LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI 1 BLOK KARDIOVASKULAR
KELOMPOK B 3
REYNALDI FATTAH ZAKARIA
1102013246
REZKI RAMADHAN
1102013247
REZKY DWIPUTRA FELANY
1102013247
REISHA AMANDA FITRIA
1102013250
RINDAYU YUSTICIA INDIRA PUTRI
1102013251
RISA APRILIANI
1102013252
RIZKA KURNIA GEMILANG
1102013253
YOLANDA INTAN FARELLINA
1102013312
SELLY VIANI
1102012267
FK Universitas YARSI Jakarta 2012/2013
K-1 HUKUM POISEUILLE 1. Tujuan Percobaan 1. Memeahami karakteristik aliran fluida 2. Mengukur debit aliran fluida yang melewati pipa dengan diameter serta variable yang berbeda-beda 2. Alat-alat percobaan 1. Tabung gelas yang panjangnya 80 cm 2. Statif untuk menjepit tabung agar bediri vertical 3. Gelas ukur 4. Stopwatch 5. Aerometer dengan daerah ukur sampai 1,1 g/cm3 6. Pipa karet 7. Spluit (alat suntik) 8. Larutan NaCl 3. Teori dasar Mengingat sifat umum defek kekentalan, bahwa kecepatan fluida kental yang mengalir melalui pipa yang tidak sama diseluruh titik penampang lintangnya. Lapisan paling luar fluida melekat pada dinding pipa dan kecepatannya nol. Dinding pipa menahan gerak lapisan paling luar tersebut dan lapisan ini menahan pula lapisan berikutnya, begitu seterusnya. Asal kecepatan tidak terlalu besar, aliran akan laminar, dengan kecepatan paling besar dibagian tengah pipa, lalu berangsur kecil sampai menjadi nol pada dinding pipa.
Gambar 1. (a) Gaya terhadap elemen silindris fluida kental, (b) Distribusi kecepatan, (c) Pandangan dari ujung
Misalnya pada sepotong pipa yang radius dalamnya R dan panjangnya L mengalir fluida yang viskositasnya η secara laminar. Sebuah selinder kecil beradius r berada dalam kesetimbangan (bergerak dengan kecepatan konstan) disebabkan gaya dorong yang timbul akibat perbedaan tekanan natara ujung-ujung selinder itu serta gaya kekentalan yang menahan pada permukaan luar. Gaya dorong ini adalah: (p1 – p2) π r2 Menggunakan persamaan umum untuk mencari koefisien viskositas, maka gaya kekentalan adalah : (p1 – p2) π r2= -η x 2π x dv/dr Dimana dv/dr adalah gradient kecepatan pada jarak radial r dari sumbu. Tanda (-) diberikan karena
v
berkurang
bila
r
bertambah.
Dengan
menjabarkan
gaya-gaya
dan
mengintegrasikannyaakan diperoleh persamaan parabola. Panjang anak-anak panah sebanding dengan kecepatan diposisi masing-masingnya. Gradien kecepatan untuk r sembarang merupakan kemiringan garis lengkung ini yang diukur terhadap sebuah sumbu vertical. Kita katakan bahwa aliran ini mempunyai profil kecepatan parabola.
Gambar 2. Menghitung debit aliran Q melalui rumus Poiseuille dengan:
(a) (b) (c) (d)
panjang pipa sama, tekanan berbeda panjang pipa berbeda, tekanan sama panjang pipa sama, viskositas berbeda panjang pipa sama, diameter berbeda
Untuk menghitung dibit alirang Q, atau volume fluida yang melewati sembarang penampang pipa persatuan waktu. Volume fluida dV yang mewlewati ujung-ujung unsure ini waktu dt ialah v dA dt, dimana v adalah kecepatan pada radius r dan dA luas yang diarsir sama dengan 2π r dr. Dengan mengambil rumus v dari persamaan (2) kemudian mengintegrasikan seluruh elemen antara r = 0 dan r = R, membagi dengan dt, maka diperoleh debit aliran Q sebagai berikut :
Q=
π ( p1− p 2 ) 2 πL
2 R
∫ ( R 2−r 2 ) 0
π 1 R4 r dr=(p1-p2)( 8 ¿( η ) ( L ¿
Rumus ini pertama kali dirumuskan oleh Poiseuille dan dinamakan hokum Poiseuille. Kecepatan aliran volume atau debit aliran berbanding terbalik dengan viskositas, berbanding lurus dengan radius pipa pangkat empat. Apabila kecepatan fluida yang mengalir dalam sebuagh pipa melampaui harga krisis tertentu (yang bergantung pada sifat-sifat fluida dan pada radius pipa), maka sifat aliran menjadi sangat rumit. Didalam lapisan sangat tipis sekali yang besebelahan dengan dinding pipa, disebut lapisan batas, aliran masih laminar. Kecepatan aliran didalam lapisan batas pada dinding pipa adalah nol dan semakin bertambah besarsecara uniform didalama lapisan itu, sifat-sifat lapisanbatas sangat penting sekali dalam menentukan tahanan terhadap aliran, dan dalam menentukan perpindahan panas kea tau dari fluida yang sedang bergerak itu. Diluar lapisan batas, gerak fluida sangat tidak teratur. Didalam fluida timbul arus pusar setempat yang memperbesar tahanan terhadap aliran. Aliran semacam ini disebut aliran tuberlen. Kombinasi ini dikenal sebagai bilangan Reynold, NR, dan didefinisikan sebagai: NR =
ρvD η
Dimana ρ adalah rapat massa fluida, v adalah kecepatan aliran rat-rata, η adalah viskositas dan D adalah diameter pipa. Kecepatan rata-rata adalah kecepatan uniform melalui penampang lintang yang menimbulkan kecepatan pengosongan yang sama. Bilangan Reynold adalah besaran yang tidak berdimensi dan besar angkanya adalah sama setiap system satuan tertentu. Tiap percobaan menunjukkan bahwa apabila bilangan Reynold lebih kecil dari kirakira 2000, aliran akan laminar dan lebih dari kira-kira 3000, aliran akan tuberlen. dalam daerah transisi antara 2000 dan 3000, aliran tidak stabil dan dapat berubah dati laminer menjadi tuberlen atau sebaliknya. 4. Prosedur percobaan A. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan tekanan berbeda 1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertical pada statif yang tersedia 2. Tutuplah kran pada kedua pipa yang panjang sama dengan ketinggian berbeda kemudian isilah air sampai dengan batas yang telah ditentukan 3. Taruhlah gelas ukur pada ujung kedua pipa untung menampung air yang keluar 4. Hidupkan pompa air, buka kran pada kedua pipa dan tekan stopwatch selama 15 detik secara serentak dan bersama-sama.. 5. Hitunglah volume air yang ditampung dalam kedua gelas ukur tersebut 6. Ulangi percobaan no. 4 dan 5 sebanyak 5 kali
B. Menghitung debit aliran dengan panjang pipa sama dan viskositas berbeda 1. Bersihkan tabung terlebih dahulu dengan air kemudian jepitlah tabung secara vertical pada statif yang tersedia 2. Buatlah larutan NaCl (dianggap konsentrasinya 100%). Ukurlah massa jenisnya ρ dengan aerometer dan isikan pada table data 3. Isilah latutan NaCl 100% kedalam tabung sampai batas yang ditentukan 4. Taruhlah gelas ukur pada ujung pipa untuk menampung air yang keluar 5. Buka kran pada pipa sambil menekan stopwatch selama 25 menit secara serentak dan bersama-sama 6. Hitunglah volume air yang ditampung dalam gelas ukur tersebut 7. Ulangi percobaan untuk larutan NaCl 100% sebanya 3 kali 8. Ulangi percobaan 2 sampai 7 untuk larutan NaCl 50% C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa dan radus / jari-jari yang berbeda. Caranya sama dengna bagian (A).
5. Tugas Laporan Akhir 1. Bandingkan debit aliran pada pipa I dan pipa II. Apa yang dapat saudara simpulkan? 2. Hitunglah galat debit aliran pada pipa I dan pipa II untuk masing-masing percobaan 3. Hitunglah bilangan Reynold (NR) pada masing masing percobaan 4. Buatlah grafik hubungan antara debit aliran terhadap tekanan.
Bagian Fisika Universitas YARSI, Fakultas Kedokteran Data Percobaan K-1 : Hukum Poiseuille Hari/Tanggal : Senin/1 Desember 2014 Kelompok : PBL B03
Densitas aquadest Densitas NaCl 100% Densitas NaCl 50%
ρaq = ρNa1 = ρNa2 =
DATA A. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan tekanan berbeda
No
Waktu (s)
1. 2. 3.
15` 15` 15`
Volume (ml) Pipa I Pipa II 120 200 100 200 100 200
Debit aliran (ml/s) Pipa I Pipa II 8ml/s 13.3ml/s 6.7ml/s 13.3ml/s 6.1ml/s 13.3ml/s
B. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan viskositas berbeda (i)
(ii)
Konsentrasi NaCl 100%
No
Waktu (s)
1. 2. 3.
1’20” 1’30” 1’30”
Volume (ml) Pipa I 200ml/s 200ml/s 200ml/s
Debit aliran (ml/s) Pipa I 2,5ml/s 2,7ml/s 3,1ml/s
Volume (ml) Pipa I 200ml/s 190ml/s 190ml/s
Debit aliran (ml/s) Pipa I 3,3ml/s 3,8ml/s 3,1ml/s
Konsentrasi NaCl 50%
No
Waktu (s)
1. 2. 3.
59” 49” 50”
C. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa berbeda dan tekanan sama
No
Waktu (s)
1. 2. 3.
15’ 15’ 15’
Volume (ml) Pipa I Pipa II 345 310 350 305 345 300
Debit aliran (ml/s) Pipa I Pipa II 23m/s 20,6ml/s 23,3m/s 20,3ml/s 23m/s 20ml/s
D. Menghitung debit aliran untuk panjang pipa sama dan diameter berbeda
No
Waktu (s)
1. 2. 3.
15’ 15’ 15’
Volume (ml) Pipa I Pipa II 150 400 150 400 150 400
Debit aliran (ml/s) Pipa I Pipa II 10m/s 26,7ml/s 10m/s 26,7ml/s 10m/s 26,7ml/s
KESIMPULAN Panjang pipa sama dan tekanan berbeda Perbedaan Tekanan Terhadap Debit Semakin tinggi tekanan zat cair → debit semakin tinggi Panjang pipa sama dan viskositas berbeda Perbedaan Kekentalan Terhadap Debit Semakin kental (viskositas semakin tinggi) zat cair → tahanan zat cair semakin besar terhadap pipa menyebabkan debit zat cair akan lebih sedikit Panjang pipa berbeda dan tekanan sama Perbedaan Panjang Pipa Terhadap Debit Semakin panjang pipa (diameter pipa sama) → debit zat cair yang mengalir lebih besar. Panajng pipa sama dan diameter berbeda Perbedaan Diameter Pembuluh Terhadap Debit Semakin besar diameter → kecepatan akan semakin tinggi dan debit yang dihasilkan semakin besar.
III. SISTEM KARDIOVASKULER III.1. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG DASAR TEORI A. Tekanan arteri pada manusia Pengertian Tekanan darah arteri seperti yang kita ketahui tekanan dalam tubuh manusia terbagi menjadi tekanan darah vena dan tekanan darah arteri. Tekanan darah arteri adalah tekanan yang terjadi pada pembuluh darah arteri dan merupakan proses utama dalam mengedarkan darah ke seluruh jaringan tubuh. Tekanan darah dalam tubuh manusia biasanya diukur berdasarkan dua ukuran. Itulah kenapa ketika mengukur tekanan darah kita akan mendapati dua angka seperti 90/80. Angka tersebut sebenarnya menunjukan 2 tekanan darah yang terjadi dalam pembuluh darah manusia. Angaka pertama dalm ukuran tekanan darah merupakan tekanan darah atas atau tekanan sistolik (Redaksi, 2012). Tekanan sistolik adalah tekanan darah arteri yang diakibatkan oleh aktivitas jantung ketika melakukan pemompaan darah. Sedangkan angka kedua pada ukuran tekanan darah menunjukan tekanan bawah atau tekanan distolik. Tekanan ini menunjukan tekanan pada jantung ketika jantung beristirahat diantara proses pemompaan darah (Redaksi, 2012). Kelainan tekanan darah Kelainan pada tekanan darah arteri dibagi ke dalam dua jenis yaitu tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah. Kedua tekanan darah ini terjadi ketika ketika tekanan darah arteri melebihi atau kurang dari tekanan darah yang normal pada manusia yaitu 90/60 sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi tekana darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ vital dalam tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu lemah untuk menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ tubuh. Sehingga organ tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara normal (Redaksi, 2012). Faktor - Faktor Tekanan Darah 1. Faktor Jenis Kelamin Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan complince
aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian mekanisme vasodilatasi (Anggita, 2012). Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi, setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah menopause (Anggita, 2012). 1. Faktor Gravitasi Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Anggita, 2012). Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012). a. Berbaring Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit (Anggita, 2012). Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Ganong, 2002). b. Berdiri
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri (Ganong, 2002). Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002). Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002). c. Duduk Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002). Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak (Guyton dan Hall, 1997).
Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring, yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak (Guyton dan Hall, 1997).
4. Hubungan tekanan darah dengan curah jantung Nilai tekanan darah ditentukan oleh perkalian curah jantung dengan tahanan perifer total. Perubahan pada salah satu dari kedua factor tersebut cenderung mengubah tekanan darahnya, jika terjadi kegagalan kedua factor tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Kusmiyati, 2009).
Di bawah ini adalah hubungan dalam diagram alur :
TUJUAN Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat : 1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut metode lama dan metode baru “The American Heart Association (AHA)” 2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis dengan cara palpasi 3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi 4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri 5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada ketiga sikap tersebut di atas 6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brachialis sebelum dan sesudah kerja otot
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot. Alat yang di perlukan 1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop
TATA KERJA I. Pengukuran tekanan darah a. brachialis pada sikap berbaring, duduk dan berdiri Berbaring terlentang: 1. Suruhlah orang percobaan (O.P) berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit 2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan o.p P.III.1.1 Apa yang harus di perhatikan pada waktu memasang manset ? Manset di pasang sekitar 3 jari diatas fossa cubiti, pastikan tidak menutupi arteri brachialis yang akan diraba. 3. Carilah dengan cara palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. Radialis pada pergelangan tangan kanan o.p
P.III.1.2
Mengapa kita harus meraba letak denyut a.brachialis dan a.radialis o.p ? Arteri radialis diraba untuk memeriksa frekuensi nadi o.p, sedangkan arteri brachialis untuk menentukan sistolik palpatoir o.p untuk menentukan tekanan darah dengan auskultasi.
4. Setelah o.p berbaring 10 menit tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam pengukuran tekanan darah o.p tersebut. P.III.1.3 Tindakan apa yang saudara lakukan secara berturut-turut untuk mengukur tekanan darah ini ? 1. 2. 3. 4. 5.
P.III.1.4
Pasien dalam keadaan berbaring Persiapkan stigmomanometer dan pasang manset 3 jari diatas fossa cubiti Raba arteri brachialis di fossa kubiti dan tentukan tekanan sistolik palpatoir Pompa manset sampai melebihi 30 mmHg dari tekanan sitolok palpatoir Dengan menggunakan stetoskop, dengarkan baik2 bunyi nadi untuk menentukan tekanan sistolik dan diastole
Sebutkan kelima fase Korotkoff. Bagaimana menggunakan fase Korotkoff tersebut dalam pengukuran tekanan darah dengan penilaian menurut metode lama dan baru ? Aliran darah dalam arteri menghasilkan suara yang spesifik, yang disebut suara Korotkoff yang terjadi dalam 5 fase: Fase I Fase II Fase III
: Lemah, jelas dan ketuk (tekanan sistolik) : Swooshing : Nyaring (crisp), lebih intensif (tapping) Fase IV: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika fase ini terus berlangsung selama pengikat lengan mengempis). Fase V: hilangnya suara (pada dewasa, tekanan diastolik) (Rhonda M. Jones, 2008). 5. Ulangi pengukuran sub.4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.5 Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran tekanan darah? Apa sebabnya?
Memperhatikan udara dalam kantung udara (manset harus kempes) karena dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah. Tunggu beberapa menit untuk jeda apabila ingin mengulang penukuran tekanan darah, agar aliran darah kembali normal. Duduk : 6. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. Brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya P.III.1.6 Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri? 1. Curah jantung Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). 2. Tekanan Perifer terhadap tekanan darah Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. 3. Viskositas darah. Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
4. Panjang pembuluh Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. 5. Radius pembuluh Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya (keperawatan.com) Berdiri : 7. Tanpa melepaskan manset o.p disuruh berdiri setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. Brachialis dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri? Untuk menormalkan kembali aliran darah saat perubahan posisi tubuh 8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah o.p pada ketiga sikap yang berbeda diatas.
Bagian Fisiologi Universitas YARSI, Fakultas Kedokteran Data Percobaan
III. SISTEM KARDIOVASKULER III.1. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG Hari/Tanggal : Senin/1 Desember 2014 Kelompok : PBL B03
DATA
POSISI Berbaring terlentang Duduk Berdiri
I/mmHg
II/mmHg
III/mmHg
Rata-Rata/mmHg
90/70
90/70
90/70
90/70
100/70 90/70
100/70 90/70
100/70 90/70
100/70 90/70
KESIMPULAN Berbaring Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit (Anggita, 2012). Berdiri Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002). Duduk Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Guyton dan Hall, 2002).
II. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot 1. Ukurlah tekanan darah a. Brachialis o.p dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (o.p tidak perlu yang sama seperti pada sub.I) 2. Tanpa melepas manset suruhlah o.p berlari ditempat dengan frekuensi ± 120 loncatan / menit selama 2 menit. Segera setelah selesai o.p disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya 3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit samapi tekanan darahnya kembali seperti semula. P.III.1.8 Bagaiman tekanan darah seseorang segera setelah melakukan kerja otot ? Setelah melakukan kerja otot tekanan darah seseorang meningkat di karnakan untuk mengkompensasi kebutuhan tubuh akan O2 yang meningkat III. Pengukuran Tekanan Darah A.Brachialis dengan Cara Palpasi 1. Ukurlah tekanann darah a. Brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub.1) 2. Ukurlah tekanan darah a. Brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi DATA Tekanann darah a. Brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub.1) Waktu / Menit 0
Tekanan Darah / mmHg 130/100
1 2 3
120/80 120/80 110/70
Tekanan darah a. Brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi Waktu / Menit Auskultasi Palpasi
Tekanan Darah / mmHg 110/70 110