Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 7 Workspace, Workspace, and Evironmental Arrangement
Kelompok 24
iii
Teknik Industri
Universitas Diponegoro80
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan rahmat dan karunianya, kami berhasil menyelesaikan laporan praktikum Perancangan Teknik Industri modul 7 Workspace, Workplace dan Environmental Arrangement ini dengan baik. Laporan ini kami susun untuk melengkapi tugas praktikum Perancangan Teknik Industri Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro.
Penyusunan laporan ini telah terselesaikan berkat bantuan banyak pihak, baik pada saat pelaksanaan praktikum maupun pada saat penyusunan laporan praktikum Perancangan Teknik Industri pada modul 7 Workspace, Workplace dan Environmental Arrangement. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Asisten Laboratorium PSKE yang telah membimbing kami dalam melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum Perancangan Teknik Industri modul 7 Workspace, Workplace dan Environmental Arrangement ini.
2. Segenap rekan – rekan mahasiswa Teknik Industri Universitas Diponegoro yang telah membantu dalam banyak hal dalam penyusunan laporan ini.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan modul 7 Workspace, Workplace dan Environmental Arrangement ini dengan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu.
Namun, dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun selaku praktikan pada khususnya dan seluruh pihak pada umumnya.
Semarang, 10 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Praktikum 2
1.3. Pembatasan Masalah dan Asumsi 2
1.4. Sistematika Penulisan 2
BAB II 4
2.1. Workspace 4
2.2. Workplace 4
2.3. Prinsip Dasar Perencanaan Tata Letak Pabrik 6
2.4. Prinsip Pembuatan Layout 7
2.5. Peta Aliran Material 10
2.6. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Perancangan Workplace 12
2.7. Fasilitas di Ruangan Produksi 13
2.8. Penentuan Jumlah Lampu 14
2.9. Penentuan Jumlah Exhaust Fan 15
2.10. Penentuan Kebutuhan AC di Suatu Ruangan 15
BAB III 18
BAB IV 20
4.1 Rekap Jumlah Karyawan dalam Perusahaan 20
BAB V 22
5.1 Perancangan Fasilitas Stasiun Kerja 22
5.2 Perancangan Layout Lantai Produksi 25
5.2.1. Penentuan jarak antar stasiun kerja 25
5.2.2. Penentuan fasilitas produksi 26
5.2.3. Luas Fasilitas produksi 32
5.2.4. Layout fasilitas produksi 33
5.2.5. Penentuan jumlah lampu fasilitas produksi 34
5.2.6. Penentuan jumlah exhaust fan fasilitas produksi 45
5.2.7. Penentuan kapasitas AC fasilitas produksi 46
5.3 Perancangan Layout Departemen 47
5.3.1. Luasan Tiap Departemen 47
5.3.2. Penentuan Luasan Fasilitas Pendukung 48
5.3.3. Penentuan Jumlah Lampu Tiap Departemen 50
5.3.4. Penentuan Jumlah Lampu Fasilitas Pendukung 59
5.3.5. Penentuan Kapasitas AC Tiap Departemen 68
5.4 Luas Perusahaan Secara Keseluruhan 70
5.4.1 Activity Relationship Chart (ARC) 70
5.4.2 Activity Relationship Diagram (ARD) 73
5.4.3 Activity Template Block 74
5.4.4 Space Relationship Diagram 77
5.4.5 Layout Keseluruhan Perusahaan 79
BAB VI 80
6.1 Kesimpulan 80
6.2 Saran 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tabel tingkat kepentingan ARC 7
Tabel 2. 2 Alasan tingkat kepentingan 8
Tabel 2. 3 tabel kuat penerangan 15
Tabel 2. 4 Tabel konversi PK - BTU 16
Tabel 4. 1 Rekap Karyawan PT TRI 20
Tabel 5. 1 Data Antropometri Indonesia Laki-Laki 25
Tabel 5. 2 Data JIP 29
Tabel 5. 3 Hasil Agregat Planning 30
Tabel 5. 4 Rekap luas fasilitas produksi 32
Tabel 5. 5 Tabel Tingkat Pencahayaan 34
Tabel 5. 6 Tabel LLF 34
Tabel 5. 7 Tabel Tingkat Pencahayaan 35
Tabel 5. 8 Tabel LLF 35
Tabel 5. 9 Tabel Tingkat Pencahayaan 36
Tabel 5. 10 Tabel LLF 37
Tabel 5. 11 Tabel Tingkat Pencahayaan 37
Tabel 5. 12 Tabel LLF 38
Tabel 5. 13 Tabel Tingkat Pencahayaan 38
Tabel 5. 14 Tabel LLF 39
Tabel 5. 15 Tabel Tingkat Pencahayaan 39
Tabel 5. 16 Tabel LLF 40
Tabel 5. 17 Tabel Tingkat Pencahayaan 40
Tabel 5. 18 Tabel LLF 41
Tabel 5. 19 Tabel Tingkat Pencahayaan 41
Tabel 5. 20 Tabel LLF 42
Tabel 5. 21 Tabel Tingkat Pencahayaan 42
Tabel 5. 22 Tabel LLF 43
Tabel 5. 23 Tabel Tingkat Pencahayaan 44
Tabel 5. 24 Tabel LLF 44
Tabel 5. 25 Tabel Penerangan 50
Tabel 5. 26 Tabel LLF 50
Tabel 5. 27 Tabel Pencahayaan 51
Tabel 5. 28 Tabel LLF 51
Tabel 5. 29 Tabel Pencahayaan 52
Tabel 5. 30 Tabel LLF 53
Tabel 5. 31 Tabel Pencahayaan 53
Tabel 5. 32 Tabel LLF 54
Tabel 5. 33 Tabel Pencahayaan 54
Tabel 5. 34 Tabel LLF 55
Tabel 5. 35 Tabel Pencahayaan 56
Tabel 5. 36 Tabel LLF 56
Tabel 5. 37 Tabel Pencahayaan 57
Tabel 5. 38 Tabel LLF 57
Tabel 5. 39Tabel Pencahayaan 58
Tabel 5. 40 tabel LLF 58
Tabel 5. 41 Tabel Pencahayaan 59
Tabel 5. 42Tabel LLF 60
Tabel 5. 43 Tabel Pencahayaan 60
Tabel 5. 44 Tabel LLF 60
Tabel 5. 45 Tabel Pencahayaan 61
Tabel 5. 46 Tabel LLF 61
Tabel 5. 47 Tabel Pencahayaan 62
Tabel 5. 48 Tabel LLF 62
Tabel 5. 49 Tabel Pencahayaan 63
Tabel 5. 50 Tabel LLF 63
Tabel 5. 51 Tabel Pencahayaan 64
Tabel 5. 52 Tabel LLF 64
Tabel 5. 53 tabel Pencahayaan 65
Tabel 5. 54 Tabel LLF 65
Tabel 5. 55 Tabel Pencahayaan 66
Tabel 5. 56 Tabel LLF 66
Tabel 5. 57 Tabel Pencahayaan 67
Tabel 5. 58 Tabel LLF 67
Tabel 5. 59 Tingkat Kepentingan ARC 71
Tabel 5. 60 Tabel nomor kode 71
Tabel 5. 61 Rekap ARC 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Contoh ARC 8
Gambar 2. 2 Contoh ARD 9
Gambar 2. 3 Contoh ATBD 9
Gambar 2. 4 Pola Aliran Garis 10
Gambar 2. 5 Pola Aliran Bentuk U 10
Gambar 2. 6 Pola Aliran Zigzag 11
Gambar 2. 7 Pola Aliran Bentuk Lingkaran 11
Gambar 2. 8 Pola Aliran Tidak Tentu 12
Gambar 3. 1 Metodologi Praktikum 18
Gambar 5. 1 Meja Operator 22
Gambar 5. 2 Kursi Operator 23
Gambar 5. 3 Pallet Transfer 23
Gambar 5. 4 Conveyor PT TRI 25
Gambar 5. 5 Loker PT TRI 27
Gambar 5. 6 Denah ruang office PT TRI 28
Gambar 5. 7 Forklift ERC 220 31
Gambar 5. 8 Layout Fasilitas Produksi PT TRI 33
Gambar 5. 9 Panasonic FV-40AFU 45
Gambar 5. 10 Activity Relationship Chart 70
Gambar 5. 11 Activity Relationship Diagram 73
Gambar 5. 12 Activity Template Block Diagram (ATBD) Awal 75
Gambar 5. 13 Activity Template Block Diagram (ATBD) Akhir 76
Gambar 5. 14 Space Relationship Diagram 77
Gambar 5. 15 Layout Keseluruhan Pabrik 79
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini perkembangan industri sangatlah cepat dari berbagai aspek. Hal ini dilakukan untuk memenangkan persaingan dan kompetisi dan meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor yang mempengaruhi performansi dan produktivitas perusahaan adalah perancangan workspace, work place dan lingkungan fisik kerja.
Workspace didalam perusahaan sangatlah penting yaitu untuk ruangan kerja pekerja dalam melakukan tugas-tugas produksinya yang juga berisi komponen, material, peralatan yang menunjang dalam melakukan proses produksinya. Sedangkan workplace memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan workspace, dimana workplace adalah area tempat kerja dilaksanakannya proses produksi dan operator yang melaksanakannya yang berisi komponen, mesin dan peralatan produksi secara keseluruhan. Kedua komponen tersebut memanglah penting, namun dalam membuat suatu tata letak fasilitas perusahaan juga diperlukan faktor lingkungan fisik kerja yang akan meningkatkan performansi pekerja seperti anthropometri, ilumninasi, penentuan jumlah AC, lampu, dan exhaust fan dan lain sebagainya.
PT Tamiya Racing Indonesai merupakan perusahaan baru yang sangat memerlukan perancangan tata letak fasilitas yang tepat sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam melakukan proses produksinya. Karena PT TRI adalah perusahaan yang berfokus pada perakitan maka workplace, workspace dan lingkungan fisik kerja yang perlu diperhatikan adalah di bagian lantai produksi. Selain itu juga perlu adanya rancangan mengenai luas keseluruhan pabrik yang diperlukan dan setiap departemen yang dibuat di PT TRI.
Tujuan Praktikum
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Memahami konsep dari perancangan workspace dan workplace
2. Memahami pengaturan faktor-faktor lingkungan kerja
3. Memahami dan menerapkan sisi-sisi ergonomic dalam perancangan suatu fasilitas produksi
4. Merancang layout pabrik secara keseluruhan dengan menerapkan konsep workspace dan workplace
5. Menentukan jumlah fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan
Pembatasan Masalah dan Asumsi
Batasan masalah yang dimiliki dalam praktikum ini adalah PT TRI sudah memiliki struktur organisasi serta proses bisnis yang dilakukan sudah dibuat. Selain itu juga sudah terdapat layout SK dari praktikum sebelumnya.
Asumsi yang digunakan adalah dalam menentukan jumlah fasilitas yang dibutuhkan perusahaan adalah jumlah stasiun kerja yang digunakan banyak yaitu 14 SK, sudah terdapat layout stasiun kerja, terdapat 3 pekerja packaging dan 2 penjaga kantin serta jam kerja yang diterapkan adalah 8 jam dalam 1 shift setiap harinya
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah serta sistematika penulisan yang digunakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi mengenai teori-teori yang menjadi landasan dalam membuat laporan yang berhubungan dengan kasus dan masalah yang terjadi yaitu dalam hal ini adalah teori landasan workspace, workplace and enviromental arrangement. Teori yang digunakan dalam tinjauan pustaka ini adalah workspace, workplace, prinsip dasar perencanaan tata letak pabrik, prinsip pembuatan layout, pola aliran material, pengaruh lingkungan fisik terhadap perancangan workplace, fasilitas di ruangan pabrikasi, penentuan jumlah lampu, penentuan jumlah exhaust fan, dan jumlah kebutuhan AC.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Berisi mengenai bagan metodologi penelitian yang dilakukan
BAB IV PENGUMPULAN DATA
Berisi mengenai data jumlah karyawan dalam organisasi dari modul sebelumnya
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Berisi mengenai pengolahan data untuk melakukan peracangan fasilitas dan layout lantai produksi, perancangan layout departemen, penentuan luas perusahaan secara keseluruhan. Layout perusahaan digambarkan dengan menggunakan beberapa diagram tata letak fasilitas.
BAB VI PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dan saran untuk modul 7
BAB II
TINAUAN PUSTAKA
Workspace
Workspace adalah area atau tempat kerja dimana bertemunya pekerja dengan tugasnya dalam melakukan proses produksi, berisi antara lain material, mesin dan perkakas kerja, peralatan pembantu fasilitas penunjang lingkungan fisik kerja dan juga manusia sebagai pelaksana
Workplace
Workplace adalah suatu lokasi atau daerah yang terdiri dari beberapa area kerja untuk melakukan proses produksi.Faktor-faktor yang mempengaruhi workplace :
Antropometri
Adalah suatu pengetahuan yang memelajari pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang berhubungan dengan perancangan suatu alat/benda yang digunakan manusia. Antropometri secara umum dibagi menjadi 2 yaitu Antopometri Statis dan Dinamis.
Antropometri Statis (struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam,dan linier pada permukaan tubuh.
Antropometri Dinamis (Fungsional)
Yang dimkasud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memeperhatikan gerakan-gerakana yang mungkin akan terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Faktor-faktor dalam menentukan sampel :
Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai umur 20 (laki) dan 17 (wanita).
Jenis kelamin
Pria pada umunya memiliki dimensi lebih besar dari pada perempuan.
Rumpun dan suku bangsa
Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diberikan
Pekerjaaan, aktivitas sehari-hari
Kondisi waktu pengukuran.
Iluminansi
Cahaya yang merupakan radiasi energy yang dapat ditangkap oleh retina mata dan menghasilkan sensasi visual.
Warna : variasi dari panjang gelombang dimana spektrum yang kelihatan memberikan persepsi dari warna yang meningkat. Violet (400nm),campuran ungu menjadi biru (450nm),hijau (500nm),kuning orange (600nm) dan merah (700nm dan diatasnya)
Lampu dan luminaris : adalah cahaya yang dipantulkan dari sautu permukaan atau objek.
Luminansi = illuminansi x Reflektivitas = apostilb x lux
Satuan internasional dari unit untuk ukuran ini adalah candela
1 Candela = apolstil3,14
(Sritomo,1995:85&Nurmianto,1996:220)
Kondisi Atmosfer
Kondisi dimana tubuh manusia mempertahankan kondisi suhu panas yaitu sekitar 98,6 0F atau 37 0C. Kondisi atmosfir yang nyaman akan mempengaruhi kinerja para operator.
Terdapat 4 metode pertukaran panas antara tubuh dan lingkungannya :
Konveksi : transmisi melalui udara.
Evaporasi : keringat, dan untuk tingkat tertentu dihembuskan paru-paru
Radiasi : Transmisi dari energi thermalam antar objek-objek.
Konduksi : Transmisi dari energi thermal dengan adanya kontak langsung.
(Nurmianto,1996)
Noise
Suatu kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin/ sejenismya berdasarkan intensitas dan frekuensi suara itu sendiri.Kebisingan yang diterima secara terus menerus dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan seseorang menjadi tuli.
Penataan ruang Fisik
Prinsip – prinsip dalam menata komponen adalah berdasarkan tingkat kepentingan, frekuensi penggunaan, prinsip fungsi, urutan kegunaan. (sritomo,1996)
Penentuan jumlah lampu
Penentuan jumlah lampu dapat menentukan distribusi cahaya agar agar lebih merata dan sesuai kebutuhan (cooper crouse – Hinds,2002)
Penentuan Jumlah turbin Ventilator
Turbin Ventilator bertujuan agar panas yang berada didalam ruangan ditarik keatas
Prinsip Dasar Perencanaan Tata Letak Pabrik
Menurut Muther (1995), dalam merancang tata letak pabrik terdapat 6 hal dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
Prinsip integrasi secara total
Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
Prinsip jarak perpindahan bahan minimal
Hampir dalam semua proses yang ada di perusahaan, hampir semua proses memerlukan perpindahan. Dalam proses perpindahan, waktu dapat dihemat dengan cara memposisikan operasi yang berikunya sedekat mungkin dengan operasi yang sebelumnya.
Prinsip aliran dari suatu proses kerja
Dasar dari prinsip ini adalah menghindari gerak balik (backtracking), gerak memotong (cross-movement), kemacetan (congestion) dan sedapat mungkin material bergerak terus tanpa ada gangguan.
Prinsip pemanfaatan ruangan
Dalam prinsip ini dipertimbangkan aspek volume (cubic space), dan aspek luas (floor space). Prinsip ini juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti manusia, bahan baku, dan peralatan penunjang proses produksi lainnya.
Prinsip fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas sangat diperlukan karena pada era modernisasi seperti ini perkembangan terjadi begitu cepat, sehingga tata letak yang fleksibel diperlukan agar apabila akan dilakukan penyesuaian atau relayout, dapat dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang murah.
Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Kepuasan kerja sangat penting dalam perancangan tata letak, karena akan terdapat banyak keuntungan yang dapat perusahaan raih apabila kepuasan kerja tercapai. Selain itu, keselamatan kerja juga sangat diperlukan dalam perancangan tata letak pabrik. Suatu layout dikatakan baik apabila menerapkan standar-standar keselamatan kerja dan tidak membahayakan pekerja tersebut.
Prinsip Pembuatan Layout
Activity Relationship Chart (ARC)
Activity relationship chart (ARC) adalah peta yang menggambarkan tingkat hubungan antar bagian-bagian atau kegiatan yang terdapat dalam suatu perusahaan industri. Setiap kegiatan atau aktivitas dalam industri manufaktur saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, bahwa setiap kegiatan itu perlu tempat untuk melaksanakannya.
Teknik untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada adalah dengan menggunakan Activity relationship chart (ARC). Teknik ini dikemukakan oleh Richard Muthe yang mengatakan bahwa " Hubungan antar aktivitas ditunjukan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktivitas ". Hubungan ini digambarkan dengan lambang warna dan huruf.
Tabel 2. 1 Tabel tingkat kepentingan ARC
No
Tingkat kepentingan
Kode
Warna
1
Mutlak perlu didekatkan
A
Merah
2
Sangat penting untuk didekatkan
E
Kuning
3
Penting untuk didekatkan
I
Hijau
4
Biasa
O
Biru
5
Tidak penting
U
Putih
6
Tidak dikehendaki berdekatan
X
Coklat
Selain simbol-simbol diatas, diharuskan juga mencantumkan alasan-alasan yang memberikan penjelasan mengapa symbol atau warna tersebut digunakan. Yang terpenting adalah bahwa alasan tersebut harus sesuai dengan tingkat hubungan aktivitas yang digambarkan. Berikut contoh alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan:
Tabel 2. 2 Alasan tingkat kepentingan
Kode
Alasan
1
Penggunaan catatan secara besamaan
2
Menggunakan tenaga kerja yang sama
3
Menggunakan space area yang ama
4
Minimalkan material handling
5
Urutan aliran kerja
6
Menggunakan peralatan kerja yang sama
7
Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan, ramai, dan lain-lain
8
Derajat kontak personel yang sering
9
Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan
10
Kemudahan akses
11
Suara bising
Contoh ARC adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Contoh ARC
Activity Relationship Diagram (ARD)
ARD merupakan diagram hubungan antar aktivitas (departemen/mesin) berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan ongkos handing minimum. Input ARD adalah ARC, dimana ketentuan penggunaan garis dan jumlah garis pada ARC digunakan pada ARD ini. Area pada ARD diasumsikan sama, baru pada revisi disesuaikan berdasarkan ARD lini dan areanya sesuai dengan luas dari masing-masing aktivitas yang terpencil dengan skala tertentu. Berikut contoh ARD :
Gambar 2. 2 Contoh ARD
Activity Template Block Diagram (ATBD)
Konsep dari ATBD sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ABD, yang membedakan yaitu pada ATBD ini data yang telah dikelompokkan ke lembar kerja lalu dimasukkan ke activity template. Template itu sendiri akan menjelaskan mengenai departemen yang bersangkutan dan hubungan dengan aktivitas dari departemen itu. Berikut adalah contoh dari ATBD:
Gambar 2. 3 Contoh ATBD
Space Activity Relationship Diagram (SRD)
Space relationship diagram adalah langkah selanjutnya yang dilakukan setelah menentukan ATBD. Space relationship diagram dibuat dengan cara menentukan luasan area yang diperlukan dan keterkaitan aktivitas antar ruang tersebut. Pada diagram hubungan ruangan dapat dilihat sebuah keterkaitan antar kebutuhan area atau area yang diperlukan untuk penyusunan tata letak.
Peta Aliran Material
Dalam suatu fasilitas produksi, dibutuhkan pola aliran material yang jelas untuk mempermudah dan meningkatkan tingkat produktivitas produk yang dihasilkan. Berikut ini adalah beberapa pola aliran material yang diterapkan di lantai produksi yaitu :
Pola Aliran Garis
Pola Aliran Garis adalah pola yang paling mudah dikenali dan diidentifikasi karena system material handlingnya yang umumnya menggunakan konveyor lurus. Pola ini biasanya digunakan pada proses produksi yang berlangsung singkat dan relatif sederhana, dimana jarak perpindahannya pendek dan hanya terdiri dari beberapa komponen produksi saja.
Gambar 2. 4 Pola Aliran Garis
Pola Aliran bentuk U
Pola Aliran bentuk U adalah pola yang umumnya digunakan pada lqantai kerja yang luasnya terbatas dan bertujuan untuk minimasi tempat. Biasanya proses awal memiliki tempat yang sama atau sejajar dengan proses akhir.
Gambar 2. 5 Pola Aliran Bentuk U
Pola aliran Zigzag
Pola aliran Zigzag adalah pola aliran yang pada umumnya diterapkan pdaa kondisi lantai pabrik yang sempit tetapi proses yang dibutuhkan sebenarnya cukup panjang. Prinsip penataan dilakukan dengan membelokan aliran produksi.
Gambar 2. 6 Pola Aliran Zigzag
Pola aliran bentuk Lingkaran
Pola aliran bentuk Lingkaran adalah pola aliran yang dapat diterapkan untuk proses produksi yang bertujuan untuk mengembalikan material atau produk pada titik awal aliran produksi berlangsung.
Gambar 2. 7 Pola Aliran Bentuk Lingkaran
Pola aliran tidak tentu
Pola aliran tidak tentu atau abstrak adalah pola aliran yang digunakan untuk memperolah lintasan produksi yang pendek antar kelompok dari wilayah yang berdekatan. Pada umumnya proses pemindahan material dilakukan dengta sistem manual.
Gambar 2. 8 Pola Aliran Tidak Tentu
(Kristinawati, 2000)
Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Perancangan Workplace
Lingkungan Fisik kerja merupakan salah satu faktor yang mempengruhi kinerja pekerja di lantai produksi. Pengaruh yang dihasilkan dapat berupa pengaruh yang positif seperti memacu meningkatkan semangat dan produktivitas kerja, maupun pengaruh negatif seperti menghambat kinerja pekerja karena hilangnya konsentrasi. Berikut ini adalah beberapa faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi perancangan Workplace adalah :
Temperatur
Temperatur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan workplace karena manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitar saat terjadinya perubahan temperatur. Hal ini dikarenakan tubuh manusia dapat melakukan proses konveksi,radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas.
Kelembaban
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara biasa dinyatakan dengan persentase. Kelembaban dipengaruhi oleh temperatur udaranya.
Sirkulasi udara
Sirkulasi udara dibutuhkan agar dapat menjaga kondiri tempat kerja tetap bersih an cukup mengandung oksigen. Dengan sirkulasi udara yang baik, udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih yang didapat melalui ventilasi.
Pencahayaan
Pencahayaan mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara jelas untuk mempermudah pekerjaan terutama dalam pekerjaan yang memerlukan ketelitian yang cukup banyak.
Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu jenis polusi yang dapat menghambat produktivitas kerja manusia. kebisingan jangka panjang dapat menyebabkan seseorang bukan hanya terganggu namun hingga tuli.
Getaran Mekanis
Getaran mekanis adalah gerakan-gerakan yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak dinginkan pada tubuh kita.
Bau-bauan
Bau-bauan dianggap sebagai salah satu pencemaran dalam lingkungan kerja sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi dan menurunkan produktivitas kerja.
Warna
Dalam llingkungan kerja, warna tembok juga mempengaruhi kemampuan mata untuk objek, dan dapat mempengaruhi kepekaan serta semangat pekerja secara psikologis.
(Wignjosoebroto,1996)
Fasilitas di Ruangan Produksi
Pabrik adalah tempat dimana faktor-faktor produksi seperti manusia, mesin dan fasilitas atau peralatan produksi, material , energi uang atau modal, informasi dan sumber daya alam dikelola bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif, efisiensi dan aman. Untuk mencapai suatu sistem kerja yang efektif dan efisien di lingkup kerja pabrik dibutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung di ruangan pabrikasi. Untuk membangun fasilitas-fasilitas pendukung tersebut dibutuhkan penrencanaan tata letak yang sesuai. Sebab tujuan dari perancangan fasilitas secara umum, yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan kualitas dengan cara yang ekonomis melalui pengaturan dan kordinasi yang efektif dari fasilitas fisik. Perancangan fasilitas akan menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dari fasilitas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok secara efektif dan efisien.
Didalam perencanaan fasilitas pabrik ada dua hal pokok yang penting yaitu pertama berkaitan dengan perencanaan lokasi pabrik (plant location) yaitu penetapan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi harus ditempatkan dan yang kedua adalah perancangan fasilitas produksi (facilities design) yang akan meliputi perancangan struktur bangunan (structure design) , perancangan tata letak fasilitas produksi (facilities plant layout design) dan perancangan sistem pemindahan material. Perencanaan lokasi pabrik yaitu penetapan lokasi dimana fasilitas-fasilitas produksi harus ditempatkan. Sedangkan perancangan fasilitas produksi meliputi penentuan jumlah lampu di ruangan pabrikasi, penentuan jumlah exhaust fan, dan penentuan jumlah AC di ruangan pabrikasi. Fasilitas tersebut diterakan guna mendukung selurung proses yang terjadi di pabrik untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
(Wignjosoebroto,1996)
Penentuan Jumlah Lampu
Untuk mendapatkan hasil penerangan atau pencahayaan yang baik, merata serta efisien dalam penggunaan listrik perancang harus mempertimbangkan iluminasi (kuat penerangan), sudut penyinaran lampu, jenis lampu, serta jumlah penempatan lampu yang diperlukan sesuai dengan kegiatan yang ada dalam suatu ruangan atau fungsi ruang tersebut.
Menentukan jumlah lampu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
N=E×A ×LLF×CU (2.1)
Dimana:
N = Jumlah lampu
E = Kuat penerangan yang dibutuhkan (lux)
A = Luas ruangan
= Total lumen lampu
LLF = Light loss factor atau faktor kehilangan cahaya (0,7 sampai 0,8)
CU = Coeffisien of utilization atau faktor pemanfaatan (50% sampai 65%)
Tabel 2. 3 tabel kuat penerangan
Jenis Bangunan
E
Perkantoran
200 - 500
Rumah
100 - 150
Hotel
200 - 400
Rumah sakit, Sekolah
200 - 800
Basement, Toilet, Koridor, Hall, Gudang, Lobby
100 - 200
Restaurant, Toko
200 - 500
Penentuan Jumlah Exhaust Fan
Dalam menjaga kondisi atmosfer dalam ruangan dapat digunakan exhaust fan sebagai alat bantu, namun lagi – lagi untuk mendapatkan penggunaan exhaust fan secara efisien dibutuhkan perhitungan mengenai jumlah yang dibutuhkan oleh ruangan tersebut, berikut merupakan rumus penentuan jumlah exhaust fan pada ruangan:
N=Vkapasitas sedot×waktu sirkulasi (2.2)
Dimana:
N = Jumlah kipas ventilator
V = Volume ruangan (L x W x H)
Penentuan Kebutuhan AC di Suatu Ruangan
Dalam menjaga kondisi atmosfer tempat kerja dapat juga digunakan pendingin udara atau air conditioner. AC dapat menjaga kelembapan, suhu, serta kenyamanan ruangan yang mana dapat membantu peningkatan produktifitas pekerja. Dalam mencapai penggunaan AC yang efektif tidak hanya luas ruangan yang menjadi patokan dalam pemilihan kapasitas AC nya, namun juga terdapat beberapa faktor lain, rumus untuk menghitung kebutuhan AC yakni:
BTU=luas ruangan ×koefisien BTU (2.4)
atau
BTU=V×I×E60 (2.5)
Dimana:
V = Volume ruangan (L x W x H) (dalam feet)
1 m = 3,28 ft
I = 10 jika ruang berinsulasi (berada di lantai bawah atau berhimpit ruang lain)
= 18 jika ruang tidak berinsulasi (di lantai atas).
E = 16 jika dinding terpanjang menghadap utara
= 17 jika dinding terpanjang menghadap timur
= 18 jika dinding terpanjang menghadap selatan
= 20 jika dinding terpanjang menghadap barat
BTU = British Thermal Unit (dikonversi menjadi kebutuhan pk)
1 PK = 0,986 HP
1 HP = 2544.433748 BTU/h
Jika kebutuhan BTU/h tidak sesuai dengan PK yang tersedia di pasaran maka gunakan kapasitas yang lebih besar contohnya kebutuhan 6000 BTU/h maka gunakan kapasitas ¾ PK supaya AC tidak bekerja terlalu berat.
Tabel 2. 4 Tabel konversi PK - BTU
Kapasitas (PK)
BTU / hr
1/2
5000
3/4
7000
1
9000
1 1/2
12000
2
18000
2 1/2
24000
3
27000
5
45000
Jika AC yang dipasang adalah AC split bukan AC central unit maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Jika ruangan gelap atau tertutup oleh bayangan turunkan kebutuhan BTU/h sebesar 10%
Jika ruangan sangat terang akibat paparan matahari langsung naikkan kebutuhan BTU/h sebesar 10%
Jika ruang biasanya diisi oleh lebih dari 2 orang maka naikkan kebutuhan BTU/h sebanyak 600 BTU/h untuk setiap tambahan 1 kepala
Jika ruang tersebut adalah dapur maka naikkan BTU/h sebanyak 4000 BTU/h
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Gambar 3. 1 Metodologi Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah diawali dengan pengumpulan data yaitu berupa dimensi per part Tamiya, rekap rata-rata dari seluruh pengukuran baik dimensi panjang, lebar dan ketebalan. Selain itu juga layout keseluruhan awal dan jumlah stasiun kerja yang digunakan pada modul sebelumnya. Kemudian melakukan perancangan layout komponen yang digunakan dalam proses perakitan. Setelah itu menentukan dan merancang fasilitas yang dibutuhkan di stasiun kerja seperti lantai produksi, warehouse, storage, toilet, restpoint, office room dan lainnya . Keseluruhan fasilitas yang telah dirancang dilanjutkan dengan menentukan pola aliran material yang sesuai dengan kapasitas ruangan dan panjang aliran material yang digunakan dalam proses perakitan. Kemudian membuat layout stasiun kerja secara keseluruhan yang sesuai dengan pola yang telah dipilih. Tahapan selanjutnya adalah merancang layout lantai produksi dan luasannya yang disesuaikan dengan kebutuhan di setiap stasiun kerja. Perancangan layout kemudian dilanjutkan dengan menentukan luas ruangan dari setiap departemen-departemen yang ada diperusahaan beserta luasan pabrik secara keseluruhan. Apabila luasan ruangan setiap departemen telah ditentukan maka dapat menentukan jumlah fasilitas yang dibutuhkan seperti jumlah lampu, jumlah AC dan jumlah exhaust fan sehingga memberikan kenyamanan bagi para pekerja.
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
Rekap Jumlah Karyawan dalam Perusahaan
Tabel 4. 1 Rekap Karyawan PT TRI
No
Jabatan
Jumlah Karyawan
1
Direktur utama
1
2
Kepaladivisi sales & marketing
1
3
Staff bagian marketing
1
4
Staff bagian sales
1
5
KepaladivisiIT
1
6
Staff bagian IT
1
7
Kepaladivisi produksi
1
8
Staff bagianQC
5
9
Staff bagianassembly
5
10
Staff bagian PPIC
5
11
Kepala divisi logistik
1
12
Staff bagian distribusi
5
13
Staff bagian warehouse
5
14
Staff bagian purchasing
5
15
Operator
25
16
Kepaladivisi RnD
1
17
Staff bagianGA
1
18
Staff bagianHRD
1
19
Staff bagian riset
1
20
Kepaladivisi finance
1
21
Staff bagian administrasi
1
22
Staff bagian accounting
1
23
Supir
1
24
Satpam
2
Lanjutan Tabel 4. 1 Rekap Karyawan PT TRI
25
OfficeBoy
2
Total
75
BAB V
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Perancangan Fasilitas Stasiun Kerja
Meja
Meja digunakan sebagai sarana untuk penempatan pallet, guna memberikan area kerja bagi operator untuk menyelesaikan proses perakitan tamiya menggunakan komponen yang terletak pada pallet.
1. Panjang Meja :
Panjang meja = Lebar bahu pria persentil 95% + Allowance 10%
= 466 mm + 46,6 mm = 512.6 mm
2. Lebar Meja
Lebar Meja = (Jangkauan tangan ke depan wanita persentil 95% - tebal perut wanita persentil 95% )+ allowance 10%
= 610 mm – 287 mm = 323 mm + 32,3 mm = 355.3 mm
3. Tinggi Permukaan Meja
Tinggi permukaan meja = Tinggi siku posisi duduk wanita persentil 5% + Tinggi popliteal 5% + allowance 10 %
= 175 mm + 488 mm = 663+ 66,3= 729,3
Gambar 5. 1 Meja Operator
(Sumber: Nurmianto, 1991)
Kursi
Gambar 5. 2 Kursi Operator
Fasilitas lainnya yang harus ada pada lantai produksi adalah kursi. Kursi disini berfungsi sebagai tempat duduk operator agar tidak mudah pegal saat melakukan proses produksi. Dalam perancangan kursi, diperlukan kesesuaian dengan tubuh pengguna agar kursi tersebut nyaman ketika digunakan. Perhitungan kursi operator adalah sebagai berikut :
Tinggi kursi : Tinggi popliteal wanita persentil 95% + allowance
: 428 mm + 42,8 mm = 470,8 mm
Lebar alas kursi : Lebar panggul wanita persentil 95% + allowance
: 392 mm + 39,2 mm = 431,2 mm
Panjang alas kursi : Panjang popliteal pria persentil 5% + allowance
: 405 mm + 40,5 mm = 445,5 mm
Pallet
Gambar 5. 3 Pallet Transfer
Sesuai dengan pallet yang digunakan pada running pada modul 4 maka digunakan pallet berukuran 200 x 200 x 30 mm untuk pallet transfer
Conveyor
P.T Tamiya Racing Indonesia menggunakan konveyor sebagai salah satu alat yang membantu pemindahan barang dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. Konveyor merupakan suatu alat yang digunakan untuk mentransfer atau memindahkan alat, komponen, atau perkakas kerja. Konveyor disini berfungsi untuk memindahkan dan mengantarkan palet dari satu stasiun kerja ke satsiun kerja lainnya. Jenis konveyor yang digunakan P.T Tamiya Racing Indonesia adalah Konveyor Belt yang merupakan alat angkut dan alat bantu dorong tanpa mesin dengan alas sabuk. Berikut ini adalah perhitungan ukuran Konveyor yang dipakai di lantai produksi P.T Tamiya Racing Indonesia, yaitu :
1. Tinggi Konveyor
Tinggi conveyor = (tinggi bahu duduk - tinggi siku duduk pria 5 %) + allowance
= (50,30-17,30)+10% = 36,3
Tinggi konveyor dihitung berdasarkan ukuran persentil tinggi bahu duduk dikurangi tinggi siku duduk pria 5 %. Digunakan persentil pria 5 % untuk memudahkan pekerja baik pria maupun wanita untuk menjangkau konveyor sehingga proses produksi tidak terhambat.
Sumber : (Muyani, 2008)
2. Panjang konveyor
Panjang conveyor = (jarak antar SK ×( Jumlah SK -1 )) + Allowance
= (2000 mm × 13) + 25 mm
= 26025 mm = 26,025 m
Berdasarkan sumber: Seema S. Vanamane, Pravin A. Mane / International Journal of Engineering Research and Applications (IJERA) ISSN: 2248-9622 www.ijera.com Vol. 2, Issue 3, May-Jun 2012, pp.2162-2167, diketahui nilai panjang konveyor umum = 32,3 m. Sehingga dengan mempertimbangkan banyaknya stasiun kerja dan jarak antar stasiun kerja diperoleh panjang konveyor = 26,025 m
3. Lebar konveyor
Lebar conveyor = 220 mm = 22 cm
Dimensi lebar konveyor ditentukan berdasarkan lebar dari palet transfer sebesar 200 mm di tambah allowance sebesar 20 mm.
Dibawah ini adalah contoh Belt Konveyor yang digunakan di P.T Tamiya Racing Indonesia dengan dimensi Tinggi konveyor = 1,825 m ; dimensi Panjang Konveyor = 26, 025 m dan dimesi lebar konveyor = 2,2 cm
Gambar 5. 4 Conveyor PT TRI
Perancangan Layout Lantai Produksi
Penentuan jarak antar stasiun kerja
Jarak antar stasiun kerja menggunakan ukuran rentangan tangan dengan persentil pria 95. Data ukuran rentangan tangan pria yang digunakan adalah data antropometri Indonesia laki-laki dengan usia 20-34 tahun pada tahun 2013-2014.
Tabel 5. 1 Data Antropometri Indonesia Laki-Laki
Lanjutan Tabel 5.1 Data Antropometri Indonesia Laki-Laki
Persentil 95 = 1,806 m
Allowance = 10%
Jarak Antar SK = Persentil 95 + Allowance 10%
= 1,806 + 0,1806 = 1,9866 m 2 m
Penentuan fasilitas produksi
Toilet
Toilet adalah salah satu fasilitas yang penting untuk disediakan disuatu kantor terutaa di lantai produksi. Toilet yang berada dilantai produksi berguna untuk memudahkan para pekerja dan operator dalam kebutuhannya akan kamar kecil baik cuci muka, buang air besar maupun buang air kecil.
Toilet yang digunakan di PT TRI menggunakan perbandingan 1 : 8 yaitu 1 bilik kamar mandi digunakan untuk 8 pekerja atau operator. Jumlah karyawan yang bertugas dibagian produksi adalah sebanyak 58 orang dengan rincian untuk Departemen Produksi sebanyak 15 orang, Departemen Logistik sebanyak 15 orang, operator sebanyak 25 orang, dan pekerja packaging sebanyak 3 orang. Jumlah karyawan wanita adalah sebanyak 24 orang dan karyawan pria sebanyak 40 orang sehingga dibutuhkan 3 bilik toilet wanita dan 5 bilik toilet pria.
Bilik toilet pria memiliki urinoir sedangkan pada bilik toilet wanita tidak ada. Bentuk toilet menggunakan pintu dengan membuka ke dalam. Ukuran setiap bilik toilet adalah 1,5 m x 0,85 m dan jarak antar urinoir adalah 0,6 m. Jarak bilik terhadap urinoir yang saling berhadapan adalah 1,65 m. Sehingga toilet pria memiliki dimensi panjang 4,25 dan lebar 3,15 m, sedangkan untuk toilet wanita menggunakan dimensi panjang 2,65 m dan lebar 2,55 m
Locker Room
Loker Room adalah Ruangan di lantai produksi yang mencakup ruang ganti dan tempat penyimpanan pakaian baik pakaian yang dikenakan, pakaian rumah maupun pakaian kerja para karyawan sebuah perusahaan atau pabrik. Letak ruang ganti berada tidak jauh dari lantai produksi, sehingga mudah dijangkau.berdasarkan Buku Desain Data Arsitek, Luas ruangan loker room di P.T Tamiya Racing Indonesia sebesar 5 m x 5 m = 25 m2. Dengan luas tempat ganti sebesaar 0,5 m2 per orang sehingga untuk 25 orang operator 12,5 m2. Digunakan lemari pakaian ganti bersusun dua yang memiliki tinggi 1,8 m dengan lebar 1 meter dengan panjang keseluruhan lemari untuk 25orang operator sebesar 3,9 m. Sehingga luas ruangan yang terpakai untuk penggunaan lemari pakaian adalah 3,9 m2. Berikut ini adalah ukuran loker susun dua yang digunakan di loker room P.T Tamiya Racing Indonesia :
Gambar 5. 5 Loker PT TRI
Office Room
Pada lokasi pabriknya PT TRI juga menyediakan ruangan kantor, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan produksi sehari hari juga dilaksanakan kegiatan pemantauan dan pencatatan yang melibatkan 5 orang staff QC, 5 orang staff assembly, serta 5 orang staff warehouse. Maka didapatkan pengguna ruang office yakni sebanyak 15 orang.
Dari jumlah 15 tersebut dengan asumsi rata-rata luas ruang yang diperlukan untuk tempat kerja setiap karyawan termasuk alat bantu kantor dan ruang pelayanannya (neufert 2002) adalah 4,00 m2. Maka didapatkan luas kantor yang diperlukan adalah 40m2. Tinggi yang dianjurkan untuk ruangan kerja adalah 2,5 – 3,5 m karena ruangan ini nantinya akan diberikan ac maka supaya volume ruang tidak terlalu besar seupaya lebih mengehmat energi maka dipilihlah tinggi ruangan 3m (tinggi plafon).
Maka dari itu besar dari ruangan office adalah 6.3 x 6.4 x 3 m (p x l x t)
Gambar 5. 6 Denah ruang office PT TRI
Rest Point
Rest point dapat digunakan pekerja untuk melepas lelah selama melakukan aktivitas-aktivitas pada lantai produksi, ruangan ini ditujukan untuk operator di lantai produksi yang berjumlah sebanyak 25 orang. Rest point disini diasumsikan karyawan beristirahat tidak terlalu lama, karena kegiatan produksi terus berjalan. Maka dalam rest point hanya disediakan dispenser untuk mengambil minum saja. Kapasitas rest point dirancang hanya cukup menampung satu orang, dengan luas ruang gerak 4,5 m2 per orang. Jadi diperlukan ukuran ruangan 2 m x 2,25 m untuk ruangan rest point.
Warehouse
Tabel 5. 2 Data JIP
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rencana Produksi
17552
17616
17681
17746
17810
17875
17940
18004
18069
18133
18198
18263
* Kardus Tamiya = 17 x 11 x 10 = 1870
* 1 Kardus Besar = 120 Kardus Tamiya
JIP harian = JIP Bulanan20= 1826320=913,15~ 914 tamiya
Banyak Kardus = JIP Harian120= 914120=7,6 ~ 8 kardus
Warehouse merupakan tempat penyimpanan raw material yang datang dari supplier. Raw material ini nantinya akan digunakan di area produksi sebagai komponen penyusun dari produk tamiya PT. Tamiya Racing Indonesia.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ukuran produksi terbesar sejumlah 18.263 tamiya. Perusahaan mencanangkan 20 hari kerja untuk sebulan. Lalu pengambilan tamiya yang sudah jadi oleh distributor memerlukan waktu selama 2 hari. Sehingga kapasitas maksimum jumlah tamiya yang mampu disimpan dalam area storage sejumlah 1826320×2=914 tamiya. Dengan menyesuaikan jumlah maksimal tamiya dalam storage,dapat diketahui bahwa boks besar yang dibutuhkan sejumlah 8 boks diperoleh dari membagi jumlah maksimal tamiya dengan 120 boks kecil.
Dimensi dari ruangan ini menyesuaikan dengan ruangan storage,sehingga ukuran yang didapat adalah 11,4 m × 8,88 m × 4,2 m.
Storage
Storage merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan finish product berupa Tamiya yang telah selesai dibuat. Ukuran storage disesuaikan dengan data aggregate planning per bulan terbesar yang telah dibuat sebelumnya.
Tabel 5. 3 Hasil Agregat Planning
Periode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rencana Produksi
17552
17616
17681
17746
17810
17875
17940
18004
18069
18133
18198
18263
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ukuran produksi yang terbesar adalah dengan nilai 18263 Tamiya. Perusahaan telah merencanakan dalam sebulan terdaoat 20 hari kerja kemudian waktu yang dibutuhkan distributor untuk mengambil produk yang sudah jadi adalah selama 2 hari. Sehingga kapasitas maksimum jumlah Tamiya yang mampu disimpan didalam area storage adalah 1826320 x 2 = 1827 Tamiya.
Tamiya yang sudah jadi akan dilakukan packaging dengan boks kecil dan boks besar. Boks kecil digunakan untuk sebuah Tamiya sedangkan boks besar berisi boks-boks kecil dengan maksimum muatan adalah 120 boks kecil. Dimensi boks kecil adalah 0,17 m x 0,11 m x 0,1 m. Sedangkan ketentuan untuk boks besar panjang boks adalah panjang boks besar harus memuat 5 boks kecil, lebar boks besar memuat 4 boks kecil dan tinggi boks besar memuat 6 boks kecil. Sehingga ukuran dari boks besar adalah 0,85 m x 0,44 m x 0,6 m.
Dengan menyesuaikan jumlah maksimal Tamiya yang dapat ditampung storage maka boks besar yang dibutuhkan adalah sebanyak 18263120 = 16 boks besar. Boks besar ini akan disusun pada arak yang terdapat dalam storage area. Ketentuan yang digunakan untuk lebar rak adalah sesuai dengan lebar 2 boks besar yang saling membelakangi, untuk panjang rak adalah sesuai dengan 4 boks besar dan tinggi rak adalah sesuai dengan 2 boks besar. Sehingga sebuah rak akan diisi oleh 8 boks besar pada bagian bawah dan 8 boks besar pada bagian atas. Berdasarkan ketentuan tersebut maka didapatkan jumlah rak yang dibutuhkan di storage area adalah sebanyak 1 buah dengan spesifikasi ukuran panjang 3,4 m ; lebar rak adalah 0,88 m; dan tinggi rak adalah 1,2 m. Allowance diberikan untuk tinggi rak yang sesungguhgnya yaitu allowance sebesar 10% sehinggi tinggi rak menjadi 1,32 m.
Hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam merancang dimensi storage selain ukuran rak adalah jalur forklift. Forklift adalah sebuah alat atau transportasi yang digunakan sebagai media material handling seperti pemindahan ataupun peletakkan boks-boks tersebut dalam storage area. Berikut ini adalah jenis forklift yang digunakan di storage area :
Gambar 5. 7 Forklift ERC 220
Gambar diatas menunjukkan forklift yang digunakan adalah tipe ERC 220 dengan dimensi panjang 2,446 m; lebar 0,82 m dan tinggi 2,1 m. Kemampuan angkat maksimum yang dimiliki adalag 2,8 m dengan radius perputaran mencakup 1,618 m dan kapasitas maksimum adalah 2 kg. Sehingga jalan lewat forklift yang diperlukan antara rak dengan tembok storage adalah 4 m.
Dari keseluruhan asumsi perhitungan untuk storage dapat diketahu dimensi ruang storage yang diperlukan adalah dengan melihat dimensi rak dan forklift sehingga didapatkan dimensi storage area adalah 11,4 m x 8,88 m x 4,2 m
Packaging
Packaging adalah area yang digunakan sebagai tempat pengemasan produk baik raw material yang akan disimpan di warehouse, finished produk yang akan disimpan di storage ataupun barang yang siap dikirim yang telah selesai diproduksi dan telah lulus uji kualitas agar produk dapat dikirimkan kepada pelanggan. P.T Tamiya Racing Indonesia memiliki area Packaging sebesar 4,5 m x 3 m dengan luasan 13,5 m2 dengan jumlah operator packaging sebanyak 3 orang.
Material Handling
Luas material handling merupakan tempat diparkirkannya forklift sebagai alat material handling. Ruang material handling berupa marka yang digambarkan pada lantai produksi, adapun forklift ERC 220 yang digunakan memiliki dimensi 2,445 x 0,82 m (p x l). Sehingga ruang parkir yang disediakan adalah sesuai dimensi handpallet ditambah dengan allowance sebesar 10% (menurut satuan ruang parkir/ SRP) 2,689 x 0,902 m dengan tambahan fasilitas stopper supaya forklift tidak bergerak saat diparkirkan.
Luas Fasilitas produksi
Tabel 5. 4 Rekap luas fasilitas produksi
No
Ruangan
Panjang
Lebar
Tinggi
1
Toilet Pria
4,25
3,15
3
2
Toilet Wanita
2,65
2,55
3
3
Locker Room
5
5
3
4
Office
6,3
6,4
3
5
Rest Point
2
2,25
3
6
Storage
11,4
8,88
4,2
7
Warehouse
11,4
8,88
4,2
8
Packaging
4,5
3
4,2
9
Material Handling
2,689
0,902
-
Layout fasilitas produksi
Gambar 5. 8 Layout Fasilitas Produksi PT TRI
Penentuan jumlah lampu fasilitas produksi
Berikut adalah perhitungan jumlah kebutuhan lampu pada setiap ruangan:
1. Lantai Produksi
A (Luas Ruangan) = 25,32 m x 25,74 m = 651,73 m2
E (Kuat Penerangan) = 1000 lux
Tabel 5. 5 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Umum :
Ruang parkir
50
Gudang
100
Pekerjaan Kasar
100-200
Pekerjaan Sedang
200-500
Pekerjaan Halus
500-1000
Pekerjaan Amat Halus
1000-2000
Pemeriksaan Warna
750
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,7
Tabel 5. 6 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x60 watt (Jenis Lampu TL)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 60 x 75 = 9000 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 1000 x 651,739000x 0,7x 0,5= 206,8ampu 207 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada lantai produksi adalah sebanyak 207 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
2. Ruang Office produksi
A (Luas Ruangan) = 6,3 m x 6,4 m = 40,32 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 7 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 8 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 40,325250x 0,8x 0,5= 6,72ampu 7 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada office lantai produksi adalah sebanyak 7 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
3. Ruang Material Handling
A (Luas Ruangan) = 2,446 m x 0,82 m = 2,005 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 9 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 10 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 2,0065250x 0,8x 0,5= 0,33ampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada tempat materail handling lantai produksi adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
4.Storage
A (Luas Ruangan) = 11,4 m x 8,88 m = 101,23 m2
E (Kuat Penerangan) = 100 lux
Tabel 5. 11 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Umum :
Ruang parkir
50
Gudang
100
Pekerjaan Kasar
100-200
Pekerjaan Sedang
200-500
Pekerjaan Halus
500-1000
Pekerjaan Amat Halus
1000-2000
Pemeriksaan Warna
750
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,7
Tabel 5. 12 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Lumen = lampu 2x60 watt (Jenis Lampu TL)
Jumlah Lumen = 2 x 60 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 100 x 101,325250x 0,7x 0,5= 5,5ampu 6 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada storage di lantai produksi adalah sebanyak 6 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
5.Warehouse
A (Luas Ruangan) = 11,4 m x 8,88 m = 101,23 m2
E (Kuat Penerangan) = 100 lux
Tabel 5. 13 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Umum :
Ruang parkir
50
Gudang
100
Pekerjaan Kasar
100-200
Pekerjaan Sedang
200-500
Pekerjaan Halus
500-1000
Pekerjaan Amat Halus
1000-2000
Pemeriksaan Warna
750
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,7
Tabel 5. 14 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x60 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 60 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 100 x 101,325250x 0,7x 0,5= 5,5ampu 6 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada warehouse di lantai produksi adalah sebanyak 6 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
6. Toilet Wanita (Pabrik)
A (Luas Ruangan) = 2,65 m x 2,55 m = 6,75 m2
E (Kuat Penerangan) = 250 lux
Tabel 5. 15 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kamar mandi
250
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 16 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 250 x 6,755250x 0,8x 0,5= 0,80ampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada toilet wanita pada lantai produksi adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
7. Toilet Pria (Pabrik)
A (Luas Ruangan) = 4,25 m x 3,15 m = 13,38 m2
E (Kuat Penerangan) = 250 lux
Tabel 5. 17 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kamar mandi
250
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 18 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 250 x 13,385250x 0,8x 0,5= 1,59ampu 2 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada toilet pria lantai produksi adalah sebanyak 2 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
8. Locker Room
A (Luas Ruangan) = 5 m x 5 m = 25 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 19 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 20 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 255250x 0,8x 0,5= 4,16ampu 5 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada locker roomlantai produksi adalah sebanyak 5 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
9. Rest Point
A (Luas Ruangan) = 2 m x 2,25 m = 5 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 21 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Lanjutan Tabel 5. 21 Tabel Tingkat Pencahayaan
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,7
Tabel 5. 22 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 55250x 0,7x 0,5= 0,95 Lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada rest point pada lantai produksi adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
10. Packaging
A (Luas Ruangan) = 13,5 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 23 Tabel Tingkat Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,7
Tabel 5. 24 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 55250x 0,7x 0,5= 2,57 Lampu 3 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada packaging pada lantai produksi adalah sebanyak 3 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
Penentuan jumlah exhaust fan fasilitas produksi
Exhaust fan yang digunakan adalah merk Panasonic dengan tipe FV-40AFU yang memiliki spesifikasi voltage sebesar 220 V, frekuensi 50 Hz, besar watt adalah 58,1 -73-9 watt dan hembusan udara keluar atau kapasitas sedot yaitu 33,5 m3/menit (CMM). Waktu sirkulasi ditentukan sendiri yaitu 10 menit. Berikut adalah jumlah exhaust fan yang dibutuhkan dilantai produksi :
Gambar 5. 9 Panasonic FV-40AFU
- Storage
Storage memiliki dimensi 11,4 m x 8,88 m x 4,2 m dengan kapasitas sedot sebesar 33,5 m3/menit dan waktu sirkulasi adalah 10 menit. Berikut adalah jumlah exhaust fan yang disarankan utuk diruangan Storage.
Jumlah Exhasut Fan = Volume RuanganKapasitas Sedot x Waktu Sirkukasi
= 11,4 x 8,88 x 4,2 33.5 x 10 = 425.174 335 = 1,27 2 Exhaust Fan
Warehouse
Warehouse memiliki dimensi yang sama dengan storage yaitu 11,4 m x 8,88 m x 4,2 m dengan kapasitas sedot sebesar 33,5 m3/menit dan waktu sirkulasi adalah 10 menit. Berikut adalah jumlah exhaust fan yang disarankan utuk diruangan Warehouse.
Jumlah Exhasut Fan = Volume RuanganKapasitas Sedot x Waktu Sirkukasi
= 11,4 x 8,88 x 4,2 33.5 x 10 = 425.174 335 = 1,27 2 Exhaust Fan
Lantai Produksi
Lantai produksi memiliki dimensi 25,32 m x 25,74 m x 4,2 m dengan kapasitas sedot sebesar 33,5 m3/menit dan waktu sirkulasi adalah 10 menit. Berikut adalah jumlah exhaust fan yang disarankan utuk diruangan lantai produksi.
Jumlah Exhasut Fan = Volume RuanganKapasitas Sedot x Waktu Sirkukasi
= 25,32 x 25,74 x 4,2 33.5 x 10 = 2732,29335 = 8,156 9 Exhaust Fan
Packaging
Packaging memiliki dimensi 4,5 m x 3 m x 4,2 m dengan kapasitas sedot sebesar 33,5 m3/menit dan waktu sirkulasi adalah 10 menit. Berikut adalah jumlah exhaust fan yang disarankan utuk diruangan packaging.
Jumlah Exhasut Fan = Volume RuanganKapasitas Sedot x Waktu Sirkukasi
= 4,5 x 3 x 4,2 33.5 x 10 = 56,7335 = 0,169 1 Exhaust Fan
Penentuan kapasitas AC fasilitas produksi
Office
L = 6,3 m
W = 6,4 m
BTU/hr = 6,3 ×6,4×500=20160 BTU/hr
Karena ruangan diisi oleh lebih dari 2 orang (10 orang) secara terus menerus maka harus ditambahkan kebutuhan senilai 600 BTU/hr pada setiap penambahan maka ditambahkan 4800 BTU/hr sehingga total kebutuhan yakni 20160+4800=24960 BTU/hr
Sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 2 ½ PK
Locker Room
Untuk menjaga kelembapan yang ada pada ruangan locker maka kami menggunakan AC selain itu juga dengan terjaganya kelembapan dapat menjaga kebersihan serta aroma pada ruangan locker tersebut.
L = 5 m
W = 5 m
BTU/hr = 5 ×5×500=12500 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 2 PK
Perancangan Layout Departemen
Luasan Tiap Departemen
Untuk menentukan luasan ruangan yang dibutuhkan setiap divisi di P.T Tamiya Racing Indonesia berdasarkan kebutuhan dan juga banyaknya karyawan, maka ditentukan luas ruangan yang dibutuhkan berdasarkan buku "Data Arsitek" oleh Ernst Neufert. Berikut adalah luasan ruangan pada setiap divisi pada P.T Tamiya Racing Indonesia yaitu :
1. Departemen Produksi
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 7,5 x 4 meter (30 m2). Luas ruangan sebesar 30 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 10 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi Produksi, 3 orang kepala bagian yaitu Kepala Bagian PPIC, AssemblY dan QC serta 5 orang staff PPIC.
2. Departemen Logistik
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 6,5 x 6,5 meter (42,25 m2). Luas ruangan sebesar 42,25 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 14 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi Logistik , 3 orang kepala bagian yaitu Kepala Bagian Purchasing, Warehousing dan Distribution, 5 orang staff Purchasing dan 5 orang staaf distribution.
3. Departemen Teknologi Informasi
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 3x4 meter (12 m2). Luas ruangan sebesar 12 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 2 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi IT dan 1 orang staff IT.
4. Departemen Finance
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 3x5 meter (15 m2). Luas ruangan sebesar 15 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi Finance, 1 orang staff Accounting dan 1 orang staff Administrasi.
5. Departemen Pemasaran
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 3 x 5 meter (15 m2). Luas ruangan sebesar 15 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 3 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi Pemasaran, 1 orang staff Ssales dan 1 orang staff Marketing.
6. Departemen R n D
Luas ruangan yang dibutuhkan pada departemen ini sebesar 5 x 4 meter (20m2). Luas ruangan sebesar 20 m2 adalah untuk menampung jumlah karyawan sebanyak 4 orang yang terdiri dari 1 orang Kepala Divisi R n D, 1 orang staff GA, 1 orang staff riset dan 1 orang staff HRD.
7. Ruang Direktur
Luas ruangan yang dibutuhkan pada ruang Direktur 3 m x 2 m = 6 m2. Ruangan ini berisi 1 orang Direktur utama.
8. Ruang Meeting
Ruang meeting digunakan untuk kegiatan rapat ataupun pertemuan penting dengan tamu atau pihak luar. Ruangan ini terdiri dari meja panjang yang dapat digunakan untuk seluruh peserta rapat, kursi, papan tulis, screen, serta LCD proyektor. Luas ruangan yang dibutuhkan pada ruang Meeting 4 m x 1,5 m = 6 m2.
Penentuan Luasan Fasilitas Pendukung
Luasan fasilitas pendukung pada PT. Tamiya Racing Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Toilet di gedung office, toilet untuk pria dan wanita masing-masing memiliki luasan 1,5 m x 2 m sehingga luas yang didapatkan sebesar (3 m2). Dan luasan total toilet pria dan wanita sebesar 6 m2.
b. Musholla merupakan tempat ibadah bagi seluruh pihak managerial, karyawan dan juga operator yang beragama islam. Di musholla terdapat tempat wudhu pria dan wanita, terdapat rak sepatu untuk meletakan alas kaki, di dalam mushola sendiri terdapat lemari untuk tempat mukena, sarung dan perlengkapan sholat lainnya. Total luasan Mushola keseluruhan adalah 3 x 5 meter (15 m2).
c. Klinik adalah ruangan yang digunakan untuk menangani cidera atau kecelakaan kecil pekerja saat melakukan pekerjaan, atau untuk menangani karyawan dan operator yang sakit. Klinik, memiliki ukuran sebesar 3x3 meter (9 m2) dimana didalamnya terdapat tempat tidur, lemari obat – obatan, dan meja petugas medis. Klinik ini dapat menjadi tempat pertolongan pertama jika ada yang membutuhkan bantuan medis .
d. Kantin merupakan tempat untuk makan siang bagi para operator dan karyawan. Kantin, memiliki ukuran sebesar 6 x 10 meter ( 60 m2). Luas ruangan tersebut sudah mecakup ruangan makan serta ruangan bagi koki perusahaan untuk memasak. Kantin terdiri dari meja panjang dengan kursi-kursi disampingnya.
f. Tempat parkir didesain untuk dapat memuat kendaraan yang dibawa oleh pekerja. Terdapat 3 area tempat parkir, dengan luasan tempat parkir kendaraan mobil dan motor masing-masing sebesar 3 x 5 meter (15m2). Dan luasan tempat parkir Truk sebesar 34,08 m2
g. Pantry merupakan ruangan yang digunakan untuk membuat minuman, biasanya yang sering berada di pantry yaitu officeboy atau karyawan yang sedang membutuhkan minuman dan makanan kecil. Ruang pantry memiliki ukuran sebesar 2 x 2 meter (2 m2).
h. Pos satpam terletak di bagian depan, dekat dengan pintu gerbang dan tempat parkir kendaraan.Pos Satpam, memiliki ukuran sebesar 1,5 x 2 meter (3 m2).
i. Lobby
Area lobby beraa disekitar main office. ruangan ini merupakan ruangan untuk menerima tamu yang datang dan juga kemungkinan banyak orang yang berlalu lalang.
Penentuan Jumlah Lampu Tiap Departemen
1. Ruang Departemen Produksi
A (Luas Ruangan) = 7,5 m x 6 m = 45 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 25 Tabel Penerangan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 26 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 455250 x 0,8 x 0,5= 7,04 lampu 8 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen produksi adalah sebanyak 8 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
2. Ruang Departemen Logistik
A (Luas Ruangan) = 6,5 m x 6,5 m = 42,25 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 27 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 28 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 42,255250 x 0,8 x 0,5= 7,5 lampu 8 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen logistic adalah sebanyak 8 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja..
3. Ruang Departemen Teknologi Informasi
A (Luas Ruangan) = 4 m x 3 m = 12 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 29 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 30 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 125250 x 0,8 x 0,5= 2 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen teknologi informasiadalah sebanyak 2 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
4. Ruang Departemen Finance
A (Luas Ruangan) = 3 m x 5 m = 15 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 31 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan (lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 32 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 155250 x 0,8 x 0,5= 2,5 lampu 3 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen finance adalah sebanyak 3 buah lampu. Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
5. Ruang Departemen Marketing
A (Luas Ruangan) = 5 m x 3 m = 15 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 33 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Lanjutan Tabel 5,33 Tabel Pencahayaan
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 34 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 155250 x 0,8 x 0,5= 2,5 lampu 3 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen marketing adalah sebanyak 3 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
6. Ruang Departemen Pengembangan
A (Luas Ruangan) = 5 m x 4 m = 20 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 35 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 36 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 205250 x 0,8 x 0,5= 3,33 lampu 4 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan departemen pengembangan adalah sebanyak 4 buah lampu. Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga para pekerja akan merasa nyaman saat bekerja.
7. Ruang Direktur
A (Luas Ruangan) = 3 m x 2 = 6 m2
E (Kuat Penerangan) = 350 lux
Tabel 5. 37 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang computer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 38 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 350 x 65250 x 0,8 x 0,5= 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan Direkturadalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat bekerja.
8. Ruang Rapat
A (Luas Ruangan) = 4 x 1,5 meter = 6 m2
E (Kuat Penerangan) = 300 lux
Tabel 5. 39Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Perkantoran :
Ruang Direktur
350
Ruang kerja
350
Ruang komputer
350
Ruang rapat
300
Ruang gambar
750
Gudang arsip
150
Ruang arsip aktif.
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 40 tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 300 x 65250 x 0,8 x 0,5= 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan rapatadalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat diruangan. Kuat penerangan dalam ruang rapat berbeda dengan ruangan departemen yaitu sebesar 300 lux.Hal ini dikarenakan pada ruangan rapat tidak sering digunakan sebagai tempat untuk bekerja pada keseharian para pekerja.
Penentuan Jumlah Lampu Fasilitas Pendukung
1. Lobby (Resepsionis) dan Koridor Gedung Office
A (Luas Ruangan) = 3 x2 = 6 m2
E (Kuat Penerangan) = 100 lux
Tabel 5. 41 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Lobby, koridor
100
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 42Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 100 x 65250 x 0,8 x 0,5= 0,8 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada lorong gedung office dan lobby adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan, sehingga akan memberikan kenyamanan .
2. Klinik
A (Luas Ruangan) = 3 x 2 meter = 6 m2
E (Kuat Penerangan) = 250 lux
Tabel 5. 43 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Ruang rawat inap.
250
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 44 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 250 x 65250 x 0,8 x 0,5= 0,71 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada klinik adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat diruangan.
3. Ruang Pantry
A (Luas Ruangan) = 2 x 2 meter = 4 m2
E (Kuat Penerangan) = 300 lux
Tabel 5. 45 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Dapur
300
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 46 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = 20 watt (Jenis Lampu Tornado)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 20 x 75 = 1500 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 300 x 61500 x 0,8 x 0,5= 0,8 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruang pantry adalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat diruangan. Kuat penerangan dalam ruang rapat berbeda dengan ruangan departemen yaitu sebesar 250 lux.Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan pada ruangan departemen dan pantry berbeda.
4. Toilet Pria (Dalam Gedung Office)
A (Luas Ruangan) = 1,5 x 2 meter = 3 m2
E (Kuat Penerangan) = 250 lux
Tabel 5. 47 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Kamar mandi
250
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 48 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = 2 lampu x 35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 250 x 65250 x 0,8 x 0,5= 0,35 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruang toiletadalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan.
5. Toilet Wanita (Dalam Gedung Office)
A (Luas Ruangan) = 1,5 x 2 meter = 3 m2
E (Kuat Penerangan) = 250 lux
Tabel 5. 49 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Kamar mandi
250
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 50 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = 2 lampu x 35 watt (Jenis Lampu TL)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 250 x 35250 x 0,8 x 0,5= 0,35 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruang toiletadalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan.
6. Musholla
A (Luas Ruangan) = 3 x 5 meter = 15 m2
E (Kuat Penerangan) = 200 lux
Tabel 5. 51 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Mesjid
200
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 52 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 200 x 155250 x 0,8 x 0,5= 1,42 lampu 2 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada Masjidadalah sebanyak 2 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat diruangan. Kuat penerangan dalam Masjid berbeda dengan ruangan departemen yaitu sebesar 200 lux.Hal ini dikarenakan perbedaannya aktivitas yang dilakukan serta ketelitian yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut.
7. Kafetaria/Kantin
A (Luas Ruangan) = 6 x 10 meter = 60 m2
E (Kuat Penerangan) = 200 lux
Tabel 5. 53 tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Cafetaria.
200
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 54 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x35 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 35 x 75 = 5250 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 200 x 605250 x 0,8 x 0,5= 5,7 lampu 6 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada ruangan kafetariaadalah sebanyak 6 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan dalam ruangan tersebut sehingga akan terasa nyaman saat diruangan.
8. Tempat Parkir
A (Luas Ruangan) = 3 x 5 meter = 15 m2
E (Kuat Penerangan) = 50 lux
Tabel 5. 55 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Ruang Parkir
50
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 56 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 2x60 watt (Jenis Lampu TL)
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 2 x 60 x 75 = 9000 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 50 x 159000 x 0,8 x 0,5= 0,205 lampu 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada tempat parkiradalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan pada tempat parkir.
9. Pos Satpam
A (Luas Ruangan) = 1,5 x 2 meter = 3 m2
E (Kuat Penerangan) = 200 lux
Tabel 5. 57 Tabel Pencahayaan
Fungsi ruangan
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Lobby, koridor
200
Sumber : SNI Pencahayaan Buatan, 2001
CU (Faktor Penggunaan) = 0,5
LLF (Faktor Kehilangan Cahaya) = 0,8
Tabel 5. 58 Tabel LLF
Kantor ber-AC
0,8
Industri Bersih
0,7
Industri Kotor
0,6
Sumber :Cooper Crouse-Hinds, 2002
Lumen = lampu 20 watt (Jenis Lampu Tornado)
Sumber : Katalog Lampu Philips, 2008
1 watt = 75 lumen
Jumlah Lumen = 20 x 75 = 1500 lumen
Maka, jumlah lampu yang dibutuhkan :
N = E x A lumen lampu x LLF x CU
= 200 x 31500 x 0,8 x 0,5= 1 lampu
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan banyaknya lampu yang dibutuhkan pada pos satpamadalah sebanyak 1 buah lampu.Jumlah lampu tersebut, sudah dapat memenuhi kebutuhan penerangan pada tempat parkir.
Penentuan Kapasitas AC Tiap Departemen
Produksi
L = 6,5 m
W = 6,5 m
BTU/hr = 6,5 ×6,5×500=21125 BTU/hr
Karena ruangan diisi oleh lebih dari 2 orang (10 orang) secara terus menerus maka harus ditambahkan kebutuhan senilai 600 BTU/hr pada setiap penambahan maka ditambahkan 4800 BTU/hr sehingga total kebutuhan yakni 21125+4800=25925 BTU/hr
Sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 3 PK
Logistik
L = 7,5 m
W = 4 m
BTU/hr = 7,5 ×4×500=15000 BTU/hr
Karena ruangan diisi oleh lebih dari 2 orang (11 orang) secara terus menerus maka harus ditambahkan kebutuhan senilai 600 BTU/hr pada setiap penambahan maka ditambahkan 5400 BTU/hr sehingga total kebutuhan yakni 15000+5400=20400 BTU/hr
Sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 2 PK
IT
L = 3 m
W = 4 m
BTU/hr = 3 ×4×500=6000 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah ¾ PK
Marketing
L = 3 m
W = 5 m
BTU/hr = 3×5×500=7500 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 1 PK
Finance
L = 3 m
W = 5 m
BTU/hr = 3×5×500=7500 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 1 PK
RnD
L = 5 m
W = 4 m
BTU/hr = 4×5×500=10000 BTU/hr
Karena ruangan diisi oleh lebih dari 2 orang (4 orang) secara terus menerus maka harus ditambahkan kebutuhan senilai 600 BTU/hr pada setiap penambahan maka ditambahkan 1200 BTU/hr sehingga total kebutuhan yakni 10000+1200=11200 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 1 ½ PK
Meeting
L = 4 m
W = 1,5 m
BTU/hr = 4×1,5×500=6000 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah ¾ PK
Direktur
L = 3 m
W = 2 m
BTU/hr = 3×2×500=3000 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah ¾ PK
Mushola
L = 3 m
W = 5 m
BTU/hr = 3×5×500=7500 BTU/hr
Maka sesuai dengan konversi nilai BTU/hr terhadap satuan PK maka didapatkan kapasitas yang dibutuhkan adalah 1 PK
Luas Perusahaan Secara Keseluruhan
Activity Relationship Chart (ARC)
Gambar 5. 10 Activity Relationship Chart
PT. TRI memiliki 22 ruangan secara total dalam keseluruhan layout nya, kemudian bagian-bagian tersebut dianalisis mengenai tingkat kepentingannya. Terdapat 6 tingkat kepentingan yang digunakan dalam pembuatan Activity Relationship Chart, adapun 6 tingkat kepentingan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 5. 59 Tingkat Kepentingan ARC
A
Mutlak Perlu di dekatkan (Absolutely Necessary)
E
Sangat Penting untuk didekatkan (Especially Important)
i
Penting untuk didekatkan (important)
o
Cukup/biasa (Ordinary)
u
Tidak penting (Unimportant)
x
Tidak Dikehendaki Berdekata (Closeness Desire)
Tabel 5. 60 Tabel nomor kode
1
Penggunaan catatan bersama
2
Menggunakan tenaga kerja bersama
3
Menggunakan space area yang sama
4
Derajat hubungan personil yang sering dilakukan
5
Derajat kontak kerja yang seing dilakukan
6
Urutan aliran kerja
7
Melaksanakan kegiatan kerja yang sama
8
Menggunakan peralatan yang sama
9
Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan dll
Berdasarkan derajat hubungan tersebut, maka dapat dianalisis mengenai bagian-bagian yang yang harus didekatkan dan tidak didekatkan. Bagian yang mutlak harus didekatkan ditandai dengan kode A, bagian tersebut antara lain adalah storage dengan parkir truk dimana terjadi proses loading pada dock dengan frekuensi kegiatan yang sangat tinggi yakni pada setiap pengiriman produk jadi. Adapun bagian yang tidak dikehendaki untuk berdekatan yakni ruang direktur dan ruang rapat dengan toilet dikarenakan direktur perusahaan seringkali kedatangan tamu dari luar dimana toilet memiliki kesan yang tidak baik walaupun kebersihannya tetaplah terjaga. Adapun secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5. 61 Rekap ARC
No.
Ruangan
A
E
I
O
U
X
1
Direktur
2
3-8
9 - 17, 15-17
14
2
R. Meeting
1
3-9
9 - 17, 15-17
14
3
Dept Logistik
4,7
1,2,5,6
9-17
4
Dept Produksi
3,7,8
1,2,5,6
9-17
5
Dept Finance
1-8
9-17
6
Dept Marketing
1-8
9-17
7
Dept IT
3,4,8
1,2,5,6
9-17
8
Dept Rnd
4,7
1,2,3,5,6,
9-17
9
Lobby
10,11
1-9, 12-17
10
Parkir Mobil
17
11
1-9, 12-17
11
Parkir Motor
17
10
1-9, 12-17
12
Parkir Truk
13
17
1-12, 14-17
13
Lantai Produksi
12
1-13,16,17
14
Toilet
15
15
Mushola
14
1-14,16,17
16
Kantin
1-15,16,17
17
Pos
10,11,12
1-9,13-17
Activity Relationship Diagram (ARD)
Gambar 5. 11 Activity Relationship Diagram
Activity Relationship Diagram (ARD) merupakan diagram lanjutan dari Activity Relationship Chart (ARC). Pada diagram ini, masing masing ruangan diwakili dengan lingkaran yang berisi angka, dan tingkat kepentingan hubungan antar departemen diwakilkan dengan jenis garis dan warna yang menghubungkan antar departemen.
Pada tahap ARC, tingkat kepentingan hubungan ditandai dengan huruf A, E, I, O, U, X. Sementara pada ARD ini, huruf huruf tersebut digantikan dengan geris dan warna yang menginterpretasikan huruf-huruf tersebut. Huruf A pada ARD ini dismbolkan dengan empat garis berwarna merah, huruf E disimbolkan dengan tiga garis berwarna orange, huruf I disimbolkan dengan dua garis berwarna hijau, huruf O disimbolkan dengan satu garis berwarna biru, huruf U tidak diberi garis maupun warna, dan yang terakhir yaitu huruf X yang dismbolkan dengan garis zig-zag berwarna coklat.
Sebagai contoh, angka 1 (ruangan direktur) dengan angka 7 (ruangan departemen IT) memiliki hubungan yang biasa, maka dari itu kedua departemen ini dihubungkan dengan satu garis berwarna biru. Angka 17 (rest point) dan 18 (toilet) memiliki hubungan yang penting, maka hubungan antar kedua departemen tersebut disimbolkan dengan dua garis berwarna hijau. Selanjutnya, angka 11 (parkir motor) dan angka 21 (pos satpam) memiliki hubungan yang sangat penting, maka hubungan antar kedua departemen tersebut disimbolkan dengan tiga garis berwarna orange. Selanjutnya angka 1 (ruangan direktur) dengan angka 18 (toilet) memiliki hubungan yang tidak dikehendaki, maka dalam ARD diatas hubungan antar kedua departemen tersebut disimbolkan dengan garis zig-zag berwarna coklat. Untuk angka 18 (toilet) dan angka 19 (musholla) memiliki hubungan yang mutlak, maka hubungan antar kedua departemen tersebut disimbolkan dengan empat garis berwarna merah, di dalam layout pabrik nanti pun kedua ruangan ini harus diposisikan berdekatan dikarenakan hubungannya yang bersifat mutlak.
Activity Template Block
Activity Template Block Diagram (ATBD) adalah suatu diagram yang yang digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antar departemen dan fasilitas pendukung yang terdapat di perusahaan. Diagram ini memiliki kemiripan dengan ARD, hanya saja data ATBD dikelompokkan kedalam lembar kerja kemudian dimasukan kedalam suatu activity template. Setiap template yang diberikan akan menjelaskan mengenai departemen yang bersangkutan dan hubungannya dengan aktivitas departemen itu. Pada diagram ini skala luas dari masing-masing departemen tidak perlu diperhatikan. Berikut ini adalah ATBD awal yang sesuai dengan worksheet di PT TRI :
Gambar 5. 12 Activity Template Block Diagram (ATBD) Awal
Diagram diatas menunjukkan ATBD awal yang dibuat berdasarkan worksheet. Kemudian pendekatan dari setiap departemen dan ruangan dilakukan dengan berdasaekan tingkat kepentingan dari suatu ruangan/fasilitas ke ruangan/fasilitas lainnya yang dikategorikan yaitu A berarti mutlak perlu didekatkan, E berarti sangat penting untuk didekatkan, I berarti penting untuk didekatkan, O berarti biasa/cukup. Setiap template yang dibuat dapat dipindah ataupun diatur letaknya sesuai dengan kebutuhan masing-masing template. Maka berikut ini adalah hasil akhir ATBD PT TRI yang telah diatur tata letaknya :
Gambar 5. 13 Activity Template Block Diagram (ATBD) Akhir
Hasil ATBD yang telah dibuat diatas merupakan hasil yang sudah sesuai dengan urutan dan memenuhi kebutuhan dari setiap departemen ataupun fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Penempatan yang dilakukan berdekatan ini dilakukan untuk memudahkan segala aktivitas yang terjadi disetiap ruangan seperti kebutuhan aliran informasi ataupun data sehingga dihasilkan kinerja yang produktif, efisien dan efektif.
Berdasarkan gambar diatas juga digambarkan tanda panah merah yang menjelaskan jalur aliran raw material hingga mencapai lantai produksi yang diwakili dengan template 17-1213. Jalur aliran raw material dimulai dari tempat paling luar perusahaan yaitu pos kemudian parkir truk dan langsung kemasuk ke area produksi. Jalur tersebut juga digunakan untuk melakukan pengiriman produk dari lantai produksi keluar perusahaan. Oleh karena PT Tamiya Racing Indonesia adalah perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk yaitu Tamiya maka sangat dibutuhkan jalur keluar masuk produk ataupun informasi yang cepat sehingga proses produksi, aliran informasi dan pendataan dapat dilakukan dengan singkat dan mudah.
Space Relationship Diagram
Gambar 5. 14 Space Relationship Diagram
Space Relationship Diagram adalah diagram yang menunjukan hubungan suatu ruangan dengan ruangan yang lain, dimana ruangan yang digambarkan disesuaikan dengan luas tiap ruangan yang telah dirancangkan. Dalam pembuatan SRD ini, dibutuhkan hasil dari ARD dan luas dari tiap ruangan yang telah dirancang terlebih dahulu. Luas tersebut disimbolkan ke dalam bentuk persegi dengan makna 16 m2 pada tiap kotaknya. Luasan tiap departemen dibulatkan ke atas, sebagai contoh pada lantai produksi nomor 13 dengan luas 651,73 m2 maka dibulatkan menjadi 652 m2. Sehingga dalam diagram digambarkan dengan kotak-kotak yang berjumlah 41 yakni 8 kotak ke samping dan 5 kotak ke bawah serta tambahan 1 kotak di kanan atas.
Garis yang digambarkan pula pada diagram ini menunjukan hubungan kedekatan atau kepentingan dari tiap ruangan. Garis tersebut juga memiliki arti yang sama dengan garis yang digambarkan pada ARD.
Layout Keseluruhan Perusahaan
Gambar 5. 15 Layout Keseluruhan Pabrik
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan yang dihasilkan dari praktikum dan pengolahan data modul 7 ( Workspace, Workplace dan Environmental Arrangement) yaitu:
Workspace adalah adalah area atau tempat kerja dimana bertemunya pekerja dengan tugasnya dalam melakukan proses produksi, berisi antara lain material, mesin dan perkakas kerja, peralatan pembantu fasilitas penunjang lingkungan fisik kerja dan juga manusia sebagai pelaksananya. Sedangkan Workplace adalah lokasi atau daerah yang terdiri dari beberapa area kerja untuk melakukan proses produksi. Dengan kata lain Workplace adalah area tempat dilaksanakannya proses produksi beserta operator sebagai pelaksana proses produksi dan komponen-komponen yang digunakan dalam proses produksi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja antara lain antropometri, iluminasi, kondisi atmosfer, noise, penataan ruang fisik, dan prinsip-prinsip dalam menata komponen. Namun, pada laporan ini pengaturan faktor faktor lingkungan kerja hanya dilakukan pada faktor atmosfer dan iluminasi. Untuk faktor atmosfer dilakukan perhitungan baanyaknya jumlah exhaust fan di lantai produksi, serta jumlah AC yang dibutuhkan baik di Main office maupun di Ruangan departement i lantai produksi. Sedangkan untuk faktor ilumimasi dilakukan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan di P.T Tamiya Racing Indonesia secara keseluruhan.
Tabel 6. 1 Jumlah AC, Lampu, dan Exhaust Fan untuk Setiap Bagian
Bagian
Jumlah AC
Jumlah Lampu
Jumlah
Exhaust Fan
Lantai Produksi dan fasilitas pendukung di lantai produksi
4
239
14
Departemen
(termasuk Direktur Utama)
10
30
-
Fasilitas Pendukung di Main Office
4
15
-
Dalam perancangan fasilitas produksi di P.T Tamiya Racing Indonesia, diperhatikan beberapa faktor untuk mendukung sisi ergonomi yang sesuai dengan perancangan fasilitas produksi. Sisi ergonomis yang dimaksud adalah dengan menentukan fasilitas pendukung di lantai produksi dengan mempertimbangkan ukuran antropometri rata-rata pekerja di Indonesia. Seperti mementukan meja, kursi, pallet, dan konveyor demham memepertimbangkan ukuran persentil yang sesuai dan allowance yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar para pekerja dapat bekerja dengan optimum dan menghindari cedera dan atau kecelakaan kerja di lantai produksi.
Untuk menentukan layout di P.T Tamiya Racing Indonesia digunakan beberapa metode seperti menggunakan analisa Activity Relationship Chart, Activity Relationship Diagram, Activity Template Block Diagram, dan Space Relationship Diagram. Setelah diketahui derajat kepentingan dari satu bagian ke bagian lainnya, disusun layout perusahaan secara keseluruhan dengan total luas perusahaan sebesar 1481,95 m2.
Di P.T Tamiya Racing Indonesia, terdapat beberapa fasilitas pendukung yang terdapat dilantai produksi dan Main Office. Fasilitas pendukung tersebut berguna untuk mendukung kelancaran aktivitas perusahaan dan kenyamanan para pekerja yang ada. Berikut ini adalah beberapa fasilitas pendukung yang terdapat di P.T Tamiya Racing Indonesia yaitu : 1 ruang klinik dengan total luasan 6 m2 yang berada di dekat wilayah main office, 1 buah kantin dengan total luasan sebesar 60 m2, 1 ruangan pantry dengan luasan 6 m2 , 2 ruang toilet di area main office dengan masing-masing luasan sebesar 3 m2 , 2 ruang toilet di area lantai prouksi, 1 area lobby, area parkir, 1 musholla, 1 pos satpam, dan loker dengan kapasitas untuk 25 orang pekerja.
Saran
Dalam menentukan luas ruangan sebaiknya diperhatikan mengenai fasilitas dan yang ada di ruangan tersebut,dan kapasitas orang yang dibutuhkan sehingga dapat diperkirakan luasan yang sesuai untuk ruangan tersebut.
Dalam pembuatan ARC, ARD, ATBD, dan SRD , praktikan harus jeli dalam menentukan hubungan antar ruang sehingga hasil layout dapat lebih efisien
Dalam membuat layout pabrik secara keseluruhan, praktikan lebih cermat dalam menentukan bagian mana yang memiliki derajat kepentingan tertinggi, sehingga layout yang dihasilkan dapat sesuai dengan analisa.