BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peranan teknologi dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. perkembangan teknologi saat ini semakin cepat, dengan perkembangan tersebut dapat memudahkan manusia dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka berkembang pula alat-alat canggih yang dapat membantu kita dalam mengerti perkembangan tersebut. Dalam mengembangkan teknologi untuk kehidupan manusia, elektronika dan telekomunikasi banyak memegang peranan penting. Sejalan dengan kemajuan di era globalisasi saat ini, mobilitas manusia yang semakin tinggi menyebabkan semakin padatnya lalu lintas transportasi di darat, laut maupun udara. Khusus untuk transportasi udara, semakin tingginya jumlah dan frekuensi pergerakan pesawat terbang maka dibutuhkan alat-alat bantu navigasi udara berupa radar, localizer, glide path atau glide slope, NDB, marker beacon, GPS, DME, DVOR dan berbagai alat bantu navigasi penerbangan lainnya, yang mana alat bantu navigasi tersebut mampu menunjang kenyamanan dan keselamatan penerbangan. Di dalam laporan ini akan dibahas mengenai salah satu alat bantu navigasi udara yang paling tua dan masih digunakan hingga saat ini yaitu NDB (Non-Directional Beacon). NDB memancarkan gelombang ke segala arah dan digunakan oleh pesawat sehingga pilot akan mengetahui kemana pesawat tersebut harus mengarah, NDB adalah fasilitas rambu udara radio yang paling sederhana dan menjadi persyaratan minimal sebuah bandar udara. NDB membantu para pilot untuk mengetahui posisi suatu bandar udara dengan memancarkan sinyal gelombang radio ke segala arah yang didalamnya terdapat kode morse dan akan terbaca oleh alat penerima sinyal NDB pada kokpit pesawat.
1
Fasilitas navigasi jenis ini terpasang dalam stasiun NDB di tanah, memancarkan informasi dalam bentuk signal radio ke segala arah kemudian diterima pesawat terbang yang dilengkapi dengan loop antena, sehingga penerbang dapat menentukan posisinya menuju stasiun tersebut. NDB akan memancarkan gelombang radio Low Frequency (LF) atau Middle Frequency (MF) kesegala arah. NDB dipasang khususmya berkaitan dengan instrumen yang ada di pesawat yang disebut ADF (Automatic Direct Finder). Finder). NDB merupakan fasilitas navigasi yang harus ada disetiap bandara.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Perum LPPNPI Kantor Cabang Pratama Kupang Divisi ATS ENGINEERING didapatkan laporan sebagai berikut: 1. Apa itu NDB ( Non Directional Beacon) Beacon) dan bagaimana cara pengoperasian peralatan NDB yang digunakan dalam telekomunikasi dan navigasi penerbangan? 2. Bagaimana Prinsip kerja dan fungsi serta kelebihan dan kekurangan dan cara penempatan peralatan NDB sebagai alat bantu navigasi penerbangan yang dapat memberikan informasi kepada pesawat terbang?
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat begitu banyak jenis dari sistem navigasi yang ada sekarang ini, maka penulis membatasi masalah hanya pada pembahasan mengenai Pengertian, Cara Pengoperasian, Prinsip Kerja, Fungsi, serta Kelebihan dan Kekurangan dan Cara Penempatan dari NDB (Non Directional Beacon) Beacon) sebagai alat bantu navigasi
2
penerbangan yang dapat memberikan informasi kepada pesawat terbang yang ada pada Bandar udara EL TARI Kupang.
D.
Tujuan Dan Manfaat
1. Tujuan : Tujuan dari Kerja Praktek di Perum LPPNPI Cabang Kupang Divisi ATS ENGINEERING adalah :
Tujuan dari Kerja Praktik secara umum adalah sebagai berikut : 1. Untuk Mencari pengalaman dan menambah wawasan mahasiswa tentang dunia kerja serta mencari ilmu pengetahuan baru yang mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah. 2. Untuk mengetahui peran Perum LPPNPI Cabang Kupang Divisi ATS ENGINEERING dalam bidang telekomunikasi dan penggunaan berbagai peralatan navigasi penerbangan di Bandar udara EL TARI Kupang.
Tujuan Khusus dari laporan praktek kerja industri adalah sebagai be rikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dan cara pengoperasian peralatan NDB (Non Directional Beacon) yang digunakan dalam telekomunikasi dan navigasi penerbangan. 2. Untuk mengetahui Prinsip kerja, fungsi serta kelebihan dan kekurangan dan juga cara penempatan dari NDB sebagai alat bantu navigasi penerbangan yang dapat memberikan informasi kepada pesawat terbang.
2. Manfaat Penulisan
3
Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan tentang: 1. Penggunaan dan Prinsip kerja dari peralatan NDB Nautel ND12000 sebagai alat bantu navigasi penerbangan yang dapat memberikan informasi kepada pesawat terbang. 2. Cara pengoperasian peralatan NDB NAUTEL ND12000 sebagai fasilitas peralatan navigasi penerbangan.
E.
Waktu Pelaksanaan
Penulis melaksanakan praktek industri atau Praktek Kerja Lapangan terhitung 01 Januari 2018- 28 Februari 2018.
F.
Sistematika Pembahasan
Tujuan dari sistematika pembahasan adalah untuk memberikan pengarahan secara jelas dari permasalahan. Garis besar pembahasan tiap-tiap bab diuraikan sebagai berikut: BAB I
:
Bab ini menerangkan latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, waktu pelaksanaan praktek industri dan sistematika pembahasan.
BAB II
:
Bab ini memberikan informasi informasi gambaran umum dari lokasi praktek industri.
BAB III :
Bab ini mengemukakan teori-teori teori-teori yang melandasi masalahmasalah yang dibahas.
BAB IV :
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran untuk menjawab menjawab masalah yang dibahas.
4
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK
A.
Sejarah Airnav Indonesia
Pada tanggal 10 April 2013, di Sheraton Bandara Hotel telah mengadakan rapat koordinasi dengan Direksi Perum LPPNPI AP1 dan AP2 dan general manager dari 26 bandara. Rapat koordinasi diadakan karena Perum LPPNPI baru-baru ini dalam bentuk Peraturan Pemerintah No.77 tahun 2013, dan pada tahun 2013 ini diharapkan akan berjalan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2012: Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia adalah badan usaha yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia serta tidak berorientasi mencari keuntungan, berbentuk Badan Usaha Milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Perum LPPNPI atau lebih dikenal sebagai AirNav Indonesia bertekad untuk menjadi Penyelenggara Pelayanan navigasi Penerbangan dengan standar Internasional yang mengedepankan keselamatan, keteraturan dan kenyamanan. Salah satu hal yang diungkapkan oleh Direktur Perumahan LPPNPI, Mr K. ichwanul adalah bahwa Perumahan memiliki tugas yang cukup berat, yakni mengembalikan kedaulatan ruang udara sepenuhnya ke Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh dia, karena Indonesia belum mampu mengelola secara mandiri ruang udaranya, beberapa masih dikelola atau dilayani oleh Negara Singapura dan Australia.
5
Manajemen ruang udara Indonesia oleh negara asing diatur oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) yang menangani penerbangan di dunia. Dan untuk alasan teknis, karena "berpikir" kita belum mampu mengelola, sehingga sambil mengelola wilayah udara kami dikelola oleh Singapura dan Australia. Mengingat hal ini, diharapkan Perum LPPNPI udar manajemen ruang Indonesia dapat dilakukan sepenuhnya oleh bangsa. Jadi dengan latar belakang ini, pemerintah harus memiliki konsentrasi penuh untuk serius mempersiapkan semua persyaratan agar dapat menglola ruang Main udaranya. Direktur LPPNPI, mengatakan bahwa, sebagai nama Perum LPPNPI, agak sulit untuk mengenali, maka untuk selanjutnya dikenal sebagai Air Navigation LPPNPI Indonesia atau Air-Nav Indonesia. Selama ini di Indonesia sendiri ada 2 ruang udara bahwa manajer AP1, melalui MATSC (Makassar Air Traffic Service Center) dan AP2, melalui JATSC (Jakarta Air Traffic Service Center), dimana masing-masing standar berbeda, sehingga diharapkan untuk manajemen dengan LPPNPI, standar layanan akan memiliki standar yang sama dan bisa lebih baik. Rapat koordinasi juga bertujuan untuk mencegah gangguan atau penurunan pelayanan kepada pengguna jasa saat transformasi ini, sehingga harus ada kesepakatan yang secara langsung menyentuh operasi, seperti sumber daya manusia dan fasilitas serta pengalihan program kerja Pada pertemuan ini, disepakati antara LPPNPI, AP1 dan AP2 adalah LO (Leason Officer) dari masing-masing bandara yang dikelola oleh AP1 dan AP2, yang tugasnya adalah sebagai Vocal Titik (konektor suara) dari bandara. Dan untuk sementara waktu, karena masa transisi, maka untuk sementara bahwa ATS membutuhkan bantuan dari setiap manajer umum di masing-masing bandara masih untuk berjaga-jaga dan mengendalikannya, sampai pembentukan selanjutnya dari organisasi awal untuk masing-masing LPPNPI.
6
B. Logo Airnav Indonesia
Logo Airnav Indonesia memiliki pita berwarna merah putih (bukan hanya merah) yang dengan cerdas melintas menyiratkan sambungan huruf “A” dan “N”. Lintasan pita ini kemudian dipotong oleh jalur pesawat origami berwarna putih sehingga kesan huruf A menjadi sempurna.
Gambar 2.1 Logo Airnav Indonesia Makna atau filosofi lambang AirNav Indonesia (Perum LPPNPI) : 1) Latar belakang berbentuk lingkaran solid ibarat bola dunia yang bermakna bahwa perusahaan ini berkelas dunia dan berwarna biru melambangkan keleluasan cara berfikir dan bertindak. 2) Garis lengkung berwarna putih yang melintang ibarat garis lintang yang mengelilingi bumi, melambangkan perusahaan ini siap bekerjasama dengan semua stakeholder yang terkait. 3) Tulisan “AirNav adalah kependekan kependekan dari Air Navigation atau navigasi penerbangan
yang
menunjukkan
identitas
perusahaan
yang
menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan terletak di tengah yang harmoni. 4) Pita berwarna merah putih berbentuk huruf “A” dan “N” melambangkan bahwa perusahaan ini didirikan atas dasar persatuan dan kesatuan serta didedikasikan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7
5) Bentuk
pesawat
kertas
berwarna
merah
putih
yang
mengudara
melambangkan bahwa perusahaan ini siap membawa Indonesia menuju bangsa yang maju dan disegani oleh dunia internasional. Salah satu hal yang diungkapkan oleh Direktur Perum LPPNPI, Ichwanul Idrus adalah bahwa perum memiliki tugas yang cukup berat, yakni mengembalikan kedaulatan ruang udara sepenuhnya ke Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh dia, karena Indonesia belum mampu mengelola secara mandiri ruang udaranya, beberapa masih dikelola atau dilayani oleh Negara Singapura dan Australia. Menejemen ruang udara Indonesia oleh Negara asing diatur oleh ICAO (international cavil aviation organitation) yang mengenai penerbangan di dunia. Dan alas an teknis karena berpikir Indonesia belum mampu mengelola, sehingga segala pengelolaan di tangani oleh singapura dan Australia. Selama ini Indonesia sendiri mempunya dua ruang udara di bawah menejer AP1 (Angkasa Pura 1) melaluai MATSC (Makasar Air Traffic Service Center) dan AP2 (Angkasa Pura 2) melalui JATSC (Jakarta Air Traffic Service Center) di mana masing-masing mempunyai standar yang berbeda sehingga di harapkan untuk menejemen LPPNPI memiliki standar yang sama dan d an bias lebih baik. C.
Visi Dan Misi A. Visi
Sebagai penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia, perusahaan mempunyai visi: “Menjadi Partner Terpercaya”
Makna Partner Terpercaya berarti partner secara konsisten mampu menghasilkan tingkat layanan navigasi yang memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan dan standar layanan yang dijanjikan serta memenuhi ekspektasi Pemilik Modal, Regulator, mitra kerja dan
8
stakeholder perusahaan lainnya, memegang teguh etika bisnis, dan menjadi perusahaan favorit para pihak yang berkepentingan. B. Misi
-
Menyediakan layanan
lalu lintas penerbangan yang yang aman, nyaman
dan ramah lingkungan bersama mitra demi memenuhi ekspektasi pengguna jasa
D.
-
Memenuhi ekspektasi Pemilik Modal dan Regulator
-
Meningkatkan mutu, kinerja dan karir personil
TUJUAN
Menghasilkan tingkat layanan navigasi yang andal dalam rangka keselamatan penerbangan melalui pengelolaan lembaga penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia secara professional, transparan, dan mandiri.
E.
STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Keputusan Direksi LPPNPI Nomor: PER.005/LPPNPI/10/2013 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perum Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Kantor Distrik Ambon, Banda Aceh, Bandung, Banjarnasin, Biak, Halim, Jambi, Kupang, Pontianak, Manado, Padang, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Lombok, Semarang, Solo, Tanjung Pinang, Yogyakarta adalah sebagai berikut: Struktur Organisasi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Kantor Cabang Kupang.
9
STRUKTUR ORGANISASI PERUM LPPNPI CABANG KUPANG (AIRNAV INDONESIA)
GENERAL MANAGER (Zainal Ismail)
JUNIOR MANAGER KESELAMATAN (FRISDIAN NOOR HAYATI)
ATC
AIS/ PIA
ARO
JUNIOR MANAGER ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
JUNIIOR MANAGER TEKNIK (DULLI FITRIANTO)
JUNIOR MANAGER OPERASI
COMM
SUPPORT
CNS
COMMUNICATION, NAVIGATION SURVEYLANCE
ADMINISTRASI/ KEUANGAN
KEUANGAN
IT
LISTRIK MEKANIKAL
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perum LPPNPI Kantor Cabang Kupang
10
F.
FASILITAS DAN PERALATAN
DAFTAR PERALATAN DAN KONDISI BANDAR UDARA : FASILITAS
:
EL TARI-KUPANG TELEKOMUNIKASI TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI
Tabel 2.1 Daftar Peralatan dan Kondisi Fasilitas Telekomunikasi dan Navigasi
NO.
NAMA PERALATAN
MERK
TYPE
DATA TEKNIS
TAHUN KONDISI JUMLAH KETERANGAN INSTALASI (%)
ETG 192
INTEL
2002
5 UNIT
100
32 CH
2014
1 UNIT
100
50 W
2006
2 UNIT
100
1.
AFTN/Telex
ELSA
2.
AMSC
ELSA
3.
HF-SSB
4.
VHF ADC/APP
JOTRON
TX:TA7450 RX:RA7202
50 W
2007
1 UNIT
50
Operasi dengan Tx Main dan Rx Standby
5.
VHF ER
BECKER
TX:TS 4910 RX:RS4910
100 W
2004
1 UNIT
50
Operasi dengan TRx Standby
KENWOOD
AROMES 1003Q i+ TS 570D
F.
FASILITAS DAN PERALATAN
DAFTAR PERALATAN DAN KONDISI BANDAR UDARA :
EL TARI-KUPANG
:
FASILITAS
TELEKOMUNIKASI TELEKOMUNIKASI DAN NAVIGASI
Tabel 2.1 Daftar Peralatan dan Kondisi Fasilitas Telekomunikasi dan Navigasi
NO.
NAMA PERALATAN
MERK
TYPE
DATA TEKNIS
TAHUN KONDISI JUMLAH KETERANGAN INSTALASI (%)
ETG 192
INTEL
2002
5 UNIT
100
32 CH
2014
1 UNIT
100
50 W
2006
2 UNIT
100
1.
AFTN/Telex
ELSA
2.
AMSC
ELSA
3.
HF-SSB
4.
VHF ADC/APP
JOTRON
TX:TA7450 RX:RA7202
50 W
2007
1 UNIT
50
Operasi dengan Tx Main dan Rx Standby
5.
VHF ER
BECKER
TX:TS 4910 RX:RS4910
100 W
2004
1 UNIT
50
Operasi dengan TRx Standby
6.
RECORDER
MDK INDOTAMA
DRS.2.0
16 CH
2004
1 UNIT
50
7. 8. 9. 10. 11.
VSAT NDB DVOR DME RADAR
COMTECH NAUTEL SELEX SELEX INDRA
CDM-570L ND.12000 1150A 1118A MSSR
2W 3 KW 100 W 1 KW
2008 1990 2012 2012 2013
1 UNIT 1 UNIT 1 UNIT 1 UNIT 1 UNIT
100 100 100 100 100
KENWOOD
AROMES 1003Q i+ TS 570D
Operasi menggunakan server B MILIK PT.AJN
11
BAB III LANDASAN TEORI
A.
NON-DIRECTIONAL BEACON (NDB) 1. Deskripsi Umum
Non Directional Beacon atau Beacon atau NDB adalah salah satu jenis alat bantu navigasi dalam dunia penerbangan yang diletakan di darat yang digunakan untuk memberikan informasi berupa arah (bearing) kepada pesawat, mengarahkan pesawat kesuatu
BAB III LANDASAN TEORI
A.
NON-DIRECTIONAL BEACON (NDB) 1. Deskripsi Umum
Non Directional Beacon atau Beacon atau NDB adalah salah satu jenis alat bantu navigasi dalam dunia penerbangan yang diletakan di darat yang digunakan untuk memberikan informasi berupa arah (bearing) kepada pesawat, mengarahkan pesawat kesuatu tempat yang dituju, atau untuk menemukan dan menentukan tempat landasan pesawat. Pada dasarnya NDB menggunakan suatu pemancar yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan pola pancaran omnidirectional atau ke segala arah artinya polanya menyebar secara vertical untuk membantu pesawat dari segala arah. NDB juga merupakan alat bantu navigasi yang memberikan panduan arah suatu lokasi kepada pesawat terbang terhadap kutub magnet Utara. Fasilitas NDB merupakan rambu udara radio yang paling sederhana dan merupakan persyaratan minimal yang diperlukan bagi suatu bandar udara. Pemancar NDB beroperasi memancarkan frekuensi sinyal pembawa (carrier) yang dimodulasi secara amplitudo dengan kode morse yang berfrekuensi audio 1020 Hz dengan kedalaman modulasi sebesar 95%, sebagai identifikasi (tanda pengenal stasiun pemancar NDB yang bersangkutan). Sinyal identifikasi ini dipancarkan berupa suatu kelompok kode morse yang terdiri dari 2 sampai dengan d engan 3 hu ruf dengan kecepatan rata-rata 7 identifikasi permenit. Setiap satu station NDB memiliki satu frekuensi didalam band-nya yang biasa dikenal dengan frekuensi carrier. Sinyal frekuensi yang dipancarkan ini kemudian akan diterima oleh Receiver di pesawat yang disebut Automatic Direction Finder atau ADF yang memiliki band frekuensi 190 KHz sampai dengan 1750 KHz. Maksimum jarak yang dapat diterima ADF tergantung dari power NDB.
12
Di Indonesia terpasang beberapa jenis NDB dengan kekuatan pancar yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan operasi bandar udara bersangkutan,makin besar kekuatan k ekuatan pancar NDB, maka akan makin besar daerah cakupan NDB tersebut. Peralatan NDB memancarkan informasi dalam bentuk sinyal gelombang radio kesegala arah melalui antena, sinyalnya akan diterima oleh pesawat udara yang dilengkapi Automatic dilengkapi Automatic Direction Finder (ADF) yaitu perangkat penerima NDB yang ada di pesawat udara, sehingga penerbang dapat mengetahui posisinya (azzimuth) relatif terhadap lokasi NDB tersebut. Penggunaan NDB di Indonesia masih sangat di perlukan karena pesawat- pesawat komersial di Indonesia masih menggunakan ADF. Meskipun NDB merupakan peralatan konvesional, tetapi NDB akan sangat membantu dalam kondisi darurat seperti
bandara yang berada di daerah yang
terpencil. Meskipun saat ini banyak pesawat yang memakai frekuensi satelit, tetapi tidak menutup kemungkinan akan mengalami gangguan sinyal sehingga pada saat inilah NDB berperan. NDB di pasang khusus berkaitan dengan instrument yang ada di pesawat yang disebut ADF. Namun ada Beberapa pengaruh umum yang kurang baik dalam navigasi dengan d engan menggunakan ADF Automatic (Automatic Direction Finder ) untuk sinyal NDB, yaitu : a) Pengaruh malam (Night Effect) Gelombang Radio menggunakan 2 cara dalam penerimaan radio compass receiver 1. Dengan kondisi normal mengikuti permukaan bumi, apabila gelombang gelombang ini diterima maka compass akan menunjuk langsung ke stasiun atau pemancar NDB. 2. Dengan pembiasan Refraction layer, karena low frekuensi, maka propagasi menjadi hal yang harus diperhatikan dalam operasional dari NDB, Rasio dari gelombang langsung dan pantulan akan menentukan kebenaran penunjukan pada kompas
13
Gambar 3.1. Pembiasan (Refraction Layer) Pada malam hari NDB hanya akan bergantung pada jarak dari ground wave yaitu sekitar 60 miles surface earth dan 100 miles over the sea. b) Pengaruh kontur bumi : pegunungan dan tebing tinggi memiliki sifat memantulkan gelombang radio, memberikan kekeliruan dalam pembacaan. c) Pengaruh muatan listrik : interferensi listrik (dari sumber tegangan pada pesawat terbang) dapat mengakibatkan penunjukkan jarum indikator ADF mengarah pada sumber tegangan. d) Pengaruh garis pantai : gelombang radio dengan frekuensi rendah akan membias atau akan melengkung mendekati bentuk garis pantai. e) Pengaruh halangan :
ketika pesawat terbang terhalang obstacle, obstacle, jarum
indikator tidak akan membaca dengan benar. Komponen ADF adalah : 1. ADF Receiver Setelah Pilot memilih frekuensi station NDB yang dituju maka sinyal akan di Receive oleh ADF, di amplifikasi, dan dirubah kedalam bentuk Audio atau kode Morse dan Bearing indikator. 2. Control Box (Digital Readout Type)
14
Frekuensi yang telah dipilih akan ditampilkan dalam bentuk digital. ADF secara otomatis menampilkan Bearing suatu station yang dituju di Radio Magnetic Indicator (RMI). 3. Antenna ADF menerima sinyal dari 2 buah antenna yaitu LOOP antenna dan SENSE antenna. Antena Loop adalah antena yang memiliki jalur sinyal yang terus menerus dari satu konduktor melewati kawat saluran transmisi ke konduktor lain. Antena loop merupakan salah satu tipe antenna yang Memiliki konstruksi sederhana, tetapi tetap mempunyai kemampuan yang tinggi. Bentuk antenna loop bermacam-macam, ada yang triangle, square, circle atau spiral. Antena loop dapat disusun menjadi beberapa loop untuk mendapatkan gain yang lebih besar dan impedansi yang lebih tinggi. 4. Bearing Indicator Bearing Indicator menampilkan arah Bearing suatu staion relative terhadap arah hidung pesawat. Relative Bearing adalah sudut yang dibentuk. 2. Spesifikasi Peralatan NBD (Non Directional Beacon)
Gambar 3.2 Peralatan NDB
15
Tabel 3.1 Spesifikasi peralatan ADS-B yang dimiliki Bandar Udara Inrernasional Eltari Kupang Bandar Udara
El Tari Kupang
Fasilitas
Navigasi Bandar Udara
Merek/ tipe
Sensis
Lokasi
Ruang Elektronika
No. Seri
106 B
Koordinat
10 10 00.57" S dan 123 40 28.23"E
Frekuensi
385 KHz
Power out
3 KW
Instalasi
1990
Fungsi
Rambu approach dan enroute/check point
a. Pengoperasian Peralatan NDB Nautel
Tabel 3.2 Pengoperasian Peralatan Non Directional Beacon Nautel NO.
ITEM
NDB Merk NAUTEL ND 12000 A
Menghidupkan Peralatan 1
Memeriksa Kondisi Lingkungan
2
Memeriksa Kebersihan
3
Memeriksa Sumber Daya Listrik
4
Memeriksa Kondisi AC
5
Menghidupkan Peralatan a) Pastikan circuit breaker dalam keadaan ON b) Switch ON Power – AC AC Line Switch pada Module Power Supply c) Lihat/amati Indikator B- menyala menandakan DC Power On d) Pilih posisi Select Main Tx ke posisi A atau B e) Untuk operasi Normal pilih posisi switch Bypass/Normal Control ke
16
posisi Normal maka lampu indikator Bypass akan padam f) Posisikan Switch Local/Remote Control pada Control Panel ke posisi Local g) Pada Exciter Module, ON kan switch Keyer dan switch Mod h) Switch ON TX Control pada Control Panel i) Lihat/amati Indikator TX ON akan menyala j) Lihat/amati semua Indikator Alarm tidak ada yang men yala yang menandakan Transmiter bekerja Normal 6
Memastikan Peralatan Beroperasi/Tidak
7
Melaporkan Kepada Unit Operasional (ATC)
8
Pencatatan Kondisi Peralatan di Log Book
B
Mematikan Peralatan 1
Memeriksa Kondisi Lingkungan
2
Mematikan Peralatan a) Switch OFF Tx Control pada Control Panel b) Switch OFF Keyer dan Mod pada Exciter Module c) Switch OFF Power AC pada Power Supply Module maka Indikator DC Supply dan B- akan padam/mati.
3
Mematikan Sumber Daya Listrik
4
Mematikan Back Up Sumber Daya Listrik
5
Memeriksa Keamanan Peralatan
6
Pencatatan Kondisi Peralatan di LogBook
7
Melaporkan Kepada Unit Operasional (ATC)
b. Kalibrasi Peralatan NDB Nautel
Untuk fasilitas NDB diperlukan kalibrasi secara periodik, untuk memastikan dicapainya jangkauan (coverage) dan kekuatan medan (field strenght), yang memenuhi persyaratan-persyaratan operational standard, di dalam ruang udara yang telah ditetapkan.
17
NO.
ITEM NDB Merk NAUTEL ND 12000
A
Pengecekan Parameter Pada kalibrasi peralatan NDB, biasanya pesawat kalibrasi hanya terbatas pada pengecekan coverage (daya pancar) NDB yang diterima oleh pesawat di segala arah
B
Penyetelan Peralatan Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan kalibrasi NDB adalah 1
Modulasi Keying Adjust R12 (Tone)
2
CW
= Modulasi naik
CCW
= Modulasi turun
Power Output Adjust R10 (Carrier Level)
3
CW
= Modulasi naik
CCW
= Modulasi turun
Bila pengaturan parameter tidak diperlukan diperlukan (tidak ada permintaan dari pesawat kalibrasi), maka yang perlu dilakukan adalah memindahkan operasi pemancar Tx 1 atau Tx 2 sesuai permintaan pesawat kalibrasi
c. Parameter Peralatan NDB Nautel. Peralatan NDB Nautel
No
Parameter
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Hasil
Satuan
1
Forward Power
Bite/Power Putar Selector Switch Posisi Angka Meter Fwd Power
Watts
2
Reflected Power
Bite/Power Putar Selector Switch Posisi Angka Meter Reflected Power
Watts
3
Modulation Depth
Bite
%
Putar Selector Switch Posisi Angka % Mod
18
4
Monitor Sistem Alarm
Catat Setting Alarm
Angka
Ident di Off
Baik/T idak
Power Output
Watts
Failure 5
Manual Change Over
Lakukan pemancar
6
Interkoneksi
Cek fisik seluruh sambungan Baik/ kabel catatan
7
Change time
Operasikan NDB secara auto Angka dengan TK 1 on air dan TX2 standby, Pindahkan pemancar dan hitung waktu perpindahannya
8
Automatic Tuning Unit (ATU).
Amati apakah ATU berfungsi Baik/ mengatur sendiri keposisi tidak yang memberikan nilai baik Reflected terkecil.
9
Indicator Lamp Metering
Cek semua Pilot lamp dan metering yang ada pada control panel.
10
over Stop watch
&
Identification
Receiver NDB
Change
over Baik/ rusak
Amati kualitas suara tone.
second
Baik/ tidak baik
3. Jenis Pancaran Peralatan NDB
1. CW (Continous Wave) satu sinyal pemancar radio frekuensi (RF) yang terbentuk hanya dari sinyal frekuensi carrier (FC). 2. MCW (Modulation Continuous Wave) suatu sinyal pancaran RF yang terbentuk dari frekuensi carrier yang termodulasi oleh audio frekuensi (RF). 3. KCW ( Keying Continuous Wave) suatu sinyal pancaran RF yang terbentuk dari frekuensi carrier yang termodulasi oleh sinyal audio
19
frekuensi (AF), namun sinyal audio tersebut dikodekan dengan identifikasi berupa keying kode morse. 4. Power Output dan Range
Power Output NDB berkisar antara 25 Watt – Watt – 10 10 Kilo Watt. Jarak jangkauan yang bisa ditempuh gelombang RF NDB tergantung dari besar kecilnya power yang terpancar. NDB dengan power kecil bisa mencapai jangkauan ± 10 NM, jenis ini hanya digunakan untuk aerodrome locator (locator lapangan terbang) dan bisa mencapai lebih 500 NM untuk NDB dengan high power, (kondisi ini masih perlu dipertimbangkan pada waktu malam dan siang, juga permukaan bumi, lautan atau daratan yang menjadi rambatan dari jenis LF dan MF). Makin besar kekuatan pancar NDB, makin besar pulalah daerah cakup NDB tersebut : 1) Low Range/Power (LR) Daerah cakupan (Coverage Range) antara 50 NM – NM – 100 100 NM (1 NM = 1,853 Km), dengan daya pancar/out put power antara 50 – 50 – 100 100 Watt, yang termasuk jenis ini adalah tipe : G 142, LWX 100 dan NX 200. 2) Medium Range/Power (MR) Daerah cakupan/Coverage Range antara 100NM – 150 NM dengan daya pancar/out put power antara 500 – 500 – 1000 1000 Watt. 3) High Range/Power (HR) Daerah cakup/Coverage Range 150NM – 150NM – 300 300 NM dengan daya pancar/out put power antara 2000 – 2000 – 3000 3000 Watt. Yang termasuk jenis ini adalah tipe G91 dan NX 12000. Di Indonesia terpasang beberapa jenis NDB dengan kekuatan pancar yang berbeda disesuaikan dengan persyaratan operasi pelabuhan udara bersangkutan,
untuk
bandara
kecil
biasanya
NDB
yang
digunakan
berkekuatan sekitar 10 Watt – Watt – 25 25 Watt, hanya untuk keperluan let down.
20
5. Frekuensi NDB
NDB bekerja pada band frekuensi LF dan MF yaitu antara 200 – 200 – 400 KHz, dan secara terus menerus memancarkan frekuensi carrier dengan modulasi 1020 Hz untuk identifikasi (tanda pengenal stasiun tersebut). tersebut). contoh :
NDB type Redifon G 40
= 137,5 – 137,5 – 550 550 KHz
NDB type Nautel
= 190 – 190 – 535 535 KHz
Identifikasi untuk NDB menggunakan dua atau tiga huruf morse, dan dikirimkan dengan kecepatan rata-rata tujuh kata per menit dengan keyed tone frekuensi 400 Hz atau 1020 Hz. Keyed:
Dot (.)
= 0,125 second
Dash ( – ( – ))
= 0,375 second
Interval Between Element
= 0,125 second
Interval Between Character
= 0,375 second
6. Bagian Pokok NDB
Bagian pokok dari NDB terdiri dari : 1. Transmitter; adalah suatu blok rangkaian yang memancarkan signal informasi data penerbangan berupa kode morse. 2. Change over unit; adalah blok rangkaian yang mengatur pemilihan signal input (TX1 atau TX2) dan mengatur output pancaran signal input (Antena atau Dummy load) 3. Antena tuning unit; adalah blok rangkaian yang berfungsi untuk mengirim signal yang akan dipancarkan oleh antena dari output change over unit
21
4. Dummy load adalah suatu antena yang berfungsi untuk meredam signal pancaran yang dihasilkan dari output change over unit. 5. Antena adalah suatu komponen elektronika yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi gelombang elektromagnetik.
Gambar 3.3 Antenna NDB 7. Transmitter
NDB
pada
dasarnya
adalah
pemancar
sederhana
memancar
sinyal
omnidirectional yang dimodulasi pada interval dengan kode identifikasi. Sinyal dasar dikenal sebagai pembawa dan dipancarkan pada frekuensi yang ditentukan untuk bantuan tertentu. Kode identifikasi adalah 400 atau 1020 10 20 siklus catatan ditumpangkan pada carrier. Beberapa instalasi termasuk modulasi suara untuk memberikan informasi pendaratan untuk tujuan pemantauan jarak jauh. Transmitter NDB membangkitkan suatu frekuensi radio gelombang rendah , dan ini dikuatkan (amplified ) untuk dapat menyediakan output yang diperlukan, guna
22
memenuhi persyaratan-persyaratan berbagai pelayanan, misalnya, low, medium, dan long range. Power output ini dapat bervariasi antara 50 (Watt) sampai 5 KW. Frekuensi radio-nya (RF) dimodulasi secara amplitude (amplitude modulated) oleh suatu nada (tone) 1020 Hz, yang di-key (keyed) untuk dapat memberikan identifikasi khusus untuk stasiun NDB tersebut. Untuk dapat memastikan agar signal yang dipancarkan itu dapat ditangkap secara maksimum, maka kedalaman modulasinya dibuat setinggi mungkin, biasanya dengan maksimum sekitar 90 % . Signal yang dipancarkan itu dimonitor, untuk memastikan adanya kekuatan signal dan tingkat-tingkat modulasi yang benar. Bila salah satunya turun dibawah batasan-batasan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka sistem itu secara otomatis akan berpindah ke peralatan cadangannya (stand by equipment), atau berhenti sama sekali. Penginderaan jarak jauh (remote monitoring) biasanya tersedia di ruang teknisi/ suatu Bengkel Pusat/ lokasi ATC. Dengan panjang gelombang
antara 1500 m sampai 6000 m, maka untuk
mendapatkan Frekuensi resonansi yang diinginkan, sistem antena NDB terdiri dari komponen-komponen yang bersifat induktansi dan kapasitansi. Agar sistem NDB dapat memancarkan sinyal yang maksimal maka diperlukan sistem antena yang tepat sesuai dengan daya pancarnya. Ada beberapa jenis sistem antena, antara lain sistem antena “T” untuk long range, sistem antena 10m self -radiating -radiating masts (antenna terdiri dari 10 m yang memancarkan radiasi) untuk medium range, dan sistem antena whip (antena pecut ) untuk short range. Pada saat pemasangan sistem antena NDB, harus dilakukan dengan hati-hati, terutama jika yang dipasang adalah sistem antena 10m self-radiating masts, karena sistem antena ini langsung berhubungan dengan listrik tegangan tinggi (LIVE). Untuk memastikan
efisiensi
antena-antena
NDB,
mutlak
diperlukan
suatu
sistem
pembumian/grounding system (earth sistem) yang efektif. Sistem grounding biasanya merupakan sejumlah kawat yang berbentuk radial yang ditanam dibawah sistem antena dengan radialnya menuju keluar dan berjarak sepanjang ketinggian antena.
23
Bentangan kawat-kawat tersebut berakhir (terminated) pada suatu hantaran runcing dari besi atau tembaga (earth spike), yang ditanam beberapa kaki kedalam tanah dengan memukul hantaran runcing (earth spike) tersebut. Suatu sistem pembumian/ grounding system yang efisien akan mencegah terjadinya variasi signal yang dipancarkan sebagai akibat perubahan cuaca. Variasi signal tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang berarti dari kekuatan signal yang dipancarkan. 8. Power Supply
Ada 2 power 2 power supply yang identik. Sumber dari power dari power supply ini adalah PLN dengan tegangan 220 volt dan frekuensi 50 Hz. Hz. Power Power supply ini berfungsi untuk menyed iakan daya yang dibutuhkan oleh seluruh komponen dalam pemancar NDB agar dapat berfungsi. Pada power supply ini terdapat transformator dengan CT (Center Tap) Tap) pada bagian kumparan sekundernya. Pada salah satu sisi CT trafo menyediakan sumber tegangan bagi regulated power supply 15 VDC dan sisi yang lain menyediakan sumber tegangan DC untuk mengoperasikan komponen aktif yang digunakan pemancar. 9. Monitoring ( P anel nel Co C ontrol)
NDB memiliki pemantauan otomatis parameter tertentu yang menyebabkan NDB akan dimatikan jika toleransi di luar dan siaga diaktifkan. Jika kondisi out-oftoleransi yang sama juga terdapat pada pemancar siaga, instalasi yang lengkap dinonaktifkan sampai kesalahan tersebut diperbaiki. Kesalahan yang secara otomatis dimonitor meliputi: -
Pengurangan daya pembawa
-
Kegagalan atau pengurangan tingkat kode identifikasi. Monitoring lebih lanjut diatur untuk memastikan instalasi pemancar baik oleh
pos monitoring di lapangan terbang berawak dalam jangkauan NDB atau dengan
24
monitoring pilot dimana NDB yang berlokasi di daerah terpencil. Dalam kasus terakhir pilot harus melaporkan kegagalan NDB ke stasiun komunikasi yang tepat sehingga dapat diambil tindakan untuk mempeprbaiki kesalahan. Pada monitor/panel kontrol terdapat alat yang mengukur daya maju forward (forward power ), ), daya pantul (reflected (reflected power ), ), level modulasi dalam persen, tegangan DC yang beroperasi, dan arus DC pada pemancar. Pada monitor ini juga terdapat lampu alarm yang akan menyala ketika kondisi-kondisi di bawah ini terjadi: o
Standby.
o
SWR (Standing (Standing Wave Ratio) Ratio) tinggi.
o
Arus RF tinggi.
o
Keadaan shutdown. Keadaan shutdown.
o
Ketika tegangan operasi dari pemancar dicatu dari sumber daya eksternal.
Konektor RF monitor memungkinkan sambungan kabel koaksial dengan BNC ( Bayonet Bayonet Neill Concelman) untuk peralatan penguji eksternal yang berfungsi – Concelman) mengamati sampel dari RF yang dikeluarkan oleh pemancar . Saklar kontrol yang berada pada pad a monitor/panel mon itor/panel kontrol antara lain local or remote selection, monitor, RF on/off dan saklar select saklar select main Tx. Saklar Tx. Saklar local or remote selection menentukan apakah proses kendali (control ) dilakukan secara local atau remote. Kendali secara remote berarti proses kendali dilakukan dari jarak jauh. Kendali yang dapat dilakukan secara remote adalah kendali power kendali power trim dan saklar on-off. Saklar monitor memiliki dua keadaan, yaitu bypass dan normal. Ketika saklar dalam posisi bypass, bypass, lampu indikator bypass akan menyala dan rangkaian automatic changeover akan menjadi tidak aktif. Automatic changover berfungsi untuk mengaktifkan pemancar cadangan secara otomatis ketika pemancar utama mengalami gangguan. Saklar RF on/off berfungsi untuk menyalakan/menghidupkan pemancar dan me-reset me-reset pemancar. Saklar select main Tx berfungsi untuk memilih pemancar
25
mana yang akan dioperasikan. Ketika saklar dalam posisi A, maka pemancar A akan aktif dan ketika saklar dalam posisi B, maka pemancar B yang akan aktif.
B. PRINSIP KERJA NON DORECTIONAL BEACON
NDB atau Non Directional Beacon Beacon adalah salah satu peralatan bantu navigasi yang digunakan dalam penerbangan. NDB biasanya diperlukan sebagai penunjuk arah bagi helicopter dan dipasang pada helipad-helipad resmi baik di darat maupun di lepas pantai. NDB bekerja pada Medium Wave antara 190- 1800KHz, dan hanya berupa radio transmit saja. Cara kerjanya adalah dengan cara memodulasi kode kod e lokasi bandara/Helipad dalam bentuk morse ke Modulasi AM sesuai dengan de ngan frekuensi kerja yang ditentukan oleh dinas perhubungan udara. Kode lokasi ini terdiri dari 3 huruf, yang juga merupakan singkatan dari nama bandara/helipad yang bersangkutan.
Gambar 3.4 Prinsip kerja NDB
26
Pengkodean bandara ini harus diakui oleh international dan hanya berlaku di satu bandara saja. Dalam artian, tidak ada kode area yang sama digunakan oleh ole h lebih dari satu bandara. Pada Sisi pesawat sinyal NDB ini dapat diterima pada frekuensi pencatunya, dan dari peralatan penerima ini dapat dilihat arah bandara/helipad yang dituju. Pada pesawat-pesawat komersial, NDB hanya digunakan sebagai cadangan. Peralatan navigasi yang digunakan sudah menggunakan GPS. Walaupun sudah beralih ke GPS, namun NDB masih wajib dipasang pada bandara-bandara international sebagai cadangan. Fasilitas Navigasi jenis ini yang terpasang dalam stasiun NDB di darat, memancarkan informasi dalam bentuk sinyal radio kesegala arah (Non Directional). Sinyal ini akan diterima oleh pesawat terbang yang dilengkapi dengan loop antenna sehingga penerbang dapat menentukan posisinya (azimuth) menuju stasiun tersebut. Pemancar ini biasanya beroperasi pada frekuensi 200 sampai 415 KHz dan secara terus menerus memancarkan frekuensi pembawa dengan modulasi 1020 Hz, untuk identifikasi (tanda pengenal stasiun tersebut). Identifikasi ini dipancarkan berupa suatu kelompok kode morse yang terdiri dari 2-3 huruf dan dikirimkan dengan kecepatan rata-rata 7 kata per menit.
C. FUNGSI NON DIRECTIONAL BEACON
Fungsi Non Directional Beacon antara lain: a. Homing Stasiun NDB yang dipasang di dalam lingkungan bandar udara dan dioperasikan untuk memandu penerbang dalam mengemudikan pesawat udara menuju lokasi bandar udara. Di sini NDB berperan untuk menunjukkan pada pesawat kearah mana bandar udara itu berada. b. En-Route
27
Stasiun NDB yang dipasang di luar lingkungan bandar udara pada suatu lokasi tertentu dan dioperasikan untuk memberikan panduan kepada pesawat udara yang melakukan penerbangan jelajah di jalur penerbangan yang terdapat Blank Spot. Di sini NDB di pasang pada suatu tempat atau check-point tertentu sepanjang jalur penerbangan. c. Holding Stasiun NDB yang dipasang di luar atau di dalam lingkungan bandar udara. Setelah pesawat berada di atas bandar udara dan menunggu saat mendarat, penerbang harus menunggu petunjuk lebih lanjut dari PLLU (Pengatur Lalu Lintas Udara), apakah di perkenankan mendarat atau tidak. Jika seandainya lalu lintas ramai biasanya PLLU mengharuskan pesawat untuk berputar-putar pada daerah holding. Dalam prosedur holding ini ditentukan suatu titik pada daerah holding dan ini berupa suatu NDB. d. Locator Stasiun NDB low power yang dipasang pada perpanjangan garis tengah landasan pacu guna memberikan panduan arah pendaratan kepada penerbangan pada saat posisi pesawatnya berada di kawasan pendekatan untuk melakukan pendaratan. Selain itu fungsi dari NDB adalah: 1. Airways, bearing adalah seperti jalan/ garis untuk lewatnya pesawat/ rute yang dilewati oleh pesawat, pada saat fungsi NDB yang dapat memberikan informasi bearing ini, maka seolah olah akan
seperti VOR/Very High
Frekuensi Omni Range. Pesawat akan mengikuti rute yang telah ditentukan dalam flight plan, namun dalam menggunakan rute ini ada ketentuan yang di lakukan untuk membedakan dengan VOR misalnya warna yang telah di standarkan, coklat untuk Low to Medium frekuensi stasiun NDB,dll. 2. Fixes, NDB telah lama digunakan pesawat untuk alat bantu navigasi untuk membantu mendapat “FIX” pada geographic location. Fix ini di hitung
28
berdasarkan perpanjangan garis dengan menggunakan men ggunakan poin referensi peralatan navigasi sampai dengan intersection, intersection, sudut dari garis tersebut dapat dihitung dengan compass,
Gambar 3.5 Fix Dengan plotting fixes akan memberikan kemudahan pada crew untuk menentukan posisi seperti dengan VOR, DME, dan NDB ini masih bermanfaat apabila GPS fail Untuk Mengukur jarak dari stasiun NDB 1. Posisi dari pesawat pada stasiun NDB adalah langsung/direct pada salah satu wing tip 2. Terbang pada heading tersebut, hitung waktunya berapa lama untuk mendapatkan nilai /dari bearing dari NDB tersebut 3. Dengan menggunakan rumus, time to stasiun = 60 x number of minutes flown/ degrees of bearing change. 4. Gunakan flight computer untuk menghitung jarak dari pesawat ke stasiun Time x speed = distance.
29
D. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN NDB
1. Kekurangan NDB
NDB mempergunakan frekuensi rendah/LF. Data/informasi navigasi berupa bearing yang diterima di pesawat tergantung dari posisi/heading pesawat terbang.
Sinyal NDB lebih dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, pegunungan, pantai dan pembiasan badai listrik, terutama pada jarak jauh.
Lebih rentan terhadap propaganda gelombang langit terutama dari senja hingga fajar.
2. Kelebihan NDB
NDB sinyal mengikuti lengkungan bumi, sehingga mereka dapat diterima pada jarak yang jauh lebih besar di ketinggian lebih rendah
NDBs terus menjadi yang paling banyak digunakan sebagai alat navigasi radio di seluruh dunia. NDB digunakan di pesawat dengan instrumen indikator dan penerima ADF, menentukan arah dari pesawat ke stasiun pemancar.
NDB memiliki Pola pancaran omnidirectional/ ke segala arah artinya polanya menyebar secara vertical untuk membantu pesawat dari segala arah.
NDB menjadi salah satu persyaratan minimal yang diperlukan bagi suatu stasiun Bandar udara.
30
E. CARA PENEMPATAN NON DIRETTION BEACON ( NDB )
Non Direction Beacon Beacon (NDB) adalah fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi rendah (Low Frekuency) dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar lingkungan bandar udara sesuai fungsinya. Lokasi dimana NDB dipasang akan menentukan penggunaan NDB, kemungkinan terpasang pada suatu daerah Reporting Point on Air Ways, terpasang di pulau-pulau untuk pelayanan long range navigation atau terpasang pada daerah aerodrome atau dekat aerodrome untuk homing dan let down. shelte lter ) a) Penempatan Antena dan Gedung ( she
Hal – Hal – hal hal yang diperhatikan dalam penempatan tiang antena NDB: -
Tinggi menara (tower (tower ) antena NDB Tinggi menara antena tidak menjadi penghalang bagi kegiatan operasional bandara.
-
Tinggi bangunan lain sekitar NDB Tinggi bangunan di sekitar antena NDB tidak menjadi penghalang bagi pancaran NDB.
-
Lokasi NDB di luar bandara Jika NDB ditempatkan di luar area bandara, lokasinya harus memenuhi persyaratan pada butir diatas.
b) Kondisi permukaan lahan dan lingkungan
-
Luas lahan Luas lahan yang dibutuhkan untuk dapat menampung seluruh fasilitas NDB untuk jenis menara antena NDB dan fasilitas penunjang lainnya yang terkait minimal 100 m x 100 m dan untuk NDB Low NDB Low Range dengan Range dengan antena tiang tunggal (Self (Self Supporting ) minimal 50 m x 50 m.
31
-
Penanaman jaringan kawat tanah (earthnet) (earthnet) Untuk penanaman jaringan kawat tanah (earthnet (earthnet ) NDB, perataan lahan tetap diperlukan walaupun tidak ditentukan secara khusus.
-
Jarak bangunan lain di sekitar antenna Sampai dengan radius 300 m dari titik tengah antena tidak diperkenankan adanya bangunan dari metal, kecuali bangunan NDB.
-
Bangunan lain di sekitar antenna Sampai dengan radius 1.000 m dari titik tengah antena, tidak diperkenankan adanya bukit, kelompok pohon, bangunan metal yang ketinggiannya melebihi permukaan kerucut 3° serta jaringan listrik tegangan tinggi (lihat gambar 6.1 dan gambar 6.2 dibawah ini).
-
Pertimbangan lain Perlu dipertimbangkan adanya rencana pengembangan bandar udara.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu: 1) Gangguan Lingkungan langsung dalam jarak radius 150 m dari antena harus terbebas dari bangunan yang melebihi 2,5 m terlepas dari dimensinya, tumbuhan harus tetap pada ketinggian di bawah 0,6 m. Bangunan kecil yang pada intinya intin ya adalah bangunan non-metalic dengan ketinggian kurang dari 2,5 m untuk sebarang dimensi, dapat dibangun hingga tidak kurang dari jarak 60 m dari antena. 2) Kabel listrik dan telepon di atas kepala untuk melayani NDB tidak boleh ditempatkan pada jarak kurang dari 150 m dari antenna. Menara dan tiang besi harus membentuk sudut elevasi kurang dari 3 derajat dihitung dari permukaan tanah di pusat sistem antena NDB.
32
3) Pergerakan kendaraan terkecuali kendaraan yang telah mendapat otorisasi, semua kendaraan tidak boleh mendekati antena dalam jarak kurang dari 60 m. 4)
Servis kabel listrik dan telepon harus ditanam di bawah tanah hingga kedalaman 0,45 m jika terletak dalam jarak 150 m dari antena.
5) Daerah terbatas tidak ada persyaratan khusus. Jika dibutuhkan, pembangunan pagar dapat dilakukan untuk menjauhkan hewan ternak dan kuda dari daerah earth mat. 6) Pemeliharaan situs tidak ada pesyaratan khusus kecuali tetap mempertahankan belukar agar tidak melebihi meleb ihi ketinggian 0,6 m dan agar penampakan penampak an situs tetap rapih. Mencangkul tidak diperbolehkan di daerah earth mat. Kambing yang merumput masih diperbolehkan namun tidak untuk sapi dan kuda.
33
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
NDB merupakan rambu udara radio yang paling sederhana dan merupakan persyaratan minimal yang diperlukan bagi suatu bandar ud ara. NDB (Non Directional Beacon) adalah salah satu jenis alat bantu navigasi dalam dunia penerbangan yang diletakan di darat yang digunakan untuk memberikan informasi berupa arah (bearing) kepada pesawat, mengarahkan pesawat kesuatu tempat yang dituju, atau untuk menemukan dan menentukan tempat landasan pesawat. Pada dasarnya NDB menggunakan suatu pemancar yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan pola pancaran omnidirectional/ ke segala arah artinya polanya menyebar secara vertical untuk membantu pesawat dari segala arah. Pemancar NDB beroperasi memancarkan frekuensi sinyal pembawa (carrier) yang dimodulasi secara amplitudo dengan kode morse yang berfrekuensi audio 1020 Hz dengan kedalaman modulasi sebesar 95%, sebagai identifikasi (tanda pengenal stasiun pemancar NDB yang bersangkutan). Sinyal identifikasi ini dipancarkan berupa suatu kelompok kode morse yang terdiri dari 2 sampai dengan d engan 3 huruf hu ruf dengan kecepatan rata-rata 7 identifikasi permenit. Setiap satu station NDB memiliki satu frekuensi didalam band-nya yang biasa dikenal dengan frekuensi carrier. Cara kerjanya adalah dengan cara memodulasi kode lokasi bandara/Helipad dalam bentuk morse ke Modulasi AM sesuai dengan frekuensi kerja yang ditentukan ol eh dinas perhubungan udara. Kode lokasi ini terdiri dari 3 huruf, yang juga merupakan singkatan dari nama bandara/helipad yang bersangkutan. Pengkodean bandara ini harus diakui oleh international dan hanya berlaku di satu bandara saja. Dalam artian, tidak ada kode area yang sama digunakan oleh lebih dari satu bandara. Pada sisi
34
pesawat sinyal NDB ini dapat diterima pada frekuensi freku ensi pencatunya, dan d an dari peralatan penerima ini dapat dilihat arah bandara/helipad yang dituju.
B.
Saran
Berdasarkan hasil kerja praktik di Perum LPPNPI Cabang Kupang, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Sejauh ini proses monitoring dan Maintanance yang dilakukan pada peralatan NDB memakai sistem manual, yaitu teknisi datang ke lokasi unit pemancar NDB.
Oleh
karena
itu,
sebaiknya
digunakan
sistem
RMM Remote (Remote
Maintenance and Monitoring ), ), sehingga memudahkan teknisi dalam melakukan proses monitoring dan maintenance. 2. Memasang lampu penerangan disekitar area Luar ruangan NDB, agar jika sewaktu-waktu diburuhan maintanance atau perbaikan dimalam hari agar lebih mudah dan efektif dalam melakukan maintanance.
35
DAFTAR PUSTAKA
Scotia nova, county halifax, 1982. nautical electronic laboratories limited. Canada: nautel. http://tnumks.blogspot.com/2013/07/cara-penempatan-non-direction-beaconndb.html http://alvianikurnia.blogspot.com/2015/03/ndb-non-directonal-beacon.html http://www.google.co.id/bookmark-km-28-tahun-2005.html
36