LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PENGOLAHAN SAMPAH PADAT MEDIS
DI PUSKESMAS KENDALKEREP KOTA MALANG
OLEH :
IVAN FADILLAH SETYO RIZKY
1408.13251.145
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil
kegiatan PKL untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Program Sarjana
Kesehatan Lingkungan, S.KL 4 tahun, Program Studi S-1 Kesehatan Lingkungan,
STIKES Widyagama Husada
Periode (30 Januari) – (1 Maret) 2017
Malang, 1 Maret 2017
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
Veronica Indriyati, ST Septia Dwi Cahyani, S.KL
NIP.197209111994032003
Kepala Puskesmas
Kendalkerep Malang Ketua Program Studi
dr.Lisna Agus Yohanan, SH., M.KL
Pembina NDP. 2012.240
NIP.196801062002122004
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan
yang berjudul "Proses Pengolahan Limbah Padat Puskesmas Kendalkerep Malang,
Jawa Timur". Laporan ini menggambarkan tentang proses pengolahan limbah
medis Puskesmas Kendalkerep Malang. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, maka penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama Husada.
2. dr. Lisna selaku Kepala Puskesmas Kendalkerep Malang.
3. Agus Yohanan, SH., M.KL selaku Kaprodi S1 Kesehatan Lingkungan.
4. Septia Dwi Cahyani, S.KL selaku dosen pembimbing.
5. Veronica Indriyati,ST selaku pembimbing lapangan.
6. Seluruh karyawan dan staff Puskesmas Kendalkerep Malang
7. Bapak dan Ibu dosen STIKES Widyagama Husada Malang.
8. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi.
9. Teman-teman semester V STIKES Widyagama Husada Malang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya.Semoga laporan ini bermanfaat.
Malang, Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Waktu Dan Tempat 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Limbah 5
2.2.1 Limbah Medis 6
2.2.2 Limbah Non Medis 7
2.2.3 Limbah Medis Padat Puskesmas Kendalkerep 7
2.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan 9
2.3.1 Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam 10
2.3.2 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi 11
2.4 Pengolahan Limbah Padat Medis 11
2.4.1 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Medis 11
2.4.2 Penanganan Limbah di Sumber Limbah 13
2.4.3 Pengangkutan Limbah Padat 15
2.4.4 Penyimpanan Sementara Limbah Padat 17
2.4.5 Pembuangan dan Pemusnahan Limbah 18
BAB III TINJAUAN KASUS 19
3.1 Pengolahan Limbah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep 19
3.2 Sumber Sampah Medis Puskesmas Kendalkerep 19
BAB IV PEMBAHASAN 22
4.1 Profil UPT Puskesmas Kendalkerep 22
4.1.1 Visi Strategis 24
4.1.2 Misi Strategis 24
4.1.3 Tujuan 25
4.2 Pembahasan Kasus 25
BAB V PENUTUP 28
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 31
DAFTAR TABEL
"No "Judul Tabel "Halaman "
"2.1"Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai "13 "
" "Kategorinya " "
"3.1"Neraca Sampah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep "20 "
" "Bulan Februari " "
DAFTAR GAMBAR
"No "Judul Gambar "Halaman "
"3.1"Alur pengolahan sampah medis Puskesmas Kendalkerep"19 "
DAFTAR LAMPIRAN
"No "Judul Lampiran "Halaman "
"1 "Dokumen Limbah B3 (Bukti Pengangkutan Limbah B3 "31 "
" "Puskesmas Kendalkerep) " "
"2 "Dokumentasi "32 "
BAB I
PENDAHULAN
Latar Belakang
Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk
mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik
pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula
memperhatikan keterkaitan tersebut. Di lain pihak, rumah sakit juga dapat
di katakan sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan
non-medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam jumlah
besar. Oleh karena itu di perlukan suatu pengolahan limbah yang sesuai
sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan. Aktivitas rumah sakit akan
menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair,
dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat
kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Limbah padat
diklasifikasikan sebagai limbah padat medis/klinis dan limbah padat non
medis/domestik (Atik, 2011).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yangbertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan
mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).
Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah
sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama
petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah medis dibedakan
menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat
adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Penanganan limbah medis, salah satunya yaitu limbah medis padat perlu
diperhatikan secara serius sesuai dengan teknik penanganan limbah medis
padat yang ditetapkan oleh departemen kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari pembuangan limbah medis padat
secara sembarangan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Teknik
penanganan tersebut diatur dalam Permenkes No: 1204/Menkes/SK/X/2004,
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, poin Pengolahan Dan
Pemusnahan Limbah Medis Padat, sebagai berikut :
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator.
Instansi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik merupakan
penghasil limbah medis kontinyu sehingga diharapkan mempunyai instalasi
pengolah limbah sesuai dengan ketetapan pemerintah dalam Permenkes No:
1204/Menkes/SK/X/2004. Rumah sakit / klinik umumnya telah mempunyai alat
pengolah/pemusnah limbah mandiri, sedangkan tidak semua puskesmas
mempunyai instalasi penanganan limbah medis.
Perlu adanya pengelolaan limbah medis padat secara benar dan aman,
penanganan limbah medis padat harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan
rumah sakit. Sehingga di perlukan kebijakan sesuai menejemen kesehatan dan
keselamatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan mentoring
limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu
diperhatikan (Tjandra, 2008).
Pengelolaan limbah medis padat harus dilakukan secara khusus. Pewadahan
harus menggunakan tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan
tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang lain tidak dapat membukanya. Pemusnahan
menggunakan insenerator dengan suhu tinggi sekitar 1.200º C setelah itu
residu yangsudah aman di buang ke landfill. Prosedur pengangkutan sampah
medis dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengangkutan internal dan
pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incenerator (on-site).
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan
di luar (off-site), pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan
yang tepat dan harus dipatuhi oleh petugas yang terlibat dengan prosedur
tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkut lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus,
harus kuat dan tidak bocor. Pengangkutan limbah medis ke tempat
pembuangan memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus selalu
diikuti oleh semua petugas yang terlibat (Ditjen Ditjen P2MPL, 2004).
Rumusan Masalah
Bagaimana pengolahan sampah padat medis Puskesmas Kendalkerep ?
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui proses pengolahan limbah padat medis Puskesmas Kendalkerep.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui unit pelayanan Puskesmas Kendalkerep yang menghasilkan
sampah padat medis.
2. Mengetahui total sampah yang dihasilkan Puskesmas Kendalkerep selama
satu bulan.
Waktu Dan Tempat
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada :
Hari : Senin s/d Sabtu
Tanggal : 30 Januari 2017 s/d 1 Maret 2017
Waktu : 07.00 - 14.00
Tempat : Puskesmas Kendalkerep Malang, Jawa Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah
Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai sarana
pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
(sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
manusia, dan umumnya bersifat padat.
Menurut KepMenKes R.I. No.1428/MENKES/SK/XII/2006 limbah padat puskesmas
adalah semua limbah puskesmas yang berbentuk padat akibat kegiatan yang
terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis
dan non medis, yaitu (Dewi, C, 2014) :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang
percobaan, dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak
dengan bahan yang sangat infeksius.
Limbah Medis
Menurut KepMenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006 Limbah medis yaitu
buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis cenderung bersifat infeksius
dan kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah
medis puskesmas adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas
dalam bentuk padat dan cair.
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen
Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut (Adisamito,
2009) :
a. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.
b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.
d. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.
e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang
terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau
limbah dari proses produksi obat.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi
atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk
dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
Limbah Non Medis
Selain limbah medis, Puskesmas juga menghasilkan limbah non-medis.
Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di sarana pelayanan
kesehatan tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan
bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-
sama dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut antara
lain, limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah
padat. Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah
padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut
(Adisamito, 2009) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Halaman parkir dan taman
f. Unit pelayanan
Limbah Medis Padat Puskesmas Kendalkerep
Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah
sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama
petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah medis dibedakan
menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat
adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan limbah medis dapat digolongkan
dalam 7 jenis limbah, yang meliputi (Departemen Kesehatan RI 2004) :
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit. Misalnya jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda
tajam yang terbuang yang terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi, bahan beracun.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang
perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah
jenis ini antara lain limbah mikrobiologis, produk darah manusia,
benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei,
limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan
peralatan terkontaminasi (medical waste).
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan,
placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan
dan
autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan
penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke
insinerator.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah
citotoksik harus dibakar dalam insinerator dengan suhu diatas 1000
°C.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan
yang
terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah
terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh
pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak
diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia
juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit dansarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.
Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Layanan kesehatan selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot
bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan sarana kesehatan, seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan,
kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru ini disebut infeksi
nosokomial. Limbah layanan kesehatan yang terdiri dari limbah cair dan
limbah padat memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat
mengakibatkan penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah layanan
kesehatan tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik
berikut (Dewi, C, 2014) :
a. Limbah mengandung agent infeksius
b. Limbah bersifat genoktosik
c. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau beracun
d. Limbah bersifat radioaktif
e. Limbah mengandung benda tajam
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan
kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam
fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar
fasilitas serta memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau
yang beresiko akibat kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya.
Kelompok utama yang beresiko antara lain :
a. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan
rumah sakit
b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau
dirumah
c. Penjenguk pasien rawat inap
d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi
layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan
limbah dan bagian transportasi.
e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat
penampungan sampah akhir atau incenerator, termasuk pemulung (Dewi,
C, 2014).
Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme
pathogen. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa
jalur :
a. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit
b. Melalui membrane mukosa
c. Melalui pernafasan
d. Melalui ingesti
Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi
gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi
saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain –
lain. Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka
tertusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi
pathogen. Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda
tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran
pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan
dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus
pada darah (Dewi, C, 2014).
Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi
Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan
sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka
bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan
farmasi melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau
pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya
formaldehide atau volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau
membrane mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang
umum terjadi adalah luka bakar (Dewi, C, 2014).
Pengolahan Limbah Padat Medis
Teknologi Pengolahan Limbah Padat Medis
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya
meliputi bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi
juga mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis
untuk meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2009).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut
(Adisamito, 2009):
1. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
2. Minimisasi limbah
3. Produksi bersih dan teknologi bersih
4. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
5. Continous Quality Improvement (CQI)
Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai
berikut: pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pemilahan, pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.
1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang memerlukan
perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3, diusahakan
sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan dan pemberian
label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya,
tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari semua
limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan kesalahan
petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman,
dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara menggunakan
kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode berwarna yaitu
kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah tangga biasa,
kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah
infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang sebaiknya
dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda atau transparan
dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan sejenis)
sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
Tabel 2.1 Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
"No "Kategori "Warna "Lambang "Keterangan "
" " "Kontainer " " "
"1 "Sangat "Kuning " "Kantong plastik "
" "Infeksius " " "kuat, anti bocor, "
" " " " "atau plastik yang "
" " " " "dapat disterilisasi "
" " " " "dengan otoklaf "
"2 "Limbah "Kuning " "Kantong plastik kuat"
" "Infeksius, " " "dan anti bocor, atau"
" "patologi dan" " "kontainer "
" "anatomi " " " "
"3 "Sitotoksis "Ungu " "Kontainer plastik "
" " " " "kuat dan anti bocor "
"4 "Limbah kimia"Coklat " "Kantong plastik atau"
" "dan farmasi " " "kontainer "
" " " "- " "
Sumber : Dewi, C. 2014
Penanganan Limbah di Sumber Limbah
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan,
melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan
limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu
mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang
meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan
limbah (Dewi, C, 2014).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau
mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi
limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi,
toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara
preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan
keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya
pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Berbagai cara yang
digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Dewi, C, 2014) :
a. Penanganan yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
b. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
c. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar
persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
d. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan
petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
e. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan
yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi
yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah
sakit baru atau penggantian sebagian unitnya (Adisasmito, 2009).
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan
kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Dewi, C, 2014) :
1. Pemisahan limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau
dibuang.
1. Penyimpanan limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3
bagian.
b. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
c. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan
d. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna
yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
e. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan
hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
2. Penanganan limbah
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup
b. Kantung dipegang pada lehernya
c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu
mengangkut kantong tersebut
d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang
bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya
(double bagging)
e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalam kantung yang salah
f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah
Pengangkutan Limbah Padat
Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode
warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke incenerator. Pengankutan dengan kendaran khusus
(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung
limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
Dalam beberapa hal dimana tidak tersedia sarana setempat, sampah medis
harus diangkut ketempat lain (Dewi, C, 2014) :
1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk
pengangkut, dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi
sampah lain yang dibawa.
2. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incenerator (pengolahan on-site). Dalam
pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan
secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan
pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah
medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal
memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas
yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan
angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat
dan tidak bocor (Hapsari, 2010).
Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incenerator,
atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:
1. Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2. Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode
warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang
dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5. Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah (Depkes RI, 2002).
Petugas penanganan limbah harus menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang,
apron, pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI,
2004).
Penyimpanan Sementara Limbah Padat
Menurut PerMen LH No 30 Tahun 2009 persyaratan tempat penyimpanan
limbah B3 sebagai berikut :
1. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan
jenis, karakteristik dan jumlah limbah B-3 yang disimpan.
1. Bangunan beratap dari bahan tidak mudah terbakar dengan ventilasi
yang memadai.
2. Terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Memiliki sistem penerangan lampu/cahaya matahari yang memadai. Lampu
harus dipasang minimum 1 m di atas kemasan dengan sakelar terpasang
di sisi luar bangunan
4. Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
5. Dinding terbuat dari bahan tidak mudah terbakar
6. Bangunan dilengkapi dengan simbol.
7. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir jika bangunan tempat
penyimpanan lebih tinggi dari bangunan sekitarnya.
8. Bila digunakan untuk menyimpan limbah B3 terbakar, harus:
- Tembok beton bertulang atau bata merah atau bata tahan api
- Lokasi harus jauh dari sumber pemicu kebakaran
9. Bila digunakan untuk penyimpan limbah B-3 reaktif, korosif dan
beracun:
- konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan
pengamanan limbah B-3 dalam keadaan darurat.
- konstruksi atap dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan
api.
11. Luas area tempat penyimpanan disesuaikan dengan jumlah limbah yang
ditampung untuk waktu maksimum 90 hari
Pembuangan dan Pemusnahan Limbah
Setelah dimanfatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat
dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus
dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan
ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak
sampai membusuk. Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli
incenerator sendiri, incenerator berukuran kecil atau menengah dapat
membakar pada suhu 1300 - 1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah
sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan
melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit lain.
Incenerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara
lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk
benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Arifin, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengolahan Limbah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep
Proses pengolahan limbah padat medis di Puskesmas Kendalkerep ini yakni
sampah dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Setiap hari sampah
padat medis diambil dari setiap unit pelayanan dan ditimbang lalu sampah
tersebut dimasukkan dalam wadah yang berbeda dengan sampah non medis.
Setelah itu sampah medis disimpan didalam ruangan yang khusus untuk
menyimpan sampah tersebut, dan yang terakhir adalah pengangkutan setiap
tiga bulan oleh pihak ketiga yang merupakan pengolah sampah padat medis.
Gambar 3.1 Alur pengolahan sampah medis Puskesmas Kendalkerep
Sumber Sampah Medis Puskesmas Kendalkerep
Limbah padat medis yang dihasilkan Puskesmas Kendalkerep berasal dari
beberapa pelayanan seperti ruang gigi, ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak,
ruang UGD (Unit Gawat Darurat) dan ruang apotek. Berikut neraca sampah
Puskesmas Kendalkerep bulan Februari 2017.
Tabel 3.1 Neraca Sampah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep Bulan Februari
2017
"No "Tanggal "ASAL LIMBAH "
" " "Poli Gigi"Ruang KIA "Apotek "UGD "
" " "(Kg) "(Kg) "(Kg) "(Kg) "
"1 "1 Februari 2017 "0.17 "0.2 "0.2 "2 "
"2 "2 Februari 2017 "0.2 "0.2 "0.15 "1 "
"3 "3 Februari 2017 "0.17 "0.16 "0.17 "4 "
"4 "4 Februari 2017 "0.19 "0.14 "0.18 "3 "
"5 "5 Februari 2017 " " " " "
"6 "6 Februari 2017 "0.2 "0.17 "0.18 "3 "
"7 "7 Februari 2017 "0.17 "0.17 "0.6 "4 "
"8 "8 Februari 2017 "0.17 "0.13 "0.12 "5 "
"9 "9 Februari 2017 "0.3 "0.3 "0.11 "2 "
"10 "10 Februari 2017"0.17 "0.2 "0.19 "1 "
"11 "11 Februari 2017"0.3 "0.4 "0.16 "2 "
"12 "12 Februari 2017" " " " "
"14 "14 Februari 2017"0.16 "0.16 "0.12 "1 "
"15 "15 Februari 2017"0.17 "0.17 "0.3 "4 "
"16 "16 Februari 2017"0.2 "0.4 "0.19 "1 "
"17 "17 Februari 2017"0.18 "0.15 "0.4 "3 "
"18 "18 Februari 2017"0.17 "0.17 "0.11 "2 "
"19 "19 Februari 2017" " " " "
"21 "21 Februari 2017"0.2 "0.13 "0.4 "4 "
"22 "22 Februari 2017"0.19 "0.19 "0.18 "3 "
"No "Tanggal "ASAL LIMBAH "
" " "Poli "Ruang KIA "Apotek "UGD "
" " "Gigi "(Kg) "(Kg) "(Kg) "
" " "(Kg) " " " "
"23 "23 Februari 2017"0.19 "0.17 "0.17 "2 "
"24 "24 Februari 2017"0.17 "0.17 "0.19 "1 "
"25 "25 Februari 2017"0.3 "0.5 "0.2 "2 "
"26 "26 Februari 2017" " " " "
"28 "28 Februari 2017"0.5 "0.2 "0.17 "2 "
"Total Per Poli "5 "5 "5 "60 "
"Total Per Bulan "75 "
Sumber : Data Skunder, 2017
Dari hasil penimbangan selama satu bulan didapatkan sampah padat medis
sebanyak 75 Kg pada Bulan Februari 2017, dengan masing – masing unit
pelayanan menghasilkan 5 Kg pada poli gigi, apotek, dan ruang KIA sedangkan
pada UGD menghasilkan 60 Kg sampah padat medis.
BAB IV
PEMBAHASAN
Profil UPT Puskesmas Kendalkerep
UPT Puskesmas Kendalkerep merupakan salah satu Puskesmas yang berada di
wilayah kerja Pemerintah Kota Malang. Kota Malang merupakan salah satu
pusat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan di wilayah Jawa Timur. Sebagai
salah satu pusat perekonomian dapat dilihat dari banyaknya pusat-pusat
perbelanjaan dan pusat-pusat bisnis. Sebagai salah satu pusat kebudayaan
dapat dilihat dari banyaknya tempat-tempat yang bersejarah.
Adapun Sejarah Perkembangan UPT Puskesmas Kendalkerep UPT Puskesmas
Kendalkerep di Jalan Sulfat 100 Kelurahan Bunulrejo Kecamatan Blimbing Kota
Malang. UPT Puskesmas Kendalkerep terletak di dataran tinggi dengan kondisi
tanah yang subur serta letak yang strategis.UPT Puskesmas Kendalkerep
berdiri tahun 1982 - 1983 merupakan Puskesmas pembantu dari Puskesmas
Cisadea. Pada tahun 1984 Puskesmas Pembantu beralih fungsi menjadi
Puskesmas Induk dengan nama Puskesma Kendalkerep. Pada tahun 1987 Puskesmas
Kendalkerep memiliki sebuah Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu
Polehan.
Hingga tahun 1994 luas area Puskesmas Kendalkerep hanya seluas 57 M2
Berturut – turut pada tahun 1994 Puskesmas Kendalkerep dilakukuan perluasan
pembangunan antara lain pembangunan ruang Poli Gigi ( 9 M2 ), Ruang Tata
Usaha seluas 36 M2 . Pada Tahun 1997 dilakukan pembangunan Ruang KIA dan
Fisioterap seluas 65 M2 serta membangun teras seluas 84 M2 , tahun 2000
dibangun lagi sebuah gudang dan ruang komputer seluas 32 M2 . Pada tahun
2007 dibangunlah Puskesmas baru yang berada di sebelah Barat Puskesmas Lama
dengan luas 500 M2 dan berlantai dua. Sejak akhir tahun 2008 semua
kegiatan pelayanan dilaksanakan di Puskesmas yang baru. Pada tahun 2011
bangunan Puskesmas lama dibongkar dan dibuat bangunan baru yang
peruntukannya digunakan sebagai Unit Rawat Inap. Sejak awal tahun 2012 Unit
Rawat inap tersebut telah difungsikan.
Selanjutnya sejarah Kepala UPT Puskesmas Kendalkerep berturut-turut sebagai
berikut :
"Tahun 1982 – 1983 "Dr. Mellyani "
"Tahun 1983 – 1985 "Drg. Rini Mahendra "
"Agustus 1985 – 1987 "Dr. Hetty Muktiati "
"Tahun 1987 – 1990 "Dr. Harjono "
"Tahun 1990 – Oktober 2000 "Dr. Fellix Kusuma H "
"Nopember 2000 – 2003 "Dr. Nusindrati "
"Tahun 2004 - September 2013 "Dr. Indah Serinurani E "
"September – Desember 2013 "Dr. Endah Listiya Angraeni "
"Januari 2014 – 2015 "Dr. Indah Serinurani E "
"Januari 2016 – sekarang "Dr. Lisna "
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan digunakan nilai-nilai strategi ke
depan adalah sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Kejujuran
3. Kedisiplinan
4. Setia kawan
5. Profesionalisme
6. Kerjasama tim
7. Ramah
Dengan motto UPT Puskesmas Kendalkerep
" KEPUASAN MASYARAKAT ADALAH SEMANGAT KERJA KAMI "
Janji UPT Puskesmas Kendalkerep :
8. Kami Siap Memberikan Pelayanan kepada masyarakat secara profesional
9. Kami siap membatu masyarakat dalam melakukan pemeliharaan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat secara mandiri.
Visi Strategis
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada di Puskesmas Kendalkerep serta mempertimbangkan budaya
yang hidup dalam masyarakat, maka Visi yang dicanangkan pada tahun 2016
sampai 2020 adalah :
" MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG MANDIRI
UNTUK HIDUP SEHAT"
Penjabaran makna dari Visi di atas adalah sebagai berikut:
Mewujudkan : Suatu tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan
Masyarakat : Satu kesatuan penduduk dengan segala potensi dalam sistem
pemerintahan di wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep
Mandiri : Suatu keadaan dimana masyarakat mau dan mampu berperan serta
secara aktif di dalam setiap usaha untuk meningkatkan derajad
kesehatan.
Hidup Sehat : Suatu Keadaan dimana seseorang terbebas dari
penyakit baik yang bersifat menular ataupun tidak menular serta
terbebas dari kelainan kejiwaan.
Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat adalah gambaran masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep yang mau dan mampu berperan serta
secara aktif dalam setiap upaya kesehatan sehingga terwujud derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya.
Misi Strategis
Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada
serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang
dimiliki. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan
nyata bagi segenap komponen penyelanggara pemerintahan tanpa mengabaikan
mandat yang diberikannya.
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan maka Puskesmas Kendalkerep
merumuskan 4 Misi sebagai berikut :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang berkualitas dan
komprehensif melalui upaya promotif dan prefentif dengan sasaran
individu, keluarga, dan masyarakat. (Upaya Kesehatan Masyarakat)
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara holistik melalui peningkatan pelayanan yang
berkualitas (Upaya Kesehatan Perorangan).
3. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat transaparan
dan akuntabel.
4. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
Tujuan
Untuk menjalankan Misi Puskesmas Kendalkerep perlu ditetapkan keinginan-
keinginan apa yang akan diwujudkan dalam kurun 5 tahun kedepan sebagai
bentuk komitmen pembangunan daerah oleh Puskesmas Kendalkerep. Keinginan-
keinginan tersebut ditetapkan dalam rumusan tujuan kegiatan Puskesmas yang
digunakan untuk memberikan arah terhadap program kegiatan Puskesmas secara
umum.
Pembahasan Kasus
Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai sarana
pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
puskesmas sendiri termasuk golongan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
yang perlu suatu pengolahan dan pemisahan dari sampah lainnya. Sehingga
puskesmas perlu melakukan pengolahan terhadap limbah padat medis tersebut.
Sampah padat medis ini apabila tidak dilakukan suatu pengolahan maka
dapat menimbulkan suatu rantai penyakit atau yang disebut infeksi
nosokomial. Karena dalam sampah padat medis tersebut telah terkontaminasi
bakteri, virus, dan mahluk mikrobiologi lain yang dapat menularkan
penyakit. Oleh karena itu sampah medis ini perlu dipisahkan dengan sampah
lain dan tempat pembuangan serta penyimpanan sementara sampah padat medis
juga harus terdapat ruangan atau bangunan sendiri (PerMen LH No 30 Tahun
2009).
Pengelolaan sampah padat medis di Puskesmas Kendalkerep Malang ini yakni
bekerja sama dengan pihak pengelola dan pemanfaat limbah B3 yaitu PT. PRIA
(Putra Restu Ibu Abadi) yang berlokasi di Mojokerto. Perusahaan ini akan
mengambil sampah padat medis yang ada di puskesmas setiap 3 bulan sekali.
Terdapat biaya yang perlu dikeluarkan oleh puskesmas untuk membayar
pengolahan limbah padat medis dengan hitungan per kilogram. Petugas
sanitarian Puskesmas Kendalkerep sendiri sudah memilah antara sampah medis
dan non medis, serta terdapat safety box untuk pembuangan jarum suntik.
Tempat penyimpanan sementara limbah padat medis juga sudah ada di Puskesmas
Kendalkerep dimana tempat tersebut khusus untuk menyimpan sementara limbah
padat medis puskesmas.
Setiap sampah yang dihasilkan harus dipisah sesuai kategorinya dan
dimasukkan dalam kantong dan diberi label yang sesuai dengan sampah
tersebut dan kantong yang digunakan untuk wadah sampah medis infeksius
menggunakan kantong warna kuning dengan diberi lambang infeksius. Setiap
sampah harus dipisahkan sesuai kategorinya agar untuk memudahkan mengetahui
jenis limbah apa yang ada didalam kantong tersebut (Adisasmito, 2009).
Berdasarkan neraca sampah limbah padat medis yang dihasilkan Puskesmas
Kendalkerep lebih banyak pada Unit Gawat Darurat (UGD) yakni sebanyak 60 Kg
pada Bulan Februari. Hal yang menyebabkan UGD menghasilkan limbah padat
medis lebih banyak karena pelayanan pasien yang membutuhkan penanganan
langsung di puskesmas dibawa ke ruang UGD. UGD di Puskesmas Kendalkerep
menjadi pusat perawatan dan pelayanan kesehatan dari pasien yang datang
sehingga limbah padat medis yang dihasilkan juga lebih banyak. Unit
pelayanan lain seperti apotik sampah padat medis yang dihasilkan seperti
sisa obat yang kadaluarsa dan wadah obat.
Tempat penyimpanan sementara limbah padat medis yang ada di Puskesmas
Kendalkerep sudah memenuhi persyaratan bangunan menurut PerMen LH No 30
Tahun 2009 seperti bangunan yang tidak mudah diresapi air hujan, cukup
untuk menampung limbah maksimal 90 hari, atap dan dinding yang tahan korosi
dan tidak mudah terbakar, dan lantai yang rata, kedap air dan tidak retak.
Namun, tempat penyimpanan limbah padat medis ini tidak dilengkapi label
serta warna kantong untuk penyimpanan sampah medis infeksius tidak sesuai
kriteria menurut Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 dengan
warna kuning dan diberi label untuk sampah medis infeksius, tetapi pada
Puskesmas Kendalkerep mengunakan kantong plastik bewarna hitam serta tidak
adanya label yang jelas dan menyebabkan sulitnya mengetahui jenis limbah
yang ada didalam kantong tersebut.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Sampah padat medis yang dihasilkan oleh Puskesmas Kendalkerep berasal
dari beberapa unit pelayanan seperti, apotik, ruang KIA (Kesehatan
Ibu dan Anak), poli gigi dan UGD (Unit Gawat Darurat).
2. Jumlah sampah padat medis yang dihasilkan yaitu : dari apotik, ruang
KIA dan poli gigi dihasilkan sebanyak 5 Kg pada masing – masing unit
pelayanan tersebut sedangkan pada UGD menghasilkan sampah medis
sebanya 60 Kg pada Bulan Februari.
3. Proses pengolahan sampah padat medis Puskesmas Kendalkerep yaitu
dengan pemilahan sampah medis dan non medis yang selanjutnya sampah
medis disimpan sementara di ruangan penyimpanan. Untuk pengelolaan
sampah medis pihak puskesmas bekerja sama dengan PT. PRIA (Putra Restu
Ibu Abadi) sebagai perusahaan pengolah/pengumpul/pemanfaat limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun).
Saran
1. Sebaiknya ruangan penyimpanan sampah padat medis diberi nama/label
agar orang tahu kalau tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan
sampah padat medis.
2. Sebaiknya safety box yang sudah penuh segera dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara sampah padat medis agar tidak menumpuk dan
mengindarkan dari jangkauan pengunjung.
3. Sebaiknya penggunaan kantong dan pemberian label harus sesuai dengan
jenis limbah yang ada didalamnya agar mudah diketahui jenis limbah apa
yang ada dalam kantong tersebut.
4. DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito. 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta :
Rajawali Pers.
Amro, AMA. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di Rumah
Sakit Jurnal Dian. Vol 11 No. 2
Depkes RI. 2004. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2006. Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas,
Jakarta: Depkes RI.
Dewi, C. 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Ditjen P2MPL. 2004. Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Effendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Elok Fatchiyati. 2010. Penentuan Alokasi Limbah Medis Padat Puskesmas
Menuju Instalasi Penanganan Limbah Medis Padat Wilayah Surakarta
Menggunakan Model Integer Linear Programming. Skripsi : Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hapsari. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan Sistem Di
Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Tesis: Universitas Diponegoro
Semarang
Permen LH Nomor 30 .2009. Tentang Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh
Pemerintah Daerah
Permenkes RI No 13. 2015. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di
Puskesmas.
Permenkes RI Nomor 44. 2016. Pedoman Manajemen Puskesmas.
Pratiwi, Dyah. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan.
Rahno, Dionisius, dkk.2015 Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas
Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur J-PAL,
Vol. 6, No. 1, 2015.
Samaritan Dwi Lassmy. 2015. Gambaran Manajemen Pengelolaan Limbah Padat Di
Health Centre Perusahaan X Lampung Tengah. Jurnal Medika Respati. Vol X
Nomor 4 Oktober 201.
Yunizar, Ahmad. 2014. Sistem Pengelolaan Limbah Padat Pada Rs. Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin. An-Nadaa. Vol 1 No.1. Juni 2014. Hal 5-9
-----------------------
Sampah Puskesmas
Sampah Non Medis
Sampah Medis
Penimbangan
Penyimpanan
Pengangkutan
Lampiran (Bukti pengambilan Sampah medis)
Dokumen Limbah B3 (Bukti Pengangkutan Limbah B3 Puskesmas Kendalkerep)
Lampiran 2 (Dokumentasi)
Tempat sampah medis dan non medis
Tempat penyimpanan sementara sampah padat medis
Lanjutan (Lampiran Dokumentasi)
Safety Box dan kantong sampah medis
Pengambilan sampah padat medis oleh pihak ketiga
(PT. PRIA)