30
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah dari banyak faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulanggannya harus melibatkan berbagai sector terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, dan tenaga medis lainnya.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, menurut data Riskesdas pada tahun 2013 prevalensi gizi buruk di indonesia sebesar 5,7% dan gizi kurang sebesar 13,9%. Wanita hamil berusia 15-49 tahun yang memiliki resiko mengalami KEK (Kurang Energi Kronik) sebesar 24,2 %.
Kebijakan Indonesia sehat pada tahun 2010 menetapkan 3 pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Dalam tatanan otonomi daerah, visi Indonesia Sehat pada tahun 2010 akan dapat dicapai bila tercapai secara keseluruhan kabupaten atau kota sehat. Oleh karena itu, selain harus dikembangkan sistem kesehatan kabupaten atau kota yang termasuk kedalam subsistem dari sistem kesehatan nasional, harus ditetapkan pula kegiatan minimal yang harus dilaksanakan oleh kabupaten atau kota. (Aksono, 2008)
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima serta dijangkau oleh masyarakat, dengan peran serta peran aktif masyrakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Puskesmas yang merupakan tombak dasar untuk menindak lanjuti permasalahan gizi yang terjadi didalam masyarakat harus mempunyai kinerja yang kuat, teliti dan tepat dalam mendeteksi, menganalisi dan memecahkan permasalahan gizi yang ada, sehingga untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu (Pustu), dan Puskesmas Keliling (Pusling) serta dilengkapi dengan Fasilitas Rawat Inap (RI) untuk daerah yang jauh dari saran pelayanan rujukan.
Praktek kerja lapangan ini merupakan upaya untuk menghasilkan tenaga ahli gizi yang mampu untuk melaksanakan pelayanan gizi, khususnya di Puskesmas secara optimal dan terintegral. Mahasiswa secara langsung terlibat dalam situasi kerja yang sesungguhnya, sehingga mahasiswa siap menghadapi dunia kerja dan mengetahui secara langsung tentang masalah-masalah gizi serta upaya penanggulangannya yang dilakukan oleh pihak Puskesmas.
Tujuan
Tujuan Umum
Memberikan pengalaman kerja di puskesmas mengenai pelaksanaan manajemen pelayanan gizi masyrakat serta mempelajari pengawasan penyelenggaraan makanan yang berada di wilayah puskesmas Gilingan.
Tujuan khusus
Memahami struktur organisasi dan tugas pokok puskesmas Gilingan dalam melaksanakan program pelayanan gizi masyarakat.
Memahami masalah kesehatan dan gizi puskesmas Gilingan..
Memahami program pelayanan gizi puskesmas Gilingan
Memahami pelaksanaan pengawasan terhadap institusi penyelenggaraan makanan massal.
Memahami perencanaan, pelaksanaan evaluasi program gizi di tingkat puskesmas.
Mampu menyusun dan menyajikan laporan mengenai Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat di tingkat Puskesmas.
Manfaat
Manfaat Bagi Puskesmas Gilingan Surakarta
Memberikan informasi bagi pihak puskesmas mengenai permasalahan gizi.
Manfaat Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan kesehatan dan gizi di tingkat Puskesmas Gilingan Surakarta.
Mahasiswa dapat mengetahui program-program gizi di Puskesmas Gilingan Surakarta.
D. Ruang Lingkup PKL
Tempat atau Lokasi
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari – 6 Maret 2015.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksananan pada praktek kerja lapangan di UPTD Puskesmas Giliingan adalah :
Wawancara
Turun Lapang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Puskesmas
Definisi Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk tanpa membedakan jenis kelamin dan usia (Effendi, 2009). Puskesmas mempunyai upaya kesehatan wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas wilayah indonesia. Menurut Depkes (2004) upaya kesehatan wajib puskesmas tersebut antara lain :
Upaya Promosi Kesehatan
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Upaya pengobatan
Tujuan Puskesmas
Menurut Trihono (2005), puskesmas memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas tersebut agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Fungsi Puskesmas
Menurut Trihono (2005) terdapat 3 fungsi puskesmas, yaitu:
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Upaya yang dilakukan puskesmas dalam pembangunan kesehatan adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
Tujuan posyandu adalah menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran pelayanan kesehatan di posyandu adalah seluruh masyarakat utamanya bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta Pasangan Usia Subur (PUS).
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu
D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu
N : Balita yang berat badannya naik
Keberhasilan posyandu berdasarkan :
1. D /S yaitu baik atau kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat
2. N/D yaitu kecenderungan status gizi
3. K/S yaitu cakupan kegiatan penimbangan
4. D/K yaitu kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu
5.N/S yaitu efektifitas kegiatan
Cakupan hasil program gizi di Posyandu adalah sebagai berikut :
Cakupan Program (K/S)
Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.
Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)
Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah tersebut yang telah tercapai.
Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah tersebut yang telah tercapai.
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang telah tercapai.
Status Gizi
Pengertian
Menurut Almatsier (2004) status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Beck (2000) status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri, biokimia dan riwayat diit.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Faktor Langsung
Tingkat Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang di makan seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu. Konsumsi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi. Kekurangan dan kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Kebutuhan akan energi dan zat gizi bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, dan aktivitas fisik (Almatsir, 2004)
Frekuensi makan dapat menunjukkan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Semakin tinggi frekuensi makan semakin besar kemungkinan terpenuhinya kecukupan gizi. Frekuensi makan pada seseorang dengan kondisi ekonomi mampu lebih tinggi dibandingkan dengan ornag kondisi ekonomi lemah. Hal ini di sebabkan orang deengan kondisi ekonomi yang lemah memiliki daya beli yang rendah sehingga tidak dapat mengkonsumsi maknan dengan frekuensi yang ukup. Ketiadaan pangan dapat mengakibatkan berkurangnya asupan seseorang (Arisman, 2009).
Perhatian terhadap pangan pada balita menurun setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Balita mulai memilih makanan yang disukai dan tidak disukai. Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004).
Morbiditas
Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009), morbiditas atau kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin tinggi morbiditas, menunjukkan derajat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah morbiditas (kesakitan) menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Pengertian morbiditas (kesakitan) adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya. Penyakit-penyakit penyebab morbiditas muncul karena gaya hidup dan pola makan yang salah, serta lingkungan kotor. Pengetahuan yang rendah mengenai masalah gizi dan lingkungan berpengaruh besar terhadap kejadian morbiditas.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak akan terjadi penyakit (Ranuh, 2008, p10). Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003). Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh, 2008, p10) .
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan tuberkulosis (Notoatmodjo, 2003).
Faktor Tidak Langsung
Pengetahuan
Pengetahuan mengenai gizi akan mempengaruhi status gizi balita karena dengan pengetahuannya, para ibu dapat mengasuh dan memenuhi gizi anak balitanya, yang pada gilirannya dapat menjamin asupan gizi anak. Menurut Nasar (2010), banyak orang tua yang memberikan makan kepada anak-anak sebatas supaya kenyang, sementara komposisinya tidak disesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Rendahnya pendidikan juga seringkali melahirkan kebiasaan, kepercayaan, pantangan, dan tahayul yang keliru. Adanya pantangan mengonsumsi makanan tertentu yang salah dalam pemberian makan anak akan sangat merugikan dan menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan gizi yang cukup. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat diperlukan untuk mengubah sikap dan perilaku sehat tentang berbagai jenis pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting bagi ibu rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan keadaan gizi setiap anggota keluarga.
Sosial-Ekonomi
Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak ukur. Menurut pendapat Junaidi (1999), keluarga adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga.
Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penilaian Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut (Supariasa, et all, 2002):
Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan adalah:
Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U :
Tabel 1
Indeks BB/U
Indeks BB/U
Klasifikasi
>2 SD
Lebih
-2 SD s/d +2 SD
Baik
< -2 SD s/d -3 SD
Kurang
< -3 SD
Buruk
Sumber : Khomsan, 2004
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama.
Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U:
Tabel 2
Indeks TB/U
Indeks TB/U
Klasifikasi
-2 SD
Normal
< -2 SD
Pendek / stunted
Sumber : Khomsan, 2004
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/TB
Tabel 3
Indeks BB/TB
Indeks BB/TB
Klasifikasi
>2 SD
Gemuk
-2 SD s/d + 2 SD
Normal
< -2 SD s/d -3 SD
Kurus / wasted
<-3 SD
Sangat kurus
Sumber : Khomsan, 2004
Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.
Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.
Penilaian Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, et all 2002). uraian dari ketiga hal tersebut adalah:
Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Faktor ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai tempat kegiatan Praktek Kerja Lapangan Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat adalah di UPTD Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Waktu
Praktek Kerja Lapangan Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai 6 Maret 2015.
Sasaran
Bayi dan Balita
Wanita Subur (WUS)
Lansia
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Cara Pengumpulan Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara mengambil data secara langsung pada kelompok sasaran melalui pengukuran berat badan, tinggi badan pada balita, panjang badan pada bayi, pengukuran lengan atas (LILA), pengukuran lingkar kepala, dan pengukuran status gizi.
Cara Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data – data Puskesmas Gilingan yang meliputi visi dan misi puskesmas, letak geografis, demografi, ketenagaan, program pelayanan gizi puskesmas, pelayanan posyandu, dan data SKDN.
Instrumen Pengambilan Data
Instrumen
Form Register pencatatan berat badan dan tinggi badan
Leaflet
Alat
Timbangan injak
Dacin
Microtoice / mikrotoa
Metline
Baby board
Pita LILA
Alat tulis
Kalkulator
Pengolahan dan Penyajian Data
Cara Pengolahan Data
Editing
Mengkaji dan meneliti data dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan selama praktek.
Tabulating
Memasukan data dalam bentuk tabel terhadap hasil observasi dan wawancara yang telah diperoleh selama praktek.
Cara Penyajian Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan masalah kesehatan dan gizi, cara penanggulangannya, program –program gizi masyarakat (PGM), pelaksananan pengawasan terhadap institusi, serta perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program di UPTD Puskesmas Gilingan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
Visi dan Misi UPTD Puskesmas Gilingan
Visi
Terwujudnya pelayanan dan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
Misi
Meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme petugas puskesmas.
Meningkatkan dan mengelola sarana dan prasarana yang memadai.
Letak Geografis
Puskesmas Gilingan terbagi menjadi 3 wilayah kerja, yaitu: Kelurahan Gilingan, Kelurahan Kestalan, dan Kelurahan Punggawan. Batas wilayah puskesmas Gilingan adalah sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Nusukan
Timur : Kelurahan Jebres
Selatan : Kelurahan Tegalharjo
Barat : Kelurahan Manahan
Data Demografi
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Gilingan sebanyak 24.191 jiwa.
Kelurahan Gilingan : 21 RW, 112 RT
Jumlah penduduk : 17.704 jiwa
Jumlah KK : 4.504 Jiwa
Kelurahan Kestalan : 6 RW, 20 RT
Jumlah penduduk : 2.681 jiwa
Jumlah KK : 933 jiwa
Kelurahan Punggawan : 6 RW, 31 RT
Jumlah penduduk : 3.806 jiwa
Jumlah KK : 1.534 jiwa
Pendidikan
Data sekolah di wilayah kerja Puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4
Data Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Gilingan
No
Nama Sekolah
Jumlah Siswa
Jumlah Sekolah
Jumlah Sekolah UKS
Kader UKS Dokter Kecil
Guru UKS
Laki-laki
Perempuan
1
TK dan PAUD
259
459
20
-
-
-
2
SD/MI
1902
1852
16
16
622
16
3
SMP/MTs
79
42
2
2
5
2
4
SMA/MA
792
1532
7
7
390
7
5
PT
-
-
-
-
-
-
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Fasilitas Kesehatan
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5
Peran Serta Masyarakat di Puskesmas Gilingan
No
Kelurahan/ Desa
Jumlah Posyandu
Jumlah Kader
Dilatih
Aktif
%
1
Gilingan
22
88
203
43
2
Kestalan
4
16
26
61,5
3
Punggawan
6
24
38
63,2
Jumlah
32
128
267
47,9
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Sarana Puskesmas
Sarana puskesmas di puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6
Data Sarana Puskesmas Gilingan
No
Jenis Sarana Prasarana
Jumlah
Sarana Kesehatan
1
Puskesmas Induk
1
2.
Puskesmas Pembantu
1
3.
Rumah Dinas Dokter
1
4.
Rumah Dinas Perawat
1
5.
Rumah Dinas Bidan
1
6.
Puskesmas Keliling roda 4
1
7.
Sepeda Motor
5
Sarana Penunjang
1
Komputer
9
2
Mesin Tik
2
3
Telepon
1
4.
LCD Proyektor
2
5.
Laptop
6
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Sarana dan prasarana yang terdapat di Puskesmas Gilingan cukup memadai, namun beberapa ada yang mengalami kerusakan, sarana dan prasarana tersebut ialah komputer dan laptop. Dari 9 komputer yang telah dimiliki oleh Puskesmas terdapat 2 komputer yang rusak berat. Sedangkan untuk laptop, dari 6 laptop terdapat 1 laptop yang rusak sedang.
Ketenagaan
Ketenagaan di puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 7
Ketenagaan di Puskesmas Gilingan
No
Jenis Ketenagaan
Jumlah (orang)
1
Dokter
2
2
Dokter Gigi
1
3
Sarjana/ D3
SKM
2
Sarjana Keperawatan
1
Sarjana Umum
2
4.
Sarjana Diploma 3
a. Akademi Kebidanan
4
b. Akademi Keperawatan
2
c. Akademi Gizi
1
d. Akademi Farmasi
1
e. Akademi Analisi/Laborat
1
5.
Paramedis
a. Perawat SPK
2
b. Perawat Gigi SPKG
1
c. Perawat Obat SMF
1
6.
Lain-Lain
a. Tenaga Umum
5
b. Penjaga Malam
1
c. Cleaning Service
1
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Ketenagaan di Puskesmas Gilingan masih terdapat kekurangan terutama pada tenaga kerja dokter, akademi keperawatan, sanitarian, dan tenaga umum. Puskesmas Gilingan masih memerlukan tambahan tenaga kerja untuk dokter sebanyak 1 orang, akademi keperawatan sebanyak 1 orang, sanitarian sebanyak 1 orang, sedangkan untuk tenaga umum sebanyak 3 orang. Sehingga jumlah tenaga yang masih dibutuhkan oleh Puskesmas di Gilingan sebanyak 6 orang tenaga, penambahan tenaga ini perlu dilakukan agar proses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Program Pelayanan Gizi di Puskesmas
Pelayanan gizi di puskesmas terbagi menjadi 2, yaitu pelayanan gizi di dalam gedung puskesmas dan di luar gedung puskesmas.
Pelayanan di dalam gedung Puskesmas.
Pelayanan di dalam gedung puskesmas Gilingan berada di ruang pojok gizi. Pojok gizi memberikan pelayanan kepada pasien yang mendapat rujukan dari poli umum dan KIA, serta pasien yang ingin melakukan konsultasi. Pelayanan ini diberikan oleh petugas gizi yang meliputi konsultasi gizi, diet, serta intervensi gizi.
Pelayanan di luar gedung Puskesmas.
Sekolah
Kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan dokter kecil setiap satu tahun sekali dan pemberian PMT AS kepada sekolah yang mayoritas siswa dan siswinya memiliki status gizi kurang serta tingkat sosial ekonomi yang rendah. Data tersebut didapatkan dari hasil skrining pada semua sekolahan tingkat SD dan TK di wilayah binaan Puskesmas Gilingan. Kegiatan lain yang dilakukan di sekolah adalah Pemantauan Status Gizi (PSG) terutama pada siswa baru kelas 1 dan TK.
Posyandu
Pembinaan Posyandu dilakukan setiap satu bulan sekali pada semua RW di kelurahan wilayah binaan Puskesmas Gilingan. Kegiatan di Posyandu meliputi Pemantauan Status Gizi (PSG), pemberian vitamin A, konseling gizi, Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK), penyuluhan, pemeriksaan garam beryodium, dan kunjungan rumah balita bawah garis merah (BGM).
Pemantauan Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Kegiatan pemantauan balita Bawah Garis Merah (BGM) untuk mengetahui perkembangan berat badan dan tinggi badan atau panjang badan. Kegiatan ini berupa kunjungan rumah dan pemberian konsultasi kepada ibu/ keluarga bayi dan balita BGM.
Pemantauan Pemberian PMT Pemulihan
Kegiatan pemantauan PMT pemulihan dilakukan untuk memantau pelaksanaan PMT dan mengevaluasi pemberian PMT serta pemantauan status gizi.
Pemantauan Garam Beryodium
Pemantauan garam beryodium dilaksanakan di Posyandu dan SD yang bertujuan untuk mengetahui tingkat konsumsi garam beryodium di masyarakat. Pemantauan dilakukan dengan cara pemeriksaan garam beryodium menggunakan yodium tester.
Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dibedakan menurut umur, yaitu bayi (6-11 bulan) kapsul berwarna biru dan balita (12-59 bulan) kapsul berwarna merah. Diberikan juga untuk ibu nifas dan beberapa kasus penyakit yang memerlukan tambahan suplemen vitamin A.
Pelayanan Posyandu
Posyandu di wiliyah binaan UPTD Puskesmas Gilingan terdapat dua jangkauan posyandu utama yaitu :
Posyandu Balita
Posyandu balita di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan berjumlah 32. Posyandu balita ini sasarannya ialah bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kegiatan di posyandu ini meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan / panjang badan, lingkar lengan atas (LILA), dan lingkar kepala (LIKA). Posyandu balita dilaksanakan di tempat yang telah disepakati oleh kader, tokoh masyarakat setempat, dan masyarakat untuk pelayanan/ kegiatan posyandu. Pelaksanaan posyandu dibantu oleh ibu – ibu kader posyandu dibawah binaan UPTD Puskesmas Gilingan.
Kegiatan di posyandu balita ini terdiri dari lima meja yang meliputi:
Tabel 8
Mekanisme Kegiatan Posyandu
Langkah
Kegiatan
Meja I
berupa pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.
Meja II
penimbangan dan pengukuran tinggi badan pada bayi, anak balita dan ibu hamil, selain itu juga pengukuran LILA dan LIKA pada bayi dan balita.
Meja III
pengisian buku KMS atau buku KIA.
Meja IV
penyuluhan kepada ibu-ibu balita berdasarkan hasil penimbangan anaknya dan memberikan pelayanan gizi kepada ibu bayi, balita, hamil, dan menyusui.
Meja V
pelayanan kesehatan (pemberian pelayanan imunisasi, KB, pengobatan, gizi, KIA)
Sumber: Depkes RI, 2006
Posyandu Lansia
Posyandu lansia di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan berjumlah 17. Posyandu ini dilakukan kepada masyarakat lanjut usia. Kegiatan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, cek kesehatan, pemberian vitamin, serta penyuluhan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan Penyakit dan Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan
Permasalahan penyakit terbanyak yang terdapat di UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 9
Data 10 Penyakit Terbanyak di UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014
No.
Nama Penyakit
Total
1.
Flu dengan virus yang tidak teridentifikasi
4.845
2.
Flu dengan virus yang teridentifikasi
3.704
3.
Hipertensi
3.334
3.
Gastritis dan duodenitis
2.284
5.
Penyakit jaringan
2.110
6.
Pusing
1.232
7.
KB
1.044
8.
Demam
1.008
9.
Sakit gigi dan radang gusi
1.007
10.
Imunisasi
950
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Selain masalah penyakit, juga terdapat beberapa permasalahan gizi di UPTD Puskesmas Gilingan. Beberapa permasalahan gizi tersebut adalah gizi kurang, gizi lebih, KEK pada ibu hamil, partisipasi masyarakat terhadap posyandu masih rendah, dan cakupan hasil penimbangan yang masih rendah.
Tabel 10
Permasalahan Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014
No.
Masalah Gizi
Hasil
(%)
1.
Partisipasi masyarakat untuk menimbangkan bayi dan balita ke posyandu (D/S) masih rendah
72%
2.
Cakupan hasil penimbangan di posyandu masih rendah
61%
3.
Gizi kurang pada bayi dan balita
4,9 %
4.
Gizi lebih pada bayi dan balita
3,6 %
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama adalah partisipasi masyarakat untuk menimbangkan bayi dan balita masih rendah (<80%) yaitu sebesar 72%. Permasalahan selanjutnya adalah cakupan hasil penimbangan di posyandu masih rendah (<80%) sebesar 61%. Status gizi gizi kurang maupun gizi lebih bayi dan balita bukan menjadi masalah utama di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan, hal ini karena presentase gizi kurang pada bayi dan balita sebesar 4,9% dan gizi lebih sebesar 3,6%.
Cara Penanggulangan Penyakit dan Gizi di UPT Puskesmas Gilingan
Penanggulangan Permasalahan Penyakit
Penanggulangan penyakit di UPTD Puskesmas Gilingan mengacu pada visi dan misi puskesmas, yang meliputi penanganan secara preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Penanganan preventif dengan cara skrining secara berkala yang dilakukan dua kali dalam satu tahun. Penanganan promotif dapat meliputi penyuluhan, DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang), dan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Penanganan secara kuratif dengan cara pengobatan yang dilakukan oleh dokter, bidan, dan perawat. Penanganan rehabilitatif dapat dilakukan dengan terapi, seperti fisioterapi dan okupasi terapi. Penanganan secara rehabilitatif ini tidak dilakukan oleh UPTD Puskesmas Gilingan.
Penanggulangan Masalah Gizi
Permasalahan gizi yang terjadi di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan ditanggulangi dengan beberapa cara, seperti pemberian PMT Pemulihan dan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di masyarakat dan sekolah. PMT Pemulihan diberikan kepada bayi dan balita yang memiliki status gizi kurang. PMT Pemulihan tersebut mengandung energi sebesar 300 kkal dan protein 5-10 gram. Kegiatan lain sebagai upaya penanggulangan masalah gizi yaitu: kunjungan rumah balita BGM yang dilakukan oleh petugas gizi, konseling gizi, dan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu).
Program Gizi di UPTD Puskesmas Gilingan
Program gizi yang terdapat di UPTD Puskesmas Gilingan tahun 2015 adalah:
PMT Pemulihan Bayi dan Balita
PMT pemulihan merupakan program gizi yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi kurang pada bayi dan balita di wilayah binaan Puskesmas Gilingan Surakarta. PMT Pemulihan diberikan selama 90 hari dengan energi 250-300 kkal/ orang/ hari dan protein 5-10 gram/ orang/ hari seharga Rp. 7500. Pemberian PMT Pemulihan ini sudah sesuai dengan standar Departemen Kesehatan tahun 2008, yaitu energi sebesar 200-300 kkal dan protein 5-10 gram.
PMT AS (Anak Sekolah)
PMT AS merupakan program gizi yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi pada anak TK dan SD yang memiliki status gizi kurang. PMT ini hanya diberikan kepada siswa dan siswi yang keluarganya memiliki tingkat sosial ekonomi rendah. Tahun 2014 PMT AS diberikan mulai bulan Oktober - November dengan 36 kali pemberian, penyusunan menu PMT AS dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas Gilingan. Pemasakannya dilakukan oleh catering yang telah memenuhi syarat- syarat, seperti SIUP dan sertifikat higiene sanitasi makanan . Pemberian PMT AS tahun 2014 dilaksanakan di TK Aisyiah Cinderejo dan di SD Bibis Wetan.
PMT Ibu Hamil
PMT ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang mengalami anemia dan kurang energi kronis (KEK). Program ini diberikan selama 90 hari berupa lauk, buah dan snack seharga Rp. 10.000 dengan kandungan energi 250-300 kkal/ orang/ hari dan protein 5-10 gram/ orang/ hari.
Pemberian Kapsul Vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A merupakan program gizi yang bertujuan untuk mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Pemberian kapsul vitamin A ini diberikan setiap bulan Februari dan Agustus.
Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing merupakan program gizi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia pada bayi dan balita. Obat cacing ini diberikan kepada balita yang memiliki status gizi kurang.
Pemantauan Garam Beryodium
Pemantauan garam beryodium dilakukan di Posyandu dan SD dengan sampel minimal berjumlah 21 sampel. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui apakah garam yang dikonsumsi telah mengandung yodium atau tidak.
Pemantauan Status Gizi (PSG)
Pemantauan status gizi dilakukan secara serentak dengan penimbangan BB dan pengukuran TB yang dilaksanakan pada bulan Oktober – November.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu)
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan suatu forum yang bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, menekan angka kematian ibu dan bayi, serta tempat ibu-ibu menyusui dan berbagi pengalaman.
Pendataan ASI Eksklusif
Pendataan ASI Eksklusif dilakukan untuk mengetahui ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan penyuluhan mengenai pentingnya memberikan ASI secara Eksklusif.
Pelaksanaan Pengawasan Terhadap Institusi Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan di UPTD Puskesmas Gilingan dilakukan dalam rangka merealisasikan program gizi berupa pemberian PMT Pemulihan dan PMT AS. Pemasakan PMT ini dilakukan oleh pihak catering yang telah memenuhi syarat, seperti memiliki SIUP dan sertifikat higiene sanitasi dan telah ditunjuk oleh pihak Puskesmas. Pengawasan catering ini dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dari Puskesmas Gilingan. Pengawasan yang dilakukan meliputi higiene sanitasi, pemeriksaan air, dan sampel makanan. Catering juga mendapatkan penyuluhan dan konsultasi mengenai makanan sehat dari petugas gizi Puskesmas.
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Program
Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan program gizi adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Perencanaan program Puskesmas Gilingan, termasuk program gizi dilakukan dalam Minilokakarya tahunan dan bulanan. Perencanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pendataan - pendataan dari sasaran yang meliputi:
Bayi dan balita, pendataan untuk pemberian kapsul vitamin A dan pemberian PMT bagi bayi dan balita yang memiliki status gizi kurang.
Ibu hamil trimester awal, pendataan ini dilakukan oleh kader posyandu serta petugas gizi.
Ibu yang memberikan ASI Eksklusif.
Pelaksanaan
Di tahun 2015 ini, program gizi yang telah dilaksanakan adalah pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan balita pada bulan Februari. Sedangkan program gizi yang lain akan dilaksanakan mulai bulan Juli hingga Desember. Program gizi tersebut meliputi pemberian PMT AS, PMT gizi kurang, PMT bumil KEK, penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, kekurangan vitamin A, dan PSG di Posyandu.
Evaluasi
Evaluasi program dilakukan dalam Minilokakarya bulanan, yang membahas hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi juga dilakukan dengan memberikan pembinaan pada kader di tingkat kelurahan setiap bulannya.
Evaluasi program gizi di UPTD Puskesmas Gilingan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Pencapaian Sasaran Program Gizi Tahun 2014
Daftar pencapaian sasaran program gizi yang terdapat di UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 11
Pencapaian Sasaran Program Gizi UPTD Puskesmas Gilingan
Tahun 2014
No
Indikator Kinerja
Target 2014
Realisasi
Capaian
1
Kelurahan bebas rawan gizi
99%
100%
101,01%
2
Balita gizi buruk
0,025%
0 %
0%
3
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan (%)
100%
0,00%
0,00%
4
Balita gizi kurang
5,3%
3,89%
73,31%
5
Balita naik berat badan
79%
62,33%
78,89%
6
Ibu hamil KEK
3,3%
1,16%
35,17%
7
Gizi baik anak SD
79%
69,90%
88,48%
8
Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin
85%
16,03%
18,85%
9
Bayi mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
100%
100%
100%
10
Balita mendapat vitamin A dosis tinggi 2x setahun
100%
100%
100%
11
Ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A dosis tinggi
98%
123,48%
126,00%
12
Cakupan ibu hamil mendapat tablet fe 90 tablet
98%
129,01%
131,65%
13
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita
95%
98,09%
103,25%
14
Penanganan BBLR
100%
100%
100%
(Sumber: POA UPTD Puskesmas Gilingan, 2015)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat pencapaian program gizi di UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014. Program gizi yang telah mencapai target adalah kelurahan bebas rawan gizi, bayi mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi, balita mendapat vitamin A dosis tinggi 2x setahun, ibu nifas mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi, cakupan ibu hamil mendapat tablet fe 90 tablet, cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita, penanganan BBLR. Sedangkan program gizi yang belum memenuhi target antara lain: balita naik berat badan, gizi baik anak SD, dan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin. Program-program yang belum mencapai target ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pengetahuan ibu yang rendah dan ibu yang sibuk bekerja, sehingga anak-anak kurang diperhatikan pola makannya.
Status Gizi Balita
Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan di UPTD Puskesmas Gilingan yang dimulai tanggal 23 Februari hingga 5 Maret 2015, telah dilakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan di 11 Posyandu yang terletak di kelurahan Gilingan, kelurahan Kestalan, dan kelurahan Punggawan.
Data status gizi bayi dan balita yang melakukan penimbangan di Posyandu mulai tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 12
Data Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U
Di UPTD Puskesmas Gilingan
Pada Tanggal : 23 Februari – 5 Maret 2015
No
Nama Posyandu
Jumlah
Balita
Status Gizi
Baik
Lebih
Kurang
Buruk
1.
Kestalan RW 1
29
23
4
2
0
2.
Kestalan RW 5
17
15
1
1
0
3.
Gilingan RW 9
19
18
0
1
0
4.
Gilingan RW 10
24
19
2
3
0
5
Gilingan RW 12
19
18
1
0
0
6.
Gilingan RW 13
31
27
4
0
0
7.
Gilingan RW 14
29
28
0
1
0
8.
Gilingan RW 18
19
18
1
0
0
9.
Gilingan RW 19
25
20
3
2
0
10
Gilingan RW 20
41
36
1
4
0
11.
Punggawan RW 4
13
12
0
1
0
Jumlah
266
234
17
15
0
Berdasarkan data primer yang diambil di 11 Posyandu pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015, didapatkan hasil bahwa 266 bayi dan balita melakukan penimbangan di Posyandu. Bayi dan balita yang memiliki status gizi baik berjumlah 234 orang, status gizi lebih 17 orang, dan status gizi kurang 15 orang. Disimpulkan bahwa mayoritas bayi dan balita di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan memiliki status gizi baik.
Pencapaian Data SKDN
Data SKDN di 11 Posyandu pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 13
Data SKDN di Posyandu pada Tanggal 23 Februari-5 Maret 2015
No.
Nama Posyandu
SKDN
K/S
D/S
N/D
N/S
1.
Kestalan RW 1
100%
46,77%
62,01%
29%
2.
Kestalan RW 5
100%
50%
58,8%
29,4%
3.
Gilingan RW 9
100%
23,2%
89,5%
20,7%
4.
Gilingan RW 10
100%
48%
45,8%
22%
5.
Gilingan RW 12
100%
52,7%
57,8%
30,6%
6.
Gilingan RW 13
100%
31%
48,4%
15%
7.
Gilingan RW 14
100%
60,4%
51,7%
31,25%
8.
Gilingan RW 18
100%
54,3%
52,6%
28,6%
9.
Gilingan RW 19
100%
53,2%
32%
17%
10.
Gilingan RW 20
100%
60,3%
29,3%
17,6%
11.
Punggawan RW 4
100%
37,1%
38,5%
14,3%
Berdasarkan tabel data SKDN di atas dapat diketahui bahwa pencapaian data SKDN yang ada di UPTD Puskesmas Gilingan pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015 adalah sebagai berikut:
Data K/S (cakupan kegiatan penimbangan posyandu) sudah mencapai target (100%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu sebesar 100%.
Data D/S (partisipasi masyarakat dalam penimbangan) belum mencapai target (80%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu sebesar 47%.
Data N/D (cakupan hasil penimbangan) belum mencapai target (80%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu 51,5%.
Data N/S (efektifitas kegiatan) belum mencapai target (60%), yaitu rata-rata dari 11 posyandu sebesar 23,2%.
Pencapaian Data SKDN Tahun 2014
Tabel 14
Pencapaian Data SKDN UPTD Puskesmas Gilingan Tahun 2014
Bulan
SKDN
K/S
D/S
N/D
N/S
Januari
100%
66,75%
53,7%
35,8%
Februari
100%
73,7%
59%
43,5%
Maret
100%
72,2%
63,6%
45,9%
April
100%
71,5%
62,2%
44,5%
Mei
100%
71,6%
63,1%
45,2%
Juni
100%
73,1%
59,8%
43,7%
Juli
100%
73,8%
60,3%
44,5%
Agustus
100%
76,9%
60,5%
46,7%
September
100%
75%
64,2%
46,9%
Oktober
100%
73%
62,7%
45,8%
November
100%
72,1%
61,3%
44,2%
Desember
100%
71,2%
62,7%
44,7%
(Sumber: Data SKDN Puskesmas Gilingan, 2014)
Berdasarkan tabel data SKDN di atas dapat diketahui bahwa pencapaian data SKDN yang ada di UPTD Puskesmas Gilingan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Data K/S (cakupan kegiatan penimbangan posyandu) sudah mencapai target (100%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 sebesar 100%.
Data D/S (partisipasi masyarakat dalam penimbangan) belum mencapai target (80%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 sebesar 72,6%. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan penimbangan bayi dan balita ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pengetahuan ibu yang rendah mengenai pentingnya menimbangkan anaknya ke posyandu dan kesibukan ibu dalam bekerja.
Data N/D (cakupan hasil penimbangan) belum mencapai target (80%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 61,1%. Hal ini perlu dilakukan pemantapan dan penyuluhan untuk orangtua balita agar menimbangkan balitanya secara teratur tiap bulan ke posyandu dan melakukan pembinaan pada tokoh agama, tokoh masyarakat setempat, LSM setempat untuk memotivasi orangtua balita.
Data N/S (efektifitas kegiatan) belum mencapai target (60%), yaitu rata-rata pada tahun 2014 sebesar 44,3%.
Kegiatan Selama PKL di UPT Puskesmas Gilingan
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan mahasisiwa selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di UPTD Puskesmas Gilingan meliputi :
Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan di beberapa lokasi, yaitu Puskesmas Induk dan Posyandu. Penyuluhan di puskesmas induk dilakukan di ruang tunggu dengan pasien sebagai audiensnya. Berikut ini materi dan media yang digunakan untuk penyuluhan:
Tabel 15
Materi dan Media Penyuluhan
No
Materi
Media
1
Asam Urat, dengan materi:
Tujuan diet
Prinsip diet
Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dibatasi
Leaflet
2
Gizi pada Balita, dengan materi
Tujuan
Makanan yang Baik
Bahan makanan yang dibatasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Leaflet
3
10 Pesan Gizi Seimbang
Isi 10 pesan gizi seimbang
Leaflet
Konseling Gizi
Konseling atau konsultasi gizi dilakukan di dua lokasi, yaitu di pojok gizi Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu.
Permasalahan kesehatan yang dikonsultasikan yaitu:
Tabel 16. Materi Konseling Gizi
No
Nama Pasien
Penyakit/ Keluhan
Materi Konseling
Media
1
Ny. P
Konsultasi mengenai ibu menyusui
Gizi ibu menyusui
Hal-hal yang perlu diketahui bagi ibu menyusui
Bahan akanan yang dapat merangsang produksi ASI
Leaflet
2
Ny. R
Konsultasi mengenai ibu menyusui
Gizi ibu menyusui
Hal-hal yang perlu diketahui bagi ibu menyusui
Bahan akanan yang dapat merangsang produksi ASI
Leaflet
3
An. JH
Batuk, pilek, susah makan
Memberikan pengetahuan mengenai makanan porsi kecil tetapi sering
Memberikan pengetahuan mengenai makanan yang bervariasi
Leaflet dan Daftar Bahan Makanan Penukar
4
Ny. M
Asam Urat
Tujuan diet rendah purin
Prinsip diet rendah purin
Makanan yang diperbolehkan
Makanan yang tidak diperbolehkan dan dibatasi
Leaflet
5
An. K
Diare
Tujuan diet rendah sisa dan diet TKTP
Prinsip diet rendah sisa dan diet TKTP
Makanan yang diperbolehkan
Makanan yang tidak diperbolehkan dan dibatasi
Leaflet
6
An. S
Berat badan turun 2 ons
Tujuan diet TKTP
Prinsip diet TKTP
Makanan yang dianjurkan
Leaflet
7
Ny. PW
Sesak nafas pada saat hamil
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh ibu hamil
Makanan yang dianjurkan
Makanan yang dibatasi
Leaflet
Membantu Pelayanan di Puskesmas
Kegiatan selama Praktek Kerja Lapangan di UPTD Puskesmas Gilingan selain melakukan penyuluhan dan konsultasi, juga membantu pelayanan di poli umum (BP), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), apotek, dan pendaftaran.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah gizi di wilayah binaan UPTD Puskesmas Gilingan antara lain gizi kurang, gizi lebih, KEK pada ibu hamil, partisipasi masyarakat terhadap posyandu masih rendah, dan cakupan hasil penimbangan yang masih rendah.
Cara penanggulangan yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Gilingan meliputi pemberian PMT Pemulihan, kunjungan rumah balita BGM yang dilakukan oleh petugas gizi, konseling gizi, dan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu).
Program gizi di UPTD Puskesmas Gilingan meliputi pemberian PMT Pemulihan bagi bayi dan balita gizi kurang, PMT ibu hamil, PMT AS, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, pemantauan garam beryodium, pemberian obat cacing, KP Ibu, dan pendataan ASI Eksklusif.
Pengawasan terhadap institusi penyelenggaraan makanan dilakukan oleh petugas bagian kesehatan lingkungan dari Puskesmas Gilingan. Pengawasan dilakukan terhadap catering yang ditunjuk untuk menyediakan PMT bagi bayi, balita, anak sekolah, dan ibu hamil.
Pencapaian data SKDN (D/S, N/D, N/S) dari 11 posyandu yang dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai 5 Maret 2015, belum mencapai target yang ditetapkan. Hanya indikator K/S yang sudah mencapai target 100%.
Pencapaian data SKDN di UPTD Puskesmas Gilingan tahun 2014 hampir mencapai target yang telah ditetapkan.
Perencanaan program dilakukan dengan pendataan sasaran, program yang telah dilaksanakan hingga bulan Maret 2015 adalah pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bagi bayi dan balita. Evaluasi program dilakukan dalam minilokakarya bulanan. Evaluasi dilakukan dengan beberapa cara seperti pembinaan atau pelatihan kader posyandu di tingkat kelurahan yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
Saran
Bagi Puskesmas
Perlu diadakan sosialisasi mengenai pentingnya menimbangkan bayi dan balita setiap bulan di Posyandu kepada orangtua bayi dan balita, karena partisipasi masyarakat terhadap penimbangan di posyandu masih rendah, selain itu dapat juga diadakan kegiatan seperti arisan antara ibu-ibu balita agar dapat meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap posyandu.
Diharapkan puskesmas dapat melakukan penyuluhan dan penanganan terhadap masalah gizi kurang, karena masih terdapat balita gizi kurang.