LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL PADA ANAK
Untuk Memenuhi Tugas Preklinik Keperawatan Anak III
OLEH : ANANDA PRASTUTI SUTRISNO 1611313004
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronchial adaalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodic, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Asma bronchial merupakan penyakit respiratorik kronis yang dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak, tetapi paling sering dijumpai pada anak-anak. Secara umum yang dapat menimbulkan asma bronchial yaitu adanya factor presdiposisi (penyebab) dan presiptasinya (pencetus). Jumlah kasus penyakit asma bronchial yang terjadi meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun berkembang. Di beberapa negara pada dua puluh tahun terakhir, terjadi peningkatan kematian akibat asma bronchial pada anak. Jumlah penderita asma bronchial terus meningkat seiring dengan bertambahnya komunitas yang mengikuti gaya hidup barat dan urbanisasi. Hal tersebut juga berhubungan dengan peningkatan terjadinya alergi lain seperti dermatitis dan rinitis. Dalam penelitian yang menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children), periode usia yang sering mengalami kematian diwakili oleh kelompok usia 13-14 tahun.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan apa yang diberikan pada anak penderita asma bronchial.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui asuhan keperawatan apa yang diberikan pada anak penderita asma bronchial.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1
Anatomi dan Fisiologi Pernapasan
A. Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara
pernafasan
mengalami
proses
yaitu
penyaringan
(filtrasi),
penghangatan dan pelembaban (humidifikasi). Proses tersebut merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Bagian belakang hidung berhubungan dengan faring disebut nasofaring. B. Faring, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Terbagi menjadi
tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Bila makanan masuk melalui orofaring, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. C. Laring, berada di atas trakea di bawah faring. Sering disebut sebagai
kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi. Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, salah satunya
adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang rawan (kartilago) tiroid terdapat tulang rawan (kartilago) krikoid yang berhubungan dengan trakea. D. Trakea, terletak di bagian depan esofagus, dan mulai bagian bawah
krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago. E. Paru-paru, merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi)
oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. 1. Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi
menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri. 2. Bronkiolus , merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke
dalam saluran-saluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya berdiameter ≤ 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi. 3. Alveolus,
merupakan cabang dari bronkiolus respirasi yang
menyerupai buah anggur. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran
gas. Dalam paru-paru diperkirakan mengandung ± 300 juta alveolus (luas permukaan ± 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin)
sejenis
fosfolipid
yang
sangat
penting
dalam
mempertahankan ekspansi dan rekoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps. Sistem Pernapasan meliputi saluran sebagai berikut: Rongga
Hidung
→Faring
→
Laring
→Trakhea→
Bronkus→
Bronkiolus→ Alveolus (Paru-paru) Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur
oleh
otot-otot
pernafasan
yang
terletak
pada
sumsum
penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Price, 2005).
2.1.2
Definisi
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). Asma bronchial adalah proses peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulus yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible (Nugroho, 2011). Jadi dapat disimpulkan asma bronchial merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus akibat dari berbagai rangsangan, yang menunjukan gejala berulang berupa mengi, sesak nafas, nafas pendek dan batuk yang berubah-ubah setiap waktu dalam kejadian, frekuensi dan intensitas.
2.1.3
Etiologi / Faktor Risiko
Secara umum yang dapat menimbulkan asma bronchial yaitu adanya factor presdiposisi (penyebab) dan presiptasinya (pencetus), antara lain : 1.
Faktor predisposisi a. Genetik Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial
jika
terpapar
dengan
faktor
presipitasi.
Selain
itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan. b. Infeksi Dapat
juga
terjadinya
asma
bronchial
diakibatkan
oleh
terinfeksinya saluran napas oleh virus (mis., respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza), bakteri (mis., pertusis dan streptokokus), jamur (mis., Aspergillus), dan parasit (mis., askaris). 2.
Faktor presipitasi a. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.
Ingestan : yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan
Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma bronchial. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau. c. Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. d. Olah raga atau aktifitas jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
2.1.4
Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
1.
Wheezing
2.
Dyspneu dengan lama ekspirasi
3.
Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
4.
Tachypnea, orthopnea
5.
Gelisah
6. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan 7.
Fatigue
8.
Intoleransi aktivitas
9.
Perubahan tingkat kesadaran, cemas
10. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur Tanda-tanda serangan asma bronchial : 1.
2.
Tanda awal serangan asma -
Tidak ada perbaikan dengan obat biasa
-
Pemakaian obat lebih sering
-
Mengi menetap
-
Terlihat pucat dan agak gelisah
-
Ingus encer makin banyak
Tanda lanjutan serangan asma -
Mengi menetap dan makin keras
-
Anak mudah lelah dan gelisah
-
Pemakaian obat makin sering
-
Perut turun naik saat bernapas
-
Anak lebih suka dalam posisi duduk
-
Obat pereda serangan tidak mempan lagi
3.
2.1.5
Tanda bahaya serangan asma -
Mengi melemah tapi sesak napas makin berat
-
Anak terlihat kelelahan
-
Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya
-
Anak sangat gelisah
Klasifikasi
Berdasarkan derajat penyakitnya, asma bronchial pada anak dibagi menjadi tiga, antara lain : a. Asma episodic yang jarang Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupa kan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 1014 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini. b. Asma episodic sering Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. c. Asma kronik atau persisten Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten.
Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.
Berdasarkan penyebab atau pnecetusnya asma bronchial terbagi menjadi tiga juga, antara lain : (Brunner and Suddarth, 2001) a. Asma Alergik / Ekstrinsik Asma ini disebabkan oleh alergen (misal: serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur), kebanyakan alergen terdapat di udara dan musiman.Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis alergik. b. Asma Idiopatik / Non alergik Asma ini tidak berhubungan dengan alergi spesifik. Serangan asma ini di cetuskan oleh beberapa faktor common cold, infeksi traktus, respiratorius, latihan, emosi. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta – adrenergik dan agen sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi faktor.Serangan asma idiopatik/ non alergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlakunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis akut dan emfisema. c. Asma Gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dan bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau non alergik.
2.1.6
Patofisiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke
paru-paru
terutama
pada
alveolus
menyebabkan
terjadinya
peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer). 2. Uji Provokasi bronkus Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji
provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji. 3. Foto dada ( scanning paru) Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. 4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi. 5. ABGs Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis
respiratori
ringan
sekunder
terhadap
hiperventilasi
(emfisema sedang atau asma). 6. Darah komplit Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma. 7. Uji kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 8. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a.
Perubahan aksis jantung,.
b.
Terdapatnya
tanda-tanda
hipertropi
otot
terdapatnya RBB (Right bundle branch block). c.
Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah
jantung,
yakni
2.1.8
Penatalaksanaan Medis
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi: a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus b. Mencegah
serta
mengatasi
proses
inflamasi
dengan
obat
antiinflamasi c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah dikeluarkan. e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan. Tindakan penanggulangan : a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker b. Terapi cairan parenteral c. Terapi pengobatan : Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu : 1) Pengobatan non farmakologik -
Memberikan penyuluhan
-
Menghindari faktor pencetus/prespitasi
-
Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik -
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan: a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)N ama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)Nama supp),
obat:
Aminofilin
Aminofilin (Euphilin
(Amicam Retard),
Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. -
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan
obat
pencegahserangan
asma.
Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan. -
Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
2.1.9
Komplikasi
Menurut menurut Arief Mansjoer (2000) komplikasi yang mungkin timbul pada asma bronchial antara lain : 1.
Atelektasis
2.
Emfisema dengan hiperinflasi kronis
3.
Pneumothoraks
4.
Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis
5.
Bronkhitis
6.
Aspergilosis bronkopulmoner alergik
7.
Fraktur iga
2.1.10 Prognosis
Prognosis padaanak penderita asma bronchial umumnya baik. Sebagian asma anak akan hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur.
2.1.11 Web of Cautions (WOC)
2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki. 2. Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas.
3. Riwayat penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. 4. Riwayat penyakit terdahulu: Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya. 5. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain. 6. Riwayat kesehatan lingkungan: Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma. 7. Pengkajian per sistem :
Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel
chest,
Peningkatan
penggunaan PCO2 dan
otot
aksesori
penurunan
pernapasan,
O2,sianosis,
perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
Sistem integument Berkeringat akibat usaha pernah
2.2.2
Kemungkinan Dx yang Muncul (NANDA)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/secret 2. Gangguan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
2.2.3
Label dan Indikator (NOC) NANDA
NOC
Ketidakefektifan bersihan
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Napas
jalan napas
Definisi : Saluran trakeobronkial yang terbuka
Definisi : Ketidakmampuan dan lancer untuk pertukaran udara membersihkan sekresi atau Skala Target Outcome : obstruksi dari saluran napas Dipertahankan pada___ Ditingkatkan ke___ untuk
mempertahankan 1 : Deviasi berat dari kisaran normal ~ 5 :
bersihan jalan napas.
Tidak ada deviasi dari kisaran normal Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5 Irama pernapasan 1 2 3 4 5 Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 Kemampuan untuk mengeluarkan secret 1 2 3 4 5
1 : Sangat berat ~ 5 : Tidak ada Ansietas 1 2 3 4 5 Ketakutan 1 2 3 4 5 Tersedak 1 2 3 4 5 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 Pernapasan cuping hidung 1 2 3 4 5 Mendesah 1 2 3 4 5 Dispnea saat istirahat 1 2 3 4 5 Dispnea dengan aktivitas ringan 1 2 3 4 5 Penggunaan otot bantu napas 1 2 3 4 5 Batuk 1 2 3 4 5 Akumulasi sputum 1 2 3 4 5 Respirasi agonal 1 2 3 4 5 Gangguan Gas
Pertukaran
Status Pernapasan: Pertukaran Gas
Definisi : Pertukaran CO2 dan O2 di alveoli
Definisi : Kelebihan atau untuk mempertankan konsentrasi darah arteri deficit oksigenasi dan/atau Skala Target Outcome :
eliminasi karbon dioksida Dipertahankan pada___ Ditingkatkan ke___ pada membrane alveolar- 1 : Deviasi berat dari kisaran normal ~ 5 : kapiler.
Tidak ada deviasi dari kisaran normal Tekanan parsial O2 di darah arteri (PaO2) 1 2 3 4 5 Tekanan parsial CO2 di darah arteri (PaCO2) 1 2 3 4 5 pH arteri 1 2 3 4 5 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 Tidal CO2 akhir 1 2 3 4 5 Hasil rontgen dada 1 2 3 4 5 Keseimbangan ventilasi dan perfusi 1 2 3 4 5
1 : Sangat berat ~ 5 : Tidak ada Dispnea saat istirahat 1 2 3 4 5 Dispnea dengan aktivitas ringan 1 2 3 4 5 Perasaan kurang istirahat 1 2 3 4 5 Sianosis 1 2 3 4 5 Mengantuk 1 2 3 4 5
Gangguan kesadaran 1 2 3 4 5 Intoleran Aktvitas
Toleransi Terhadap Aktivitas
Definisi : Ktidakcukupan Definisi energy
psikologis
fisiologis
Respon
fisiologis
terhadap
atau pergerakan yang memerlukan energy dalam untuk aktivitas sehari-hari
mempertahankan menyelesaikan
:
atau Skala Target Outcome : aktivitas Dipertahankan pada___ Ditingkatkan ke___
kehisupan sehari-hari yang 1: Sangat terganggu ~ 5: Tidak terganggu harus
atau
dilakukan.
yang
ingin Saturasi oksigen ketika beraktivitas 1 2 3 4 5 Frekuensi nadi ketika beraktivitas 1 2 3 4 5 Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas 1 2 3 4 5 Kemudahan bernapas ketika beraktivitas 1 2 3 4 5 Kecepatan berjalan 1 2 3 4 5 Jarak berjalan 1 2 3 4 5 Toleransi dalam menaiki tangga 1 2 3 4 5 Kekuatan tubuh bagian atas 1 2 3 4 5 Kekuatan tubuh bagian bawah 1 2 3 4 5 Kemudahan Hidup Harian
dalam
melakukan
Aktivitas
1 2 3 4 5 Kemampuan
untuk
berbicara
ketika
melakukan aktivitas fisik 1 2 3 4 5
2.2.4
Rumusan Perencanaan Keperawatan dan Aktivitasnya (NIC) NANDA
NIC
Ketidakefektifan bersihan
Manajemen Jalan Napas
jalan napas
Definisi : Fasilitasi kepatenan ajalan napas
Definisi : Ketidakmampuan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
atau jaw thrust , sebagaimana mestinya
mempertahankan
bersihan jalan napas.
Buka jalan napad dengan teknik chin lift
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi
kebutuhan
actual/potensial
pasien untuk memasukkan alat membuka jalan napas
Masukkan alat nasopharyngeal airway (NPA) atau oropharyngeal airway (OPA), sebagaimana mestinya
Lakukan fisioterapi dada
Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar, dan batuk
Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
Auskultasi suara napad, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
Gangguan
Pertukaran
Monitor Pernapasan
Definisi : Sekumpulan data dan analisisi
Gas
Definisi : Kelebihan atau keadaan pasien untuk memastikan kepatenan deficit oksigenasi dan/atau jalan napas dan kecukupan pertukaran gas eliminasi karbon dioksida Aktivitas-aktivitas: pada membrane alveolar-
kapiler.
Auskultasi bunyi nafas ,catat adanya bunyi mengi, ronkhi
Pantau frekuensi pernafasan.catat rasio inspirasi/ expirasi
Beri
posisi
nyaman,
misal:peninggian
kepala tempat tidur,duduk pada sandaran tempat tidur
Beri pasien 6-8 gelas /hari kecuali ada indikasi lain
Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk
Lakukan drainage postural dengan perkusi dan fibrasi pada pagi dan malam sesuai yang diharuskan
Instruksikan pasien menghindari iritan seperti asap , asap rokok, aerosol, cuaca dingin
Intoleran Aktvitas
Beri bronkodilator sesuai therapi
Manajemen Energi
Definisi : Ktidakcukupan Definisi : Pengaturan energy yang digunakan energy
psikologis
fisiologis mempertahankan menyelesaikan
atau untuk meanangani atau mencegah keleleahan untuk dan mengoptimalkan fungsi atau Aktivitas-aktvitas :
aktivitas
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
kehisupan sehari-hari yang harus
atau
dilakukan.
yang
ingin
Catat adanya dispnea, kelelahan dan perubahan selama dan setelah aktivitas.
peningkatan tanda vital
Berikan kepada pasien aktivitas sesuai kemampuannya Pertahankan obyek yang digunakan pasien agar mudah terjangkau Bantu pasien melakukan aktivitas dengan melibatkan keluarga Observasi vital sign Kaji tingkat cemas pasien(ringan ,sedang, berat,panik) Bantu pasien menggunakan koping yang efektif Berikan informasi tentang tindakan dan prosedur therapy yang dilakukan Tetap disamping pasien selama fase akut Batasi pengunjung bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Imaniar, Erin. 2015. Asma Bronkial pada Anak . J Agromed Unila 2(4):360-362. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/download/1252/pdf
.
Diakses pada 4 November 2018, 07.30 WIB. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC. Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta: EGC Usman,
Isnaniyak
dkk.
2015. Faktor
Risiko
dan
Faktor
Pencetus
yang
Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang . Jurnal Kesehatan Andalas 4(2). Diakses pada 4 November, 07.45 WIB.