LAPORAN PRAKTEK PEMBEDAHAN DAN ANASTESI
Oleh : Riza Abadi Lusia Pratama 01512074
AKADEMI TEHNIK ELEKTROMEDIK SEMARANG 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak alat yang mendukung dalam menciptakan suatu trobosan di dunia kesehatan, alat tersebut tentunya memudahkan dalam penggunaan dan mempunyai kedudukan yang penting bagi penggunanya. Salah satu bagian penting dari dunia kesehatan khususnya di dunia kedokteran adalah alat bedah dan anastesi, dari sekian banyak alat bedah dan anastesi, ESU merupakan alat yang cukup penting oleh karena itu mahasiswa tekhnik elekrtomedik harus memiliki pengetahuan yang cukup. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang alat bedah dan anastesi mendasari mahasiswa untuk terus belajar. dengan praktikum ESU akan membuat mahasiswa memiliki penambahan perbendaharaan pengetahuan dan keterampilan. Praktikum ESU tidak hanya dikenalkan alatnya saja. Tetapi juga diadakan trouble shooting, hal ini ditujukan melatih mahasiswa untuk menyikapi secara tepat. Menyikapi dengan step by step.
1.2. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui prinsip kerja melalui blog diagram. 2. Mampu menganalisa masalah jika terjadi trouble shooting. 3. Mampu membaca dengan tepat dengan wiring diagram. 4. Mengerti dan memahami cara perawatan dan perbaikan.
BAB II DASAR TEORI
2.1. Teori Singkat Electrosurgery adalah suatu alat bedah medis yang memanfaatkan frekwensi tinggi dari arus listrik yang digunakan untuk memotong, mengental, dan mengeringkan jaringan. Electrosurgical selalu digunakan selama proses operasi, dengan alat ini diharapkan selama proses operasi pasien tidak mengalami kehilangan banyak darah karena alat ini selain dapat digunakan untuk melakkan pembedahan juga dapat digunakan untuk menutup jaringan setelah mengalami pembedahan (Ansell Care). Alat ini memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh tertentu dengan memanaskan jaringan tersebut. Panas didapat dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai medianya. Adapun jangkauan frekuensi yang biasa dipakai berkisar antara 500 kHz sampai dengan 2,5 MHz. Pengoperasian ESU dibagi menjadi 2 (dua) mode, yaitu bipolar dan monopolar. Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi (pembekuan). Sebuah elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan, kemudian arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung elektroda melewati jaringan tadi kemudian menuju ujung elektroda yang lain. Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu elektroda aktif dan elektroda pasif/ netral dengan permukaan yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan. Mode monopolar lazimnya digunakan pada bedah mayor dengan metode pemotongan/ cutting. Oleh karena itu, mode bipolar lebih banyak digunakan untuk melakukan pembedahan minor.
Pada umumnya, pesawat electrosurgery unit bisa menghasilkan berbagai bentuk gelombang listrik. Perubahan dari bentuk gelombang tersebut akan menghasilkan efek yang berbeda terhadap jaringan. Penggunaan suatu bentuk gelombang yang kontinyu menyebabkan terjadinya penguapan atau pemotongan jaringan. Bentuk gelombang kontinyu menyebabkan terjadinya pemanasan yang sangat cepat.
Gambar 2.1. Typical Example Dengan menggunakan suatu bentuk gelombang intermitten (terpotongpotong) maka akan dihasilkan panas lebih sedikit.Karena hal tersebut maka pada jaringan akan terjadi pengentalan atau koagulasi. Bentuk gelombang campuran (blend 1,2 dan 3) bukanlah pencampuran dari gelombang kontinyu dan intermitten, melainkan modifikasi pada siklus tugas dari gelombang utama. Dari blend 1 sampai blend 3 siklus tugasnya semakin dikurangi. Semakin rendah siklus tugasnya maka panas yang dihasilkan juga semakin berkurang. Pada blend 1 memiliki efek pemanasan yang tinggi dengan efek hemostasis yang rendah. Sedangkan pada Blend 3 memiliki efek pemanasan yang rendah dengan efek hemostasis tinggi. Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari elemenelemen di dalam tubuh yang berbeda-beda, namun besarnya relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari masing-masing elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar 68%, lemak 14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan maka semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan berubah
menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan maka semakin besar pula panas yang dihasilkan, serta makin besar juga efek perusakan pada jaringan tubuh Dalam penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan biologis pada tubuh yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari frekuensi tinggi itu antara lain : 1) Efek Thermal Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh aliran frekuensi tinggi yang masuk ke dalam tubuh. 2) Efek Faradik Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh diberikan arus dengan frekuensi tertentu maka secara refleks otot akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk menghindari terjadinya efek faradik itu maka frekuensi yang digunakan sekurang-kurangnya 300KHz, 3) Efek Elektrolitik Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena mengalirnya arus listrik di dalam jaringan biologis sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam tubuh.
2.2. Cara Pengoprasian 1. Sebelum menghidupkan ESU bersihkan ESU dan bagian-bagiannya dari debu dan kotoran lainnya. Pastikan bahwa tidak ada barang apapun diatas ESU terutama cairan 2. Pastikan bahwa semua accesories dalam kondisi baik dan telah terpasang dengan baik. 3. Masukkan kabel power ESU ke stop kontak listrik di dinding.Pastikan kabel power telah tertancap dengan mantap di stop kontak, apabila stop kontak tidak ada ground, hubungkan ESU dengan ground tambahan. 4. Hidupkan ESU dengan menekan saklar power.
5. Atur dosis/daya yang diinginkan dengan menekan tombol up/down, baik untuk cutting maupun coagulation. Lukukan juga pemilihan efek yang diinginkan untuk cutting dan mode yang diinginkan untuk coagulating, bila memang dibutuhkan. 6. ESU siap untuk digunakan, setelah netral elektroda terpasang ke pasien dengan baik. 7. Rapikan kembali ESU beserta semua accecories. 2.3. Kalibrasi Cara kalibrasi : 1. Siapkan ESU beserta alat kalibrasi 2. Siapkan tranduser pisau pemotong (positif), tranduser yang satu (graund) dan lembar kerja 3. Liat tegangan mak.ESU sebagai acuan pengaturan pengukuran pada alata kalibrasi. 4. Seting ESU pada CUT, COAG, dan BIPOLAR secara bergantian masing-masing dari tegangan keci kebesar. 5. Pengambilan data diambil 6x sesuai dengan prosedur yang ditentukan oleh LIPI. 6. Bandingkan tampilan display/indicator pada ESU dengan tampilan alat kalibrasi toleransi sebesar 10%. 7. Bila dalam mengkalibrasi data terjadi perbedaan yang cukup signiikan (melebihi toleransi) maka alat perlu disurvey, begitu juga sebaliknya.
2.4. Block Diagram
Gambar 2.4. Block Diagram ESU Cara Kerja: Rangkaian Power supply berfungsi mensupply tegangan kesumua rangkaian. Mula mula tegangan dari power suppy masuk menuju rangkaian oscillator, rangkaian oscilator berfungsi sebagai pembangkit frekuensi. Kemudian tegangan akan dikendalikan oleh rangkaian driver. Dari rangkaian driver frekuensi diberikan batas yang hanya meloloskan frekuensi diatas cut off oleh High Pass Filter. Kemudian control sebagai pengatur baik user mau menggunakan menggunakan cutting / coagulation. Dari control ada yang menuju Modulator dan ada yang menuju penguat daya (power Amp), di bagian modulator frekuensi yang masuk mempunyai jarak antar frekuensi yang berbeda, tergantung user saat menggunakan control. Pada power amp output utput diarahkan ke pasien dan apa bila terjadi over load, akan diarahkan ke rangkaian over load protection. Selanjutnya tegangan kembali masuk menuju rangkaian oscilator.
2.5. Wiring Diagram
BAB III ISI
3.1 Trouble Shooting 1. Pada alat ESU merk A kondisi alat masih bagus namun tidak bisa digunakan untuk cutting? Hanya lampu power yang hidup. 3.2 Cara Perbaikan 1. Lakukan pengecekan pada kabel power dan diukur menggunakan multitester, untuk memastikan kabel terhubung. 2. Pasang acesoris, sebelum elektroda dipasang, buzzer akan berbunyi. Setelah dipasang ternyata cutting relay tidak berfungsi. 3. Analisa menggunakan bantuan wiring diagram, pemeriksaan dilakukan pada rangkaian buzzer, tegangan pada trafo,dan setelah dicek semua berfungsi dengan normal. 4. Selanjutnya yang dicek adalah bagian fuse, ternyata tidak ada tegangan yang masuk ke dalam fuse, hal ini menandakan fuse putus dan perlu diganti. Setelah fuse diganti, alan dicoba dan hasilnya alarm dan relay dapat berfungsi tapi masih mengalami masalah karena masih tidak bisa untuk cutting. 5. Alat dalam kondisi yang belum bisa digunkan untuk cutting, selanjutnya periksa rangkaian osilator. Rangkaian osilator berfungsi sebagai penghasil frekuensi. Ada 10 titik pengukuran (MP1-MP10) dalam manual book. Pada titik pengukuran ini masing – masing titik akan diamati melalui osciloskop, namun sebelum digunakan osciloskop dikalibrasi terlebih dahulu. 6. Pada Titik pengukuran yang pertama (MP1) sambungkan probe positif pada MP1 dan negatif pada ground, sesuaikan tegangan dan refrensi dengan manual book, yaitu berbentuk gelombang kotak dengan tegangan 5,5,V dan frekuensi 700kHz bila belum sesuai atur lebar dan tinggi gelombang pada
osiloskop. Dan setelah dilakukan pengecekan di MP1 ternyata tidak ada masalah. 7. Selanjutnya pengecekan dilakukan di bagian MP2, di pengukuran ini saat coagulasi jarak puncak ke puncak ( pic to pic) lebih lebar dibandingkan saat melakukan cutting dan dalam bentuk gelombang sinus dan selanjutanya lakukan pengecekan hingga MP10 dan ternyata seletah sampai di pengukuran di MP5, output tidak sesuai dengan hasil pada manual book, pada MP5 mengalami masalah karena tidak ada intensitas / tidak muncul frekuensi tinggi dan di rangkaian MP5 terdapat potensio, untuk selanjutnya gunakan potensio tersebut untuk mengatur frekuensi yang diharapkan.
BAB IV PENUTUP
4.1. Simpulan Hal utama yang harus dilakukan ketika trouble shooting adalah analisa step by step dari bagian yang paling utama (luar) seperti catu daya yang masuk, fuse dan sebagainya, jika masih mengalami masalah dapat dicek menuju bagian dalam (komponen). Dalam ESU praktikum kemarin didapatkan membutuhkan pengecekan titik pengukuran sesuai manual book. Masalah yang ditemukan saat praktikum kemarin adalah pada fuse yang mati dan MP5. Pada MP5 tidak muncul frekuensi tinggi.