakan untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi .
3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara auskultasi ! (dari segi : konsep teori-saranaprosedur-hasil )
Metode Palpasi
Konsep teori : Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan strukur dengan ujung-ujung jari. Pemeriksaan ini tanpa menggunakan stethoscope dan dilakukan di arteri radialis. Tekanan darah sistolik dapat diukur saat rabaan pada arteri sudah menghilang.
Sarana : alat yang digunakan berupa sphymomanometer (tensimeter) , denyut pada arteri dapat diraba menggunakan jari II,III,IV.
Prosedur : a) Pasang manset di lengan atas (kanan), sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat atau longgar) b) Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra c) Pompakan udara ke dalam manset sampai denyut tak teraba lalu lanjutkan memompa manset hingga tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis tak teraba lagi d) Keluarkan udara pada manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan
memutar
sekrup
pompa
berlawanan jarum jam, tekanan sistolik dapat diukur saaat denyut kembali teraba untuk yang pertama kali,
Hasil : hanya bisa mengukur tekanan sistolik. Selain itu, hasilnya kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah
Metode Auskultasi
Konsep teori : pemeriksaan pada metode auskultasi dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi tubuh. Pemeriksaan pada arteri brachialis dan terjadi 2 denyutan sistolik & diastolic .
Sarana :
alat
yang digunakan berupa
Stethoscope dan
Sphygmomanometer (tensimeter)
Prosedur : a) Pasang manset di lengan atas (kanan), sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat atau longgar) b) Cari dan raba arteri brachialis secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stethoscope di atas arteri tersebut. c) Kunci skrup dan pompa tensimeter hingga arteri brachialis tidak teraba , lanjutkan memompa sampai tinggi Hg pada manometer mencapai 20 mmHg lebih tinggi. d) Buka skrup perlahan dan perhatikan pada angka berapakah terdengar bunyi pertama kali ( menunjukkan tekanan sistolik) dan pada angka berapakah terdengar bunyi yang terakhir sebelum menghilang (menunjukkan tekanan diastolik)
Hasil : Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.
4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan ? Hal ini dikarenakan arteri brachialis dextra letaknya jauh dari jantung yang berada di tubuh bagian kiri, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan akurat dan tidak terganggu suara bising yang berlebihan dari jantung.
5. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising yang diapakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolic !
Bising Sistolik Bising sistolik terdengar dalam fase sistolik (di antara Bunyi Jantung I dan Bunyi Jantung. II) sesudah bunyi jantung I. Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau holosistolik (Sylvia, 2006) . Bunyi Jantung I (BJ I) Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I. Sedangkan Bunyi Jantung II (BJ II) terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Bising diastolik Bising diastolik terjadi diantara Bunyi Jantung II dan Bunyi Jantung I, bising ini terdengar saat fase diastolik. Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan stethoscope . Karena katub AV mengalami stenosis , pengisian cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastole. Kontraksi atrium akan memperbesar perbedaaan tekanan pada akhir diastole dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini.
6. Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar arau ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah? Ya, berpengaruh. Pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. Apabila manset terlalu longgar, maka darah masih bisa mengalir seperti biasa (sebagian turbulen, sebagian laminer) karena kurang tertekan atau terhambat, bunyi yang terdengar pun lemah. Selain itu pula menghasilkan tekanan darah yang lebih tinggi, sehingga tidak diperoleh hasil pengukuran yang valid. Apabila terlalu ketat pada saat pemasangan,akan menyebabkan tekanan yang di berikan pompa sphygnomamometer pada kantong karet tidak maksimal. Hal ini disebabkan sebelum pemompaan, pengikatan pada lengan sudah ketat dan sudah ada tekanan, jadi bila di beri tambahan udara, tekanannya tidak terlalu maksimal; sehingga menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari seharusnya. a. Secara teoris, bagaimanakan pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah? Berbagai teori menurut ahli adalah : 1) Menurut Guyton (1987) bahwa perbedaan posisi mempengaruhi tekanan darah seseorang karena jantung melakukan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah agar tetap seimbang, namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh R.T Netea, J W M Lenders, P Smits dan Th Thien. 2) R.T Netea, J W M Lenders, P Smits dan Th Thien yang menyatakan bahwa tekanan sistol (9,5-9 mmHg) dan diastol (4, 8-6 mmHg) pada posisi supine secara signifikan lebih tinggi daripada posisi duduk. 3) Teori yang dikemukakan oleh Ganong (2008) yang menyatakaan bahwa 20-30% perubahan posisi tubuh dari berbaring ke duduk atau berdiri memberikan pengaruh yaitu penurunan curah jantung dan penurunan curah jantung akan mengakibatkanpenurunan tekanan darah.
4) Burnside & McGlynn (1995) menyatakan bahwa berdiri dapat mengakibatkan tekanan darah menurun, karena posisi berdiri akan memperkuat gaya gravitasi sehingga tekanan darah akan turun.
b. apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori? Ya sesuai. Tekanan darah pada saat duduk dan berdiri lebih kecil daripada saat berbaring atau terlentang. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut untuk menekan seluruh vena cadangan abdomen. membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen kejantung. Sehingga pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi dan menyebabkan kecepatan denyut menjadi meningkat. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran darah tersebut horizontal sehingga tidak melawan gaya gravitasi dan tidak perlu memompa.
7. Jelaskan apa yang anda ketahui baroreceptor ? Mekanisma homeostatis berupa baroreseptor adalah reseptor saraf kecil, mendeteksi perubahan perubahan pada tekanan dalam pembuluh darah dan menyampaikan informasi ini kepada sistem saraf pusat. Refleks baroreseptor mungkin merupakan refleks yang paling
utama dalam menentukan kontrol regulasi denyut jantung dan tekanan darah. Baroreseptor sensitif terhadap perubahan tekanan dan regangan arteri. Baroreseptor menerma rangsangan berupa peregangan atau perubahan tekanan arteri yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karotikus. Reseptor ini juga dirangsang oleh peregangan dinding aorta atau arteri karotis. Pada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Pusat vasomotor dihambat mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah menurun. Dilatasi arteriol menururnkan tahanan perifer dan dilatasi vena menyebbabkan darah menumpuk pada vena sehingga megurangi aliran balik vena dan menurunkan curah jantung. Impuls aferen dari baroreseptor juga mencapai pusat jatung dimana akan merangsang aktiviitas
pusat
parasimpatis
dan
menghambat
pusat
simpatis
(kardioaselerator) sehingga menyebabkan penurunan denyuut jantung dan penurunan daya kontraksi jantung. Sebaliknya penurunan tekanan arteri rata-rata menyebabkan refleks vasokonstriksi dan meningkatkan curah jantung, dengan demikian meningkatkan teknanan darah. Fungsi reaksi cepat dari baroreseptor adalah melindungi siklus sirkulasi darah selama fase akut perubahan tekanan darah.
8. Apakah perbedaan anatara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post excercise? (Jelaskan) Atlete atau orang yang melakukan aktivitas lebih berat seperti naik tangga dan berlari
kemungkinan memerlukan istirahat yang lebih
dari non-atlete untuk menstabilkan tekanan darah karena peningkatan metabolisme yang dialaminya. Tekanan arteri diatur oleh beberapa sistem yang saling berhubungan dengan melakukan fungsi-fungsi khusus, yang kesemuanya
merupakan mekanisme umpan balik saraf yang mulai bereaksi dalam beberapa detik. Semua mekanisme ini menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam. Pengaturan tekanan arteri meskipun bekerja sangat cepat dan kuat, umumnya kehilangan kemampuan setelah beberapa jam sampai beberapa hari karena reseptor tekanan saraf tersebut “beradaptasi” atau kehilangan kepekaannya (Guyton,1987).
F. KESIMPULAN Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan meraba arteri radialis sinistra atau dextra dan menekannya dengan 3 jari sampai terasa nadinya, lalu dihitung frekuensinya yaitu berapa denyut per 1 menit. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu palpasi dan auskultasi. Pengukuran ini dilakukan pada arteri brachialis. Pada pengukuran palpasi hanya dapat ditentukan tekanan sistolik, yaitu dengan menggunakan sphygmomanometer lalu dirasakan denyut pertama yang terasa sambal melihat ketinggian air raksa. Pada pengukuran auskultasi dapat ditentukan tekanan sistolik dan diastolik pada arteri brachialis dextra, yaitu dengan cara menggunakan sphygmomanometer lalu didengarkan suara bising yang muncul lalu hilang lagi sambal melihat ketinggian air raksa. Tekanan darah normal manusia adalah 120/80 mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah adalah jenis kelamin, usia, posisi saat pengukuran, dan aktivitas yang dilakukan.
G. DAFTAR PUSTAKA Burnside & MC Glynn. (1995). Diagnosis Fisik. Penerjemah Henny Lukmanto.Jakarta: EGC Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and atlhetics 4th ed. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988. Guyton, A.C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9. Jakarta: EGC Ganong WF. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The McGraw-Hill Companies Inc; 2003 Lewis,Sharon L.dkk. (2007). Medical Surgical Nursing. Edisi7. Missouri: Mosby Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992 Price Sylvia, Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klilnis Prosesproses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Palmer, A & Bryan Williams. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga.