8
vii
ix
xi
ix
xi
3
6
1
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PROTEKSI KEBAKARAN PADA TANGKI TIMBUN
CRUDE OIL T-1306 C
DI PT.SUCOFINDO LAWE LAWE
Disusun Oleh :
SOFYAN WIJAYA
13.11.106.701501.1111
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2016
YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI DHARMA WIRAWAN
KALTIM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Jalan Pupuk Raya Nomor 1 Telp.764205 Balikpapan Kalimantan Timur, Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Pemohon,
Mahasiswa yang bersangkutan
Sofyan Wijaya
NPM : 13.11.106.701501.1111
Mengetahui,
Direktur D4-K3
Universitas Balikpapan
Ir. Maslina, MM.,MT
NIK.093.003.169
YAYASAN PENDIDIKAN TINGGI DHARMA WIRAWAN
KALTIM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Jalan Pupuk Raya Nomor 1 Telp.764205 Balikpapan Kalimantan Timur, Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Pemohon,
Mahasiswa yang bersangkutan
Sofyan Wijaya
NPM : 13.11.106.701501.1111
Mengetahui,
Operation Manager Project FERS
PT.SUCOFINDO
Toga Silalahi
NIK.093.003.169
DIPLOMA IV – K3
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
PENILAIAN KERJA PRAKTEK
MAHASISWA UNIVERSITAS BALIKPAPAN
Periode : 1 September s/d 30 September 2016
Nama Mahasiswa : Sofyan Wijaya NPM : 13.11.106.701501.1111
Program Studi : D4K3 SMT : VII ( Tujuh )
KERJA PRAKTEK :
Tempat (seksi/Bag/Unit) Topik/Jenis pekerjaan Pembimbing Langsung
PT.SUCOFINDO Lawe Lawe Departemen Fire Emergency Response Team
URAIAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DAN PERIODENYA :
1 September 2016, Registrasi Magang.
2 September 2016, Pengambilan perlengkapan APD dan sesi pengarahan.
4 September 2016, Penjelasan mengenai fire tanki.
5 September 2016, Orientasi di section Process Engineering (PE) Penjelasan mengenai proses kerja seluruh unit secara umum.
6 September 2016,Konsultasi judul untuk laporan magang dan penjelasan materi fire
7 s/d 9 September 2016, observasi lapangan dan melakukan inspeksi peralatan proteksi kebakaran tangki timbun
12 s/d 16 September 2016,wawancara dengan pekerja lapangan
19 s/d 23 September 2016, wawancara dengan supervisor dan pengumpulan dokumen proteksi kebakaran tangki timbun
26 s/d 30 September 2016, konsultasi dan menyusun laporan magang
PENILAIAN :
NO
MATERI YANG DINILAI
ANGKA
KETERANGAN
Angka
Huruf
1
Kerajinan/Ketekunan & Disiplin
85
Delapan puluh lima
2
Daya tangkap terhadap Pekerjaan
90
Sembilan puluh
3
Kemampuan menyelesaikan tugas
90
Sembilan puluh
4
Tanggung jawab terhadap tugas
90
Sembilan puluh
5
Interaksi terhadap karyawan
90
Sembilan puluh
6
Kesopanan
90
Sembilan puluh
7
Keterampilan dalam menggunakan peralatan
90
Sembilan puluh
8
Perawatan terhadap alat-alat kerja
85
Sembilan puluh
9
K3 (Keselamatan, Keamanan kerja)
90
Sembilan puluh
10
Kemampuan mengambil keputusan
90
Sembilan puluh
11
Nilai Akhir
90
Sembilan puluh
Catatan :
Untuk penilaian mohon di isi nomor 1 s/d 11
Semua nilai diberikan dalam bentuk angka 0 s/d 100
Nilai akhir adalah nilai yang diberikan oleh pembimbing
Sebagai hasil penilaian secara menyeluruh
Nilai lulus adalah nilai 65 keatas
SARAN-SARAN :……………………………………………………………………
Lawe Lawe,30 September 2016
Disetujui Oleh Di isi oleh,
Koord.Pembimbing, Pembimbing harian
Zulhaidir Armansyah
SUCOFINDO Supervisor Supervisor inspector
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan Balikpkarunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktik dan Laporan Kerja Praktik di PT. SUCOFINDO Lawe Lawe dengan baik.
Adapun tujuan dari kerja praktik ini adalah untuk mengenal secara langsung lingkungan kerja pada pabrik atau industri serta membandingkannya dengan teori yang didapat di perkuliahan.
Dalam Penyelasaian laporan kerja praktik ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak hingga terselesainya laporan ini dimulai dari pengumpulan data sampai proses.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak memberikan kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga laporan dengan segala keterbatasan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi semua pihak umumnya .
Lawe Lawe,30 Oktober 2016 Penulis
Sofyan Wijaya
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
PENILAIAN KERJA PRAKTEK iii
MAHASISWA UNIVERSITAS BALIKPAPAN iii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
LAMPIRAN xi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Pengamatan/Kerja Praktek 3
1.5 Manfaat Penelitian/Kerja Praktek 3
BAB II 4
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 4
2.1 Gambaran Umum Perusahaan 4
2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan 4
2.3 Visi Perusahaan 5
2.4 Misi Perusahaan 5
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan 5
BAB III 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
3.1 Dasar Perundangan 6
3.2 Standar 7
3.3 Tipe dan Isi Tanki Timbun 7
3.4 Risiko Kebakaran dan Ledakan Pada Tanki Timbun 18
3.5 Kebakaran 18
3.6 Ledakan 23
3.7 Penanggulangan Kebakaran 24
BAB IV 34
METODOLOGI PENGAMATAN 34
4.1 Diagram Alir Pengamatan 34
4.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian 35
4.3 Metode Pengumpulan Data Pengamatan 36
4.4 Metode Analisa Data 36
4.5 Tempat dan Waktu Penelitiaan 37
4.6 Subjek Penelitian 37
BAB V 38
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 38
5.1 Sumber Data 38
5.2 Teknik Pengumpulan Data 38
5.3 Hasil Pengamatan 39
BAB VI 44
ANALISA DAN PEMBAHASAN 44
7.1 Proteksi Kebakaran Tanki Timbun T-1306 C 44
7.2 Pemeriksaan Dan Pengetesan Proteksi Kebakaran Pada Tanki Timbun T-1306 C 51
BAB VII 61
PENUTUP 61
8.1 Kesimpulan 61
8.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Fixed cone roof with internal floating roof 9
Gambar 3.2 Self supporting dome roof 9
Gambar 3.3 Tanki Horizontal 10
Gambar 3.4 Tanki Tipe Plain Hemispheroid 10
Gambar 3.5 Tanki Tipe floating roof 11
Gambar 3.6 Tanki Peluru ( bullet tank ) 12
Gambar 3.7 Tanki bola ( spherical tank ) 12
Gambar 3.8 Dome Roof tank 1 13
Gambar 3.9 Dome Roof tank 2 13
Gambar 3.10 Tanda Pemasangan APAR 29
Gambar 5.1 Rambu Keselamatan 40
Gambar 5.2 Dokumentasi Induksi Kontraktor/Karyawan baru 41
Gambar 5.3 Tangki Timbun Crude Oil T-1306 C 41
Gambar 6.1 Fire Hydrant 45
Gambar 6.2 Fire Monitor 46
Gambar 6.3 APAR 47
Gambar 6.4 Fire Pump 49
Gambar 6.5 Lagoon 49
Gambar 6.6 Rim Seal Foam 50
Gambar 6.7 Pemeriksaan Fire Hydrant 52
Gambar 6.8 Pemeriksaan Fire Monitor 53
Gambar 6.9 Pemeriksaan APAR 56
Gambar 6.10 Pemeriksaan Fire Pump 58
Gambar 6.11 Pemeriksaan dan Pengetesan Water Drencher 59
Gambar 6.12 Pemeriksaan Foam Rim Seal 60
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Hydrocarbon 16
LAMPIRAN
Surat Permohonan Kerja Praktek
Surat Aktif Kuliah
Surat Konfirmasi Kerja Praktek PT.SUCOFINDO
Checklist Pemeriksaan APAR
Checklist Pemeriksaan Fire Hydrant
Checklist Pemeriksaan Fire Monitor
Checklist Pemeriksaan Fire Pump
Checklist Pemeriksaan Rim Seal dan Water Drencher
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama padan sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang ini permintaan akan minyak bumi dan gas bumi sangat besar baik dari dalam negeri maupun di luar negeri sehingga dibutuhan pengolahan minyak dan gas bumi secara tepat dan efisien guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Perkembangan teknologi yang semakin modern baik untuk kehidupan maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan timbulnya kebakaran serta terganggunya proses produksi. Oleh karena itu, perlu dihindari atau dikurangi sumber bahayanya yang dimulai dari tahap pembuatan, pemasangan dan pemakaian melalui pengawasan instalasinya. (Dept. Tenaga kerja RI. Modul 7 keselamatan dan kesehatan kerja listrik dan penanggulangan kebakaran).
Kegiatan industri migas yang dimulai dari produksi, pengolahan maupun transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan kebakaran. Disini peranan K3 sangat penting untuk menunjang keselamatan kerja, pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pengendalian pencemaran lingkungan. Menurut keputusan menteri tenaga kerja No. Kep. 186/MEN/1999 penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran .
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja telah mengantsipasi dalam hal mencegah, Mengurangi dan memadamkan kebakaran, memberi jalan penyelamatan, penyelenggaraan latihan penanggulangan kebakaran yang ditetapkan di setiap tempat kerja dari perencanaan sampai ada sanksi hukum terhadap pelanggaran (Kurniawan. 2009).
Proteksi kebakaran adalah suatu studi dan praktek yang bertujuan untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan dari kebakaran yang melibatkan studi tentang perilaku, investigasi kebakaran dan keadaan darurat terkait, serta penelitian dan pengembangan, produksi, pengujian dan penerapan mengurangi sistem. (wikipedia fire.htm).
PT. SUCOFINDO adalah sebuah perusahaan dengan jasa inspeksi dan sertifikasi salah satu di Indonesia. Untuk memenuhi persyaratan perundang undangan dan standar yang ada maka peralatan proteksi kebakara perlu diperiksa dan diuji fungsinya sebagai salah satu upaya penanggulangan kebakaran. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan dan pengujian secara rutin terhadap peralatan tersebut.
Oleh karena itu penulis mencoba meninjau aktifitas kegiatan yang dilakukan di PT. SUCOFINDO Lawe Lawe dengan memulai kegiatan kerja praktek lapangan yang dilakukan selama satu bulan di lapangan (1 s/d 30 September 2016).
Kerja praktek ini juga sangat membantu penulis untuk bisa melihat langsung penerapan ilmu yang di dapat di bangku kuliah dan secara tidak langsung akan sangat memotivasi penulis untuk belajar lebih semangat lagi dalam mempelajari hal-hal yang diperlukan di lapangan.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :
Proteksi kebakaran apa saja yang tersedia pada tanki timbun T-1306 C ?
Bagaimana melakukan pemeriksaan dan pengetesan terhadap proteksi kebakaran pada tanki timbun T-1306 C ?
Batasan Masalah
Menjelasakan proteksi kebakaran pada tanki timbun floating roof
Penelitian hanya dilakukan pada tangki timbun T-1306 C di Lawe Lawe
Tujuan Pengamatan/Kerja Praktek
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami implementasi K3 di dunia kerja sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah secara utuh serta menganalisa kekurangan dan kelebihan.
Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap pekerja.
Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir yang konstruktif yang lebih berwawasan bagi mahasiswa.
Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui, memahami dan mengembangkan pelaksanaan aplikasi teoritis ilmunya kedalam praktek secara nyata di dunia kerja sehingga mahasiswa mampu menyerap dan berasosiasi dengan dunia kerja secara utuh.
Manfaat Penelitian/Kerja Praktek
Kerja praktek memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak perguruan tinggi juga perusahaan yang bersangkutan Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu:
Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan dan menambah serta melatih kemampuan mahasiswa terhadap kondisi nyata di perusahaan,serta keyakinan akan teori yang diperoleh dari perkuliahan.
Bagi Perguruan Tinggi
Terciptanya pola kemitraan yang baik dengan perusahaan tempat mahasiswa melaksanakan kerja praktek mengenai berbagai persoalan yang muncul untuk kemudian dicari solusi bersama yang lebih baik.
Bagi Perusahaan
Adanya masukan bermanfaat yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan mahasiswa selama melaksanakan kerja praktek.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejalan dengan perkembangan pembangunan di Indonesia dan persaingan bebas era globalisasi, dibutuhkan profesionalisme di segala bidang. Tenaga ahli yang berpendidikan, berpengalaman dan berketrampilan tinggi merupakan akar dari profesionalisme.
SUCOFINDO adalah perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. Sebagian besar sahamnya, yaitu 95 persen, dikuasai negara dan lima persen milik Societe Generale de Surveillance Holding SA ("SGS").
SUCOFINDO sendiri berdiri pada 22 Oktober 1956. Bisnis SUCOFINDO bermula dari kegiatan perdagangan terutama komoditas pertanian, dan kelancaran arus barang dan pengamanan devisa negara dalam perdagangan ekspor-impor. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha, SUCOFINDO melakukan langkah kreatif dan menawarkan inovasi jasa-jasa baru berbasis kompetensinya.
Bisnis jasa pertama yang dimiliki SUCOFINDO adalah cargo superintendence dan inspeksi. Kemudian melalui studi analisis dan inovasi, SUCOFINDO melakukan diversifikasi jasa sehingga lahirlah jasa-jasa warehousing dan forwarding, analytical laboratories, industrial and marine engineering, dan fumigation and industrial hygiene.
Keanekaragaman jasa-jasa SUCOFINDO dikemas secara terpadu, jaringan kerja Laboratorium, cabang dan titik layanan di berbagai Kota di Indonesia serta didukung oleh 2.646 Tenaga Profesional yang ahli di bidangnya.
Ruang Lingkup Pekerjaan
Kompetensi dan pengalaman di bidang inspeksi, supervisi, pengkajian dan pengujian, serta jaringan yang luas, ditunjang dengan laboratorium yang terintegrasi serta layanan yang prima menjadi elemen utama untuk menjadi Perusahaan inspeksi nasional terbesar di Indonesia. Melalui pendekatan sistem manajemen terpadu dan sebagai organisasi pembelajar yang menghasilkan jasa-jasa yang inovatif, ke depannya SUCOFINDO bertekad untuk senantiasa meningkatkan pelayanan dan kemampuan daya saingnya dalam menghadapi pasar global. SUCOFINDO melakukan audit dan pengujian untuk memastikan pemenuhan persyaratan yang ada sebelum menerbitkan Sertifikat Produk.
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan kelas dunia di bidang inspeksi, supervisi, pengkajian danpengujian yang independen dengan tekad memenuhi kepuasan pelanggang.
Misi Perusahaan
Memberikan pelayanan jasa terbaik untuk mencapai kepuasan pelanggang melalui profesionalisme, jaringan yang luas, sistem manajemen terpadu, teknologi tepat guna dan penggunaan standar yang diakui internasional.Perusahaan sangat menghargai sumber daya manusia dan bertekad untuk mengembangkan mereka sepenuhnya.Perusahaan berupaya memenuhi kepentingan berbagai pihak terkait secara seimbang.
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi Perusahaan terdiri dari semua karyawan PT. SUCOFINDO yang menunjukkan garis koordinasi dari setiap divisi/jabatan di perusahaan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Perundangan
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970
Undang undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menyatakan bahwa salah satu syarat keselamatan kerja adalah mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, serta mencegah dan mengurangi bahaya peledakan (Pasal 3,UU No.1 Tahun 1970). Peraturan tersebut menjadi salah satu dasar diwajibakannya upaya pengendalian risiko terhadap bahaya kebakaran dan ledakan. Pelanggaran atas peraturan tersebut berimbas pada pemberian sanksi (tindakan hukum) (Pasal 15, UU No. 1 Tahun 1970).
KepMenaKer R.I No.Kep.186/Men/1999
KepMenaKer R.I No.Kep.186/Men/1999 mengatur tentang unit penanggulangan di tempat kerja yang menyatakan bahwa untuk menanggulangi kebakaran di tempat kerja, diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan kebakaran yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat.
SK MeNaKer R.I. No. 158 Tahun 1972
SK MeNaKer R.I. No. 158 Tahun 1972 berisi tentang program operasional serentak, singkat pada untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran.Kebakaran dapat merupakan pangkal bencana yang dapat mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi serta dapat merupakan ancaman dan hambatan terhadap jalannya pembangunan nasional, oleh karena itu perlu diambil langkah langkah yang efektif, baik secara preventif maupun represif untuk menanggulangi peristiwa kebakaran terutama di perusahaan perusahaan/tempat kerja.
PP R.I No. 11 Tahun 1979
Menurut PP R.I. No.11 tahun 1979 dalam pasal 23 menyebutkan bahwa tempat penimbunan minyak dan gas bumi beserta hasil pemurnian dan pengolahannya, termasuk gas bumi yang dicairkan , bahan cair dan gas lainnya yang mudah terbakar dan atau mudah meledak dan zat berbahaya lainnya, harus memenuhi syarat syarat sebagaimana tercantum dalam standard yang diakui oleh menteri, kecuali apabila ditentukan lain dalam peraturan pemerintah ini atau oleh kepala inspeksi.
Tempat penimbunan harus dilengkapi dengan alat alat pengaman dan dibuat atau dibangun sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan serta apabila terjadi kebakaran atau ledakan harus dapat dibatasi atau dilokalisir setempat.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : PER.04/MEN/1980
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.04/MEN/1980 mengatur tentang syarat syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan yang menyatakan bahwa dalam rangka untuk mensiap siagakan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran, maka setiap alat pemadam api ringan harus memenuhi syarat syarat keselamatan kerja.
Standar
NFPA 30
NFPA 30 - 2.9.1 menyebutkan sistem pemadam kebakaran yang sesuai dengan standar NFPA harus diadakan atau tersedia pada setiap tangki vertikal Atmosfir berukuran lebih dari 50.000 gal (189,250 liter) yang menyimpan cairan klas I bila berlokasi dalam daerah terbatas atau bila ada bahaya yang tidak biasa dari fasilitas atau bangunan berdekatan atau dari tangki terhadap instalasi berdekatan.
Tipe dan Isi Tanki Timbun
Dalam industri perminyakan, salah satu peralatan yang banyak digunakan adalah tangki.Tanki minyak adalah suatu alat yang terbuat dari plat baja, untuk menampung dan menimbun minyak mentah dan produk hasil pengolahan serta produk hasil blending.
Tanki penyimpanan atau storage tank menjadi bagian yang penting dalam suatu proses industri karena tanki penyimpanan tidak hanya menjadi tempat penyimpanan bagi produk dan bahan baku tetapi juga menjaga kelancaran ketersediaan produk dan bahan baku serta dapat menjaga produk atau bahan baku dari kontaminan (kontaminan tersebut dapat menurunkan kualitas dari produk atau bahan baku ) . Pada umumnya produk atau bahan baku yang terdapat pada industri berupa liquid atau gas, namun tidak tertutup kemungkinan juga dalam bentuk padatan( solid ).
Untuk kilang minyak (Refinery) tangki merupakan sarana yang sangat penting yaitu:
Sebagai rantai penghubung dalam kegiatan operasional industri minyak, pada umumnya termasuk kegiatan operasional kilang.
Sebagai salah satu fungsi penunjang kegiatan operasi kilang maupun peningkatan operasi maupun operasi perminyakan keseluruhannya.
Secara umum tanki penyimpanan dapat di bagi menjadi dua bila diklasifikasikan berdasarkan tekanannya ( tekanan internal ) yaitu :
Tanki Atmosferik ( Atmospheric Tank )
Tanki Bertekanan ( Pressure Tank )
Tanki Atmosferik
Terdapat beberapa jenis dari tanki timbun tekanan rendah ini yaitu :
Fixed Cone Roof Tank
Digunakan untuk menimbun atau menyimpan berbagai jenis fluida dengan tekanan uap rendah atau amat rendah (mendekati atmosferik) atau dengan kata lain fluida yang tidak mudah menguap namunpada literatur lainnya menyatakan bahwa fixed roof (cone atau dome) dapat digunakan untuk menyimpan semua jenis produk (crude oil, gasoline, benzene, fuel dan lain – lain) termasuk produk atau bahan baku yang bersifat korosif , mudah terbakar, ekonomis bila digunakan hingga volume 2000 m^3, diameter dapat mencapai 300 ft ( 91.4 m ) dan tinggi 64 ft (19.5 m).
Gambar 3.1 Fixed cone roof with internal floating roof
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Tanki Umbrella
Kegunaanya sama dengan fixed cone roof bedanya adalah bentuk tutupnya yang melengkung dengantitik pusat meredian di puncak tanki.
Tanki Tutup Cembung Tetap (Fixed Dome Roof)
Bentuk tutupnya cembung ,ekonomis bila digunakan dengan volume> 2000 m^3 dan bahkan cukup ekonomis hingga volume 7000 m^3 (dengan D < 65 m), kegunaanya sama dengan fix cone roof tank.
Gambar 3.2 Self supporting dome roof
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Tanki Horizontal
Tanki ini dapat menyimpan bahan kimia yang memiliki tingkat penguapan rendah (low volatility) ,air minum dengan tekanan uap tidak melebihi 5 psi, diameter dari tanki dapat mencapai 12 feet (3.6 m) dengan panjang mencapai 60 feet (18.3 m).
Gambar 3.3 Tanki Horizontal
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Tanki Tipe Plain Hemispheroid
Digunakan untuk menimbun fluida (minyak) dngan tekanan uap (RVP) sedikit dibawah 5 psi.
Gambar 3.4 Tanki Tipe Plain Hemispheroid
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Tanki Tipe Noded Hemispheroid
Untuk menyimpan fluida (light naptha pentane) dengan tekanan uap tidak lebih dari 5 psi.
Tanki Plain Spheroid
Tanki bertekanan rendah dengan kapasitas 20.000 barrel .
Tanki Tipe Noded Spheroid
Baik Fixed cone dan dome roof dapat memiliki internal floating roof , biasanya dengan penggunaan floating roof ditujukan untuk penyimpanan bahan – bahan yang mudah terbakar atau mudah menguap , kelebihan daripenggunaan internal floating roof ini adalah :
Level atau tingkat penguapan dari produk bisa dikurangi2.
Dapat mengurangi resiko kebakaran
Floating Roof Tank
Yaitu tangki dengan atap terapung, atap tangki dapat bergerak keatas dan kebawah sesuai dengan tinggi permukaan cairan di dalam tangki pada saat itu, disekeliling atap tangki di lengkapi dengan perapat (seal) untuk menahan uap minyak yang keluar melalui sela-sela diantara atap dengan dinding tangki.
Gambar 3.5 Tanki Tipe floating roof
Diadopsi dari http://www.ansonindustry.com/how-to-classify-oil-tanks.html
Tanki Bertekanan
Dapat menyimpan fluida dengan tekanan uap lebih dari 11,1 psi dan umumnya fluida yang disimpan adalah produk – produk minyak bumi.
Tanki Peluru ( bullet tank )
Tanki ini sebenarnya lebih sebagai pressure vessel berbentuk horizontal dengan volume maksimum 2000 barrel biasanya digunakan untuk menyimpan LPG, LPG , Propane, Butane , H2, ammonia dengan tekanan diatas 15 psig.
Gambar 3.6 Tanki Peluru ( bullet tank )
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Tanki Bola ( Spherical Tank )
Pressure vessel yang digunakan untuk menyimpan gas – gas yang dicairkan seperti LPG,O2, N2 dan lain–lain bahkan dapat menyimpan gas cair tersebut hingga mencapai tekanan 75 psi, volume tanki dapat mencapai 50000 barrel, untuk penyimpanan LNG dengan suhu -190 (cryogenic) tanki dibuat berdinding double dimana diantara kedua dinding tersebut diisi dengan isolasi seperti polyurethane foam, tekanan penyimpanan diatas 15 psig.
Gambar 3.7 Tanki bola ( spherical tank )
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Dome Roof Tank
Untuk menyimpan bahan bahan yang mudah terbakar, meledak, dan mudah menguap seperti gasoline, bahan disimpan dengan tekanan rendah 0.5 –15 psig.
Gambar 3.8 Dome Roof tank 1
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Terdapat juga tanki penyimpanan khusus yang digunakan untuk menyimpan liquid ( H2, N2, O2, Ar, CO2 ) pada temperature yang sangat rendah (cryogenic) , dimana untuk jenis tanki ini diperlukan isolasi (seperti pada spherical tank) dan dioperasikan pada tekanan rendah.
Gambar 3.9 Dome Roof tank 2
Diadopsi dari http://www.astanks.com/EN/Fixed_roof_EN.html
Sifat dan Karakteristik Minyak
Setelah mengenal karakteristik dari tanki diperlukan juga untuk mengenal jenis dan sifat minyak yang terdapat pada tanki timbun (storage tank) tersebut. Dalam hal ini akan di pelajari karakteristik dari produk minyak bumi yang mempengaruhi serta menyebabkan produk tersebut mudah terbakar. Karena sebagaimana diketahui bila terjadi kebakaran, maka yang terbakar adalah gas minyak dan bukan cairan minyaknya, namun untuk terjadinya kebakaran terdapat ukuran ukuran yang tertentu antara campuran udara, gas minyak dan sumber api. Untuk mengetahui kondisi awal dari kebakaran tersebut harus ada beberapa hal yang mesti diketahui.
Klasifikasi minyak berdasarkan mudah terbakarnya
Bersama-sama tekanan uap dan titik nyala memberikan penilaian tentang kemudahanmenguap dan kemudahan terbakar dari semua jenis cairan minyak bumi. Secara dasar pembagian kelas dari minyak bumi beserta produk minyak bumi dibagi secara luas menjadi non volatile (sulit menguap) dan volatile (mudah menguap). Dari pengertian ini maka didapatkan bahwa (http://www.library.upnvj.ac.id) :
non volatile
Cairan minyak ini pada suatu temperatur normal akan memiliki keseimbangan konsentrasi gas di bawah batas bawah explosive (LEL). Senyawa-senyawa ini meliputi minyak-minyak bahan bakar sisa (residual fuel oil), minyak bakar berat (heaw gas oil) dan minyak minyak diesel (diesel oil). RVP dari senyawa minyak ini kurang dari 1 lbf/ in² dan tak begitu sering diukur. Senyawa minyak non volatile mempunyai flash point kurang dari 140 oF (60 oC).
Volatile
Senyawa hydrocarbon yang volatile adalah senyawa minyak yang dapat membentuk keseimbangan konsentrasi gas yang mudah terbakar pada kondisi yang normal antara 1.5 % sampai 10 % gas. Senyawa hydrocarbon yang dapat membentuk konsentrasi flammable (gas yang mudah terbakar) adalah mempunyai flash point dibawah 140 oF (60 oC) dan RVP kurang dari 4.5 lbf/ in².Yang perlu diperhatikan dalam menangani material senyawa minyak dalam daerah ini adalah bahwa selama masih dibawah suhu titik nyala maka senyawa cairan ini tidak menghasilkan keseimbangan konsentrasi gas yang mudah terbakar.
Penguapan minyak disebabkan oleh tekanan uap yang dipengaruhi oleh komposisi senyawa dan oleh suhunya. Sebagai contoh adalah bila sebuah senyawa minyak bumi yang volatikel dimasukan kedalam suatu tanki yang bebas gas,maka senyawa minyak bumi ini akan mulai menguap yang berarti senyawa minyak bumi ini melepaskan gas kelingkungan sekelilingnya. Selain itu juga ada kecenderungan gas ini untuk kembali larut dalam cairan dan membuat suatu kondisi tertentu dimana jumlah gas dan cairan minyak ini selalu tetap. Tekanan yang diakibatkan oleh gas minyak pada kondisi ini disebut vapour pressure dari cairan, yang dipengaruhi oleh temperatur. Dimana semakin tinggi temperatur maka semakin besar pula tekanan gas minyak. Kemampuan menguap dari cairan minyak ditunjukan dengan Reid Vapour Pressure (RVP).
Sifat mudah terbakar dari muatan minyak
Semua minyak dan produk minyak bumi adalah berupa cairan terbentuk dari senyawa hydrocarbon yang berasal dari hydrogen dan carbon. Senyawa hydrocarbon ini memiliki titik didih antara -260 oF (-162oC) untuk gas methane sampai 752 oF (400 oC) untuk senyawa yang lain (http://www.library.upnvj.ac.id)
Kecenderungan untuk terbakar
Dalam proses terbakarnya minyak, maka senyawa gas hydrocarbon bereaksi dengan udara. Pada saat gas minyak dan udara ini terbakar maka panas yang dihasilkan cukup untuk menguapkan gas minyak yang baru untuk dibakar oleh api, sehingga seakan terlihat bahwa cairan minyak yang terbakar. Campuran gas hydrocarbon dan udara tak dapat terbakar kecuali konsentrasi gas dan udara terletak antara 2 konsentrasi yang diketahui sebagai batas bawah, batas atas untuk terbakar. Dan campuran senyawa diantaranya disebut dalam kondisi mudah terbakar. Batas bawah biasa disebut lower explosion limit (LEL) dan batas atas disebut upper explosion limit (UEL). Konsentrasi dalam bermacam macam hydrocarbon sangat bervariasi, yang daftar nya ada dibawah ini :
Tabel 3.1 Tabel Hydrocarbon
HIDROCARBON
% VOLUME
LOWER
UPPER
Metane
5.3
14
Etane
3.0
12.5
Propane
2.2
9.5
Butane
1.9
8.5
Pentane
1.2
7.8
Heksane
2.4
7.5
Diadopsi dari http://www.library.upnvj.ac.id
Titik nyala/ flash point
Pada saat campuran minyak mengalami kenaikan suhu, demikian pula yang terjadi pada tekanan uap dan hal ini menyebabkan pula naiknya konsentrasi dan senyawa gas. Sehingga pada suatu suhu tertentu konsentrasi campuran udara dan gas minyak ini mencapai LEL dan memasuki daerah explosif dan bila suhu tetap naik maka akan makin banyak campuran gas hydrocarbon yang bisa terbakar. Temperatur atau suhu dimana campuran memasuki daerah LEL disebut titik nyala dari aliran minyak tersebut, dan hal ini menjadi ukuran dari kecenderungan untuk mudah terbakar.
Dari keterangan diatas maka dapatlah dihubungkan bahwa untuk senyawa campuran gas minyak secara sederhana bila RVP bertambah besar, maka akan semakin rendah suhu dimana konsentrasi gas mencapai LEL, yang juga menyebabkan titik nyalanya juga rendah.
Flash Over dan Back Draft
Disebut Flash over apabila semua bahan yang mudah terbakar (Combustible material) telah mencapai ignition temperature, proses pirolisa dimulai, gas dan uap dihasilkan dan secara serentak menyala kemudian terbakar semua. Sebaiknya bila kondisi bahan atau ruangan yang panasnya telah mencapai ignition temperature, tetapi disana tidak cukup oksigen atau udara, maka tidak akan terjadi flashover karena kekurangan atau terbatasnya oksigen, sebagai salah satu sisi segitiga api, sehingga tidak dapat segera terbakar.
Panas spontan (Spontaneous heating)
Adalah proses peningkatan temperatur dari suatu zat (material) tanpa adanya pemberian panas dari luar atau sekelilingnya. Panas spontan dari suatu benda kesuhu penyalaannya menghasilkan nyala spontan atau pembakaran spontan.
Titik didih (Boiling point)
Adalah temperatur pada saat tekanan uap sama tekanan atmosfir. Titik didih sepenuhnya tergantung pada tekanan total akan naik bila tekanan naik. Secara teoritis cairan apapun akan dapat dibuat mendidih pada temperatur berapa yang kita inginkan dengan tekanan total yang cukup pada permukaan cairan tersebut. Sama juga artinya, cairan apupun dapat mendidih pada tekanan yang kita inginkan dengan merubah temperaturnya ketitik penyesuian tersebut. Lebih rendah titik didih, cairan makin mudah dan karenanya semakin berbahaya cairan mudah terbakar.
Boil over
Suhu didih yang berlebih sehinga menyebabkan vapour yang meningkat dan terjadi tekanan yang tinggi.
BLEVE (Boiling Liquid Expanding Vapor Explosion)
Bila bahan bakar gas dalam betuk cair ( LPG ) ditempatkan dalam ruang tertutup (missal tanki penyimpanan, reaktor atau container) dipanaskan sampai diatas titik didihnya oleh sumber panas atau kontak dengan api dari luar, kemudian secara mendadak tempat (container) tersebut pecah; oleh kelebihan tekanan dari pengembangan bahan cair menjadi uap atau uap yang terbakar, menyembur keluar dan membentuk bola bola api (Fireball) di udara. Panas yang dikeluarkan kecepatannya lebih rendah dari pada peledakan, tetapi umumnya terjadi untuk waktu dengan periode yang lebih lama.
Fire Initiation
Pengapian dapat terjadi dengan tiga cara :
Pilot Ignition
Api yang dimulai dari uap/ udara yang bercampur dengan nyala api/ percikan listrik.
Auto Ignition
Api mulai menyala secara spontan karena temperature dalam campuran uap/ udara tanpa adanya pilot flame/ percikan.
Spontaneous Combustion
Inisiasi pembakaran nyang disebabkan oleh pemanasan sendiri dalam padatan sebagai hasil dari proses biologis, reaksi kimia atau pemanasan reaksi kimia.
Risiko Kebakaran dan Ledakan Pada Tanki Timbun
Tanki T-1306 C memiliki resiko bahaya kebakaran dan ledakan yang cukup besar karena merupakan tanki timbun yang berfungsi untuk menampung crude oil dengan maksimum kapasitas 800.000 barrel yang merupakan flammable liquid, sehingga perlu dilakukan persiapan pengendalian terhadap bahaya kebakaran dan ledakan sebagai dasar pemenuhan kebutuhan tuntutan hukum.
Tanki penyimpanan dapat menimbulkan bahaya yang sangat fatal terhadap terjadinya kebakaran dan membutuhkan pengetahuan teknis yang tinggi dalam perlindungan kebakaran dan pemadaman api terhadap bahan yang mudah terbakar dalam tanki penyimpanan tersebut. Hal ini dikarenakan apabila risiko tersebut muncul dalam proses penanggulangan dan perbaikannya dapat memakan waktu dan sumber daya yang cukup besar. ( Modul 7 Tank Farm and Bulk Storage Fire Incidents, hlm 7-2)
Kebakaran
Kebakaran adalah suatu insiden akibat dari api yang bekerja tidak pada tempatnya, yang terjadi antara api, bahan bakar, dan oksigen (Astra internasional, 2001) Kebakaran dapat terjadi karena proses persenyawaan antara bahan bakar, oksigen dan panas (doddyakhmadsyah, 2009)
Unsur-Unsur Penyebab Kebakaran
Bahan Mudah Terbakar
Menurut Suma'mur (1989) bahan mudah terbakar yang berpengaruh terhadap terjadinya kebakaran tergantung pada :
Titik Nyala (flash point)
Titik nyala suatu zat cair yang mudah terbakar adalah suhu terendah dimana pada suhu tersebut zat cair itu menyebabkan cukup uap untuk membentuk campuran yang dapat menyala dengan udara didekat permukaan cairan atau bahan dalam menyala, makin besar bahaya zat cair tersebut cairan dengan titik nyala di bawah suhu kamar lebih berbahaya dari pada cairan dengan titik nyala yang lebih tinggi.
Suhu menyala sendiri
Adalah suhu terendah yang padanya zat padat, cair dan gas akan menyala sendiri tanpa adanya bunga api atau nyala api.
Sifat Pembakaran Oleh Karena Pemanasan
Suhu menyala sendiri yang dipengaruhi oleh keadaan fisik dan cepatnya pemanasan. Uap beberapa zat cair menyala pada pemasangan oleh permukaan dengan suhu 260oC atau dibawahnya. Bahan lain seperti logam dalam bentuk bubuk halus mengalami proses pemanasan sendiri dan menyala dengan zat asam di udara. Bahan seperti jerami dapat menjadi panas dan terbakar sebagai akibat fermentasi dan oksidasi.
Berat Jenis dan Perbandingan Berat Uap terhadap Udara.
Kebanyakan zat cair mudah terbakar akan terapung di atas permukaan air sehingga terus terbakar dan kebakaran meluas ke tempat lain. Zat-zat lain yang lebih berat dari udara akan mengendap dan nyala pun akan berhenti. Uap semua zat cair adalah lebih berat dari udara, sedang gas mudah terbakar lebih ringan dari udara.
Kemampuan Zat yang mudah menyala untuk bercampur dengan air.
Hal ini sangat penting karena titik nyala akan naik bila air akan dicampur dengan zat tersebut. Seperti alkohol dan aseton dapat bercampur baik dengan air sehingga nyala tidak dapat terbakar dengan pengeceran air.
Keadaan Fisik
Zat cair yang mudah menyala yang terdapat dalam wadah dalam jumlah yang besar tidak berbahaya karena permukaannya tidak cukup luas untuk atau tidak bersentuhan dengan udara. Tumpukan atau uap yang keluar dari wadah penyimpanannya, sangat membahayakan jika terbakar, api yang terjadi dapatmembakar seluruh zat cair yang ada dalam wadah. Cairan dalam bentuk kabut atau embun di udara dapat menyala pada suhu yang lebih rendah dari titik nyalanya, asalkan kadar minimum telah terpenuhi.
Panas
Elemen ini bisa diperlukan bahan mudah terbakar untuk mencapai titik nyalanya (apabila titik nyalanya di atas suhu udara) dan memicu uap agar terbakar. Menurut Suma'mur (1989) bahaya yang umumnya terjadi adalah karena merokok, zat cair mudah terbakar, nyala api terbuka, tatarumah tangga yang buruk, mesin-mesin yang tidak terawat dan menjadi panas, listrik statis, alat-alat las dan kabel-kabel listrik.
Oksigen
Merupakan unsur ketiga dari ketiga penyebab kebakaran atau peledakan. Bahan mudah terbakar memerlukan paling sedikit 15% oksigen untuk dapat terbakar. Dalam keadaan lebih dari 21%, oksigen dapat menyebabkan pembakaran lebih hebat dan dapat menjurus pada peledakan oksigen yang dihasilkan dari bahan kimia apabila terjadi proses pemanasan dan bahan ini lebih dikenal sebagai oksidator (Suma'mur, 1989).
Bahaya Kebakaran
Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/ 1999 klasifikasi tingkat potensi bahaya meliputi:
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Yang termasuk bahaya kebakaran ringan adalah tempat ibadah, gedung/ ruang pendidikan, gedung/ ruang perawatan, gedung/ ruang lembaga, gedung/ ruang perpustakaan, gedung/ ruang museum, gedung/ ruang perkantoran, gedung/ ruang perumahan, gedung/ ruang rumah makan, gedung/ ruang perhotelan, gedung/ ruang rumah sakit, gedung/ ruang penjara.
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang 1
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, menimbun bahan dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang 1 adalah tempat parkir, pabrik elektronika, pabrik roti, pabrik barang gelas, pabrik minuman, pabrik permata, pabrik pengalengan, binatu, pabrik susu.
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, menimbun bahan dengan lebih dari 4 meter, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang II adalah penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan dan penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakit kayu, gudang perpustakaan, pabrik barang keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik kimia (bahan kimia dengan kemudahan terbakar sedang), pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk bahaya kebakaran sedang III adalah ruang pameran, pabrik permadani, pabrik makanan, pabrik sikat, pabrik ban, pabrik karung, bengkel mobil, pabrik sabun, pabrik tembakau, pabrik lilin, studio dan pemancar, Pabrik barang plastik, pergudangan, pabrik pesawat terbang, pertokoan dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, penggergajian dan pengolahan kayu, pabrik makanan kering dari bahan tepung, pabrik minyak nabati, pabrik tepung terigu, pabrik pakaian.
Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat
Adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menyimpan bahan cair, serat atau bahan lainnya dan apabila terjadi kebakaran apinya cepat membesar dengan melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk bahaya kebakaran berat adalah pabrik kembang api, pabrik koren api, pabrik cat, pabrik bahan peledak, permintaan benang atau kain, penggergajian kayu dan penyelesaiannya menggunakan bahan mudah terbakar, studio film dan televisi, pabrik karet buatan, hanggar pesawat terbang, penyulingan minyak bumi, pabrik karet busa dan plastik busa.
Penggolongan Kelas-Kelas Kebakaran
Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980, yang pembagiannya sebagai berikut :
Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain logam yang
kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Kebakaran kelas A ini adalah akibat panas yang dating dari luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain.
Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Apabila aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa benda logam, seperti magnesium, Natrium ( sodium ), calsium, kalium (potasium) dan lain-lain.
Ledakan
Menuruit AlChE, 1994 ledakan adalah adanya suatu energi yang lepas akibat dari blast. (Edy.K Nugroho. 2010)
Menurut Crowl and Louvar, 2002 ledakan adalah gas yang meluap dengan cepat, yang dihasilkan dari perpindahan tekanan dengan cepat atau gelombang kejut/ shock wave (Edy.K Nugroho. 2010)
Terdapat tiga karakteristik esensial dari ledakan, yaitu :
Melepasnya energi secara mendadak
Ledakan bergerak dengan sangat cepat atau gelombang kejut/ shock wave
Ledakan mempunyai peranan yang cukup besar dalam menjadi potensi bahaya
Penanggulangan Kebakaran
Cooling System
Sistem ini digunakan untuk mendinginkan tangki yang berada pada sekitar tangki timbun yang terbakar, hal ini dimaksudkan supaya panas yang ditimbulkan oleh tangki timbun yang terbakar tidak mengakibatkan fluida yang ada di dalam tangki timbun disekitarnya menjadi terbakar.Menurut NFPA standard 13 kapasitas pemadam kebakaran yang dialirkan oleh sprinkler sebesar 13 gpm dan semua sprinkler bekerja pada tekanan kerja minimum sebesar 0.5 bar.
Fire Hydrant
Definisi
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan instalasi hydran kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. System ini terdiri dari system penyediaan air pompa, pemipaan, kopling outlet dan inlet serta slang dan nozzle. Hydran biasanya bekerja dengan tekanan operasi 4.5-6.9 bar.Kapasitas air yang dapat dialirkan oleh hydrant pilar bisa mencapai 250 gpm (NFPA14).
Komponen instalasi hydrant dan perlengkapannya adalah:
Sumber air
Sistem pompa
Sistem pemipaan
Kotak hydran, lengkap dengan slang, kopling penyambung, nozzle dan sisir untuk tempat selang
Pilar hydran dan kunci (khusus hydran halaman)
Klasifikasi Hydran
Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan hydran adalah hydran kota, hydran gedung dan hydran halaman.
Berdasarkan ukuran pipa hydran yang dipakai menurut NFPA:
Hydran kelas I, hydran yang menggunakan ukuran diameter selang 6,25 cm (2,5 inch)
Hydran kelas II, hydran yang menggunakan ukuran diameter slang 3,75 cm (1,5 inch)
Hydran kelas III, hydran yang menggunakan ukuran system gabungan kelas I dan kelas II.
Fire Monitor
Fire monitor adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa pipa untuk memadamkan dan atau mendinginkan peralatan jika terjadi kebakaran.
Alat Pemadam Api Ringan
Definisi
APAR (alat pemadam api ringan) adalah alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dilayani/dioperasikan oleh satu orang untuk pemadaman api pada awal terjadinya kebakaran.APAR (alat pemadam api ringan) sebagai alat untuk memutuskan atau memisahkan rantai tiga unsur (sumber panas,bahan bakar dan udara).Dengan terpisahnya tiga unsur tersebut kebakaran dapat dihentikan (Gempur Santoso,2004).
Tipe konstruksi APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR memiliki dua tipe konstruksi (Depnaker,1995),antara lain :
Tipe tabung gas (Gas Container Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
Tipe tabung bertekanan tetap (Stored Pressure Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
Jenis APAR (alat pemadam api ringan)
APAR (alat pemadam api ringan) terdiri dari beberapa jenis,antara lain :
Jenis air (water)
Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil yang memuaskan (efektif dan ekonomis) karena harganya relatif murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah disimpan dan dipindahkan.
APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan bertekana) dan gas cartridge type (tabung gas).Sanagat baik digunakan untuk pemdaman kebakaran kelas A.
Jenis busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran awal minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung alumunium sulfat dan natrium bicarbonate yang keduanya dilarutkan kedalam air.Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat.Pemadaman api oleh busa merupakan system isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Chemical Powder) efektif untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia,yaitu :
Sodium bicarbonate dan natrium bicarbonat
Gas CO2 atau Nitrogen sebagai pendorong
Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti magnesium, titanium, zarcanium, dan lain lain digunakan metal dry powder yaitu campuran dari sodium, potassium, dan barium chloride.
Jenis CO2
Bahan Pemadam jenis CO2 efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B (minyak) dan C (listrik). Berfungsi untuk mengurangi kadar oksigen dan efektif untuk memadamkan kebakaran yang terjadi didalam ruangan (indoor) pemadaman menggunakan gas arang ini dapat mengurangi kadar oksigen sampai dibawah 12 %.
Pemasangan dan Pemelihraan APAR (alat pemadam api ringan)
Pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/MEN/1980,ketentuan ketentuan pemasangan APAR adalah sebagai berikut :
Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapidengan pemberian tanda pemasangan.
Pemberian tanda pemasangan tersebut point (1) harus sesuai dengan gambar 1
Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut pada point2.4.1 NFPA 10
Penempatan tersebut point 1 antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang didapati soda berlubang-lubang atau cacat karena karat.
Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
Lemari atau peti (box) seperti tersebut point 8 dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
Sengkang atau konstruksi penguat lainnya seperti tersebut point 8 tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) tersebut pada point 9 harus disesuaikan dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box) sehingga mudah dikeluarkan.
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
Ukuran Tanda Pemasangan APAR / Tabung Pemadam :
Segitiga sama sisi dengan warna dasar merah.
Ukuran tiap sisi 35 cm.
Tinggi huruf 3 cm berwarna putih.
Tinggi Tanda Panah 7.5 cm berwarna putih.
Gambar 3.10 Tanda Pemasangan APAR / Tabung Pemadam
Pemeliharaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/MEN/1980 setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali setahun, yaitu :
Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan., pemeriksaan tersebut meliputi:
Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan mekanik penembus segel.
Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel dan label harus selalu dalam keadaan baik.
Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukkkan tanda-tanda rusak.
Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras di luar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka APAR tersebut dapat dipasang kembali.
Untuk APAR jenis busa dapat diperiksa dengan mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan alumunium sulfat di luar tabung, bila sudah cukup kuat maka APAR tersebut dapat dipasang kembali.
Untuk APAR jenis CO2 harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokkan dengan berat yang tertera pada APAR tersebut, bila kekurangan berat 10 % tabung APAR tersebut harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan.
Pemeriksaan dalam jangka 12 bulan
Untuk pemeriksaan dalam jangka 12 bulan sekali dilakukan seperti
pemeriksaan jangka 6 bulan namun ada beberapa tambahan pemeriksaan sebagai berikut :
Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan.
Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh tersumbat atau buntu.
Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran penyemprotan tidak boleh tersumbat.
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik.
Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik.
Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau cacat karena karat.
Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan larutannya harus dalam keadaan baik.
Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus masih dilak dengan baik.
Lapiran pelindung diri tabung gas bertekanan, harus dalam keadaan baik.
Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Menurut NFPA 10 setiap APAR harus diperiksa 1 (satu) kali sebulan, yaitu :
Pemeriksan tekanan dan atau berat dari tabung
Pemeriksan nozzle
Pemeriksan kondisi selang
Pemeriksan kondisi tabung
Akses tidak terhalang
Petunjuk pengoperasian tersedia pada tabung
Pemeriksan safety pin/seal
Kartu pemeriksaaan tercatat setiap bulan
Pemeriksan kondisi cat
Sistem Proteksi Foam Rim Seal Floating Roof
Foam concentrate adalah campuran yang digunakan untuk memadamkan api tersebut. Foam concentrate berupa cairan kimia yang digunakan untuk
memadamkan api pada minyak.
Busa pemadam api merupakan kumpulan buih buih atau gelembung gelembung kecil yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah bila dibanding dengan air atau minyak sehingga busa terapung diatas permukaan cairan.
Menurut cara pembuatannya busa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu busa kimia dan busa mekanis :
Busa Kimia
Terbuat oleh reaksi kimia antara alumunium sulfat dengan sodium dengan sodium bicarbonate dalam air. Hasil reaksi membentuk gas CO2 yang menjadi isi buih-buih. Busa ini kuat terhadap api dan perusakan-perusakan mekanis.
Busa Mekanis
Terbentuk dari peristiwa mekanis dimana konsentrat busa dicampur dengan air dengan alat pencampur, kemudian udara dimasukan dalam campuran busa ini.
Foam Concentrate (Konsentrat Busa)
Cairan dengan viskositas tinggi ( kental ) yang merupakan bahan dasar busa.
Foam proportioner (Alat Pencapur )
Alat untuk mencampur konsentrat busa dengan air dengan perbandingan yang sesuai dengan spesifikasi busa.
Foam Solution ( Larutan Busa)
capuran antara konsentrat busa dengan air
Finished Foam (Busa Jadi )
Campuran antara konsentrat busa, air dan gas inert atau udara yang siap digunakan untuk peadaman
Konsentrasi Busa
Besarnya konsentrasi busa dalam perbandingan antara konsentrat busa dengan air, yang nilainya ditentukan oleh pabrik pembuat busa yang dicantumkan dalam spesifikasi teknis busa tersebut, biasanya ditetapkan 1%, 3% atau 6%
Expansion Ratio (Ratio Pengembangan)
Perbandingan volume antara busa jadi dengan larutan busa
Berdasarkan Expantion Ratio, Busa dibedakan menjadi 3 jenis
Busa dengan pengembangan rendah (Low Expantion), dengan perbandingan volume 20:1
Busa dengan pengembangan menengah (Medium Expantion), dengan perbandingan volume 20:1 s/d 200:1
Busa dengan pengembangan Tinggi (High Expantion), dengan perbandingan volume 200 :1 s/d 1000:1 atau lebih
Sistem busa pemadam untuk tanki floating roof adalah :
Selang busa yaitu regu pemadam dapat membawa selang dan noozlenya ke atap tanki untuk melakukan operasi pemadaman.
Sistem catenary yaitu pembuat busa diletakan di atap tangki, karena atap apung bergrak naik turun, maka foam maker dihubungkan dengan campuran busa yang dialirkan dari bawah melalui selang yang fleksibel, jumlah foam maker disesuaikan dengan kebutuhan.
Pembuat busa tetap (fixed foam maker) adalah pembuat busa dipasang pada dinding tangki dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan.
BAB IV
METODOLOGI PENGAMATAN
Diagram Alir Pengamatan
Laporan ini disusun secara sistematis dengan Flowchart sebagai berikut:
Identifikasi TujuanStudi LiteraturNFPA 13NFPA 16NFPA 10NFPA 25Studi LapanganMenentukan objek yang diobservasiMelakuakn observasi di lapanganIdentifikasi PermasalahanPengumpulan dan Pengolahan DataAnalisa dan Interpretasi DataKesimpulan dan SaranPresentasi ke Perusahaan
Identifikasi Tujuan
Studi Literatur
NFPA 13
NFPA 16
NFPA 10
NFPA 25
Studi Lapangan
Menentukan objek yang diobservasi
Melakuakn observasi di lapangan
Identifikasi Permasalahan
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisa dan Interpretasi Data
Kesimpulan dan Saran
Presentasi ke Perusahaan
Penjelasan Diagram Alir Penelitian
Dalam penyususnan laporan ini diperlukan alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis dan biasa disebut sebagai Metode Penelitian ini merupakan suatu proses yang terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Gambaran umum penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut.
Identifikasi tujuan
Pada awal penyusunan laporan ini telah ditetapkan tujuan awal penulisan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut terdapat pada Bab I Pendahuluan
Studi literatur
Pemahaman terhadap konsep teori yang ada melalui referensi dan artikel yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Studi lapangan
Studi lapangan dilakukan bersamaan dengan studi literatur. Peninjauan lapangan dilakukan di PT.SUCOFINDO dengan melihat keadaan riil di lokasi kerja
Identifikasi masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi pada lokasi kerja khususnya pada bagian keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pelaksanaan pengidentifikasian permasalahan dibantu oleh pembimbing dari perusahaan yang terkait
Pengumpulan dan pengolahan data
Tahap pengumpulan data merupakan tahap dimana kami mengumpulkan data-data yang diperlukan sebelum dilakukannya pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu melalui pengamatan ke lapangan langsung, penyebaran kuisioner dan interview kepada beberapa karyawan. Sedangkan dalam pengolahannya mengevaluasi dan menganalisa sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang nantinya dapat digunakan untuk analisa data.
Analisa dan interpretasi data
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pengolahan data, dimana hasil perhitungan yang didapatkan akan dicari solusi pemecahan selanjutnya.
Kesimpulan dan saran
Dari beberapa solusi yang diperoleh dapat ditarik sebuah kesimpulan untuk permasalahan tersebut. Saran yang dapat kita berikan kepada perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan.
Presentasi perusahaan
Setelah laporan kerja praktek telah diselesaikan maka hasil kerja praktek yang dilakukan selama kurang lebih 1 bulan di perusahaan, dipresentasikan dihadapan beberapa perwakilan dari perusahaan tersebut. Dimana tujuan dari presentasi tersebut diharapkan dapat memberikan masukkan (saran) bagi perusahaan terkait sehingga mungkin dapat digunakan oleh perusahaan untuk menyusun kebijakan kedepannya.
Metode Pengumpulan Data Pengamatan
Data Primer
Langsung Kelapangan :
Melakukan kegiatan pengamatan dan inventori terhadap peralatan proteksi kebakaran pada tangki timbun T-1306 C.
Melakukan kegiatan pemeriksaan, pengetesan dan perawatan terhadap peralatan proteksi kebakaran pada tangki timbun T-1306 C.
Data Sekunder
Dokumen - Dokumen perusahaan atau sumber lainnya.
Metode Analisa Data
Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan memaparkan permasalahan secara terperinci sesuai dengan data dan fakta yang ada.
Tempat dan Waktu Penelitiaan
Tempat Penelitian
Pelaksanaan tempat penelitian ini adalah di PT.SUCOFINDO Lawe Lawe, yang bergerak di bidang jasa inspeksi peralatan proteksi kebakaran.
Waktu Penelitian
Penelitian secara keseluruhan dilaksanakan selama satu bulan, sejak 01 September 2016 sampai dengan 30 September 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian akan digali informasi tentang ketersediaan serta pemeriksaan, pengetesan dan pearawatan peralatan proteksi kebakaran tangki timbun T-1306 C PT.SUCOFINDO di Lawe Lawe
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Sumber Data
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam pengamatan ini yaitu data primer dan data sekunder :
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan :
Mengadakan observasi langsung mengenai pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.
Wawancara dengan cara dialog/tanya jawab dengan tenaga kerja.
Data Sekunder
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca literatur maupun dokumentasi yang berhubungan dengan obyek penelitian yang dimiliki oleh perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi Lapangan
Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung tentang bagaimana upaya penanggulangan kebakaran yang tersedia pada tangki T-1306 C serta bagaimana melakukan pemeriksaan,pengetesan dan pemeliharaan pada peralatan proteksi kebakaran tersebut.
Wawancara
Untuk melengkapi data yang diperoleh dari observasi, maka penulis mengadakan wawancara dengan tenaga kerja yang bersangkutan.
Kepustakaan
Yaitu dengan membaca buku buku, laporan laporan penelitian yang sudah ada dan sumber sumber lain yang ada kaitannya dengan topik magang sebagai referensi.
Dokumensi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen dokumen serta catatan catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek.
Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif sehingga mampu memberikan gambaran dengan jelas tentang proteksi kebakaran tangki timbun T-1306 C PT.SUCOFINDO yang kemudian dibandingkan dengan literatur yang ada
Hasil Pengamatan
PT.SUCOFINDO sudah menerapkan prosedur kerja yang merupakan salah satu syarat untuk memulai suatu pekerjaan sekaligus untuk melindungi karyawan dan aset perusahaan dan memudahkan dalam proses pemeriksaan,pengetesan dan pemeliharaan pada peralatan proteksi kebakaran. Berikut dilampirkan prosedur kerja di PT.SUCOFINDO :
Pemasangan Rambu dan Tanda K3
Penerapan Rambu dan tanda K3 yang terdapat di area workshop berupa tulisan dan gambar. Pemasangan rambu dan tanda K3 tersebut memenuhi unsur komunikatif, dimana dapat dengan mudah memahamkan pekerja, customer atau pihak lain yang berkepentingan mengenai peraturan dan persyaratan Keselamatan Kerja di lingkungan PT.SUCOFINDO.Rambu yang terdapat di area workshop berupa rambu bergambar dan garis kuning yang mewajibkan penggunaan Safety Shoes dan Helmet. Sedangkan tanda K3 berupa tanda terdapat APAR, dan eyewash.
Gambar 5.1 Rambu Keselamatan
Sumber : Data Primer
Induksi Keselamatan Kerja untuk Kontraktor/Karyawan baru
Setiap Kontraktor/Karyawan baru yang ingin melakukan suatu pekerjaan harus mendapatkan induksi dan orientasi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan. Induksi dan orientasi keselamatan ini diberikan kepada kontraktor/karyawan baru tersebut pada saat hari pertama mulai bekerja. Induksi dan orientasi tersebut akan disampaikan oleh Perwakilan Keselamatan devisi HSE.
Dalam induksi ini beberapa hal yang antara lain akan disampaikan adalah:
Penjelasan tentang area kerja
Potensi bahaya yang ada disekitar area kerja
Penjelasan tentang prosedur-prosedur antara lain seperti:
Ijin melakukan pekerjaan (work permit system).
Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat.
Mengemudikan kendaraan atau alat berat lainnya.
Fungsi tentang alat pelindung diri perorangan (Personal Protective Equipment) yang harus dipakai oleh setiap orang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Gambar 5.2 Dokumentasi Induksi Kontraktor/Karyawan baru
Sumber : Data Primer
Survey Lokasi Kerja
Mengecek area kerja untuk mengetahui potensi-potensi bahaya apa saja yang terdapat pada saat pemeriksaan,pengetesan dan pemeliharaan pada peralatan proteksi kebakaran pada tngki T-1306 C.
Gambar 5.3 Tangki Timbun Crude Oil T-1306 C
Sumber : Data Primer
Standard Operational Prosedure (SOP)
SOP adalah panduan atau pedoman dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu. Prosedur ini menjelaskan metode serta urutan kerja secara teliti untuk melaksanakan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman.
Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada. Dalam melakukan pengendalian resiko kecelakaan ini, maka dapat ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian resiko kecelakaan dilakukan berdasarkan hierarki pengendalian. Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.
Berikut jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) beserta fungsinya :
Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
Safety shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya dan ujungnya terbuat dari plat/besi baja.
Hand gloves
Hand gloves berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Respirator (Masker)
Masker berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misalnya berdebu, beracun, dsb).
Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas) dan setiap orang yang melakukan kerja seperti pekerjaan menempa, menggerinda, drilling, menggunakan bahan kimia, bekerja pada komponen yang bertekanan, atau yang mengandung bahan-bahan kimia harus memakai alat pelindung mata.
Penutup Telinga (Ear Plug/ear muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising harus dipakai oleh pekerja bilamana berada di lokasi di mana tingkat kebisingan lebih dari 85 Db dengan durasi sesuai ketentuan.
BAB VI
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Proteksi Kebakaran Tanki Timbun T-1306 C
Proteksi kebakaran yang tersedia pada tanki timbun T-1306 C adalah sebagai berikut :
Fire Hydrant
Menurut Depnaker, 1995 yang dimaksud dengan instalasi hydran kebakaran adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. System ini terdiri dari system penyediaan air pompa, pemipaan, kopling outlet dan inlet serta slang dan nozzle. Hydran biasanya bekerja dengan tekanan operasi 4.5 - 6.9 bar. Kapasitas air yang dapat dialirkan oleh hydran pilar bisa mencapai 250 gpm (NFPA14).
Jumlah fire hydrant terdekat yang tersedia ada 4 unit yaitu:
1 unit disisi sebelah timur tangki
1 unit disisi sebelah barat tangki
1 unit disisi sebelah utara tangki
1 unit disisi sebelah selatan tangki
Suplai air fire hydrant melalui jalur pipa bawah tanah dengan ukuran 10 inch yang terhubung dengan pompa pemadam dengan kapasitas 3000 gpm dan sumber air menggunakan Lagoon/kanal. Pada setiap fire hydrant dilengkapi dengan hydrant box, jumlah hydrant box yang terpasang di area
tangki sebanyak 4 box. Setiap fire box berisi peralatan sebagai berikut:
2 roll selang pemadam api dengan diameter 2,5 inch
2 roll selang pemadam api dengan diameter 1,5 inch
1 buah jet/spray nozzle diameter 1,5 inch
I buah kunci hydran
I buah kunci Selang
50 liter Foam Liquid
Gambar 6.1 Fire Hydrant
Sumber : Data Primer
Fire Monitor
Fire monitor adalah suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa untuk memadamkan dan atau mendinginkan peralatan jika terjadi kebakaran.
Jumlah fire monitor terdekat yang tersedia ada 4 unit yaitu:
1 unit disisi sebelah timur tangki
1 unit disisi sebelah barat tangki
1 unit disisi sebelah utara tangki
1 unit disisi sebelah selatan tangki
Suplai air fire hydrant melalui jalur pipa bawah tanah dengan ukuran 10 inch yang terhubung dengan pompa pemadam dengan kapasitas 3000 gpm dan sumber air menggunakan Lagoon/kanal.
Gambar 6.2 Fire Monitor
Sumber : Data Primer
Alat Pemadam Api Ringan
APAR (alat pemadam api ringan) adalah alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dilayani/dioperasikan oleh satu orang untuk pemadaman api pada awal terjadinya kebakaran.APAR (alat pemadam api ringan) sebagai alat untuk memutuskan atau memisahkan rantai tiga unsur (sumber panas,bahan bakar dan udara).Dengan terpisahnya tiga unsur tersebut kebakaran dapat dihentikan (Gempur Santoso,2004).
Jumlah APAR terdekat yang tersedia berjumlah 1 unit, terpasang dekat dengan tangga masuk tangki,berikut spesifikasi APAR tersebut :
Media : Dry Chemical
Media Pendorong : CO2 cartridge
Rating : 64 B:C
Berat isi : 18 lbs
Hidrotest terakhir : Desember 2015
Merek : Ansul
APAR tersebut digunakan apabila terjadi kebakaran awal pada tangki T-1306 C jika memungkinkan.
Gambar 6.3 APAR
Sumber : Data Primer
Water Cooling System
Sistem ini digunakan untuk mendinginkan tangki yang berada pada sekitar tangki timbun yang terbakar, hal ini dimaksudkan supaya panas yang ditimbulkan oleh tangki timbun yang terbakar tidak mengakibatkan fluida yang ada di dalam tangki timbun disekitarnya menjadi terbakar.Menurut NFPA standard 13 kapasitas pemadam kebakaran yang dialirkan oleh sprinkler sebesar 13 gpm dan semua sprinkler bekerja pada tekanan kerja minimum sebesar 0.5 bar.
Nozzle yang terpasang pada tangki timbun T-1306 C berjumlah 30 nozzle dan terhubung dengan pipa 4 inch,memilik 1 buah valve untuk pengoperasian serta terhubung ke fire water line.
Fire Pump
Kegunaan fire pump standar NFPA ini digunakan untuk memompa atau menghisap air dari sumber air untuk keperluan pemadaman kebakaran.Pompa ini membantu para pemadam kebakaran (fire fighter / fire brigade) ketika terjadi musibah kebakaran.
Fire pump dalam instalasinya harus mengikuti atau mengacu kode NFPA 20 (National Fire Protection Association) mengenai standar instalasi stationary pompa kebakaran untuk proteksi terhadap kebakaran. Dengan adanya kode ini menjadi standar untuk mempermudah, serta menjadi alur kerja saat instalasi pompa kebakaran.
Beberapa fire pump standar NFPA 20 yang harus ada :
Beberapa pompa yang harus ada didalamnya antara lain yaitu Electric pump, diesel pump, dan jockey pump. Berikut penjelasan dari beberapa fire pump standar NFPA 20.
Electric pump
Pompa ini tergolong fire pump standar NFPA 20. Fire pump ini digunakan memompa air yang disedot dari sumber untuk disalurkan ke fire water line untuk keperluan hydran maupun sprinkler. Fire pump ini mampu menghasilkan air yang bertekanan tinggi. Inti dari kegunaan fire pump ini sebagai pompa pendorong yang digunakan pada saat terjadi kebakaran.
Diesel Fire Pump
Pompa ini sebagai back up ketika power listrik yang mensupply / memberi pasukokan listrik ke electric pump mati. Selain sebagai backup pada electric pump, diesel pump berfungsi sebagai pompa yang mendistribusikan air ke sprinkler maupun ke hydran pilar. Jadi pompa ini juga termasuk kriteria pompa hydran standar NFPA 20.
Jockey Pump
Pompa ini juga temasuk salah satu fire pump standar NFPA 20 yang harus di pasang di setiap proyek instalasi fire water line. Bentuk dari jockey pump biasanya vertical. Fire pump ini digunakan untuk menjaga atau menstabilkan tekanan air di dalam pipa.
Fire Pump untuk proteksi kebakaran tangki T-1306 C tersedia 3 unit, yaitu:
Electric fire water pump 1210-A
Kapasitas : 3000 gallon/menit (US)
Diesel fire water Pump 1210-C
Kapasitas : 3000 gallon/menit (US)
Jockey Pump
Kapasitas : 220 gallon/menit (US)
Gambar 6.4 Fire Pump
Sumber : Data Primer
Persediaan Air
Persediaan air untuk fire pump 1210 A,C dan Jockey Pump bersumber pada Lagoon/kanal dengan kapasitas 38185 m3
Gambar 6.5 Lagoon
Sumber : Data Primer
Foam Rim Seal Floating Roof
Proteksi foam rim seal berfungsi menghasilkan foam solution untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran didaerah rim seal floating roof tank. Foam solution memadamkan api dengan metode smothering yaitu menyelimuti permukaan yang terbakar sehingga oksigen tidak bercampur dengan bahan bakar.Foam solution yang dimaksud adalah campuran antara air dan busa pemadam dengan nitrogen sebagai pendorongnya. Foam concentrate berupa cairan kimia yang digunakan untuk memadamkan api pada minyak. Busa pemadam api merupakan kumpulan buih buih atau gelembung gelembung kecil yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah bila dibanding dengan air atau minyak sehingga busa terapung diatas permukaan cairan.Pada tangki T-1306 C terpasang 5 unit foam rim seal disekeliling tanki bagian dalam dan pada bagian rim seal terpasang sensing line yang berfungsi sebagai sensor terhadap panas dari api jika terjadi kebakaran.Berikut rincian setiap unit foam rim seal tersebut :
Kapasitas foam tank 6 liter
Kapasitas water tank 135 liter
Tekanan nitrogen 160 bar
Tekanan sensing line 120 bar
Foam System terdiri dari :
Foam Solution : Foam Concentrate + Water
FOAM SOLUTIONAIRFOAM + WATERAir (udara)
FOAM SOLUTION
AIR
FOAM + WATER
+
FOAM MAKER 5 SET / TANK
FOAM MAKER 5 SET / TANK
Gambar 6.6 Rim Seal Foam
Sumber : Data Primer
Posisi Stanby :
Tekanan nitrogen cilinder 160 bar
Tekanan nitrogen cilinder regulator 5,5 bar (pressure yang akan bekerja ketika foam system aktif)
Pressure Sensing line yang ada di setiap skid 5,5 bar (sama dengan nitrogen cilinder regulator nitrogen cilinder regulator)
Kapasitas tangki air 135 liter
Kapasitas tangki foam 6 liter
Posisi Aquator valve/control valve CLOSE
Posisi main valve cylinder Nitrogen OPEN
System Operasi:
Sensing line/fire trash terpapar panas, kemudian pecah/bocor sehingga tekanan pada sensing line yang mulanya 120 psi menjadi 50 psi
Tekanan sensing line turun akan mentrigger valve aquator/control valve posisi OPEN
Dengan terbuka nya valve Aquator secara otomatis pressure nitrogen akan masuk ke water tank
Nitrogen akan mendorong air dan foam akan secara otomatis terikut oleh air
Foam solution akan mengalir ke pipa kemudian akan menambrak foam maker sehingga akan menghasilkan foam.
Pemeriksaan Dan Pengetesan Proteksi Kebakaran Pada Tanki Timbun T-1306 C
Fire hydrant
Fire hydrant berfungsi untuk menyalurkan atau mendistribusikan air ke titik-titik pengeluaran pada jaringan proteksi kebakaran, pemeriksaan dan pengetesan fungsi hydran dilakukan setiap 1 bulan sekali (NFPA 25). Hydran adalah jaringan instalasi pipa air yang dipasang untuk memadamkan kebakaran. Semua peralatan hydrant dicat dengan warna merah. Pada tangki T-1306 C terdapat 4 unit fire hydrant dengan 2 mata air ( 2,5 inch x 2,5 inch ). Sistem sambungan (coupling) yang dipakai adalah jenis thread coupling type yang nantinya dihubungkan dengan mobil kebakaran.
Pemeriksaan dan pengetesan setiap bulan meliputi :
Pemeriksaan akses menuju hydran tidak terhalang
Pemeriksaan kerusakan hydran
Pemeriksaan kondisi cat
Pemeriksaan outlet hydran dalam kondisi bersih dan kering
Tersedia valve pada setiap outlet
Penutup outlet terpasang dan rantai tersedia
Memberi pelumas/grease pada bagian yang bergerak
Pemeriksaan operating nut
Pengetasan hydran dilakukan dengan cara membuka valve outlet pada hydran dan memastikan aliran dalam kondisi normal.Selain pemeriksaan setiap bulan,pemeriksaan juga dilakukan setiap 1 tahun yaitu hydrant flow tetst.
Gambar 6.7 Pemeriksaan Fire Hydrant
Sumber : Data Primer
Fire Monitor
Pada tangki timbun T-1306 C tersedia 4 buah fire monitor. Fire monitor ini ditempatkan pada mengelilingi tangki tersebut. Fire monitor tersebut berupa tiang dengan nozzle yang dilengkapi dengan pegangan yang digunakan untuk mengendalikan arah pancar dari nozzle tersebut. Pemeriksaan dan pengetesan fungsi fire monitor dilakukan setiap 1 bulan sekali (NFPA…), Semua fire monitor dicat dengan warna merah. Pada tangki T-1306 C terdapat 4 unit fire monitor.
Pemeriksaan dan pengetesan setiap bulan meliputi :
Pemeriksaan akses menuju fire monitor tidak terhalang
Nozzle berfungsi
Tekanan dan aliran dalam kondisi normal
Swivel berfungsi
Pengunci swivel berfungsi
Pemeriksaan kondisi valve
Pemeriksaan kondisi cat
Memberi pelumas/grease pada bagian yang bergerak
Gambar 6.8 Pemeriksaan Fire Monitor
Sumber : Data Primer
Alat Pemadam Api Ringan
Pemeriksaan Apar di PT. SUCOFINDO dilakukan 2 kali dalam 1 tahun,
yaitu pemeriksaan setiap bulan dan pemeriksaan setiap 6 bulan sekali.
Pemeriksaan setiap bulan. Adapun pemeriksaannya meliputi:
Segel Pengaman
Kawat segel pengaman tidak putus/ kodisi disegel.
Pen pengaman ( safety pin ) harus terpasang dengan benar.
Rantai pen pengaman ( bila ada ) harus terpasang dengan benar.
Alat Pancar
Tuas atau pengatup untuk pengoperasian APAR (Operating Lever) harus dalam kondisi baik.
Handel pegangan untuk menenteng APAR (Carrying handle) harus dalam kondisi baik.
Selang pancar (hose) tidak bocor atau pecah.
Mulut pancar atau corong dan nosel (Horn and Nozzle) tidak tersumbat.
Seal pengaman pada mulut pancar tidak robek/ Apar bekas digunakan.
Tabung
Tabung tidak terkorosi atau cacat, cat kembali bila perlu.
Isi tabung dapat dilihat pada penunjuk tekanan.
Kartu Pemeriksaan
Plastik pembungkus kartu pemeriksaan tidak robek/bocor.
Hindari kartu pemeriksaan dari air dan kotoran.
Pengisian kartu sesuai jadwal pemeriksaan, diberi tanggal dan ditanda tangani.
Setiap Apar harus dilengkapi dengan kartu pemeriksaan.
Penempatan Apar
Tempatkan Apar 120 cm dari permukaan lantai.
Posisi Apar tidak terhalang dan mudah dijangkau
Setiap Apar diberi tanda segitiga warna merah scochlight.
Kotak Apar (bila ada, perbaiki dan cat kembali bula perlu).
Plastik pembungkus Apar bila rusak diganti baru.
Nomor inventaris Apar, harus sesuai dengan nomor penempatan
Pemeriksaan Setiap 6 bulan
Jenis serbuk kimia kering (Dry chemical)
Memeriksa kondisi serbuk, mungkin isinya berkurang atau terjadi penggumpalan.
Apabila APAR berjenis cartridge, Memeriksa kondisi cartridge, apabila beratnya kurang dari 10% diganti dengan yang baru.
Apabila APAR berjenis storage pressure, lakukan penimbangan APAR, bila beratnya berkurang 10% dari berat semula, pemadam dinyatakan afkir.
Memeriksa kondisi tabung, bila terkorosi berat diganti dengan yang baru, bila terkorosi ringan dibersihkan dan dicat kembali.
Memeriksa mulut pancar, kemungkinan rusak atau tersumbat.
Untuk APAR jenis Dry chemical harus dilakukan uji tekan dengan syarat:
Uji tekan minimal 1,5 kali tekanan kerja.
Uji tekan pertama tidak boleh lebih dari 12 tahun, sedang uji tekan berikutnya tidak boleh lebih dari 12 tahun.
Jenis Carbon Dioxide/ CO2
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menimbang tabung gas asam arang dari Apar tersebut, apabila berat totalnya kurang 10% dari berat semula (biasanya tertera dalam tabung) maka CO2 cartridge harus diganti baru.Untuk APAR jenis CO2 harus dilakukan uji tekan dengan syarat:
Uji tekan pertama minimal 1,5 kali tekanan kerja.
Uji tekan ulang 1,5 kali tekanan kerja.
Uji tekan pertama tidak boleh lebih dari 10 tahun, sedang uji tekan berikutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Apabila sewaktu dilakukan pemeriksaan rutin terdapat cacat karena karat,maka harus diuji tekan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan uji tekanan berikutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.
Gambar 6.9 Pemeriksaan APAR
Sumber : Data Primer
Fire Pump
Fire Pump untuk proteksi kebakaran tersedia 3 unit, yaitu:
Electric fire water pump 1210-A
Kapasitas : 3000 gallon/menit (US)
Diesel fire water Pump 1210-C
Kapasitas : 3000 gallon/menit (US)
Jockey Pump
Kapasitas : 220 gallon/menit (US)
Pompa pemadam kebakaran pada kondisi normal tidak ada yang dijalankan, sehingga tekanan pada fire water line disupply oleh jockey pump dengan tekanan antara 120-150 psi. Jockey pump akan bekerja secara otomatis apabila terjadi penurunan tekanan 120 psi (minimum) dan akan mati pada tekanan 150 psi (maximum). Fire pump dijalankan setelah ada permintaan yang bersifat emergency. Pemeriksaan dan pengetesan pompa-pompa tersebut dilakukan secara rutin setiap hari dan setiap minggu dengan tujuan agar kondisi pompa selalu siap apabila terjadi kebakaran. Untuk pemeriksaan dan pengetesan fire pump tersebut adalah tanggung jawab petugas pemadam kebakaran dan untuk pemeliharaan dan perbaikan adalah tanggung jawab departemen maintenance.
Pemeriksaan dan pengetesan setiap minggu meliputi :
Pemeriksaan sistem pelumasan pada bagian yang begerak
Pemeriksaan kondisi packing
Pressure gauge pada suction dan discharge pompa bekerja
Pemeriksaan level oli pada pompa
Pelindung gland spray pada tempatnya
Area pompa dalam kondisi bersih dan kering
Pemeriksaan level oli,ai radiator,dan bahan bakar pada mesin penggerak
Kekencangan belting dan selang radiator dalam kondisi bagus
Pengisian baterai bekerja
Instrumen pada mesin berfungsi
Pemeriksaan filter udara,bahan bakar dan oli
Pemeriksaan kondisi saluran buang/knalpot
Run test mesin selama 15 menit atau temperature tercapai
Selain pemeriksaan mingguan, fire pump juga diperiksa setiap bual (load test fire pump) dan setiap tahun (annual performance test fire pump)
Gambar 6.10 Pemeriksaan Fire Pump
Sumber : Data Primer
Water Cooling System
Sistem ini digunakan untuk mendinginkan tangki yang berada pada sekitar tangki timbun yang terbakar, hal ini dimaksudkan supaya panas yang ditimbulkan oleh tangki timbun yang terbakar tidak mengakibatkan fluida yang ada di dalam tangki timbun disekitarnya menjadi terbakar.Menurut NFPA standard 13 kapasitas pemadam kebakaran yang dialirkan oleh sprinkler sebesar 13 gpm dan semua sprinkler bekerja pada tekanan kerja minimum sebesar 0.5 bar.
Nozzle yang terpasang pada tangki timbun T-1306 C berjumlah 37 nozzle dan terhubung dengan pipa 4 inchi,memilik 1 buah valve untuk pengoperasian serta terhubung ke fire water line.
Pemeriksaan dan pengetesan setiap bulan meliputi :
Pemeriksaan kondisi sitem perpipaan
Pemeriksaan kondisi dan jumlah nozzle
Pemeriksaan kondisi valve utama
Pemeriksaan tekanan air
Gambar 6.11 Pemeriksaan dan Pengetesan Water Drencher
Sumber : Data Primer
Foam Rim Seal Floating Roof
Proteksi foam rim seal berfungsi menghasilkan foam solution untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran didaerah rim seal floating roof tank. Foam solution memadamkan api dengan metode smothering yaitu menyelimuti permukaan yang terbakar sehingga oksigen tidak bercampur dengan bahan bakar..Pada tangki T-1306 C terpasang 5 unit foam rim seal disekeliling tanki bagian dalam dan pada bagian rim seal terpasang sensing line yang berfungsi sebagai sensor terhadap panas dari api jika terjadi kebakaran.Pemeriksaan dilakukan setiap minggu
Pemeriksaan setiap minggu meliputi :
Pemeriksaan tekanan botol nitrogen
Pemeriksaan tekanan sensing line
Pemeriksaan kondisi valve dan aksesoris lainnya
Pemeriksaan level tangki air
Pemeriksaan level foam
Pemeriksaan kondisi selang sensing line
Pemeriksaan cylinder dari kerusakan
Gambar 6.12 Pemeriksaan Foam Rim Seal
Sumber : Data Primer
BAB VII
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan yang penulis lakukan maka dapat diambil kesimpulan mengenai proteksi kebakaran tangki timbun PT.SUCOFINDO adalah sebagai berikut :
Tanki T – 1306 C berada ± 500 meter dari pemukiman penduduk dan dekat dengan area produksi, memiliki potensi besar untuk terjadinya kebakaran dan ledakan.
Tipe tanki T – 1306 C adalah floting roof tank, yaitu tangki dengan atap terapung, atap tangki dapat bergerak keatas dan kebawah sesuai dengan tinggi permukaan cairan di dalam tangki pada saat itu, sekeliling atap tangki di lengkapi dengan perapat (seal) untuk menahan uap minyak yang keluar melalui sela-sela diantara atap dengan dinding tangki. Tangki berukuran tinggi 20 meter dan diameter 36 meter bisa menampung 500.000 barrel crude oil Tangki berukuran tinggi 20 meter dan diameter 36 meter.
Kandungan fluida yang berada di dalam tanki yaitu crude oil, memiliki flash point < 100 F dan merupakan flammable liquid dengan potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang tinggi.
Sistem proteksi yang telah tersedia pada tanki T – 1306 C adalah :
Foam Rim Seal
Berdasarkan hasil observasi visual dan perhitungan foam yang terpasang di tanki T – 1306 C sudah memenuhi persyaratan standar dari NFPA, namun beberapa botol nitrogen sebagai pendorong dalam kondisi kosong.
Fire Hydrant
Fire hydrant yang terdapat pada tangki timbun T – 1306 C sebanyak 4 unit dan berfungsi dengan baik, pemeriksaan, pengetesan dan pemeliharaan dilakukan secara rutin setiap bulan.
Fire Monitor
Fire monitor yang terdapat pada tangki timbun T – 1306 C sebanyak 4 unit dan berfungsi dengan baik, pemeriksaan,pengetesan dan pemeliharaan dilakukan secara rutin setiap bulan dan telah sesuai dengan standar NFPA 25.
APAR
APAR yang terdapat pada tangki timbun T – 1306 C sebanyak 1 buah yaitu dry chemical cartridge ukuran 18 lbs dan dipasang dekat tangga masuk tangki.Pemeriksaan dan pemeliharaan dilakukan setiap bulan dan telah sesuai dengan standar NFPA 10.
Fire Pump
Fire Pump untu proteksi kebakaran tangki timbun T – 1306 C berjumlah 4 unit yaitu:
1 unit elektric jockey pump
1 unit elektric fire pump
2 unit diesel fire pump
Pemeriksaan, pengetesan dan pemeliharaan dilakukan mingguan untuk running tes, bulanan untuk load test,dan tahunan untuk performance fire pump dan telah sesuai dengan standar NFPA 25.
Sumber Air (Lagoon)
Sumber air untuk kebutuhan pemdam kebakaran berasal dari lagoon/kanal dengan kapasitas air 38185 m3.
Saran
Penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai masukan kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
Adapun saran-sarannya antara lain:
Tindak lanjut untuk beberapa temuan terutama pada botol nitrogen untuk foam rim seal sebaiknya segera dilakukan pengisian ulang agar ketika terjadi kebakaran pada tangki,fire proteksi busa rim seal dapat berfungsi dengan baik.
Sistem alarm yang terpasang di control room untuk mengetahui abnormal kondisi pada fire proteksi busa rim seal sebaiknya difungsikan kembali supaya operator dapat mengetahui secara dini kondisi fire proteksi foam rim seal yang ada di dalam tangki tersebut.
Tekanan air yang ada di fire water line sebaiknya dimaintain pada tekanan 150 psi sesuai standar NFPA 25.
DAFTAR PUSTAKA
Belajar Dunia Migas http://belajarduniamigas.blogspot.com/2011/11/tangki-timbun.html. Diakses tanggal 23 September 2016
Kepmenaker RI No. KEP-186/ MEN/ 1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
National Fire Protection Association.2010.NFPA 10, Standard for Portable Fire Extinguishers.USA : National Fire Protection Association.
National Fire Protection Association.2010.NFPA 11, Standard for Low Medium and High-Expansion Foam.USA : National Fire Protection Association.
National Fire Protection Association.2010.NFPA 20, Standard for the Installation of Stationary Pumps for Fire Protection.USA : National Fire Protection Association.
Nizhenifa Falenshina. Pre Fire Plan Pada Tanki T – 77 Sungai Gerong PT.Pertamina RU. Palembang: Departemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2012
Permenakertrans No. Per. 04/ MEN/ 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan
dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
National Fire Protection Association.2010.NFPA 25, Standard for the Inspection, Testing, and Maintenance of Water-Based Fire Protection Systems.USA : National Fire Protection Association.
PT.SUCOFINDO,2002.Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran PT.SUCOFINDO.
PT.SUCOFINDO,2002. Panduan Fasilitas Pemadam Kebakaran Serta Sistim dan Prosedur PT.SUCOFINDO
Sholihah Isnaini. Apar ( Alat Pemadam Api Ringan ) Dan Instalasi Hydrant Sebagai Salah Satu Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Di Area Pabrik I Pt. Petrokimia Gresik : Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.