LEMBAR KERJA MAHASISWA KULIAH LAPANGAN
A. Mata Kuliah : Genetika Dan Embriologi B. Lokasi
:Balai
Penelitian
Tanaman
Sayuran
(BALISTA),
Balai
Inseminasi Buatan (BIB), Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) di Lembang, Bandung. C. Waktu
: Kamis, 3 Mei 2012
D. Tujuan
:
1. Mengamati hasil penelitian sayuran 2. Mengamati hasil penelitian hewan 3. Melakukan observasi terhadap hasil-hasil persilangan pada beberapa jenis tanaman dan hewan yang unggul
I.
Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang
Judul PKL
: Inseminasi Buatan (IB)
Waktu dan Tempat
: Kamis 3 Mei 2012, Balai Insemenasi Buatan
(BIB) Lembang Tujuan
: Upaya mengetahui bagaimana cara pelaksanaan IB
Visi dan misi BIB
:
Visi
Menjadi produsen semen beku terdepan pada 2015 yang bersih, efisien, dan
“
berprestasi melalui teknologi Inseminasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternak”. Misi :
1. Melaksanakan produks, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran semen beku dalam ragka pelayanan prima kepada masyarakat. 2. Menggali potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi Balai 3. Menyelenggarakan dan menggerakan penyempurnaan teknik dan metode untuk pengembangan Inseminasi Buatan 4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan melalui pelatihan / magang / bimbingan teknis 5. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak Program BIB
: Penyediaan Semen Beku berkualitas (Sexing and Unsexing )
Mekanisme Kerjasama
:
- Swasembada Daging Sapi / Kerbau Kerbau 2012-2014 dengan dengan Pemerintah. - Penjualan semen beku - Kerjasama produksi dan distribusi semen beku - Pelayanan purna jual semen beku
I.
Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang
Judul PKL
: Inseminasi Buatan (IB)
Waktu dan Tempat
: Kamis 3 Mei 2012, Balai Insemenasi Buatan
(BIB) Lembang Tujuan
: Upaya mengetahui bagaimana cara pelaksanaan IB
Visi dan misi BIB
:
Visi
Menjadi produsen semen beku terdepan pada 2015 yang bersih, efisien, dan
“
berprestasi melalui teknologi Inseminasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat peternak”. Misi :
1. Melaksanakan produks, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran semen beku dalam ragka pelayanan prima kepada masyarakat. 2. Menggali potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi Balai 3. Menyelenggarakan dan menggerakan penyempurnaan teknik dan metode untuk pengembangan Inseminasi Buatan 4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan melalui pelatihan / magang / bimbingan teknis 5. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak Program BIB
: Penyediaan Semen Beku berkualitas (Sexing and Unsexing )
Mekanisme Kerjasama
:
- Swasembada Daging Sapi / Kerbau Kerbau 2012-2014 dengan dengan Pemerintah. - Penjualan semen beku - Kerjasama produksi dan distribusi semen beku - Pelayanan purna jual semen beku
Deskripsi
:
Pada kawin alam pejantan yang di gunakan umumnya pejantan lokal dengan berat badan yang tidak terlalu besar karena pejantan unggul sangat terbatas. Kemampuan Kemampuan mengawini seekor seekor pejantan pejantan terbatas. Kawin alam dapat
juga
menularkan penyakit, selain berpotensi berpotensi terjadi perkawinan sedarah ( in
breeding ) karena keterbatasan jumlah pejantan.
Ternak yang di pelihara umumnya lokal dengan berat badan rendah pertumbuhan kurang bagus, oleh karena itu sebaiknya di kawinkan dengan metoda Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku dari pejantan unggul yang secara genetik dan fisiologis bagus sehingga diharapkan anak yang dilahirkan pertumbuhannya juga bagus. Karena pertumbuhan anak sangat tergantung genetik bapak ibunya. Selain itu penularan penyakit dapat dikendalikan
Tugas Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang 1. Bagaimana sejarah/lat sejarah/latar ar belakang belakang dan tujuan tujuan berdirinya berdirinya lembaga BIB? Jawab:
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat Pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong, dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor.
2. Apa saja hewan hewan yang di inseminsai inseminsai di BIB? Jawab:
Sapi perah Warna putih dan hitam ( Frisian Holstein ) atau merah dengan putih Hungarian). Sapi potong (Simmental, Limousin, Angus, Brangus, Brahman, ( Hungarian Ongole). Domba garut, Kambing PE berasal dari Kaligesing, Purworejo, Jawa
Tengah dan kambing boehr berasal dari Afrika Selatan.
3. Apa saja program-program yang dilakukan di BIB? Jawab :
Pembentukan dan pengembangan organisasi penyediaan sumber daya manusia (SDM), penyediaan sarana dan prasarana, seleksi dan pengelolaan pejantan unggul, produksi dan distribusi semen (semen cair dan semen beku), pengamatan dan pelaporan birahi, pencatatan dan evaluasi hasil IB.
4. Apa yang dimaksud dengan inseminasi? dan ada berapa macam? Jawab:
Inseminasi buatan yang telah popular dikalangan peternak yang disebut kawin suntik adalah upaya memasukan semen/mani kedalam saluran reproduksi hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan petugas khusus menggunakan alat tujuannya supaya hewan menjadi bunting. Macam inseminasi: - IB individu, birahi alami siklus setiap 21 hari (IB 24 hari) - IB masal, birahi dirancang bersamaan dengan sinkronisasi memakai hormon (PGF 2a)
5. Bagaimana cara melakukan inseminasi di BIB? (Gunakan Bagan!) Jawab:
Di BIB Lembang tidak ada inseminasi, hanya ada penampungan dan pengemasan semennya saja. namun untuk langkah-langkah inseminasi buatan adalah: 1. Siapkan dan ikat ternak 2. Pastikan waktunya tepat 3. Bersihkan vulva dengan kapas / tissue 4. Palpasi rektal :
Keluarkan kotoran tanpa mengelurkan tangan
Kenali dan pegang servix secara lembut, sambil di dorong ke depan
Masukkan Gun IB dengan posisi miring ke atas
Lewatkan cincin-cincin servix sampai cincin terakhir
Semprotkan semen beku secara pelan-pelan di depan dalam servix
Tarik gun IB----Cek kondisi straw
Catat nama, kode pejantan, tanggal IB, dan lain-lain
Tinggalkan catatan pada ternak.
untuk Skema: Sebelum melaksanakan prosedur inseminasi buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair
Kemudian memasukkan semen beku dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir.
Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oc. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oc, selama 7-18 detik.
Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih
Setelah itu plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, dengan ekor diikat
Petugas inseminasi buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum
Tangan petugas inseminasi buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim(servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu
kemudian Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan ‘posisi ke empat’.
Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
6. Setelah hewan diinseminasi, produk turunan hasil inseminasi dimanfaatkan untuk apa? (misal menghasilkan produk susu, hewan pedaging untuk dijual ke pasar atau bagaimana) Jawab:
Produk turunan hasil dari Inseminasi Buatan ( IB ) dimanfaatkan tergantung dari distribusi semen bekunya. Jika semen beku tadi didistribusi ke peternakan sapi perah maka produk turunannya berupa sapi perah yang unggul dalam kualitas penghasil susu. begitupun jika semen beku tadi didistribusikan ke peternakan sapi potong, maka produk turunannya berupa sapi potong yang unggul. Semen beku dari BIB lembang juga dipasarkan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi BIB itu sendiri yaitu : “ Melaksanakan Produksi dan pemasaran semen beku benih unggul ternak serta pen gembangan inseminasi buatan”. ( Tugas Pokok )
“Distribusi dan Pemasaran semen beku unggul”. ( Fungsi no 9 ).
7. Tuliskan kesimpulan dari hasil observasi anda di BIB! Ditinjau dari berbagai faktor, misal hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, jumlah yang dihasilkan, dan lain-lain) Jawab:
Dapat disimpulkan bahwa proses inseminasi buatan di BIB lembang terbilang cukup sukses, mengingat fasilitas dan bibit unggul yang ada disana sangat baik. Dilihat dari segi perawatan ternak juga, pihak BIB sangat menjaga agar hewan ternak disana selalu sehat dan vitalitasnya tetap tinggi. Dilihat dari tingkat keberhasilan juga bisa dikatakan bagus. Tingkat keberhasilan IB dapat diukur dari angka S/C ( service per conception ), yaitu jumlah pelayanan IB untuk mencapai bungting dan angka conseption rate (CR). pemasaran / distribusi BIB lembang pada tahun 2011 saja sangat luas, distribusi semen beku DIPA yang menggunakan dana APBN ditargetkan ke 26 provinsi dengan dosis sebanyak 300.000 .
Jumlah yang dihasilkan ( berdasarkan laporan tahunan SPI BIB lembang Tahun 2011 ) -
Jumlah Kebuntingan : 152.089,93
-
Jumlah Kelahiran : 152.089,93
-
Jumlah Anak : 152.090 ekor
-
Jumlah Calon bibit : 129.276 ekor
Hambatan hampir tidak ada, hanya ada sedikit kendala dalam hal fertilitas. tingkat keberhasilan cukup memuaskan, pemasaran pun lancar, jumlah yang dihasilkan sekitar 3juta straw/tahun.
8. Pengamatan 1) Amati dan jelaskan: a. Ciri-ciri sapi yang mengalami fase birahi Jawab :
Sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan tidak rata, cervix relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.
b. Bagaimana penanganannya Jawab:
Untuk sapi yang telah pada tahap birahi, segaranya dilakukan inseminasi buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk melaksanakan
Inseminasi
Buatan
(IB)
selanjutnya.
Kegagalan
kebuntingan setelah pelaksanaan InseminasiBuatan (IB) juga akan
berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.
c. Bagaimana
proses
pengambilan
semen,
penanganan,
dan
pendistribusiannya! Jawab : a. Proses pengambilan semen
1. Massage kelenjar asesoris :
Dengan cara memijat kel. Vesikula seminalis /ampula melalui rectum
Volume Semen yg dikumpulkan dari kel. V.S. : 0,5 – 21 cc
Volume semen yg dikumpulkan dari kel. Ampula : 0,5 – 23 cc
Bersifat alkalis karena tercampur cairan asesoris (kualitas menurun)
2.
Vagina Buatan :
Diantara selongsong karet tebal dan tipis diisi air panas o
(55 C)
Suhu yang tepat di bagian dalam vagina buatan adalah 42 – o
44 C
Salah
satu
ujung
vagina
buatan
diberi
pelicin
(vaselin/tragacanth)
Konsentrasi : 2000 – 2200 jt / ml semen, volume. : 5 – 8 ml
b. Penanganan semen beku dalam container
Penanganan sangat penting untuk diperhatikan karena berfungsi untuk mempertahankan kualitas straw tetap baik sehingga dapat digunakan untuk inseminasi buatan pada sapi induk. Penangananya
adalah sebagai bverikut : Semen beku yang ada di dalam kontainer harus selalu terisi N2 cair dan straw terendam dalam N 2 cair tersebut yang jaraknya minimal > 15 cm dari dasar container. N 2 cair yang ada di dalam kontainer dicek setiap seminggu sekali dengan cara memasukkan penggaris plastik warna hitam atau kayu ke dalam kontener yang langsung diangkat, sehingga akan nampak bekas N 2 berwarna putih pada penggaris tersebut. Ketika mengambil straw di dalam kontainer tidak boleh melebihi tinggi leher kontainer serta hindarkan dari sinar matahari secara langsung. c. Pendistribusian semen
Distribusi semen beku oleh unit pelaksana teknis dilakukan dalam rangkamendorong percepatan penyebaran bibit ternak yang memenuhi persyaratanteknis bibit di suatu wilayah untuk perbaikan mutu genetik dan produksi, baikdalam bentuk pengembangan sentra pembibitan dan atau kawasan perbibitan yang disesuaikan dengan potensi atau agroekosistem.Pendistribusian semen beku harus dilakukan dengan mengikuti persyaratanteknis sebagai berikut : 1. Kontainer yang dipergunakan sesuai dengan jumlah straw yang di kirim. 2. Straw harus terendam dalam N 2 cair, dan kontainer harus terisi penuh N2 cair sampai batas leher. 3. Untuk mengamankan dalam pengangkutan tiap-tiap kontainer harusterbungkus dan disegel serta dilengkapi dengan kartu petunjuk.Untuk menghindari terjadinya perkawinan antara dua individu yang bersaudara ( inbreeding ), maka distribusi dan penggunaan semen beku hendaknya memperhatikan catatan distribusi dan breeding program yang ditetapkan oleh dinas peternakan atau dinas yang membidangi fungsi peternakan di provinsi/kabupaten/kota. Oleh karena itu kegiatan distribusi dan penggunaan semen beku tersebut agar dilakukan dengan atau
dibawah pembinaan dan pengawasan atau bimbingan teknis dinassetempat. Pengambilan semen yang dilakukan di BIB Lembang menggunakan vagina buatan proses penampungan dilakukan pukul 07.30 s/d 11.00. Pemeriksaan semen yang dilakukan di BIB Lembang meliputi pemeriksaan makroskopis (volume, warna, konnsistensi), pemeriksaan mikroskopis (gerakan masa dan gerakan individu) dan pemeriksaan konsentrasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, dilakukan proses Filling dan Sealing (pengisian semen), Pre- Freezing , Freezing (pembekuan) dan PTM (Post Thawing Motility ) yaitu pemeriksaan semen beku. Setelah melalui proses tersebut kemudian semen beku didistribusikan.
d. Apa indikator suatu semen dikatakan berkualitas baik atau buruk? Jawab:
Kualitas semen dapat dilihat dari beberapa hal dari cara makroskopis maupun cara mikroskopis. Volume semen yang baik adalah pada domba dan sapi adalah sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma yang banyak. Sedangkan volume pada pejantan kuda dan babi biasanya mempunyai volume yang banyak, tetapi konsentrasi spermanya sedikit.
Sapi
= 1200 juta/ml (vol. 4-6 ml)
Kuda
= 150 juta/ml (vol. 75-150 ml)
Babi
= 200 juta/ml (vol.125 ml)
Domba
= 2000 juta/ml (vol. 1,5 ml)
Warna semen pada sapi adalah putih krem, jika semen berwarna kuning maka semen tersebut mengandung pigmen riboflavin, sedangkan jika semen berwarna hijau kekuningan maka semen tersebut mengandung bakteri pseudomonas aeruginosa. Sedangakan jika semen mengandung gumpalan maka semen tersebut mengandung nanah, dan jika semen tersebut terdapat warna merah maka semen tersebut terdapt darah dari
ureter, dan jika semn tersebut berwarna kecoklatan maka semen tersebut terkontaminasi dengn kotoran. Jika semen berwarna krem, maka konsentrasi spermanya adalah 1000 juta-2000jt sel/ml. Jika semen seperti susu encer maka konsentrasi sperma adalah 500-600 jt sl/ml. Dan jika semen tersebut cair berawan dan keruh, maka semen tersebut berkonsentrasi 100 jt sel/ml.
e. Apa kesimpulanmu? Jawab:
Pada sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku homoseksual. Dan untuk penanganan ada sapi yang sedang birahi harus segera dilakukan inseminasi buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Untuk proses pengambilan semen balai inseminasi buatan l embang merangsang pejantan dengan alat, atau sapi betina ,atau dengan sapi jantan atau vagina buatan itu dilapisi karet inner liner, dan pelicin plastin. Sampai sapi mencapai libido dan kemudian sperma ditampung dan disimpan pada suhu tertentu agar sperma tidak mati. Hingga akhirnya dapat dilakukan inseminasi pada sapi betina. Untuk menentukan baik buruknya semen meliputi: warna : susu, krem dan kekuning-kuningan, volume : rata-rata sapi 5 ml, kerbau 2 ml, ph : 6,2 – 6,8, kekentalan (kosistensi) : sedang – pekat, bau : spesifik/normal dan juga kandungan sperma harus lebih 1200 juta/ml. Dll
Proses IB juga harus memperhatikan keadaan lingkungan dan kesehatan tubuh dan pakan ternak sapi yang menjadi pejantan donor semen, agar vitalitas sapi pejantan tersebut terjamin dan bagus.
2) Buatlah skema penanganan sapi hingga semen-nya di transfer ke sapi betina. Jawab : pemberian pakan pejantan
kesehatan sapi pejantan
perawatan ternak
pengenceran semen
pemeriksaan semen segar (kualitas semen) dan hingga akhirnya dibekukan
penampungan semen segar yang didapat dari pejantan
pemeriksaan semen
inseminasi (pemasukan sperma pada sapi betina)
Selesai _
I.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang
Judul PKL
:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang
Waktu dan tempat
: Kamis, 03 Mei 2012; Balai Penelitian Tanaman
dan Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban Perahu 517, Kotak Pos 8413 Lembang 40391 - Jawa Barat Telp: 022 2786245 Fax: 022 - 2786416, 2786025. Tujuan
: Melaksanakan penelitian tanaman
Visi dan misi Balitsa
:
Visi
“Menjadi lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi strategis sayuran yang berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Misi
Menciptakan,
menghasilkan
dan
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna. Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional melalui pola kemitraan menuju kemandirian penelitian sayuran. Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima dalam penelitian sayuran. Program Balitsa
:
Pemuliaan, plasma nutfah dan perbenihan
Entomologi dan fitoplatologi
Fisiologi hasil
Ekofisiologi
Mekanisme Kerjasama
:
Kerjasama dalam negeri : BI, PTN, Perusahaan Swasta
Kerjasama luar negeri : Australia, dan lain-lain
Deskripsi
:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) adalah suatu Lembaga Pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan tanaman
sayuran di Indonesia. Berbagai macam benih sayuran banyak dihasilkan oleh BALITSA, antara lain cabai, kentang, bawang merah, tomat, wortel, mentimun, kubis bunga, bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, dan caisim. BALITSA dalam kegiataanya, melakukan penelitian tanaman sayuran, usaha agribisnis, menyiapkan kerjasama dalam penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman sayuran. Lokasi BALITSA 1. Letak Geografis
Balitsa terletak di Jl. Tangkuban Parahu 517 Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Secara geografis BALITSA terletak pada koordinat antara 107° 36’ 32’’ dan 107° 36’ 33’’ BT dan antara 6° 30’ 46’’ dan 6° 30’ 49’’ LS dengan ketinggian tempat 1250 m dpl. 2. Letak Topografi
Topografi dari BALITSA Lembang yaitu bergelombang dan berbukit yang merupakan bagian dari jajaran pegunungan Tangkuban Parahu. BALITSA berjarak ± 25 km dari kota Bandung ke arah utara atau ±5.5 km dari kecamatan Lembang ke arah utara timur. Disebelah timur, BALITSA dibatasi Jalan Raya Lembang menuju Subang., sebelah selatan dibatasi Desa Cibogo, sebelah Barat dibatasi perkampungan Cibedug dan sebelah utara dibatasi jalan Cikole-Cibedug. Dari Bandung ± 1 jam ke BALITSA, sedangkan dari Lembang ± 15 menit. Transportasi yang dapat digunakan adalah ojek, angkutan kota, bis dan taksi. 3. Keadaan Wilayah
Balitsa terletak pada formasi geologi QYT (Quartet Young Tuff), formasi yang terbentuk akibat letusan gunung tangkuban perahu, dengan bahan induk breksi pasir tufaan, lapili, bom, lava, berongga, kepingan-kepingan andesit, basalt, padat yang bersudut dengan banyak bongkahan-bongkahan dan pecahan-pecahan batu apung yang berasal dari gunung Tangkuban Perahu. Secara fisiografi Balitsa termasuk dalam zona fisiografi depresi Bandung (dimana terbentuk karena terjadinya runtuhan pada bagian tengah atau puncak pada saat terjadi pengangkatan/pelengkungan). Akibat runtuhan tersebut muncul kompleks gunung Tangkuban Perahu. Jenis tanah yang terdapat di Balitsa Lembang yaitu jenis
tanah Andosol dengan Ph antara 5,5-7 yang berasal dari vulkanik Gunung Tabgkuban Perahu adapun cirri dari tanah tersebut berwarna hitam, lempung berdebu dan lempung dengan struktur yang lemah dengan konsistensi yang gembur. 4.
Profil Organisasi Balitsa
Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 160/KPTS/OT.210/3/2000. Bahwa Balitsa Lembang berada di bawah garis operasional Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura dan sejajar dengan Balai lainnya Balithi Cianjur dan Balitbu Solok.
Tugas Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang
1. Bagaimana sejarah/latar belakang dan tujuan berdirinya BALITSA? Jawab:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang pada awal terbentuknya yaitu tahun 1940 berada di bawah naungan Balai Penelitian Teknologi Petanian Bogor. Pada tahun 1962 berkembang menjadi Kebun Percobaan Hortikultura yang merupakan cabang dari Lembaga Penelitian Hortukultura Pasarminggu. Kemudian pada tahun 1995 berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang letaknya di Lembang Bandung Jawa Barat. Sebelum berdiri BALITSA, balai penelitian ini merupakan balai penelitian tanaman hortikultura yang diantaranya ada tanaman buah, sayuran dan hias. Setelah semakin maju dan berkembang balai hortikultura ini terbagi atas 4 balai diantaranya ada Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Balai Penelitian Tanaman Buah (BALITBU), Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di beberapa daerah di Indonesia. BALITSA Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran dan lahan yang subur, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian daerah kurang lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0 - 1000 mm/ bulan, serta rata-rata kelembaban nisbi 70 - 100 %. Luas lahannya sendiri sebesar 40 hektar. Tanah di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat kehitaman, remah,
memiliki pori-pori makro dan mikro dengan pH 5,5 – 7. Tujuan di didirikanya BALISTA ini adalah untuk menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna dan Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima dalam penelitian sayuran.
2. Apa saja jenis tanaman yang dikembangkan di BALITSA? Jawab:
Jenis tanaman yang dikembangkan adalah kentang sebanyak 8 varietas, Bayam sebanyak 2 varietas, Kacang panjang sebanyak 2 varietas, Bawang merah sebanyak 4 varietas, Bawang putih sebanyak 3 varietas, Petsai sebanyak 3 varietas, Tomat sebanyak 7 varietas, Kangkung sebanyak 1 varietas, Buncis sebanyak 3 varietas, Mentimun sebanyak 3 varietas dan Cabai sebanyak 3 varietas. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
Komoditas unggulan : bawang merah, kentang, cabai keriting
Komoditas prioritas : tomat, buncis, jamur tiram
Komoditas prosfektif : terung, mentimun, paria, dan lain-lain
3. Dari manakah bibit tanaman awal diperoleh? Jawab:
Bibit tanaman awal diperoleh dari lokal, misalnya jenis tanjung yang merupakan salah satu jenis varietas KENTANG yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Varietas ini di pilih tentu saja karena memiliki keistimewaan rasa yang enak dan masa panen yang cepat. Ini tidak serta merta berlangsung begitu saja, sebelumnya bibit tersebut di uji oleh balai-balai tertentu.
4. Berdasarkan hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada tiap tanaman tersebut? Jelaskan! Jawab:
Ada. Diperoleh dari hasil persilangan gen untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi. Tomat toska, tomat ruby, tomat mutiara, dan lain-lain.
selain itu terdapat keanekaragaman sifat dari tanaman lainnya yaitu:
kentang (18 varietas)
bayam (2 varietas)
kacang panjang (3varietas)
bawang merah (9 varietas)
bawang putih (3 varietas)
petsai (3 varietas)
tomat (7 varietas)
kangkung (1 varietas)
buncis (3 varietas)
mentimun (3 varietas)
cabai (5 varietas)
meskipun dalam satu spesies tetapi terdapat keanekaragaman sifat (gen) sehingga terdapat variasi.
5. Jelaskan keanekaragaman gen dan jenis yang terbentuk dari tanaman yang dikembangkan! Jawab:
Dengan varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan lain-lain. No
Komoditas
Nama Varietas
Tahun
1
Kopi
Andung Sari 2K
2010
2
Kelapa sawit
D x P PPKS 239
2010
3
Padi Sawah
Inpari 10 Laeya
2009
4
Padi Sawah
Inpari 11
2009
5
Padi Sawah
Inpari 12
2009
6
Padi Sawah
Inpari 13
2009
7
Padi Sawah
Inpari 7 Lanrang
2009
8
Padi Sawah
Inpari 8
2009
9
Padi Sawah
Inpari 9 Elo
2009
10
Padi Sawah
Kuriak kusuik
2009
11
Padi Gogo
Inpago 4
2009
12
Padi Gogo
Inpago 5
2009
13
Padi Gogo
Inpago 6
2009
14
Padi Gogo
Mandel Handayani
2009
15
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 1
2009
16
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 2
2009
17
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 3
2009
18
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 4
2009
19
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 5
2009
20
Padi Pasang Surut/Lebak
Inpara 6
2009
21
Padi Hibrida
Hipa 10
2009
22
Padi Hibrida
Hipa 11
2009
23
Padi Hibrida
Hipa 7
2009
24
Padi Hibrida
Hipa 8 Poineer
2009
25
Padi Hibrida
Hipa 9
2009
26
Jagung
AS 1
2009
27
Jagung
Bisi 222
2009
28
Jagung
Bisi 816
2009
29
Jagung
Bisi 818
2009
30
Jagung
DMI 1
2009
31
Jagung
DMI 2
2009
32
Jagung
DMI 3
2009
33
Jagung
Guluk-Guluk
2009
34
Jagung
Makmur 4
2009
35
Jagung
Manding
2009
36
Jagung
Motoro Kiki
2009
37
Jagung
Pertiwi 1
2009
38
Jagung
Pertiwi 2
2009
39
Jagung
Pertiwi 3
2009
40
Jagung
Talango
2009
6. Teknologi persilangan apa yang telah atau sedang diterapkan? Jawab:
No
Nama Alat
Keunggulan
Status
1.
Teknologi
1. Bibit induk dapat disimpan dalam
Telah
budidaya jamur Edibel
lemari pendingin (4^C) selama 1
diterapkan
tahun; 2. Panen Jamur Tiram/Kuping > 9 kali dalam waktu > 1,5 bulan. Panen 2-3 kali seminggu; 3. Panen Jamur Shiitake 5 kali, yaitu ke 1-5; 14-16-18-20-26 msi.
2.
Teknologi
Teknologi aeroponik merupakan
Aeroponik
terobosan dalam melipatgandakan benih
Terobosa
Go. Teknologi aeroponik dapat
Perbanyakan
menghasilkan umbi kentang yang cukup
Cepat Benih
banyak dibandingkan dengan
Kentang
menggunakan media steril (tanah dan pupuk kandang). Oleh karena itu, pada bulan Desember 2008 peneliti Balai Penelitian tanaman sayuran (Balitsa) bekerjasama dengan ATN mengembangkan teknik aeroponik dan hasilnya
Telah diterapkan
mencapai 10 kali lipat, dibandingkan dengan konvensional. Adapun ukuran benih yang dihasilkan dengan teknik aeroponik bervariasai dari ukuran sebesar biji kacang tanah sampai sebesar telur bebek.
3.
Sistem
Hasil panen paprika, bobot buah, dan
Produksi
jumlah buah per tanaman dari
Paprika di
tanaman paprika yang ditanam di rumah
Telah diterapkan
Rumah Plastik plastik kombinasi kayu dan metal lebih tinggi daripada tanaman paprika yang ditanam di rumah plastik bambu. 4.
Sayuran
Tahan lama; nutrisi dan warna dapat
Telah
Kering
dipertahankan; dapat mengembang
diterapkan
kembali seperti bentuk semula; pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanannya mudah. 5.
Pengendalian Hama
Pemanfaatan musuh alami Hemiptarsenus varicornis mampu
Penggorok
menekan serangga hama sampai dengan
Daun Pada
97,52 %
Telah diterapkan
Kentang
7. Bagaimana cara melakukan persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul? Jawab:
persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul bisa dilakukan dengan: a. Cross selfing (persilangan sendiri) b. Kultur anter
Teknik kultur antera dapat mempercepat waktu pemuliaan melalui pembentukan galur haploid ganda (galur murni) dari polen tanaman F1, sehingga seleksi untuk sifat unggul yang diharapkan dapat dilakukan lebih awal. c. kultur bunga
8. Apa kesimpulan yang dapat anda ambil? (ditinjau dari berbagai aspek misal hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, dan lain-lain) Jawab:
Kendala yang dialami : musim yang tidak menentu (panas dan dingin) dan fenomena alam (bencana) A. Hambatan 1. Kendala yang membatasi produktivitas sayuran adalah cekaman biotis. 2. Faktor biotis yang paling umum adalah serangan hama dan penyakit utama pada sayuran diantaranya layu bakteri, busuk daun, antraknos, virus, nematoda. 3. Kendala yang ditimbulkan oleh serangan penyakit tersebut dapat menurunkan hasil antara 20 – 80 % 4. Selalu di mulai dengan tidak faham atau tidak sefaham dengan pekerjaan selama melayani obsever. 5. Sistem pekerjaan terkadang sulit untuk bisa selesai dalam kurun waktu relatif. 6. Menghadapi dan menyelesaikan pekerjaan tidak sistimatis, bersifat berkesinambungan atau terus menerus.
B. Tingkat Keberhasilan 1.
Penambahan luas areal tanam dan panen,
2.
Peningkatan produktivitas dan produksi,
3.
Peningkatan mutu produk,
4.
Adopsi teknologi maju,
5.
Tercukupinya produksi sepanjang tahun,
6.
Terbentuknya usaha agribisnis,
7.
Terbentuknya kelembagaan usaha,
8.
Terbangunnya prasarana usaha,
9.
Tersedianya sarana produksi secara berkelanjutan (benih; pupuk),
10.
Berkembangnya usaha pengelolaan,
11.
Terpasarkannya hasil/produk pada tingkat nilai tambah yang layak,
12.
Peningkatan pendapatan petani.
C. Pemasaran Di dalam pemasaran hasil-hasil pertanian khususnya komoditi tertentu dibutuhkan
lembaga
pemasaran
berupa
badan-badan
yang
menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga ini mempunyai hubungan satu sama lain Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan usahatani bertujuan untuk memaksimumkan pendapatan petani melalui pemanfaatan lahan dan tenaga kerja petani yang tersedia serta melaksanakan pola pertanaman yang paling menguntngkan. Taha (1999) menjelaskan bahwa perencanaan usahtani dan perencanaan biaya mempunyai arti: 1. Membantu
petani
dalam
memperbaiki
organisasi
untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan petani; 2. Membantu perencanaan pemanfaatan sumber-sumber produksi dan metode-metodenya; 3. Menaksir produksi dan pendapatan petani yang akan diperoleh; 4. Memberikan petunjuk tentang kemampuan usahatani untuk memikul suatu kredit; 5. Dasar untuk menghitung pendapatan petani.
9. Pengamatan 1) Amati dan jelaskan bagaimana kondisi lingkungan Balista dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayur secara ptimal. Dengan mengecek: a. Kelembapan b. Suhu c. pH tanah d. instansi dan sarana prasarana penunjang penyemaian dan penanaman tanaman. e. Teknik apa saja yang dilakukan di Balista hingga menghasilkan sayuran yang unggul. Jawab: a.
Kelembaban
Ketinggian daerah kurang lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0 1000 mm/ bulan, serta rata – rata kelembaban nisbi 70 - 100 % (sesuai tabel data curah hujan BALITSA). b.
Suhu
Suhu lingkungan berkisar antara 24-27ºC pada siang hari, dan 15 -18ºC pada malam hari.
c.
pH tanah
Tanah di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat kehitaman, remah, memiliki pori – pori makro dan mikro dengan pH 5,5 – 7. Kandungan hara dan organik tanahnya cukup baik, struktur dan tekstur tanahnya juga mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.
d.
Instansi
dan
sarana
prasarana
penunjang
penyemaian
dan
penanaman tanaman
Fasilitas Kebun Percobaan Laboratorium, rumah kaca dan
peralatannya,
e.
Ruang Perpustakaan dan kearsipan
Ruang pertemuan dan fasilitasnya
Jaringan Informasi dan Perangkatnya
Layanan daya dan jasa.
Teknik apa saja yang dilakukan di BALITSA hingga menghasilkan sayuran yang unggul.
Teknologi dengan menanam stek secara in vitro atau in vivo, untuk mendapatkan bibit kentang generasi nol (G0/benih sumber). Teknik inilah yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) Lembang.
Selanjutnya
G0
berupa
stek
dikirimkan
ke
BBI
Pangalengan untuk diperbanyak di Screen House A dan menghasilkan mini tuber, yang selanjutnya secara berurut ditanam menjadi G1 (pada screen house) dan G2 (di lapangan). Perbanyakan dari G2 ke G3 dilaksanakan di BBU (PD Mamin/PD Agribisnis) Pangalengan yang selanjutnya diperbanyak menjadi G4 oleh para penangkar yang telah terlatih. Selain itu juga Di Balitsa menggunakan teknik pemuliaan tanaman, yaitu kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.
2) Buatlah
skema
penanganan
tanaman
sayuran
di
Balista
hingga
terdistribusinya bibit unggul sayuran Jawab:
mendapatkan Bibit LOKAL
melakukan pengujian terhadap bibit lokal
hasil pengujian kemudian disilangkan
di hak patenkan
diberi nama Varietas
sampai didapat bibit yang benarbenar unggul
didistribusikan ke masyarakat
Deskripsi Temuan:
Pada kentang diadakan pelilinan yang bertujuan untuk memperlambat respirasi dan transpirasi serta mengurangi resiko infeksi oleh pathogen, sehingga kualitas umbi dapat dipertahankan lebih lama. Syarat-syarat pelilinan:
Buah / umbi (misal kentang) harus betul-betul sehat
Buah / umbi (misal kentang) tidak mengandung panas lapangan
Buah / umbi (misal kentang) harus dicuci terlebih dahulu dengan larutan pencuci anti bakteri
Buah / umbi (misal kentang) harus dalam kondisi bersih dan kering.
Keuntungan
Kualitas buah/ umbi yang dilapis lilin dapat dipertahankan
Penampilan umbi kentang lebih menarik
Kehilangan bobot umbi kentang dapat dikurangi.
Catatan:
Buah / umbi yang telah dilapis lilin sebaiknya ketika dikonsumsi dibersihkan dulu lapisan lilinnya.
Penamaan Benih
Untuk penamaan benih berdasarkan:
Nama penemu
Bisa menggunakan nama-nama planet, daerah dan sebagainya.
I.
BPPT-SP Lembang
Judul PKL
: Penelitian Sapi Perah
Waktu dan Tempat
: Kamis, 3 Mei 2012. Balai Penelitian dan
Pemuliaan
Ternak
Sapi
Perah
(BPPT-SP)
di
Lembang, Bandung . Tujuan
: Mengamati hasil penelitian hewan, melakukan
observasi terhadap hasil persilangan pada beberapa jenis tanaman dan hewan yang unggul Visi dan Misi BPPT-SP
:
Visi Lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan
dan
teknologi
strategi
sayuran
yang
berorientasi pada kebutuhan pengguna Misi
1.
Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk industry
2.
Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah.
3.
Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa
Program BPPT-SP
: Pengembangan Pengusahaan Bibit, Pengembangan
SDM, Pengembangan Teknologi bibit Unggul. Mekanisme Kerjasama
:
Bekerja sama pada bulan maret 1997, menjadi lokasi utama ( main site ) kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement Project antara pemerintah Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan dengan pemerintah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency ( JICA ) dalam bentuk transfer teknologi
bidang feeding and management, Milking Hygiene, Health Reproductive dan Forage Production and Utility serta bantuan fisik ( bangunan kandang , Workshop, pasteurisasi, laboratorium susu ) dan peralatan lainnya.
Deskripsi
:
UPTD Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang berdiri tahun 1952 dengan nama Taman ternak yang di prakarsai oleh Drh. Soedjono Koesoemohardjo berada di bawah Jawatan Kehewanan Priangan Barat yang kegiatan utamanya budidaya ternak sapi perah serta pengembangan komoditi ternak lainnya. Pada tahun 1964 tanggungjawab Balai diserahkan kepada Dinas Peternakan PropinsiDT I Jawa Barat, selanjutnya pada tahun 1983 berubah menjadi UPTD BalaiPembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Cikole Lembang. Padatahun 1999 berubah kembali menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole Lembang danpada tahun 2002 hingga saat ini sesuai dengan perda nomor 5 th 2002 menjadiUPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang. Berikut kepala-kepala BPPT dari awal berdiri sampai sekarang : Periode 1. Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie • 1974-1998 2. Prof. Dr. Rahardi Ramelan • 1998-1998 3. Prof. Dr. Zuhal MSEE • 1998-1999 4. Dr. A.S. Hikam • 1999-2001 5. Ir. M. Hatta Rajasa • 2001-2004 6. 6.Dr. Kusmayanto Kadiman • 2004-2006 7. 7.Prof. Ir. Said Djauharsyah Jenie, Sc.D • 2006-2008 8. 8.Dr. Ir. Marzan A. Iskandar • 2008-Sekarang
Tugas BPPT-SP Lembang 1. Bagaimanakah latar belakang, tujuan pendirian dan mekanisme kerjasama di BPPT? Jawab:
Latar belakang dan tujuan pendirian BPPT Balai Pengembang Pembibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) adalah salah satu UPTD dari Dinas Peternakan Jawa Barat, yang berlokasi di Desa Cikole, Kecamaan Lembang, Kab. Bandung. Memiliki jarak 22 Km di sebekah utara kota Bandung, 4 Km dari ibukota kecamatan lembang.
Ketinggian lokasi ini sekitar 1.200 m dan beriklim dingin. BPPT-SP berdiri pada tahun 1952 dengan nama awal adalah Taman Ternak. Pendirian Taman Ternak di prakasai oleh Drh. Soedjono Koesoemoharjo, dan berada di bawah Jawatan Kewenahan Priangan Barat. Taman Ternak didirikan untuk melaksanakan kegiatan budidaya ternak, khususnya untuk sapi perah, serta pengembangan komoditi ternak lainnya. Pada tahun 1964 tanggung jawab Taman Ternak diserahkan kepada Dinas Peternakan Provinsi DTI Jawa Barat. Sampai menjadi BPPT-SP, Taman ternak telah beberapa kali berganti nama yaitu: -
Tahun 1983, berubah menjadi UPTD Balai Pembibitan Tenak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT)
-
Tahun 1999, berubah menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole Lembang
-
Baru pada Tahun 2002, sesuai dengan perda nomor 5 th 2002, nama BPT-HMT dirubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Penerbitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang.
Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan perincian 9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar (pengembangan lahan tahun 2002 dan 2003) di Instalasi Subang tepatnya di Desa Dayeuh Kolot dan Desa Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta Desa Bunihayu dan Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar diantaranya sementara ini dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole dan 51,74 hektar di Instalasi Subang. Sedangkan sisa lahan lainnya merupakan bangunan. Populasi ternak sapi perah yang dikelola saat ini (per awal Juni 2011) sebanyak 192 ekor, terdiri dari 65 ekor sapi perah dewasa, 70 ekor sapi muda dan 57 ekor sapi anak. Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan berkisar 600 Liter per hari atau rata-rata produksi.
Kemampuan produksi hijauan makanan ternak (HMT) atau rumput yang dihasilkan saat ini sebanyak 240 ton/Ha/tahun dari lokasi kebun rumput Cikole dan k.l. 140 ton/Ha/tahun dari Instalasi Subang. Disamping itu di lokasi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP & HMT) Cikole Lembang saat ini dimiliki pula kurang lebih 33 jenis hijauan dari jenis rumput dan legiuminosa dalam bentuk kebun koleksi.
Kerjasama Teknis dengan JICA-Jepang Pada bulan Maret tahun 1997, BPPT-SP Cikole Lembang menjadi lokasi utama (main site) Kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement Project antara pemerintah Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan dengan pemerintah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam bentuk transfer teknologi bidang feeding and management, Milking Hygiene, Health Reproductive dan Forage Production and Utility serta
bantuan
fisik
(bangunan
kandang,
workshop,
pasteurisasi,
laboratorium susu) dan peralatan lainnya.
2. Apa saja bidang garapan penelitian yang dilakukan BPPT? Jawab:
Bidang garapan BPPT yaitu pengembangan susu hasil sapi perah dan hijauan makanan ternak (HMT).
3. Amatilah ciri-ciri anggota sapi yang dihasilkan dari perkawinan jenis sapi yang berbeda, meliputi warna bulu, postur tubuh, dan warna mata.
Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel: Jawab:
Tabel 3.1 Hasil pengamatan Jenis induk Frisian Holstein (FH) No. 1
Jantan FH
Hasil keturunan
Betina FH Warna
Postur
Warna
Warna
Postur
Warna
Jantan
bulu
tubuh
mata
bulu
tubuh
mata
Hitam
Besar
Biru
Hitam
Besar
Biru
putih Betina
Hitam
kehitaman putih Besar
putih
Biru
Hitam
kehitaman Besar
kehitaman putih
Biru kehitaman
Jenis induk FH Jantan FH No. 2
Jantan
Hasil keturunan
Betina FH Warna
Postur
Warna
Warna
Postur
Warna
bulu
tubuh
mata
bulu
tubuh
mata
Hitam
Besar
Biru
Hitam
Besar
Biru
putih Betina
Coklat kehitaman
kehitaman putih Besar
Biru
Hitam
kehitaman putih
kehitaman Besar
Biru kehitaman
Keterangan Dari data yang kami peroleh pada saat kunjungan ke BPPT-SP Lembang, bahwa di balai tersebut hanya di kembangan jenis sapi FH saja. Sehingga 100 % hasil keturunan yang diperoleh adalah jenis FH, yaitu khusus sapi perah dengan warna bulu hitam putih, postur tubuh besar dan warna mata biru kehitaman yang hampir semuanya sama. Perbedaan sedikit terlihat pada salah satu sapi induk betina yang memiliki warna bulu coklat kehitaman dan menghasilkan keturunan dengan warna bulu hitam putih. Hal ini ditentukan oleh gen dominan induk jantan yang memiliki warna bulu hitam putih. Meskipun kedua induk berbeda warna bulu, namun keduanya masih satu jenis yaitu sapi jenis FH. Jika sapi jenis FH di silangkan dengan jenis lain, meskipun hasil keturunannya 70 % FH dan 30 % jenis lain, tetap saja hasil keturunan tersebut tidak bisa menghasilkan susu perah seperti keturunan sapi FH yang 100 %, karena hal tersebut dikendalikan oleh gen resesif sapi jenis lain. Ini dinamakan dengan stred.