I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) merupakan kegiatan belajar mengajar wajib yang harus dilaksanakan bagi mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor berdasarkan berdasarkan Surat Surat Keputusan Keputusan Rektor Rektor IPB IPB Nomor Nomor 143/13/pp 143/13/pp/2009 /2009.. Kegiatan Kegiatan praktek praktek kerja lapang dilakukan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai kegiatan perikanan dan kelautan kelautan di lapangan dengan cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung. Hasil komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat akan menghasilkan berbagai informasi dan masalah yang terdapat di lapangan. Masalah yang diperoleh dari lapangan akan menjadi bahan bagi mahasiswa untuk dipecahkan dengan pemahaman teori serta praktikum yang sudah diterapkan di perkuliahan dan praktikum. Keberhasilan dalam indentifikasi dan penentuan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah di Lapangan akan menjadi bekal yang sangat baik bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan bangku perkuliahan. Kegiatan praktik kerja lapang dilakukan di pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang sangat tepat dijadikan sebagai lokasi praktik kerja lapang bagi mahasiswa yang mendalami tentang masalah laut dan perikanan seperti Departemen Ilmu dan Teknologi
Provinsi Jawa Tengah. PPP Tasikagung terletak di desa Tasikagung kecamatan Rembang yang berada pada koordina koordinatt 6’30-7’30 6’30-7’30 LS LS dan 111’00 111’00 - 111’30 111’30 BT merupakan merupakan salah salah satu pelabuha pelabuhan n perikanan perikanan pantai yang yang memiliki memiliki aktivitas aktivitas ekonom ekonomii tersibuk tersibuk di wilayah wilayah Remban Rembang. g. Hampir semua kegiatan perekonomian pereko nomian masyarak masyarakat at Rembang Rembang dilakuka dilakukan n di pelabuhan pelabuhan ini. Namun Namun sebagai sebagai pelabuha pelabuhan n perikanan perikanan pantai yang yang menjadi menjadi pusat pusat kegiatan kegiatan perekono perekonomian, mian, informasi informasi tentang tentang jenis jenis ikan domin dominan an yang yang ditangkap serta jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan belum terdata dan tersusun dengan baik. Jumlah produksi dan nilai produksi masih tertuang dalam bentuk atau ilustrasi tabel, tidak dalam bentuk grafik atau diagram batang, sehingga masih cukup sulit untuk mengetahui secara langsung tingkat produksi hasil tangkapan di pelabuhan tersebut. Oleh karena itu penyajian informasi dalam bentuk grafik atau diagram batang sangat diperlukan untuk mempermudah mendapatkan informasi terkait tingkat produksi di pelabuhan tersebut. Tidak hanya itu, perlu diketahui pula berapa persentase persentase dari total total produksi produksi hasil hasil tangkapan tangkapan tersebut tersebut yang yang dijadikan dijadikan sebagai sebagai ikan ikan olahan. olahan. Informasi Informasi seperti itu sangat diperlukan sehingga pemanfaatan hasil perikanan dapat dikelola dengan baik.
1.2 Tujuan
Secara umum kegiatan praktek lapang ini bertujuan untuk :
Secara administratif Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung Rembang terletak di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang dan secara geografis terletak di antara 6’30-7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT. Kawasan PPP Tasik Agung Rembang menempati area seluas 20 Ha, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 1.
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau fasilitas dasar merupakan fasilitas yang langsung dibutuhkan untuk kelancaran keluar masuknya kapal perikanan. Fasilitas pokok yang berada di PPP Tasikagung Rembang antara lain (Tabel 1) : Tabel 1. Fasilitas pokok di PPP Tasikagung Rembang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Fasilitas Tanah areal pelabuhan Dermaga bongkar Dermaga muat Turap/ spell Jetty Jalan komplek Drainase
Ukuran/Luas 20 Ha 625 M 625 M 200 M (Barat), 60 M (Timur) 625 x 5 M 200 x 12 M 500 x 0.3 M
16. 17. 18. 19. 20. 21. 3.
Kantor Syahbandar Kantor SSB Telepon Sound system Pagar keliling Kantor PPP Tasikagung
200 M2 6 M2 3 unit 2 unit 1 buah 91 M 2
Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pelabuhan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Tasikagung dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Fasilitas Penunjang di PPP Tasikagung Rembang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 6
Jenis Fasilitas Tempat parker MCK (6 x 3m) Kantor perhubungan Kantor polairud Kantor pos AL Kantor pos PSDKP Kantor HNSI
Ukuran/Luas 300 M 2 unit 200 M 2 50 M2 72 M2 40 M2 100 M2
melakukan bongkar hasil tangkapan. Ikan yang diminta kemudian akan dijual atau dikonsumsi sendiri. Kegiatan ini biasanya umum dijumpai pada pagi dan sore hari yaitu saat kegiatan bongkar hasil tangkapan dilakukan oleh para nelayan. Berdasarkan tipe alat tangkap yang digunakan terdapat dua jenis alat tangkap yang digunakan nelayan PPP Tasikagung, yaitu nelayan mini purseine dan nelayan cantrang. Nelayan mini purseine merupakan nelayan yang menangkap jenis ikan pelagis yang melakukan operasi penangkapan ikan selama lebih kurang 5 hari sampai 1 minggu. Sedangkan nelayan cantrang merupakan nelayan yang menangkapa ikan demersal yang melakukan operasi penangkapan ikan selama lebih kurang 2- 3 minggu. Hasil utama perikanan di PPP Tasikagung adalah ikan layang ( Decapterus macalarus) dari hasil tangkapan mini purseine, ikan kurisi ( Nemimterus hexodon) dan ikan kue (Caranx sp.) yang merupakan hasil tangkapan menggunakan alat tangkap cantrang. Selain hasil tangkapan utama juga terdapat beberapa ikan hasil tangkapan yang kebanyakan berasal dari alat tangkap cantrang seperti ikan pari ( Dasyatis sp.), ikan kerapu ( Ephinephelus sp.), cumi-cumi ( Loligo sp.), ikan buntal ( Diodon sp.), ikan siganus ( Siganus sp.), ikan triger ( Pseudobalises sp.), ikan hiu (Carcarinus sp.) dan lain sebagainya. III. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Gambar 1. Lokasi Praktek Kerja Lapang
3.2
Prosedur Pelaksaan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : a.
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengenal secara umum kondisi wilayah PPP Tasikagung serta mengamati kegiatan yang ada di lingkungan sekitar pelabuhan. Hal ini diperlukan sebagai pembelajaran mengenai jumlah produksi hasil tangkapan dari mulai pendaratan hasil tangkapan, pendataan jumlah tangkapan, hingga proses pelelangan.
b
W
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian diagram atau grafik setelah dilakukan perhitungan dan identifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tujuan PKL. Ananlisis data yang dilakukan antara lain penyajian berupa diagram atau grafik produksi jenis ikan dominan, total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, dan produksi ikan yang digunakan untuk bisnis pengolahan ikan.
IV. HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG
Gambar 2. Diagram Produksi Per Jenis Ikan Pelagis Dominan Tahun 2011 di PPP Tasikagung (Ton) Jenis ikan pelagis yang dominan pada tahun 2011 di PPP Tasikagung antara lain layang, kembung, tembang, selar, bentong, dan tongkol. Hasil tangkapan utama dengan jumlah paling besar yaitu ikan layang ( Decapterus macrosoma) dengan total tangkapan sebesar 7.802,104 ton. Berdasarkan data hasil tangkapan tahun 2011 (Lampiran 1), jumlah tangkapan ikan layang mengalami peningkatan drastis dari bulan Juli – Desember. Berdasarkan wawancara dengan nelayan setempat, ikan layang banyak tertangkap pada musim peralihan Timur hingga musim Timur (April – September). Selama musim tersebut, tepatnya pada bulan Juni – Agustus, anakan ikan layang
ton dengan total nilai penjualan sebesar Rp. 102.894.325.000. Berdasarkan data tersebut maka pada tahun 2011 terjadi kenaikan total produksi sebesar 12.72 % dan kenaikan nilai produksi sebesar 25.61 % dari tahun sebelumnya (2010). Kenaikan hasil tangkapan ikan pelagis ini juga berlangsung pada tahun 2008. Namun pada akhirnya terjadi penurunan kembali hingga tahun 2010. Hal tersebut seiiring dengan bertambah dan berkurangnya jumlah armada kapal mini purseine yang berlayar tiap tahunnya (lampiran 2).
Gambar 3. Diagram produksi (ton) dan nilai produksi (Juta Rp) tahun 2007 – 2011 di PPP
Perubahan jumlah armada kapal yang berlayar dari tahun 2007 – 2011 mempengaruhi jumlah tangkapan. Total produksi hasil tangkapan yang didapatkan pada tahun 2008 dan tahun 2011 mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah armada kapal yang beroperasi di tahun tersebut meningkat. Pada tahun 2007 jumlah armada yang berlayar sebanyak 3403 kapal dan jumlah tersebut mengalami kenaikan di tahun berikutnya (2008) yaitu sebesar 4814 (lampiran 2). Kenaikan jumlah armada juga terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah kapal sebanyak 5065 kapal dimana pada tahun sebelumnya (2010) kapal yang berlayar berjumlah 3351 kapal. Perubahan jumlah armada kapal yang ada di PPP Tasikagung disebabkan oleh kapal yang akan berlayar tersebut tidak mengurus perizinan dan tidak melaporkannya ke pelabuhan Tasikagung, namun ke pelabuhan tempat dimana kapal tersebut terakhir berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapannya. Selain itu, pada dasarnya kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan Tasikagung, bukan kapal asli yang berasal dari pelabuhan tersebut namun berasal dari pelabuhan sekitarnya seperti pelabuhan Kragan, Juwana, dan Sarang. Oleh sebab itu, kapal yang keluar masuk pelabuhan Tasikagung jumlahnya tidak menentu.
empat persegi panjang yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun kecil, dengan cara melingkarkan jaring tersebut pada suatu gerombolan ikan. Pengoperasian alat tangkap purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar yang kemudian jaring tersebut akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam. Dalam memudahkan penarikan jaring, alat tangkap ini dilengkapi dengan tali kolor atau tali pengerut. Kapal ini disebut mini purseine karena kapal ini memiliki ukuran GT yang kecil, yaitu kurang dari 30 GT (<30 GT) dengan jumlah awak kapal sebanyak 20 orang yang terdiri dari 18 orang Anak Buah Kapal (ABK), satu orang motorist (teknisi), dan kapten kapal. Para nelayan mini purseine ini berlayar selama kurang lebih 5 – 7 hari dengan jarak tempuh sekitar 27 – 30 mil ke arah laut. Pengoperasian alat tangkap purseine dibantu dengan menggunakan rumpon. Rumpon ini terbuat dari daun kelapa dan ditenggelamkan di daerah fishing ground. Rumpon yang dipakai oleh nelayan mini purseine di PPP Tasikagung berjumlah 6 – 7 rumpon untuk satu kapal. Rumpon yang telah rusak tersebut kemudian akan ditambahkan dengan rumpon baru, yang berasal dari daun kelapa baru tanpa membuang rumpon lama yang telah rusak. Penggunaan rumpon ini akan mempermudah para nelayan dalam menangkap ikan, karena rumpon ini digunakan sebagai tempat berteduh bagi ikan sehingga ikan akan berkumpul pada rumpon yang telah dipasang. Selain rumpon, alat bantu yang digunakan dalam pengoperasian kegiatan penangkapan adalah GPS
Gambar 5. Diagram Produksi Ikan Yang Diolah Menurut Cara Perlakuan di PPP Tasikagung Tahun 2011 (Ton) Ikan hasil tangkapan yang diolah menjadi ikan segar sebesar 2296,684 ton (15%), ikan olahan sebesar 12245,698 ton (80%), dan dalam bentuk beku sebesar 748,306 ton (5%) dari total produksi. Sebagain besar hasil tangkapan ikan pelagis diperlakukan dengan cara diolah menjadi suatu produk olahan. Ikan tersebut diolah dengan cara pemindangan, pengasinan, dan pengasapan. Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat, sebagain besar ikan diolah dengan cara dipindang. Hal ini didukung karena komoditas utama hasil tangkapan ikan pelagis berupa ikan layang. Dimana ikan layang tersebut merupakan salah satu jenis ikan yang cocok untuk diolah dalam bentuk pindang. Pengolahan dengan cara pindang menghasilkan keuntungan yang terbilang cukup besar dibandingkan dengan pengolahan ikan asin atau ikan asap. Ikan pindang mempunyai daya tahan yang cukup lama, yaitu sekitar 2-3 hari. Ikan pindang yang telah diolah tersebut kemudian dipasarkan ke dalam kota yaitu Rembang, antar kota seperti Blora, Semarang, Pati, dan antar provinsi yaitu Jawa barat dan Jawa Timur. Sedangkan untuk ikan segar biasanya dipasarkan disekitar kota Rembang, dan ikan beku biasanya dipasarkan ke Jakarta. Ikan dalam bentuk segar dibeli langsung oleh para pembeli. Ikan tersebut kemudian akan dijual kembali ke para pedagang dan para pengusaha pindang yang ada di sekitar pelabuhan. Sedangkan ikan yang akan diolah
kurang diperhatikan. Keranjang (basket) yang digunakan masih dalam keadaan kotor dan tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu. Hal ini dapat mencemari dan mengotori hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan seperti itu dapat menyebabkan penurunan mutu ikan hasil tangkapan. Menurut Adi (2009), berbagai penyebab turunnya atau rusaknya mutu hasil tangkapan antara lain tidak diperhatikannya kebersihan dek kapal dan alat atau wadah yang digunakan, membiarkan ikan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung, mencampur ikan yang telah busuk dengan ikan yang masih segar, dan penyusunan ikan di dalam palka terlalu tinggi sehingga lapisan ikan yang berada di bawah tertindih oleh lapisan ikan yang berada di atas. Dalam hal ini sepertinya para nelayan setempat belum begitu memahami pentingnya kualitas hasil tangkapan. Sebagian besar nelayan belum mengerti bagaimana cara penanganan hasil tangkapan yang baik. Menurut Soetopo (1979), terdapat beberapa tahap dalam penanganan hasil tangkapan yang baik, antar lain : 1.
Mengangkat ikan secepatnya dari dalam air
2.
Mencuci hasil tangkapan ikan dari lumpur dan kotoran lainnya
3.
Memisahkan ikan menurut jenis, ukuran, dan kebutuhan
4.
Membuang insang dan isi perut untuk ikan-ikan besar dan mencuci dengan air
bersih
truk tambahan untuk mengangkut solar ke pelabuhan sehingga biaya yang dikeluarkanpun lebih banyak jika dibandingkan dengan membeli solar di SPDN yang berada di dalam wilayah pelabuhan, padahal harga solar di SPBU sama dengan harga di SPDN yaitu Rp. 4500/L. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak KUD setempat, kurangnya SPDN di PPP Tasikagung disebabkan oleh jauhnya letak penyuplai solar dari pusat kota sehingga jatah solar untuk SPDN di PPP Tasikagung diberikan per 3 bulan. Dalam menangani masalah tersebut, solusi yang dapat diterapkan oleh pihak pelabuhan adalah pembangunan lebih banyak lagi unit SPDN di pelabuhan serta pasokan solar di pelabuhan diperbanyak sehingga solar tersedia tiap bulannya. Apabila pasokan solar masih belum bisa tiap bulan, setidaknya diadakannya sarana atau transportasi bebas biaya bagi para nelayan yang akan membeli solar ke SPBU pinggir jalan sehingga nelayan tidak mengeluarkan biaya lebih dalam pengisian bahan bakar untuk berlayar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Apabila dilakukan kegiatan praktek lapang berikutnya dengan topik yang sama, diharapkan menggunakan data yang lebih luas misalnya data kurun waktu satu dasawarsa terakhir agar lebih dapat mewakili keadaan yang sebenarnya terjadi di pelabuhan terkait dengan total produksi dan nilai produksi hasil tangkapannya. Selian itu, diharapkan pula melakukan survey tempat PKL terlebih dahulu agar memudahkan dalam mobilitas dalam pencarian data serta usahakan untuk ikut serta dalam trip kapal bersama nelayan.
VI. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Adi,D B S. 2009. Analisis Kuasalitas Penurunan Kualitas Ikan Tangkapan: Studi Kasus Pelabuhan
LAMPIRAN
1.
Jumlah Kapal mini purseine Tahun 2007 – 2011 di PPP Tasikagung
Nov Des total (kg) total (ton)
272,576 285,862
1,453,688 1,521,369
90,855 85,037
2,296,684
12,245,689
748,306
2296.684
12245.689
748.306
3. Total Produksi Ikan Pelagis (ton) yang Didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung tahun 2007-2011 Bulan Januari
2007 951 213
2008 849 067
2009 966 855
2010 1137 776
2011 374 798
Gambar 1. Wawancara dengan petugas TPI
Gambar 3. Pencatatan data hasil tangkapan
Gambar 2. Ikut serta dalam pencatatan jumlah hasil tangkapan
Gambar 4. Wawancara dengan nelayan
Gambar 9. Ikan rucah di TPI 1 Tasikagung
5.Jumlah Produksi (ton) Hasil Tangkapan Ikan Dominan Tahun 2011 di TPI 1 PPP Tasikagung, Rembang No
Jenis Ikan
5
Layang ( Decapterus macrosoma) Bawal hitam ( Formio niger ) Kembung ( Restrelliger brachysoma) Selar (Selaroides leptolepsis) Tembang(Sadinella fimbriata)
6
Tongkol ( Auxis thazard )
7
Siro(Amblygaster sirm) Petek ( Leiognathus equulus)
1 2 3 4
8
Jan
Feb
Mar
April
238,07 9
201,995
183,16 0
107,31 8
105
3,265
27,005
18,880
61,460
44,250
71,100
21,595 22,062 0
Mei
Agt
Sept
Okt
Nov
Total (Kg)
Des
Total (ton)
Juni
Juli
24,800
26,110
356,752
1,500,64 7
1,272,287
1,417,18 1
1,288,490
1,185,285
7,802,104
7802.104
20,265
24,585
5,190
8,260
18,690
15,645
4,610
5,945
139,390
139.39
97,585
160,285
190,031
262,885
151,095
129,990
52,990
171,285
1,820,070
1820.07
83,953 217,58 4
50,165 317,26 2
95,725 265,36 3
92,365
77,420
84,350
122,634
116,725
135,065
1,075,177
1075.177
54,245
157,502 101,42 5 210,11 8
5,825 366,08 2
125,168
85,605
152,250
106,645
119,595
96,075
1,771,505
1771.505
54,249
28,435
7,560
15,339
7,245
69,370
82,040
67,655
77,428
92,015
16,555
539,953
539.953
770
770
4,445
4,935
695
4,130
2,500
3,980
4,165
590
127,295
154,275
154.275
1,015
7,245
35,805
83,764
43,680
37,335
19,815
22,925
14,315
32,095
8,805
14,875
321,674
321.674
Cumi ( Loligo pealii) Tenggiri(Scomberomous lineatus) Ponggo ( Epinephelus merra) Japuh ( Dussumieria acuta) Layur (Trichiurus lepturus)
315
1,830
11,535
8,350
17,300
16,410
54,300
24,590
7,900
12,450
10,990
13,750
179,720
179.72
385
2,605
3,905
2,370
3,920
674
435
770
490
4,340
2,155
1,530
23,579
23.579
0
7,735
33,985
14,545
14,365
14,385
12,000
10,640
6,615
20,230
7,560
4,410
146,470
146.47
0
0
0
1,190
0
0
490
0
0
0
0
0
1,680
1.68
0
0
7,105
6,325
11,025
532
0
0
0
0
0
0
24,987
24.987
140
0
2,939
3,925
5,385
1,455
1,015
2,555
4,200
6,895
3,185
1,575
33,269
33.269
1,190
2,642
630
315
0
0
665
36,450
625
0
42,517
42.517
10,255
28,440
62,115
98,158
46,400
0 119,46 8
0
16
Tunul (baracuda) Mladang (Coryphaena hippurus) Bentong (Selar crumenophthalmus )
185,834
38,185
76,225
101,730
58,365
78,260
903,435
903.435
17
Lain-lain
16,525
12,627
30,730
17,255
29,560
20,160
37,537
56,735
24,395
32,175
49,420
49,840
376,959
376.959
9 10 11 12 13 14 15
21