BAB II LAPORAN PENDAHULUAN A. Defi Defini nisi si
Kolelitiasis atau batu empedu pada hakekatnya merupakan endapan satu satu atau atau lebih lebih kompone komponen n empedu empedu (koles (kolester terol, ol, biliru bilirubin bin,, garam garam empedu empedu,, kalsium dan protein). (Price, 1994). Kolelitiasis ( kalkuli atau batu empedu ) biasanya di bentuk dalam kadung empedu dari bahan-bahan padat empedu dalam hal bentuk, ukuran, dan komposisinya ada dua jenis utama batu empedu batu pigmen yang terdiri atas pigmen empedu tak jenuh yang jumlahnya berlebihan, dan batu kolestrol, yang merupakan bentuk paling umum. !aktor-"aktor resiko pada batu empedu termasuk sirois, hemolisis, dan in"eksi percabangan saluran empedu "aktor"aktor resiko untuk batu kolestrol termasuk kontrasepsi oral, estrogen, dan klo"ibrat. klo"ibrat. #anita #anita mengalami batu kolestrol kolestrol dan penyakit penyakit kandung empedu empat kali lebih sering di banding pria biasanya di atas 4$ tahun, multi para, dan obesitas. Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam kandung empedu. empedu. Komposisi Komposisi dari kolelitia kolelitiasis sis adalah campuran campuran dari kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik.(#ayan, inorganik.(#ayan, %$$&) Koleli Kolelitia tiasis sis adalah adalah adanya adanya batu batu yang yang terdapa terdapatt di dalam dalam kandung kandung empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya.
B. Klasi Klasifik fikasi asi Batu Batu
'enuru 'enurutt ganbara ganbaran n makro makrosko skopik pik dan kompos komposisi isi kimiany kimianya, a, terdap terdapat at tiga tiga golongan besa batu empedu. 1. Batu empedu kolesterol yang yang berbent berbentuk uk oal, multifocal atau atau mulberry dan mengandung &$* kolesterol. +erbentuknya batu kolesterol diaali adanya presipitasi kolesterol yang membentuk kristal kolesterol. eberapa
1
kondisi yang menyebabkan terjadinya presipitasi kolesterol adalah absorpsi air air, abso absorp rpsi si gara garam m emped empedu u dan dan "os" "os"ol olip ipid id,, sekr sekres esii kole kolest ster erol ol yang yang berlebihan pada empedu, adanya in"lamasi pada epitel kandung empedu dan dan kega kegaga gala lan n untu untuk k meng mengos oson ongk gkan an isi isi kand kandun ung g empe empedu du,, adan adany ya ketidakseimbangan antara sekresi kolesterol, "os"olipid dan asam empedu, peningkatan
produksi musin
di kandung
empedu
dan
penurunan
kontrak kontraktil tilita itass dari dari kandung kandung empedu. empedu. atu atu kolest kolestero eroll terben terbentuk tuk ketika ketika konsentrasi kolesterol dalam saluran empedu melebihi kemampuan empedu untuk mengikatnya dalam suatu pelarut, kemudian terbentuk kristal yang selanjutnya membentuk batu. Pembentukan batu kolesterol melibatkan tiga proses yang panjang yaitu pembentukan empedu yang sangat jenuh (supersaturasi), pembentukan kristal kolesterol dan agregasi serta proses pertumbuhan batu. Proses supersaturasi terjadi akibat peningkatan sekresi kolesterol, penurunan sekresi garam empedu atau keduanya.(aid, 1994) %. Batu Kalsium Bilirubina Pi!men "oklat#$ batu pigmen coklat terbentuk akibat akibat adanya adanya "aktor "aktor stasis stasis dan in"eks in"eksii salura saluran n empedu. empedu. /tasis /tasis dapat dapat disebabkan disebabkan adanya adanya dis"ungsi dis"ungsi s"ingter 0ddi, striktur, striktur, operasi operasi bilier, bilier, dan parasit. ila terjadi in"eksi saluran empedu, khususnya .coli, kadar en2im 3-gluk 3-glukoro oronid nidase ase yang yang berasa berasall dari dari bakteri bakteri akan dihidr dihidroli olisas sasii menjad menjadii bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium meningkat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. alam studi kami sendiri sendiri didapatkan didapatkan adanya hubungan antara in"eksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen coklat. aik en2im 3- glukoronidase endogen endogen maupun maupun yang yang berasa berasall dari dari bakteri bakteri ternya ternyata ta mempuny mempunyai ai peran peran penting dalam pembentukan batu pigmen. mumnya batu pigmen coklat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu terin"eksi. 5. Batu Pi!men Hitam$ batu ini merupakan tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik dan sirosis hati. atu pigmen ini terutama terdiri dari deriat polymerized deriat polymerized bilirubin. bilirubin. Patogenesi terbentuknya batu pigmen hitam ini belum jelas. mumnya terbentuk dalam kandung empedu yang steril. atu atu pigm pigmen en hita hitam m terj terjad adii akib akibat at meli melimp mpah ahny nyaa bili biliru rubi bin n tak tak terkonjugasi dalam cairan empedu. Peningkatan ini disebabkan oleh karena peningkatan sekresi bilirubin akibat hemolisis, proses konjugasi bilirubin yang yang tidak tidak sempur sempurna na (penya (penyakit kit sirosi sirosiss hati) hati) dan proses proses dekonju dekonjugas gasi. i. ilirubin ilirubin tak terkonjugasi terkonjugasi ini kemudian kemudian membentuk membentuk kompleks kompleks dengan ion
2
kalsium bebas membentuk kalsium bilirubinat yang mempunyai si"at sangat tidak larut. Proses asidi"ikasi yang tidak sempurna menyebabkan peningkatan p6, dan keadaan ini merangsang pembentukan garam kalsium. Kalsium bilirubinat yang terbentuk terikat dengan musin tertahan di kandung empedu. 6al ini sebagai aal proses terbentuknya batu. (lesmana, 1999)
%. Etiolo!i
tiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun "aktor
predisposisi
terpenting,
yaitu
gangguan
metabolisme
yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan in"eksi kandung empedu. Perubahan
komposisi empedu
kemungkinan
merupakan "aktor
terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. /tatis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresi", perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsurunsur tersebut. 7angguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. !aktor hormonal (hormon kolesistokinin
dan
sekretin)
dapat
dikaitkan
dengan
keterlambatan
pengosongan kandung empedu. 8n"eksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. 'ukus meningkatkan iskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasipengendapan. 8n"eksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu, dibanding panyebab terbentuknya batu.(Price, 1994) D. &anifestasi Klinis
3
'. Kolik Billier
:ika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya in"eksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yapng menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersi"at kolik melainkan persisten. /erangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. alam keadaan distensi, bagian "undus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 1$ kanan. /entuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada. (. Ikterus
0bstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu gatah empedu yang tidak lagi dibaa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berarna kuning. ). Defisiensi *itamin
0bstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi itamin <,,,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala de"isiensi itamin-itamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. e"isiensi itamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal. +. Kolesistitis Akut
/ebagian besar (9$-9=*) kasus kolesistitis akut disertai kolelitiasis dan keadaan ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ tersebut. >espon peradangan dapat dicetuskan tiga "aktor yaitu a) in"lamasi mekanik yang dicetuskan
oleh
kenaikan
tekanan
intra
lumen
dan
distensi
menyebabkan iskemia mukosa dan dinding kandung empedu, b) in"lamasi kimiai akibat pelepasan lesitin, c) in"lamasi bakteri yang memegang peran pada sebagian besar pasien dengan kolesititis akut.
4
,. Koledokolitiasis dan Kolan!itis
atu kandung empedu dapat bermigrasi masuk ke diktus koledokus melalui duktus sistikus (koledokolitiasis sekunder) ata batu empedu
dapat
juga
terbentuk
pdi
dalam
ssluran
empedu
(koledokolitiasis primer). 7ambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruksi", kolangitis dan pankreatitis. +ujuh puluh empat pasien dengan koledokolitiasis simtomatik memperlihatkan baha nyeri dan ikterus merupakan gejala utama. (lesmana, 1999)
E. KO&PLIKA-I
1)
Kolesistisis Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan in"eksi dan peradangan kandung empedu.
%)
Kolangitis Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena in"eksi yang menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluransaluran menjadi terhalang oleh sebuah batu empedu.
5)
6idrops 0bstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu. alam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya. 6idrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersi"at kurati".
4)
mpiema Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jia dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
. Patofisiolo!i
atu empedu terjadi karena adamya 2at tertentu dalam empedu yang hadir dalam konsentrasi yang mendekati batas kelarutan mereka. ila empedu terkonsentrasi di dalam kandung empadu, larutan akan berubah menjadi jenuh dengan bahan-bahan
tersebut,
kemudian endapan
5
dari larutan
akan
membentuk kristal mikroskopis. Kristal terperangkap dalam mukosa bilier, akan mengahasilkan suatu endapan. 0klusi dari saluran oleh endapan dan batu menghasilkan komplikasi penyakit batu empedu. Pada kondisi normal kolesterol tidak mengendap di empedu karena mengandung garam empedu terkonjugasi dan lesitin dalam jumlah cukup agar kolesterol berada di dalam larutan misel. :ika rasio konsentrasi kolesterol berbanding garam empedu dan lesitin meningkat, maka larutan misel menjadi sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin karena hati memproduksi kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. ?at ini kemudian mengendap pada lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol. ilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara akti" disekresi ke dalam empedu oleh dati. /ebagian besar bilirubin di dalam empedu berada dalam bentuk konjugat glukoronida yang larut dalam air dan stabil, tetapi sebagian kecil terdiri dari bilirubin tak terkonjugasi. ilirubin tak terkonjugasi, seperti lemak, "os"at, karbonat, dan anion lainnya cenderung untuk membentuk presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu secara pasi" bersama dengan elektrolit lain. alam situasi pergantian heme tinggi, seperti hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkinberada dalam empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya.
Kalsium bilirubinat mungkin kemudian mengkristal dari larutan
dan akhirnya membentuk batu pigmen hitam. mpedu yang biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak biasa (misalnya ada striktur bilier), mungkin terkolonisasi dengan bakteri. akteri menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dari hasil peningkatan bilirubin tak terkonjugasi dapat menyebabkan presipitasi terbentuknya kristal kalsium bilirubinat, bakteri hidrolisis lesitin menyebabkan pelepasan asam lemak yang komplek dengan kalsium dan endapan dari larutan lain. Konkresi yang dihasilkan memiliki konsistensi disebut batu pigmen coklat. atu empedu kolesterol dapat terkoloni dengan bakteri dan dapat menimbulkan peradangan mukosa kandung empedu. n2im dari bakteri dan leukosit menghidrolisis bilirubin konjugasi dan asam lemak.
6
untuk sementara aktu, tekanan di duktus biliaris akan meningkat dan peningkatan peristaltik di tempat penyumbatan mengakibatkan nyeri isera di daerah epigastrum, mungkin dengan penjalaran ke punggung. >espon nyeri, gangguan gastrointestinal dan anoreksia akan meningkatkan penurunan intake nutrisi. >espon komplikasi akut dengan peradangan akan memberikan mani"estasi peningkatan suhu tubuh. >espon kolik bilier secara kronis akan meningkatkan kebutuhan metabolisme sehingga pasien cenderung mengalami kelelahan. >espon adanya batu akan dilakukan interensi medis pembedahan, interensi litotripsi atau interensi endoskopi.
7
/. 0O%
/. 0O% &erosis he atis
Infeksi bakteri
#angguan
Bilirubin tak !enurunan pembentukan misel
!erubahan komposisi empe"u$ stasis
Kalsium Kalsium palmiat "an
Batu pigmen BATU
&ekresi empe"u jenih !embentukan kristal
Batu
EMPEDU/
klusi "an obstruksi "ari
Konsentrasi kolesterol melebihi kemampuan empe"u
#aram
Ikterus
bstruksi "uktus sistikus "an "uktus
bstruksi getah empe"u ke
)iserap oleh "arah
8
#gg gastrointestinal
+ual$ muntah$
Intake nutrisi "an ,airan t"ak a"ekuat
+K - .esiko Keti"akseimbang an nutrisi kurang "ari kebutuhan
Kolik
.espon sistemik
/'eri epigastr
&uhu tubuh
+K - ggg ken'amana n n'eri akut
+K hipertemia
+K - .esiko Keti"akseim bangan olume
*
H. Pemeriksaan Radiolo!i '.
Ultrasono!rafi U-/#
ltrasonogra"i mempunyai derajat spesi"isitas dan sensiti"itas yang
#gg gastrointestinal
+ual$ muntah$
Intake nutrisi "an ,airan t"ak a"ekuat
+K - .esiko Keti"akseimbang an nutrisi kurang "ari kebutuhan
Kolik
.espon sistemik
/'eri epigastr
&uhu tubuh
+K - ggg ken'amana n n'eri akut
+K hipertemia
+K - .esiko Keti"akseim bangan olume
*
H. Pemeriksaan Radiolo!i '.
Ultrasono!rafi U-/#
ltrasonogra"i mempunyai derajat spesi"isitas dan sensiti"itas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. engan /7 juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena "ibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. atu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. engan /7 punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
(gambar sg batu empedu) (. %12-"an
'etode ini juga merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebarab saluran empedu dan koledokolitiasis.
H. Pemeriksaan Radiolo!i '.
Ultrasono!rafi U-/#
ltrasonogra"i mempunyai derajat spesi"isitas dan sensiti"itas yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. engan /7 juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena "ibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. atu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. engan /7 punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
(gambar sg batu empedu) (. %12-"an
'etode ini juga merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebarab saluran empedu dan koledokolitiasis.
1
). ER%P Endos"opi" Retro!rade %3olan!io Pan"reato!rap34#
@aitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam
). ER%P Endos"opi" Retro!rade %3olan!io Pan"reato!rap34#
@aitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. !ungsi >AP ini memudahkan isualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu >AP ber"ungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.
I. Penatalaksanaan 1erapi '. 1erapi Litosis -istemik
+erapi asam empedu oral yang dianjurkan adalah kombinasi antara chenodeoxy cholic acid (AA<) dan Ursodeoxycholic acid (A<). 'ekanisme kerja A< adalah mengurangi penyerapan kolesterol intestinal sedangkan AA< mengurangi sintesis hepatik. Kombinasi AA< dan A< B-1$ mgkghari menurunkan kadar kolesterol empedu secara bermakna tanpa gejala samping. /yarat untuk terapi litolisis oral meliputi kepatuhan untuk berobat selama dua tahun, tipe batu kolesterol, kandung empedu harus ber"ungsi pada kolesistogra"i oral, dan batu tidak terlalu besar.
11
(. Litolisis Lokal
Methil ter-butyl ether ('+) adalah eter alkil yang berbentuk liCuid pada suhu badan dan mempunyai kapasitas tinggi untuk
(. Litolisis Lokal
Methil ter-butyl ether ('+) adalah eter alkil yang berbentuk liCuid pada suhu badan dan mempunyai kapasitas tinggi untuk melarutkan batu kolesterol. ). Extracorporeal Shock-wave-lithotripsy E-0L#
atu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang dihasilkan di luar badan oleh alat elektrohidrolik, elektromagnetik atau elektrik-Pie2a.
iasanya
/7
digunakan
untuk
mengarahkan
gelombang ke arah batu yang terletak di kandung empedu. 7elombang akan meleati jaringan lunak dengan sedikit absorbsi sedangkan batu akan menyerap enersi dan terpecahkan. iasanya tehnik ini disertai pemberian asam empedu oral AA< atau A<. 5. Penatalaksanaan Beda3 '. Open Kolesistektomi
0perasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu
empedu
simtomatik.
8ndikasi
yang
paling
umum
untuk
kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma A, perdarahan, dan in"eksi. ata baru-baru ini menunjukkan mortalitas pada pasien yang menjalani kolesistektomi terbuka pada tahun 19B9, angka kematian secara keseluruhan $,1& *, pada pasien kurang dari D= tahun angka kematian $,$5 * sedangkan pada penderita diatas D= tahun angka kematian mencapai $,= *. (. Kolesistektomi Laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal, pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan peraatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah. 8ndikasi tersering adalah nyeri bilier yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. >esiko trauma duktus biliaris sering
12
dibicarakan, namun umumnya berkisar antara $,=E1*. engan menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan akti"itas normal dalam 1$ hari,
dibicarakan, namun umumnya berkisar antara $,=E1*. engan menggunakan teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali menjalankan akti"itas normal dalam 1$ hari, cepat bekerja kembali, dan semua otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk akti"itas olahraga.
13
14
BAB III Asu3an Kepera6an Den!an Pasien Kolelitiasis
BAB III Asu3an Kepera6an Den!an Pasien Kolelitiasis
A. Pen!ka7ian
sia
/etelah usia 1= tahun prealensi kolelitiasi meningkat.
:enis kelamin
perempuan lebih cenderung terkena kolelitiasis daripada laki-laki. Prealensinya mencapai 41.
Keluahan tama
pasien dengan kolelitiasis biasanya mengeluh nyeri kolik bilier.
>iayat Penyakit sekang kondisi nyeri (P biasanya nyeri bertambah ketika ada penekanan pada abdomen, F seperti nyeri tusuk, >
menggigil
dan
disertai
gangguan
gastrointestinal seperti sakit perut, rasa terbakar pada epigastrik, mual, muntah, anoreksia. >iayat Penyakit ahulu biasaya ada "aktor predisposisi penyebab kolelitiasis. Peraat mengkaji adanya kondisi obesitas,
penyakit
',
,
hipertensi,
dan
hiperlipidemia berhubungan dengan peningkatan sekresi kolesterol hepatika dan merupakan "aktor resiko utama pengembangan batu empedu. >iayat
penyakit
Keluarga
dari
data
yang
ada
kolelitiasis
memperlihatkan ariasi genetik. Peraat perlu mengkaji kondisi sakit dari generasi terdahulu, karena beberapa pasien cenderung memiliki kondisi penyakit herediter. B.
Pemeriksaan isik
'. Keadaan umum 8 Baik
15
Kesadaran compos mentis (. 9ital si!n
+ekanan darah biasanya pasien kolelitiasis sebelumnya menderita
Kesadaran compos mentis (. 9ital si!n
+ekanan darah biasanya pasien kolelitiasis sebelumnya menderita hipertensi. (14$9$ mm6g) Gadi biasanya Gadi pasien kolelitiasis tinggi 1$$ H menit. >espiration rate >> tinggi ( %4 H per menit) /uhu karena adanya respon in"lamasi suhu badan pasien tinggi ( 5&,= $ A) ). Kepala
'ata Konjunctia anemis (--), sklera ikterik (I), pupil isokor, re"lek cahaya (II) 6idung Ga"as cuping hidung (-), de"ormitas (-), polip (-), perdarahan (-), lendir (-), sumbatan (-) 'ulut mukosa kering, sianosis (I). +. Le3er
+ampak simetris, lim"onodi tidak teraba, pembesaran kelenjar tiroid (-) ,. 13ora:
8nspeksi >etraksi (-), de"ormitas (-) Palpasi gerak na"as simetris Perkusi sonor
8nspeksi datar, eritem (-), sikatrik (-)
/uperior 8 gerak akti" (II), gerak pasi" (II). dem (--), akral dingin, turgor menurun.
16
%. Analisis data
Go. 1.
ata s
toilogi pasien 0bstruksi duktus
'asalah Gyeri
%. Analisis data
Go. 1.
ata s
toilogi pasien 0bstruksi duktus
mengeluh nyeri di
sistikus dan duktus
perut bagian kanan
biliaris
'asalah Gyeri
atas. o >> biasanya tinggi %4 H menit, G juga tinggi 1$$ H
istensi dktus biliaris dan peningkatan kontraksi periltastik
menit P nyeri bertambah ketika
Kolik bilier
terjadi
tekanan
di
abdomen.
Gyeri epigastrum
F nyeri tusuk > abdomen kanan atas,
menjalar
ke
punggung. /& + malam hari, 5$%.
D$ menit. s
Pasien
0bstruksi duktus
Ketidakseimbangan
mengeluh
mual,
sistikus dan duktus
nutrisi kurang dari
muntah dan tidak
biliaris
na"su makan. o Klinis
pasien
terlihat lemas dan pucat,
mengalami
penurunan lemak
istensi dktus biliaris dan peningkatan kontraksi periltastik
, 7angguan
subkutan
17
tipis.
gastrointestinal
Jab Protein biasanya
'ual, muntah,
kebutuhan tubuh.
tipis.
gastrointestinal
Jab Protein biasanya
'ual, muntah,
rendah (G D,1-B,%
anoreksia
gr),
rendah (G 5,B-=,$
8ntake nutrisi dan
gr), gula darah PP
cairan tdak adekuat
(1$$-1%$ mgdl) 5.
s
0bstruksi duktus
o suhu badan pasien
5B$A,kulit
hangat,
takikardia,
kulit kemerahan.
6ipertermi
sistikus dan duktus biliaris
istensi dktus biliaris dan peningkatan kontraksi periltastik respon sistemik in"lamasi
4.
s
pasien
mengatakan haus.
/uhu tubuh meningkat 0bstruksi duktus sistikus dan duktus
o +urgor kulit, membran
mukosa
kering, suhu badan pasien dibaah
rendah 5D,D$
biliaris istensi dktus biliaris dan peningkatan kontraksi periltastik
A,dan nadi pul"us 7angguan
par"us(Aepat lemah).
gastrointestinal
'ual, muntah,
18
anoreksia
8ntake nutrisi dan
>esiko Ketidakseimbangan olume cairan
anoreksia
8ntake nutrisi dan cairan tdak adekuat
D. Dia!nosa Kepera6atan
1. Gyeri akut b.d respon in"lamasi %. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia , muntah dan gangguan pencernaan. 5. 6ipertermi b.d kerusakan kontrol suhu sekunder akibat in"lamasi. 4. >esiko Ketidakseimbangan olume cairan b.d muntah mual.
1*
E. Inter*ensi Kepera6atan
Go. iagnosa +ujuan 1. Gyeri akut b.d alam aktu 5 jam respon in"lamasi setelah diberikan tindakan keperaatan pasien mengatakan nyerinya berkurang.
Kriteria 6asil a. /ecara subyekti" pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi b. /kala nyeri % c ++ dalam
8nterensi 1. 0bserasi karakteristik nyeri mulai dari penyebab, lokasi, skala dan aktu. (PF>/+) %. erikan posisi "oler. 5. erikan kompres hangat
>asional 1. 'embantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan in"ormasi tentang kemajuan perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan kee"ikti"an
E. Inter*ensi Kepera6atan
Go. iagnosa +ujuan 1. Gyeri akut b.d alam aktu 5 jam respon in"lamasi setelah diberikan tindakan keperaatan pasien mengatakan nyerinya berkurang.
%.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia , muntah dan gangguan pencernaan.
alam aktu 5 H %4 jam setelah dilakukan tindakan keperaatan pasien dapat mempertahankan
Kriteria 6asil a. /ecara subyekti" pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi b. /kala nyeri % c. ++ dalam batas normal dan pasien terlihat tenang.
8nterensi 1. 0bserasi karakteristik nyeri mulai dari penyebab, lokasi, skala dan aktu. (PF>/+) %. erikan posisi "oler. 5. erikan kompres hangat pada area nyeri. 4.
'enunjukkan
1. 0bserasi status nutrien pasien, turgor kulit, , peningkatan na"su riayat mualmuntah dan makan dan intregitas mukosa. menunjukkan %. Pertahankan kebersihan peningkatan , mulut.
>asional 1. 'embantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan in"ormasi tentang kemajuan perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan kee"ikti"an interensi %. Posisi "oler menurunkan tekanan intraabdomen. 5. "ek dilatasi dinding empedu memberikan respon spasme otot menurun sehingga nyeri berkurang. 4. Pengalihan perhatian akan mengurangi nyeri yang dirasakan. =.
2
kebutuhan nutrisi pasien tidak merasa 5. erikan makanan selagi yang adekuat. mual muntah, hangat. 4. Kolaborasi dengan ahli gi2i pasien tidak terlihat dengan memberikan diet lemas dan pucat, makanan rendah kolesterol. mengalami peningkatan .
menurunkan na"su makan. 5. 'akanan hangat akan meningkatkan na"su makan pasien dan dapat meningkatkan intake nutrisi yang adekuat. 4. iet rendah kolesterol akan mengurangi terbentuknya batu empedu.
Jab
5.
6ipertermi b.d alam aktu % H %4 kerusakan kontrol jam setelah suhu sekunder dilakukan tidakan akibat in"lamasi. keperaatan pasien menunjukkan penurunan suhu badan.
Protein (G D,1B,% gr),
1. 0bserasi suhu badan pasien. %. erikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. 5.+ingkatkan intake nutrisi pasien. 4.Kolaborasi pemberian antipiretik.
1. 'emantau terj adinya peningkatan suhu yang tidak diinginkan. %. apat membantu mengurangi demam, penggunaan esalkohol mungkin menyebabkan kedinginan. /elain itu alkohol dapat mengeringkan kulit. 5.
21
cairan dan nutrisi. 4.
4.
>esiko Ketidakseimbangan olume cairan b.d muntah mual.
setelah dilakukan tindakan keperaatan selama 5 H %4 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara
+anda ital dalam batas normal (G 1%$-D$ Hmnt, /; 5D,=-5&,=$ c, >> 1D-%4 Hmnt ), turgor kulit baik, membran mukosa
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit. %. Pantau intake dan output. 5. +imbang berat badan setiap hari. 4.
1. Penurunan sisrkulasi olume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. eteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki de"isit. %. ehidrasi dapat meningkatkan
kebutuhan nutrisi pasien tidak merasa 5. erikan makanan selagi yang adekuat. mual muntah, hangat. 4. Kolaborasi dengan ahli gi2i pasien tidak terlihat dengan memberikan diet lemas dan pucat, makanan rendah kolesterol. mengalami peningkatan .
menurunkan na"su makan. 5. 'akanan hangat akan meningkatkan na"su makan pasien dan dapat meningkatkan intake nutrisi yang adekuat. 4. iet rendah kolesterol akan mengurangi terbentuknya batu empedu.
Jab
5.
6ipertermi b.d alam aktu % H %4 kerusakan kontrol jam setelah suhu sekunder dilakukan tidakan akibat in"lamasi. keperaatan pasien menunjukkan penurunan suhu badan.
Protein (G D,1B,% gr),
1. 0bserasi suhu badan pasien. %. erikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol. 5.+ingkatkan intake nutrisi pasien. 4.Kolaborasi pemberian antipiretik.
1. 'emantau terj adinya peningkatan suhu yang tidak diinginkan. %. apat membantu mengurangi demam, penggunaan esalkohol mungkin menyebabkan kedinginan. /elain itu alkohol dapat mengeringkan kulit. 5.
21
cairan dan nutrisi. 4.
4.
>esiko Ketidakseimbangan olume cairan b.d muntah mual.
setelah dilakukan tindakan keperaatan selama 5 H %4 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
+anda ital dalam batas normal (G 1%$-D$ Hmnt, /; 5D,=-5&,=$ c, >> 1D-%4 Hmnt ), turgor kulit baik, membran mukosa bibir basah.
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit. %. Pantau intake dan output. 5. +imbang berat badan setiap hari. 4.
1. Penurunan sisrkulasi olume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. eteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki de"isit. %. ehidrasi dapat meningkatkan laju "iltrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 5. 'endeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg sama dengan kehilangan cairan 1 liter. 4. 'engganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
22
BAB 9 PENU1UP
A. Kesimpulan
Pada kasus kolelitiasis yang di alami oleh klien dapat di simpulkan baha penyebab kolelitiasis klien adalah usia klien
berumur 4$ tahun, riayat
cairan dan nutrisi. 4.
4.
>esiko Ketidakseimbangan olume cairan b.d muntah mual.
setelah dilakukan tindakan keperaatan selama 5 H %4 jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
+anda ital dalam batas normal (G 1%$-D$ Hmnt, /; 5D,=-5&,=$ c, >> 1D-%4 Hmnt ), turgor kulit baik, membran mukosa bibir basah.
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit. %. Pantau intake dan output. 5. +imbang berat badan setiap hari. 4.
1. Penurunan sisrkulasi olume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. eteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki de"isit. %. ehidrasi dapat meningkatkan laju "iltrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme. 5. 'endeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg sama dengan kehilangan cairan 1 liter. 4. 'engganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral.
22
BAB 9 PENU1UP
A. Kesimpulan
Pada kasus kolelitiasis yang di alami oleh klien dapat di simpulkan baha penyebab kolelitiasis klien adalah usia klien yang berumur 4$ tahun, riayat penggunaan kontrasepsi oral, dan kebiasaan makan klien yang biasanya mengonsumsi makanan yang berlemak dan bersantan.
B. -aran
1. 'eningkatkan pengetahuan dengan mencari in"ormasi terkait "aktor resiko dan etiologi kolelitiasis. %. 'erubah perilaku dan gaya hidup kearah lebih sehat untuk meningkat derajat kesehatan.
BAB 9 PENU1UP
A. Kesimpulan
Pada kasus kolelitiasis yang di alami oleh klien dapat di simpulkan baha penyebab kolelitiasis klien adalah usia klien yang berumur 4$ tahun, riayat penggunaan kontrasepsi oral, dan kebiasaan makan klien yang biasanya mengonsumsi makanan yang berlemak dan bersantan.
B. -aran
1. 'eningkatkan pengetahuan dengan mencari in"ormasi terkait "aktor resiko dan etiologi kolelitiasis. %. 'erubah perilaku dan gaya hidup kearah lebih sehat untuk meningkat derajat kesehatan.
23
P/+
Aarpenito, Jynda :uall. %$$D. Buku Saku Diagnosis Keperawatan !disi "#. :akarta 7A. ster,
'onica.
%$$1.
Keperawtan
medikal
Bedah
Kolelitiasis
Pada
$endekatan
Sistem
%astrointestinal . :akarta 7A. 8
#ayan
7ustaan.
%$11.
(8nternet).
indonesia.digitaljournals.orgindek.phpidnmedarticlepd". iakses pada B 'ei %$1%. J.<, Jesmana. 1999. Buku &'ar (lmu $enyakit Dalam )ilid ( !disi ketiga. :akarta alai Penerbit !K8. 'uttaCin,
24