Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Production and Planning Control (Perencanaan dan Pengendalian
Produksi) pada mulanya ditujukan untuk mengatur sistem produksi barang-barang manufaktur. Sampai sekarang pun, perencanan dan pengendalian produksi tesebut mempunyai tujuan yang tidak jauh berbeda dengan periode awal munculnya metode tersebut. Tujuan tersebut adalah memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang terbatas dalam produksi secara efektif yang dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen dan memperoleh keuntungan. Sumber daya yang terdiri dari fasilitas produksi, tenaga kerja dan material yang dibatasi oleh kapasitas mesin dan tenaga kerja, waktu delivery untuk produk serta kebijakan-kebijakan perusahaan. Dalam setiap organisasi maupun perusahaan, terutama organisasi manufaktur, tujuan utama perencanaan dan pengendalian produksi adalah memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif yang kemudian berguna untuk meningkatkan produktivitas. Pemborosan sumber daya akan terjadi apabila mesin atau tenaga kerja dibiarkan menganggur karena tidak ada pekerjaan. Dalam hal ini, peran dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah untuk menekan pemborosan tersebut dengan mengkoordinasikan ketersediaan tenaga kerja, peralatan serta material. Banyak perusahaan mengalami kerugian besar karena pemborosan tersebut. Perbaikan produktifitas dapat dilakukan dengan cara merancang atau membuat metode produksi yang lebih efisien. Seiring dengan tumbuhnya fasilitas manufaktur, masalah-masalah dalam perencanaan dan pengendalian produksi menjadi sangat kompleks. Bagian dari perencanaan dan pengendalian produksi harus membuat Perencanaan Agregat Agregat Planning), Jadwal Induk Produksi (JIP), Rough Cut Capacity Planning ( Agregat Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
1
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
(RCCP) dan Material Requirement Planning agar didapatkan penentuan jumlah material dan kapasitas serta strategi-strategi yang mampu memenuhi permintaan dari para konsumen. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan produksi agar perusahaan Arrows Industries yang bergerak dalam bidang perakitan tamiya mini 4 WD, dapat melakukan produksi yang mampu memenuhi permintaan pasar dengan biaya produksi yang paling minimal untuk 48 periode ke depan.
1.2
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Perencanaan Produksi adalah 1. Praktikan dapat menggunakan input hasil peramalan untuk menyusun rencana agregat produksi. 2. Praktikan dapat mengaplikasikan teknik disagregasi yang ada untuk menyusun Jadwal Induk Produksi. 3. Praktikan dapat membuat perencanaan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JIP dengan kapasitas produksi yang tersedia. 4. Praktikan mampu membuat catatantentang jadwal pemesanan material yang harus dilakukan. 5. Praktikan dapat memberikan indikasi bila diperlukan penjadwalan ulang. 6. Praktikan mampu memberikan indikasi tentang keadaan dari persediaan. 7. Dapat memastikan/mengesahkan penggunaan MRP melalui CRP.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam laporan praktikum ini persoalan yang dibahas adalah mengenai RRP, agregat planning, JIP, RCCP dan MRP.
1.4 Prosedur Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum ini, langkah-langkah (prosedur ) yang harus dilakukan antara lain: 1. Pengumpulan data-data yang dibutuhkan Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
2
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
(RCCP) dan Material Requirement Planning agar didapatkan penentuan jumlah material dan kapasitas serta strategi-strategi yang mampu memenuhi permintaan dari para konsumen. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan produksi agar perusahaan Arrows Industries yang bergerak dalam bidang perakitan tamiya mini 4 WD, dapat melakukan produksi yang mampu memenuhi permintaan pasar dengan biaya produksi yang paling minimal untuk 48 periode ke depan.
1.2
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Perencanaan Produksi adalah 1. Praktikan dapat menggunakan input hasil peramalan untuk menyusun rencana agregat produksi. 2. Praktikan dapat mengaplikasikan teknik disagregasi yang ada untuk menyusun Jadwal Induk Produksi. 3. Praktikan dapat membuat perencanaan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JIP dengan kapasitas produksi yang tersedia. 4. Praktikan mampu membuat catatantentang jadwal pemesanan material yang harus dilakukan. 5. Praktikan dapat memberikan indikasi bila diperlukan penjadwalan ulang. 6. Praktikan mampu memberikan indikasi tentang keadaan dari persediaan. 7. Dapat memastikan/mengesahkan penggunaan MRP melalui CRP.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam laporan praktikum ini persoalan yang dibahas adalah mengenai RRP, agregat planning, JIP, RCCP dan MRP.
1.4 Prosedur Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum ini, langkah-langkah (prosedur ) yang harus dilakukan antara lain: 1. Pengumpulan data-data yang dibutuhkan Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
2
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
a.
Service level
b.
Data hasil peramalan modul sebelumnya
c.
Data biaya RT, OT, KTTP dan inventori item
d.
Data hasil kerja per periode
e.
Jam kerja per hari
f.
Lead time
g.
Inventori
2. Hitung kapasitas produksi yanga tersedia. 3. Lakukan perencanaan agregat dengan menggunakan algoritma Transportation Land .
4. Lakukan perhitungan JIP untuk periode 48 5. Lakukan perhitungan RCCP. 6. Lakukan analisa. 7. Lakukan perhitungan MRP untuk mendapatkan Planned Order Release.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan
yang
disusun
dalam
laporan
praktikum
Perencanaan Produksi ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan
praktikum, dan sistematika
penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar teori yang menyangkut masalah-masalah yang engan Perencanaan Agregat, Jadwal Induk Produksi (JIP), Rough Cut Capacity Planning (RCCP) dan Material Requirement Planning (MRP).
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN PENGOLAHAN DATA
Berisi tentang data awal yang digunakan pada saat praktikum dan pengolahan data tersebut.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
3
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
BAB IV ANALISIS
Berisi tentang analisis yang dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab sebelumnya. BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
4
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resource Requirement Planning (RRP)
Perencanaan kebutuhan sumber daya merupakan tingkat perencanaan tertinggi dalam hirearki perencanaa kapasitas. Perhitungan jumlah stasiun kerja ini mengunakan rumus : JumlahStasiunKerja =
TotalDemandxWaktuBak u
∑ JumlahHariKerjaxJamK erja / Hari
Sedangkan untuk menghitung kapasitas produksinya : Kapasitas RT (jam)
= hari kerja x jam kerja x stasiun kerja
Kapasitas OT (jam)
= 25% x RT
Kapasitas RT (unit)
= kapaitas RT (jam) x (3600/Wb)
Kapasitas OT (unit)
= kapaitas OT (jam) x (3600/Wb)
Perhitungan RRP ini diperluka untuk mengetahui seberapa besar kapasitas produksi dari RT dan OT yang dapat dipakai apabila ternyata kapasitas produksi dari RT tidak dapat memenuhi demand. RRP digunakan untuk merencanakan berapa kapasitas produksi yang kita butuhkan apakah cukup menggunakan RT saja atau perlu tambahan bila ternyata tidak memenuh permintaan.
2.2 Agregasi (Perencanaan Agregat)
Tujuan dari perencanaan agregat adalah penggunaan yang produktif baik atas sumber daya manusia maupun sumber daya perlengkapan. Perencanaan agregat berawal dari perencanaan strategi bisnis yang terkait dengan peramalan permintaan ( forecasting). Perencanaan Agregat didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan ke bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah supplier dan subkontraktor) dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap. Dalam prakteknya sering terjadi proyeksi permintaan yang tidak konstan yang akan meningkatkan kesulitan dalam pembuatan
perencanaan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
produksinya.
Pola
permintaan
yang
musiman 5
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
membutuhkan kehati-hatian dalam perencanaannya sehingga dapat meminimasi kemungkinan kerugian. Langkah-langkah dalam perencanaan agregat adalah sebagai berikut : 1. Input hasil peramalan, kapasitas mesin dan tenaga kerja, jam kerja, dan lainlain. 2. Ubah seluruh variabel menjadi satu satuan ukuran. 3. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dan pilih satu atau beberapa strategi perencanaan. 4. Tentukan model mana yang akan dipakai sesuai kriteria ongkos terendah.
Perencanaan produksi ( production planning) dan proses perencanaan kebutuhan sumber daya (resource requirements planning , RRP) termasuk dalam tingkat perencanaan strategik yang dilakukan oleh manajemen puncak (top management ). Perencanaan produksi dan kebutuhan sumber daya berada pada level
yang sama, dan merupakan level pertama dari hierarki perencanaan prioritas dan perencanaan kapasitas. ( D.Sc.,Gaspers Vincent Dr. 2001. Production Planning and Inventory Control. Jakarta:Gramedia)
2.2.1
Perencanaan Strategi Bisnis
Perencanaan
strategi
bisnis
memainkan
peranan
penting
dalam
mengendalikan keputusan-keputusan manufakturing terutama yang terkait dengan manajemen produksi dan inventori ( production and inventory management ). Pada umumnya ada 4 jenis strategi yang dapat dipilih dalam
membuat perencanaan aggregat. Pemilihan strategi ini tergantung dari kebijaksanaan perusahaan, keterbatasan perusahaan dalam prakteknya, dan pertimbangan biaya. Jenis perencanaan strategi bisnis tersebut antara lain : 1. Perencanaan Strategi Pemasaran ( Marketing Strategic Planning ) Perencanaan ini memfokuskan pada penyesuaian produk terhadap proyeksi pangsa pasar, penentuan strategi distribusi dan penjualan, dan paling utama Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
6
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
adalah menentukan keunggulan-keunggulan kompetitif yang paling berhasil dalam memasuki pangsa pasar yang dimasuki. 2. Perencanaan Strategi Manufakturing ( Manufacturing Strategic Planning ) Merupakan sekumpulan tindakan dan keputusan terkoordinasi yang bertindak atas penyebaran sumber-sumber daya manufakturing untuk memberikan keunggulan kompetitif pada perusahaan. 3. Perencanaan Strategi Riset dan Pengembangan (R&D Strategic Planning ) Juga disebut sebagai perencanaan strategi pengembangan produk dan memfokuskan pada aktivitas desain produk baru yang konsisiten dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. 4. Perencanaan Strategi Keuangan (Financial Strategic Planning) Berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber daya keuangan yang direncanakan dan interaksinya dengan rencana strategi bisnis. Rencana strategi bisnis suatu perusahaan adalah pernyataan strategi jangka panjang dan tujuan-tujuan seperti penerimaan (revenue ), keuntungan ( profits), disertai anggaran-anggaran (budgets). ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 48-49)
2.2.2 Strategi Perencanaan Agregat a. Pure Strategy 1. Mengubah Tingkat Inventori
Jika kita mengalami penumpukan inventori pada periode di mana permintaan menurun, biaya yang berhubungan dengan storage, handling, asuransi, dan kerusakan akan meningkat. Sebaliknya, saat terjadi peningkatan permintaan, kekurangan persediaan akan menyebabkan penurunan mutu pelayanan kosumen, peningkatan lead time, kerugian akibat permintaan yang tidak terpenuhi, dan masuknya kompetitor baru dalam pasar.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
7
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
2. Mengubah Tingkat Tenaga Kerja
Manajer dapat mengubah jumlah tenaga kerja dengan cara merekrut dan memberhentikan tenaga kerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi dan permintaan dengan tepat. Dapat juga dengan cara mempertahankan jumlah tenaga kerja, tapi jam kerjanya divariasikan. Aplikasi cara ini adalah dilaksanakannya kerja lembur saat permintaan meningkat. 3. Subkontrak
Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah mensubkontrakkan sebagian produksi ketika terjadi permintaan melebihi kapasitas produksi. 4. Mempengaruhi Permintaan
Mengingat permasalahan
perubahan
permintaan
perencanaan
agregat,
merupakan manajemen
sumber dapat
utama
membuat
keputusan untuk mempengaruhi permintaan itu sendiri. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan memberikan diskon, bonus, promosi, dll.
b. Mixed Strategy
Pelaksanaan masing-masing pure strategy akan menimbulkan biayabiaya tertentu, dan seringkali tidak feasibel. Oleh sebab itu seringkali digunakan combinasi dari strategi-strategi tersebut, atau sering dinamakan mixed strategy. Mixed strategy melibatkan penggunaan dua atau lebih variabel
yang dapat dikontrol untuk mencapai rencana yang feasibel. Misalnya, perusahaan dapat menggunakan kombinasi antara jam lembur, subkontrak, dan pemerataan persediaan sebagai strategi mereka. (Modul Praktikum PTI Modul 7)
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
8
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
2.2.3 Biaya-biaya dalam Perencanaan Agregat
Adapun biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat, yaitu : a. Hiring Cost (Ongkos Penambahan Tenaga Kerja) Penambahan tenaga kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi, dan training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja baru yang belum berpengalaman. b. Layoff Cost (Ongkos Pemberhentian Tenaga Kerja) Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan sehingga tingkat produksi menurun secara drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK. c. Overtime Cost dan Under Time Cost ( Ongkos Lembur dan Ongkos Menganggur) Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi tetapi konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150% dari ongkos kerja regular. Kebalikan dari kondisi
ini
dibandingkan
bila
perusahaan
mempunyai
kelebihan
tenaga
kerja
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan
produksi. Tenaga kerja berlebih ini bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak efektif, bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif maka perusahaan akan menanggung ongkos menganggur yang besarnya adalah perkalian jumlah jam kerja tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya. d. Inventory Cost dan Backorder Cost (Ongkos Persediaan dan Ongkos Kehabisan Persediaan) Persediaan berfungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat tertentu, konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya ongkos penyimpanan yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan dari kondisi ini Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
9
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
apabila perusahaan kehabisan persediaan. Bila ini terjadi pada sistem MTO ( Make-To-Order ) mengakibatkan jadwal penyerahan order terlambat, sedangkan pada sistem MTS ( Make-To-Stock ) mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 54-55)
2.2.4 Metode Perencanaan Agregat
Metode-metode perencanaan agregat adalah Metode Heuristik (trial-anderror ) dan Metode Optimasi. Metode Huristik terdiri dari model pure dan mixed . Sedangkan
metode optimasi meliputi transportation land dan
programma linear.
1. Metode Heuristik (Trial-and-error)
Disebut juga metode pembuatan grafik dan diagram, sering dipakai karena mudah dipahami dan digunakan. Lima tahapan dalam metode pembuatan grafik, yaitu : a. Tentukan permintaan pada setiap periode, b. Tentukan berapa kapasitas pada waktu-waktu biasa, waktu lembur, dan tindakan subkontrak untuk setiap periode. c. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya pengangkatan dan pemberhentian tenaga kerja, serta biaya penahanan persediaan. d. Kembangkan rencana-rencana alternatif dan amatilah biaya totalnya.
2. Metode Optimasi
Metode ini terdiri dari model program linear dan model transportasi land. Tujuan formulasi program linear adalah meminimasi ongkos total yang berbentuk
linear
terhadap
kendal-kendala
linear.
Sedangkan
model
transportasi land dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel transportasi.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam pembuatan tabel transportasi, yaitu : a. Hitung terlebih dahulu total permintaan seluruh produk selama horizon perencanaan dalam satuan agregat dan masukkan ke dalam kolom ketiga; Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
10
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
b. Hitung terlebih dahulu kapasitas yang tersedia untuk tiap pilihan produksi selama horizon perencanaan dalam satuan agregat dan masukkan ke dalam baris ketiga; c. Hitung ongkos per unit satuan agregat sebagai akibat pilihan strategi produksi yang diterapkan dan masukkan ke dalam sel-sel di tengah tabel transportasi; d. Optimasikan rencana produksi di setiap periode dalam horizon perencanaan mulai dari periode paling awal sampai periode paling akhir. Usahakan menggunakan kapasitas produksi di sel dengan ongkos produksi termurah. Sedapat mungkin seluruh permintaan harus dipenuhi tepat waktu (tanpa pembatalan pesanan/back order). ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 56-68)
Rencana agregat dapat dibuat dengan menggunakan beberapa macam metode yang memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan rencana produksi dengan strategi yang paling ekonomis dengan mempertimbangkan berbagai masalah yang timbul seperti : - Produksi yang dilaksanakan sebelum atau sesudah periode yang dibutuhkan akan menimbulkan biaya inventori atau back order . - Penambahan atau pengurangan jam kerja akan menimbulkan biaya over time atau under time.
- Penambahan atau pengurangan tenaga kerja akan menimbulkan biaya hiring dan lay off .
- Pelaksanaan sub kontrak akan menimbulkan biaya sub kontrak. (Modul Praktikum PTI Modul 7)
Metode yang lain : a. Metode Nonkualitatif atau Intuitif
Metode ini tidak umum digunakan. Dalam banyak situasi industri, manajemen melihat rencana periode sebelumnya dan meningkatkan atau Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
11
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
menurunkannya sedikit sesuai dengan situasi yang ada sekarang. Keputusan seperti itu tidak terjamin jika rencana sebelumnya tidak mendekati optimal. b. Rasio Inventori
Rasio turnover adalah suatu konsep yang sering digunakan dalam perencanaan produksi karena seringkali performa para manajer diukur dengan rasio turnover yang dicapai oleh fasilitas yang dimiliki. Turnover Ratio =
AverageSal es AverageInv entory
1 2SDt Optimum Inventory = 2 h =
K Dt
c. Metode Diagram dan Grafis
Metode ini mudah dipahami dan juga mudah digunakan. Teknik-teknik seperti ini pada dasarnya aplikatif untuk perhitungan dengan sedikit variabel terhadap waktu dengan dasar trial-and-error. Langkah-langkah penggunaan metode ini sebagai berikut : 1.
Plotkan demand dalam bentuk histogram. Tentukan tingkat produksi yang diperlukan untuk mencapai permintaan rata-rata, dan plot perkiraan permintaan rata-rata dalam grafik.
2.
Plotkan kebutuhan kumulatif aktual terhadap waktu dan bandingkan dengan kebutuhan rata-rata. Identifikasi kelebihan dan kekurangan inventori dari grafik.
3.
Coba rencana dengan pure strategy dan bandingkan alokasi-alokasi biaya yang terjadi.
4.
Dengan melihat alokasi-alokasi biaya yang ada, buat solusi dengan mixed strategy.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
12
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
d. Metode Tabular dan Program Matematis
Beberapa versi model program matematis dapat diformulasikan, tergantung kompleksitas asumsi yang digunakan. Namun yang akan diaplikasikan dalam praktikum ini adalah Algoritma Land . Metode ini cocok untuk menganalisa efek-efek biaya dari penggunaan masing-masing strategi. Model ini relatif lebih mudah untuk penyelesaian permasalahan yang melibatkan banyak faktor seperti hiring dan lay-off , biaya perubahan level produksi, dan lain-lain. e. Metode Linear Programming
Algoritma LP menghasilkan suatu solusi dengan mixed strategy, sehingga biaya total terminimalkan. Fungsi objektif dan batasan yang digunakan bertujuan untuk meminimalkan biaya total untuk produksi, hiring, layoff , overtime, undertime, dan inventori. k
∑
C = r
k
Pt + h
∑
t =1
k
At + f
t =1
∑
k
Rt + v
t =1
∑
k
O t + c
t =1
∑ I
t
t =1
dengan batasan-batasan: Pt ≤ Mt ;
t = 1, 2, …, k
Ot ≤ Y t;
t = 1, 2, …, k
I t ≤ Mt -1 + Pt + Ot - Dt ;
t = 1, 2, …, k
At ≤ Pt – Pt-1;
t = 1, 2, …, k
Rt ≤ Pt-1 - Pt ;
t = 1, 2, …, k
P ,t O ,t I ,t A ,t Rt ≥ 0 di mana: r, v
= biaya/unit diproduksi selama waktu reguler dan overtime
P ,t Ot = unit diproduksi selama waktu reguler dan overtime h, f
= biaya hiring dan layoff per unit
A ,t Rt = jumlah unit meningkat atau menurun selama periode berurutan c
= biaya inventori per unit per periode
Dt
= perkiraan penjualan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
13
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
f. Linear Decision Rule
Hasil dari penggunaan aturan ini didasarkan atas empat faktor biaya: biaya produksi reguler, biaya hiring dan layoff , biaya overtime dan undertime, serta biaya inventori dan shortage. Biaya Produksi Reguler. C t (1) = c1W (t )
diasumsikan bahwa biaya produksi berbanding lurus dengan ukuran workforce W t yang digunakan pada periode t.
Biaya Hiring dan Layoff. 2
C t (2) = c 2 [W t − W t −1 ]
di mana [W t − W t −1 ] adalah perubahan tingkat workforce dari periode t – 1 ke periode t . Biaya Overtime dan Undertime.
C t (3) = c3 [Pt − c 4W t ]
2
+ c 5 Pt − c6W t
di mana Pt adalah tingkat produksi dan W t adalah ukuran workforce. Biaya Inventori dan Shortage 2
C t (4) = c7 [ I t − (c8 + c9 St )]
di mana I t adalah persediaan pada skhir periode t dan St adalah perkiraan penjualan aktual pada periode t . Decision Rule
C t = C t (1) + C t (2) + C t (3) + C t (4)
biaya total selama t periode didapat dari penjumlahan biaya periode individu: T
C T
=
4
∑ ∑ C (i ) t
t =1 i =1
g. Management Coefficient Model
Dengan
menggunakan
analisa
regresi
statistik,
aturan
yang
dikembangkan umumnya dalam bentuk sebagai berikut: Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
14
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Pt W t
= =
a1 S t + a 2W t −1
− a3 I t −1 + a 4
b1 S t + b2W t −1
− b3 I t −1 + a 4
di mana parameter a dan b adalah konstanta yang diturunkan melalui teknik regresi berdasarkan pengalaman masa lalu perusahaan.
2.2.5 Satuan Agregat
Satuan Agregat adalah satuan yang dapat mewakili berbagai macam produk sehingga total kebutuhan untuk produk-produk tersebut dapat dibandingkan dengan kapasitas fasilitas produksi yang tersedia. Adanya satuan agregat diperlukan mengingat berbagai item produk membutuhkan jam mesin dan waktu setup yang berlainan serta ongkos produksi yang digunakan secara bersama-sama. Satuan agregat akan mewakili agregasi seluruh item produk sehingga permintaan total untuk kebutuhan selama satu kurun waktu perencanaan dapat dihitung. Contoh : satuan ton baja walaupun baja yang dihasilkan berupa baja batangan, baja kawat, baja lembaran, atau baja rol. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 69)
2.3 Jadwal Induk Produksi (JIP) 2.3.1 Konsep Dasar Aktivitas Jadwal Induk Produksi (JIP)
Pada dasarnya jadwal induk produksi (master production schedule = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.
MPS
mendisagregasikan dan mengimplementasikan
rencana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyatakan dalam bentuk agregat, jadwal induk produksi (master production schedule = MPS ) yang merupakan hasil dari proses penjadwalan produksi induk (master production scheduling =MPS ) dinyatakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor item yang ada.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
15
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Aktivitas penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses transakasi dari MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas MPS dan tinjauan ulang. Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat fungsi utama berikut : a. Menyediakan
atau
memberikan
input
utama
kepada
sistem
perencanaan kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning = M&CRP
b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and purchase order ) untuk item-item MPS.
c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas. d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery promise) kepada pelanggan. Proses penjadwalan produksi induk (MPS/JIP) membutuhkan lima input utama seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1, yaitu : a. Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders ). b. Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,
stok
yang
dialokasikan
untuk
penggunaan
etrtentu
(allocated stock ), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders ), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan.] c. Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya utnuk menentukan tingkat produksi,
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
16
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
inventori, dan sumber-sumber daya lain dalam perencanaan produksi itu. d. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus digunakan, stok pengaman (safety stock ), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item. e. Informasi
dari
RCCP
berupa
kebutuhan
kapasitas
untuk
mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. Pada dasarnya
RCCP
menentukan
kebutuhan
kapasitas
untuk
mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan umpan balik kepada perencana atau penyusun jadwal induk
produksi
untuk
mengambil
tindakan
perbaikan
apabila
ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penjadwalan produksi induk dan kapasitas yang tersedia. (Gasperz, Vincent. Production Planning and Inventory Control, hal. 142-144)
Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
INPUT : 1. 2. 3. 4. 5.
Data Permintaan Total. Status Inventori. Rencana Produksi. Data Perencanaan. Informasi dari RCCP.
PROSES : Penjadwalan Produksi Induk (MPS)
OUTPUT : Jadwal Produksi Induk (MPS)
Umpan Balik Gambar 2. 1 Proses Penjadwalan Produksi Induk
(Sumber : Gasperz, Vincent. Production Planning and Inventory Control, hal. 143) Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
17
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
2.3.2 Teknik Disagregasi
Proses penerjemahan rencana agregat menjadi rencana persediaan dan penjadwalan yang terperinci dinamakan disagregasi. JIP adalah hasil dari disagregasi yang merinci tentang : 1. Jumlah dan waktu order produksi untuk item-item spesifik. 2. Penjadwalan pekerjaan. 3. Alokasi jangka pendek dari aktifitas produksi.
Teknik-teknik disagregasi dapat dikategorikan sbb: 1. Metode cut & fit 2. Metode Linier Programming
3. Metode Hax & Meal 4. Metode Hax & Bitran
1. Metode Cut & Fit
Umumnya perusahaan mencoba berbagai variasi alokasi kapasitas produk dalam suatu grup sampai tercapai suatu kombinasi yang memuaskan. Pendekatan semacam ini disebut metode cut & fit. 2. Metode Linear Programming
Model disagregasi berupa program linear diajukan oleh Krajewski dan Ritzman. Model ini bertujuan untuk meminimalkan biaya total dari output, subkontrak, inventori, backlog, hiring, lay off , over time dan gaji untuk T periode. Z =
∑ ∑ [C X 1
t
it
+ C 2 S it + C 3 I it + C 4 B it + C 5 H jit + C 6 F jt + C 7 O jit + C 8W jit
i
X it + I i .t −1 − I it + S it + Bit − Bi.t −1
= Dit
untuk semua i ∈ L
li
∑ [r X imj
i .t + m
'
+ r imj φ i .t + m =
Pijt untuk semua i ∈ N j dan j ∈ J
m =1
∑P
ijt
− W jt − O jt ≤
0 untuk semua j ∈ J
i∈ L
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
18
]
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
W jt − W j .t −1 − H jt + F jt
O jt
− θW jt ≤
φit
=
=
0 untuk semua j ∈ J
0 untuk semua j ∈ J
X {10 jika jika X
it >0
untuk semua i ∈ L
it =0
3. Metode Hax & Meal
Metode ini bertujuan untuk menentukan jumlah produksi berdasarkan trade-off antara biaya simpan dengan biaya pesan/setup.
Biaya simpan = 1 C ij I S ij 2
+
T ij
N i
Biaya setup = S N i i
T ij Total biaya = ∑ 12 C ij I Sij + + Si N i N all j i in i
N i*
*
Qij
1 2 Si
=
=
T ij N i*
∑ C T
ij ij
all j in i
2T ij2 Si
=
∑ C T
I
ij ij
all j in i * Qtotal
=
∑ Q K * ij
ij
all j in z
T ij
= demand tahunan untuk item j pada famili i
Si
= biaya set up yang berhubungan dengan famili i
C ij
= biaya per unit untuk item j pada famili i
I
= biaya inventori *
Qij
= economic order untuk item j pada famili i jika akan diproduksi sebanyak N i* kali setahun.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
19
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
4. Metode Hax & Bitran
Metode ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : 1) Menentukan famili yang perlu diproduksi. 2) Disagregasi famili. 3) Disagregasi item. 4) Menentukan status inventori akhir tiap produk. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 81)
Penjelasan metode ini dapat dilihat melalui flow chart di bawah ini : Penentuan Famili yang akan diproduksi
Tidak Tidak diproduksi Yij = 0
Dij + SS ij < Iij
Ya Menentukan Batas Bawah (LB) dan Batas Atas (UB)
∑ Max 0 , K U B = ∑ K [( ∑ D
L B
=
ij
ij
( D ij , t − I ij ,t −1
ij , t + k
) − I ij ,t −1
+
+
SS ij )
SS ij ] Disagregasi Famili Lakukan Penyesuaian :
X * <
Tidak
∑ L B ≤ X * ≤ ∑ U B
X *
>
∑ LB
→
Y i
∗
∑ U B → Y i
∗
=
=
LB i
∑ LB
⋅ X * i
U Bi
∑ UB
⋅ X * i
Ya
Y i ∗
∑ K D ∑ S ∑ K D Si
=
ij , t
ij
i
ij
⋅ X
*
ij , t
Disagregasi Famili Ya
LB i
≤
Y i
β
≤
U Bi
Y i β
k
= Y i
Tidak
P e n y e s u a i an ∆
+
∆
−
∑ (Y − U B ) = ∑ ( L B − Y ) β
=
i
i
β
i
i
jika ∆
+
∆
+
≥ ∆
−
< ∆
−
→ →
Y i
∗
=
Y i
∗
= LB i , i ∈ Z
U B i , i ∈ Z
A
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
B
20
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
A
B
Disagregasi Item
Y i *
E i
≤
≤
∑ K [∑ D ij
ij , n
∑ K ∑ D
+
ij , n
ij
+
SS ij
− I ij , t −1
SS ij − I ij ,t −1
] ∗
− Y i
Tidak
Tambah Periode Berikut
Yi ≤ LB Ya Jumlah Masing-masing Item
E i DijN
N
Y ij*
=
∑
Dijn + SSij − I ijt −1 −
n −1
∑ K D ij
n
∑ Y ⋅ K = ∑ Y ij
ij
ijN
Tidak
1
Cek Perhitungan
j =1
Ya
Hitung Inventori Akhir Iij = Dij - Yij + Io
Lanjutkan ke Periode Berikutnya Dengan Iij,t sebagai Io,t+1
Gambar 2. 2 Flowchart Metode Hax and Bitran
( Sumber : Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 83)
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
21
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
2.4 Rough Cut Capacity Planning (RCCP)
Merupakan suatu teknik yang mengkonversi MPS/JIP kedalam kebutuhankebutuhan kapasitas secara kasar dari sumber daya-sumber daya utama yang digunakan setiap produk individual yang terangkum dalam MPS/JIP. Dengan demikian RCCP akan digunakan untuk menguji kelayakan kapasitas dari suatu rencana jadwal induk produksi sebelum MPS tersebut ditetapkan. Prosedur ini dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa MPS yang ditetapkan tidak akan melebihi kapasitas produksi terpasang pada seluruh pusat kerja. Apabila pusat kerjanya cukup banyak, pengujian itu umumnya hanya dilakukan pada pusat kerja yang mungkin menjadi bottleneck . RCCP adalah suatu cara yang cepat dan murah untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan apabila rencana produksi yang tertuang dalam rencana MPS melebihi kapasitas yang tersedia, sehingga diambil tindakan atau jalan keluar sebelum waktu produksi tiba. Tahap pertama dalam Rough Cut Capacity Planning (RCCP) adalah identifikasi sumber daya yang utama, seperti work centre , tenaga kerja, material kritis. Kemudian menentukan penggunaan sumber daya perunit untuk setiap item, diasumsikan sumber daya tersebut digunakan dalam periode yang sama sesuai dengan jadwal pesanan yang telah disusun. Setelah didapat hasil kapasitas yang diperlukan, maka beban sumber daya dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia, apakah terjadi underload atau overload . Kemudian dilakukan penyesuaian pada kapasitas atau jadwal. Kemudahan pelaksanaan RCCP :
1. Teknik yang digunakan relatif sederhana. 2. Hanya meliputi batasan atau work Centre yang utama. 3. Tidak memerlukan faktor perhitungan yang presisi. Kelemahan RCCP :
1. Hanya membedakan nilai pendekatan untuk sumber daya yang diperlukan dalam produksi.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
22
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
2. Tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan kapasitas dalam tahap perencanaan kebutuhan material. (Modul PraktikumPTI Modul 7)
2.4.1
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam RCCP : 1. Pendekatan Bill of Labour.
Pendekatan Bill of Labour menggunakan standar waktu untuk setiap produk pada sumber daya utama. Waktu standar adalah waktu yang harus diambil seorang pekerja rata-rata yang bekerja pada keadaan normal untuk memproduksi satu unit barang. Waktu standar untuk setiap part telah
dibuat
dengan
memperhitungkan
kelonggaran
untuk
beristirahat. Bill of Labour adalah suatu daftar berdasarkan item jumlah tenaga
kerja yang diperlukan oleh suatu kategori tenaga kerja utama untuk menghasilkan item tersebut atau kelompok part. Hal tersebut tidak dimaksudkan untuk memastikan, tetapi hanya bermaksud menaksir kebutuhan kapasitas untuk item tertentu. Bill of Labour(BOL) mungkin disusun untuk tiap-tiap item yang berbeda atau untuk kelompok item atau materi serupa, dan diperluas dengan jumlah terjadwal untuk menentukan kebutuhan kapasitas. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 102)
2. Pendekatan Capacity Planning Using Overall Factor.
CPOF merupakan teknik yang paling sederhana, tidak membutuhkan data yang mendetail dan penghitungan yang rumit. Pendekatan CPOF paling sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada volume produksi. CPOF membutuhkan 3 input data, yaitu :
MPS,
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu bagian yang “khas”,
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
23
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Bagian historis dari total waktu yang dibutuhkan pabrik untuk setiap suber daya yang penting. Jika jumlah produk yang ada lebih dari satu famili maka satu bagian
yang “khas” dibutuhkan untuk setiap famili. CPOF mengalikan waktu yang “khas” dengan jumlah MPS untuk memperoleh waktu total yang dibutuhkan dalam seluruh pabrik untuk mencukupi
MPS. Waktu ini
kemudian dibagi diantara sumber daya penting dengan mengalikan total waktu pabrik dengan bagia historis dari waktu yang digunakan pada pusat kerja yang diberikan. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 101-102)
3. Pendekatan Resource Profile.
Baik BOL maupun CPOF tidak mempertimbangkan leadtime offset. Kedua pendekatan tersebtu memperkirakan bahwa semua komponen dibangun dalam periode waktu yang sama seperti item akhir. Teknik profil sumber daya membuat tahap-tahap waktu kebutuhan pekerja. Setiap Bill of Labour harus ditahapkan dalam waktu untuk pendekatan sumber daya alam yang digunakan. Teknik profil sumber daya adalah pendekatan rough cut yang paling detail. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 103-104)
2.4.2
Pemilihan Teknik RCCP
Pendekatan CPOF menggunakan lebih sedikit data daripada bill of right , tetapi tidak sensitif untuk shift dalam products mix. Jumlah jam yang digunakan oleh CPOF mencerminkan rata-rata products mix. Hal itu intensif untuk mengubah products mix yang terjadi secara musiman. Pernyataan ini menjelaskan mengapa CPOF tidak digunakan dan mengapa CPOF tidak digunakan sekarang, dimana microcomputers sudah digunakan sehari-hari. Pendekatan CPOF lebih simpel, hanya membutuhkan perkalian setiap
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
24
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
proporsi dengan setiap jumlah total pekerja. CPOF mungkin solusi yang paling praktis. Dari pendapat pengguna MRP tradisional, pendekatan bill of labor sangat baik untuk perencanaan kapasitas menggunakan faktor keseluruhan, karena prediksi perubahan aktual dalam jam lebih baik dibutuhkan dari minggu ke minggu. Pendekatan bill of labor mengetahui perubahan product mis sejak masing-masing produk akhir memiliki bill of labor sendiri. Untuk alasan itu, pendekatan bill of labor jauh lebih direkomendasikan daripada pendekatan CPOF. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 109)
2.4.3
Alternatif Kapasitas
Kapasitas tersedia diperoleh dengan mengalikan waktu tersedia dikali utilisasi dikali efisiensi. Capacity available = time available x utilization x efficiency
Ketika kapasitas tidak mencukupi, 4 pilihan dasar tersedia untuk meningkatkan kapasitas : overtime, subcontracting, alternate routing, atau penambahan personel. a. Overtime
Overtime mungkin adalah solusi paling populer bagi kapasitas yang tidak memadai karena sedikit pengaturan yang harus dibuat. Semua departemen harus mencapai neraca keuangan untuk satu tahun, yang mana menentukan batasan pada overtime tahunan. b. Subcontracting
Pengaturan untuk subcontracting dimulai dengan baik untuk selanjutnya memperbolehkan waktu untuk menemukan seorang vendor yang mampu melaksanakan kerja berkualitas. Kelemahan subcontracting
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
25
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
adalah lead time-nya meningkat, biaya transportasi meningkat, dan sulit menjamin kualitas produk. c. Alternate routing
Jika hanya sedikit work center yang bekerja penuh, work center yang tersisa akan cenderung untuk bekerja sangat sedikit selama periode yang diberikan. Adalah mungkin untuk mempertimbangkan perubahan sementara dalam routing dari part-part yang spesifik jadi kerja yang biasanya dilaksanakan di work center A sementara dilaksanakan di work center B. Ada 2 alasan bahwa work center B tidak sedang digunakan, yaitu : 1. Jika work center B tidak dapat menghasilkan kualitas yang
dibutuhkan maka jangan pakai alternate routing. 2. Jika work center b tidak sedang digunakan karena waktu, alternate routing bisa dipakai. d. Penambahan Personel
Menambah personel yang akan menambah kapasitas peralatan yang tersedia bukan merupakan batasan. Ada tiga jalan untuk menambah personel : menambah shift, menambah pekerja baru pada shift yang sudah ada atau memindahkan personel yang sudah ada dari work center yang sedikit digunakan. e. Revisi MPS
Banyak perusahaan menganggap revisi MPS sebagai solusi terakhir pada saat kekurangan kapasitas, hanya dilakukan ketika pilihan yang lain tidak berhasil. Padahal revisi MPS sebenarnya harus menjadi hal pertama yang dipertimbangkan oleh perusahaan. Macam-macam sebab dapat menyebabkan pesanan dipercepat dan jarang memperlambat pesanan. Mungkin ada beberapa pesanan pada master schedule yang ada, tidak lagi dibutuhkan secepat yang ditunjukkan tanggal jatuh tempo. Jika ada kapasitas yang tidak mencukupi tidak mungkin untuk menyelesaikan semua order pesanan sesuai waktu. Pilihan kita adalah Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
26
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
dengan membuat manajemen menentukan pesanan mana yang akan terlambat. Sebaliknya, jika ada kelebihan yang tidak dapat dihindari manajemen harus mengambil tanggung jawab untuk merevisi tanggal jatuh tempo suatu pekerjaan supaya menghasilkan MPS yang realistis. Ini adalah arti dari validasi master schedule. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 110-113)
2.5 Perencanaan Kebutuhan Material ( Material Requirement Planning / MRP)
Teknik Perencanaan Kebutuhan Material ( Material Requirement Planning, MRP) digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung (dependent ) pada item-item yang ada di tingkat (level) lebih tinggi. Jumlah item yang hendak diproduksi pada tingkat yang lebih tinggi menentukan jumlah item yang akan dibuat atau diperlukan pada tingkat di bawahnya. Material Requirement Planning adalah lebih dari sekedar metode proyeksi
kebutuhan-kebutuhan akan komponen individual dari suatu produk. Sistem MRP mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : sebagai kontrol tingkat persediaan, penugasan komponen berdasar urutan prioritas, dan penentu kebutuhan kapasitas (capacity requirement ) pada tingkat yang lebih detail daripada proses perencanaan pada rough-cut capacity-requirements. FAS
Estimasi Permintaan
Perencanaan Agregat
MPS
MRP
RCCP
CRP
Penjadwalan
Kontrol Kapasitas
Gambar 2. 3 Peran MRP pada Proses Produksi & Proses Penjadwalan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
27
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Gambar di atas menunjukkan bagan alir dari perencanaan produksi dan proses penjadwalan dalam hubungannya dengan peran MRP. Jadwal Induk Produksi ( Master Production Scheduling, MPS) memberikan informasi tentang jadwal dari produk-produk jadi yang harus diproduksi untuk memenuhi permintaan yang telah diramalkan. Tujuan MRP adalah menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-komponen dan subassembling-subassembling atau pembelian material untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh MPS. (Modul Praktikum PPC, Modul 3, hal. 121) Material Requirement Planning (MRP) memiliki dua fungsi utama yaitu :
1. Pengendalian persediaan, yaitu dengan menjaga tingkat persediaan agar berada pada tingkat minimum tetapi dapat memenuhi permintaan pada saat diperlukan. 2. Penjadwalan produksi, yaitu menentukan dengan tepat jadwal (waktu dan jumlah yang dibutuhkan) pembuatan item-item.
2.5.1`Kemampuan Sistem MRP
Ada empat (4) kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP : a.
Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat. Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Jadwal Induk Produksi.
b.
Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item. Dengan diketahuinya akan produk jadi, MRP dapat menetukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen.
c.
Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan. Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh daari luar atau dibuat sendiri.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
28
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
d.
Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas
pesanan
yang
realistis.
Jika
penjadwalan
masih
tidak
memungkinkan untuk memenuhi pesanan, berarti perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen, sehingga perlu dilakukan pembatalan atas pesanan konsumen tersebut.
2.5.2
Proses MRP
Proses MRP membutuhkan lima sumber informasi utama yaitu : 1. Master Production Schedule (MPS) Yang merupakan suatu perencanaan definitif tentang produk akhir yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa jumlah kuantitas yang dibutuhkan, waktu dubutuhkan, dan waktu produk itu akan diproduksi. MPS biasanya dinyatakan dalam konfigurasi spesifik. 2. Bill Of Material (BOM) Merupakan daftar dari semua material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas dari masing – masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent assembly. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. BOM tidak hanya menspesifikasikan kebutuhan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bila BOM digunakan dengan cara ini, biasanya dinamakan daftar pilih.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
29
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
3. Item Master Merupakan suatu file yang berisi informasi status persediaan tentang material, parts, subassemblies, dan produk – produk yang menunjukkan kuantitas on-hand , kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity). 4. Pesanan – pesanan (orders ) Akan memberitahu tentang berapa banyak dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on hand di masa mendatang. 5. Kebutuhan – kebutuhan (requirements) Akan memberitahukan tentang berapa banyak dari masing – masing item itu dibutuhkan sehingga akan mengurangi stock on hand di masa mendatang. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 124-125)
2.5.3
Input Sistem MRP
Input utama dari sistem MRP adalah : 1. Pengendali jadwal produksi (MPS) Pengendali jadwal produksi (MPS) menguraikan secara singkat rencana produksi untuk semua item akhir, yang menyatakan berapa banyak dari tiap item direncanakan dan manakala kal itu diinginkan. Keluaran item akhir ini dikembangkan dari peramalan item akhir dan pesanan
pelanggan.
menerjemahkannya
ke
MRP
mengambil
jadwal
induk
dan
dalam individual time-phased component
requirements.
2. Arsip status inventori Arsip struktur produk, juga dikenal sebagai daftar kebutuhan bahan/ bill of materials records (BOM), berisi informasi atas semua matrial, komponen, atau sub assemblies yang diperlukan untuk menghasilkan masing-masing item akhir (atau master scheduled item ). BOM sebagai pengendali jadwal produksi (MPS) merencanakan berapa banyak dari tiap item akhir harus tersedia pada waktu-waktu Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
30
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
tertentu untuk mencukupi permintaan independent. Arsip struktur produk ( product structure records) digunakan untuk menurunkan jumlah dari komponen yang dependent , yang diperlukan untuk membangun end items.
3. Arsip status inventori Arsip status inventori berisi on-hand dan status on-order dari tiap item inventori. Arsip ini dicek untuk menentukan inventori apa yang akan tersedia untuk memenuhi production schedule dan jika lebih akan diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada periode tertentu. Di samping informasi atas jumlah/ kuantitas on-hand dan on-order , arsip dalam file status inventori berisi data pada lead-time untuk leadtime
yang
offsetting
(penyesuaian
order
atau
pesanan
untuk
memperhatikan periode lead-time). Informasi lain, seperti ukuran lot (kelompok), uraian item, daftar penjual, pemakaian sampai saat ini, sejarah
demand,
pencapaian
penyerahan
penjual,
catatan
dalam
pemesanan terkemuka, dan tingkat tarif sisa, mungkin nampak pada arsip ini. Pemeliharaan file / data harus dilaksanakan untuk melindungi ketelitian informasi ini. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 125-128)
2.5.4
Output Sistem MRP
Output sistem MRP adalah : 1. Memberikan catatan tentang jadwal pemesanan yang harus dilakukan 2. Memberikan indikasi bila diperlukan penjadwalan ulang 3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pemesanan 4. Memberikan indikasi tentang keadaan dari persediaan.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
31
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
MPS
BOM
File Persediaan
Program
Laporan
Ke bagian produksi
Ke bagian pembelian
Gambar 2. 4 Sistem MRP Terkomputerisasi
2.5.5
Sistem Asumsi MRP
Asumsi-asumsi dalam pembuatan MRP : Adanya data file yang terintegrasi. Lead time unlink semua item diketahui.
Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian. Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan dilakukan. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit Proses pembuatan suatu item tidak tergantung terhadap proses pembuatan item lainnya. ( Nasution, Arman Hakim.1999.Perenca Hakim.1999.Perencanaan naan Pengendalian Kualitas.,hal Kualitas.,hal 117 – 122 )
2.5.6
Mekanisme MRP
Sistem MRP memerlukan syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Bila syarat pendahuluan dan asumsi-asumsi tersebut telah
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
32
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
dipenuhi, maka kita bisa mengolah MRP dengan empat langkah dasar sebagai berikut : 1. NETTING (Perhitungan Kebutuhan Bersih) Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR) minus Jadwal Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH). Kebutuhan Bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. NR = GR – SR –OH POH : Planned On Hand , yaitu persediaan yang siap digunakan POH = On Hand – Safety Stock – Allocated – Scrap OH
: On Hand , total persediaan ditangan
SS
: safety stock , persediaan pengaman Ditentukan berdasarkan fluktuasi demand (σ), distribusi demand (Z) dan leadtime (LT) SS = σ. Z. LT
All
: allocated , persediaan yang telah dialokasikan untuk yang lain
2. LOTTING (Penentuan Ukuran Lot). Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Langkah ini ditentukan berdasarkan teknik lotting/lotsizing yang tepat. Parameter yang digunakan biasanya adalah biaya simpan dan biaya pesan. Metode yang umum dipakai dalam prakteknya adalah Lot- for Lot (L-4-L). 3. OFFSETTING (Penentuan Waktu Pemesanan). Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen tersebut.
4. EXPLOSION Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
33
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item (komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia. ( Diktat Kuliah Production Production Planning and Control, Control, hal. 132-133)
2.5.7
Teknik Penetapan Ukuran Lot
Teknik penetapan ukiiran lot dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas tak terbatas. Teknik teknik yang sering digunakan: a. Fixed Order Quantity b. Economic Order Quantity c. Period Order Quantity d. Lot for Lot e. Part Period Balancing f. Least Unit Cost g. Least Total Cost h. Fixed Period Requirement i. Algoritma Wagner Within
Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas terbatas. Teknik yang digunakan umumnya bersitat .heuristik tetapi dapat juga digunakan metoda optimasi dengan memasukkan kendala-kendala yang ada ke dalam formulasi permasalahan. Metoda lain yang digunakan adalah metoda Newton dengan logika mencari jalan terpendek-(shortest path) dalam sebuah jaringan.
Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat (multiple level) dengan kapasitas tak terbatas. Berbagai macarn pendekatan yang telah digunakan dalam teknik ukuran lot ini adalah : a. Programa integer Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
34
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
b. Metode Mc Laren c. Metode Blackburn & Miilen d. Metode Carlson & Kropp e. Metode Graves
Metode Kebijakan Keputusan Ukuran Lot 1. Lot For Lot (LFL)
Merupakan teknik sizing yang paling sederhana yaitu berdasar pada ide menyediakan persediaan sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin, sehingga sifatnya dinamis. Jadi, metode ini bertujuan untuk meminimalisasikan biaya penyimpanan perunit sampai nol, karena ukuran lot disesuaikan dengan kebutuhan. Kelebihan : Metode ini tidak ada persediaan, sehingga tidak ada biaya
simpan. Kekurangan : Pada metode ini, apabila ada error yang datang tiba-tiba, dan
melebihi jumlah demand yang diperkirakan, perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi demand tersebut, karena perusahaan tidak mempunyai inventori. 2. Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa persediaan bersifat kontinyu dengan permintaan yang stabil. EOQ =
2.S . D H
dimana : EOQ = jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis S
= biaya pesan setiap kali pemesanan
D
= jumlah kebutuhan bahan baku untuk satu periode
H
= biaya penyimpanan
Kelebihan : Merupakan teknik yang mudah yang memasukkan parameter
biaya dan teknik yang menentukan trade off antara biaya pesan, set up dan ongkos simpan. Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
35
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Kekurangan : Metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan
datang pada MRP. Teknik ini bukan teknik eksak sehingga sering mengakibatkan adanya sisa dari persediaan sehingga akan meningkatkan ongkos simpan. Perhitungan Manual : EOQ =
2. A.S i
3. Periode Order Quantity (POQ)
Metode ini sering disebut juga dengan metode Uniform Order Cycle , merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang dalam sekali pesan. Angka ini selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan. Angka akhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. Rumus POQ sebagai berikut :
POQ =
2.S , dimana : . D H
D = rata-rata kebutuhan S = biaya pesan H = biaya simpan Kelebihan : Teknik ini menunjukkan jumlah biaya periode pemesanan dibandingkan dengan jumlah pemesanan pada unit-unitnya. Kekurangan : Metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan datang pada MRP.
4. Fixed Order Quantity (FOQ) Kelebihan : Memunculkan kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada
pada masa yang akan datang pada MRP dan meminimasi ongkos pesan. Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
36
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Kekurangan : Kurang tanggap terhadap perubahan permintaan dibandingkan
dengan L4L. Teknik ini digunakan apabila kita membutuhkan barang dan dilakukan pemesanan secara periodik dengan besar pemesanan tetap (sudah ditetapkan). 5. Fixed Period Requirement (FPR)
Metode ini melakukan pemesanan secara periodik sesuai dengan besarnya kebutuhan selam periode tersebut. Misalnya metode yang ditetapkan adalah 2 maka setiap 2 periode, perusahaan akan melakukan pemesanan dengan besar pemesanan disesuaikan besar demand pada 2 periode tersebut. 6. Least Unit Cost (LUC)
Metode ini memilih ongkos unit terkecil selama periode berurutan. Rumus : Total Ongkos/unit=
ongkos _ pesan + ongkos _ simpan _ kumulatif Jml _ demand _ kumulatif
Rumus ini dihitung pada setiap periode, dan ketika mengalami kenaikan apda suatu periode maka periode tersebut kita harus memesan kembali. Kelebihan : Digunakan untuk jarak permintaan yang akan dating di dalam
MRP melengkapi quantity yang nyata dan usaha untuk meminimasi ongkos. Kekurangan : Dapat menyebabkan gangguan pada pemilihan quantity dan
setiap periode yang sedang berjalan dalam MRP. Perhitungan Manual : Incremental Holding Cost = ph x (T-1) x RT
TRC (T) = Biaya Pesan + Cumulative Holding Cost Dimana : ph = Biaya simpan RT = Demand (kebutuhan bersih)
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
37
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
7. Silver Meal Algorithm/Least Unit Cost (LTC)
Metode ini hampir sama dengan LUC, namun pada metode ini memilih ongkos total terkecil selam periode berurutan dengan cara menggabungkan kebutuhan sampai ongkos simpan mendekati ongkos pesan. Rumus : Total ongkos/periode =
ongkos _ pesan + ongkos _ simpan _ kumulatif Jml _ periode _ kumulatif
Metode ini mempunyai keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode LUC. 8. Part Period Balancing (PPB)
Merupakan variasi dari LTC. Pada metode ini dilakukan konversi ongkos pesan menjadi Equivalent Part Period (EPP). Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah : EPP =
s k
Dimana : s = biaya pesan k = biaya simpan 9. Wagner Within Algorithm (WWA)
Metode ini merupakan metode dengan total biaya yang paling minimum karena menggunakan program dinamis dan pendekatan matematisnya sangat detail sehingga diperoleh biaya minimum. Menghitung ongkos variable matrik untuk semua alternative pesanan pada horizon waktu N perioda ( Zce )
ce k = c e
ci
Z = C + Pi ∑ Q − Q , untuk 1 ce
≤
c
≤
e
≤
N
Dimana : C = Baiya Pesan Pi = Biaya Simpan
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
38
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Menentukan Baiya Minimum f e = Min. ( Zce + f c-1 ) , untuk C = 1, 2, …, 12 ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 134-151)
2.5.8
Informasi MRP
Hasil dari MRP akan memberikan informasi tentang: Bahan / komponen yang diperlukan Jumlah komponen yang diperlukan Waktu komponen diperlukan.
2.6 Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (Capacity Requirement Planning / CRP) 2.6.1
Definisi CRP
Kamus APICS (1987) mendefenisikan Capacity Requirement Planning (CRP) sebagai fungsi yang menyatakan, mengukur dan menyesuaikan batas (limit) atau tingkat kapasitas, proses untuk menentukan berapa banyak tenaga kerja dan mesin yang diperlukan untuk menyelesaikan atau memenuhi tugas (beban) produksi. CRP adalah perbandingan yang terperinci dari kapasitas yang diperlukan dalam MRP dan kapasitas yang diperlukan berdasarkan pesanan yang ada, dengan kapasitas yang tersedia. CRP memeriksa kecukupan atau ketersediaan kapasitas untuk memproses semua pesanan yang akan dipenuhi melalui perencanaan. Perencanaan ini bertujuan untuk menyimpulkan diterimanya atau tidak MRP. Jika MRP diterima, maka dalam CRP kita dapat mengetahui beban yang dialokasikan pada setiap stasiun kerja pada tiap periode. Perencanaan kapasitas dapat membantu untuk mencegah terjadinya suatu utilitas kapasitas yang rendah, yang dapat membuat perusahaan terhambat dalam mencapai pengembalian yang baik, CRP juga mencegah terjadinya bottlenecks pada stasiun kerja tertentu.
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
39
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
CRP adalah langkah yang penting dalam mengontrol manufaktur. Output dari MRP dan CRP digunakan untuk memperbaiki JIP. CRP menyediakan informasi yang diperlukan untuk menyesuaikan rencana agar sesuai dengan kondisi pada sistem produksi. Informasi tersebut merupakan suatu loop tertutup. Umpan balik dari CRP adalah mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan dalam merencanakan rencana produksi. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 163-165)
2.6.2
Input CRP
Pada Perencanaan Capacity Requirement Planning (CRP) dilakukan penentuan beban kerja yang terjadi di setiap stasiun kerja. Untuk menentukan/ merencanakan kebutuhan kapasitas diperlukan tiga hal: 1.
Rencana pembuatan produk (Planned order release) yang merupakan output dari MRP
2.
Data stasiun kerja (work centre definition) berikut kapasitas yang tersedia untuk tiap stasiun kerja.
3.
Routing file yang merupakan urutan proses operasi pembuatan suatu
part/produk. Routing file juga menginformasiikan waktu proses produksi yang memuat waktu setup mesin dan waktu proses per komponen. CRP memberikan verifikasi bahwa kapasitas yang tersedia cukup untuk melakukan semua order yang dilakukan dalam periode perencanaan. Verifikasi ini secara umum merupakan pengesahan MRP. Jika CRP layak,
yaitu beban kerja tidak melebihi kapasitas yang tersedia (underload ), maka MRP dinyatakan valid . CRP menggunakan order kerja yang dikeluarkan oleh-sistem MRP dan melakukan simulasi deterministik yang menggunakan lead time dan MRP untuk menentukan waktu setiap order melalui setiap stasiun kerja. Simulasi ini tcrus dilakukan sampai semua order yang dikeluarkan diperhitungkan. Dari simulasi ini dihasilkan laporan beban mesin. Laporan tersebut Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
40
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
kemudian dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia pada stasiun tersebut. Beban kerja yang terjadi mungkin saja melebihi kapasitas yang tersedia, sehingga apabila hal ini terjadi, diperlukan pengaturan yang berupa penambahan kapasitas (overtime) atau mengatur jadwal pengiriman atau due date produk. ( Diktat Kuliah Production Planning and Control, hal. 165-166)
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
41
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Dibawah ini merupakan metodologi praktikum pada modul “Perencanaan Produksi”, yaitu:
Gambar 3.1 Metodologi Praktikum Modul Perencanaan Produksi Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
42
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
BAB IV PENGUMPULAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Biaya-biaya Produksi
Biaya RT
= Rp 15.000/unit
Biaya OT
= Rp 17.500/unit
Biaya setup
= Rp 50.000
Biaya KTTP
= Rp
Biaya Inventori
= 2% x biaya material produl
Ongkos Simpan
= 2% x harga part/unit
500
Servis Level adalah 95%
4.1.2 Harga part (item) Tabel 4.1 Tabel Harga Part (item)
No
Nama Komponen
Kode
Jumlah
Harga/unit
Biaya Pesan
(Rp)
(Rp)
1
As Roda
AR
2
600
1500
2
Baut
Bt
6
200
1000
3
Eyelet
Ey
4
100
1000
4
Roller Besar
RB
4
300
1500
5
Rumah Dinamo
RD
1
1200
1500
6
Gear Dinamo
GD
1
500
1000
7
Gear Besar
GB
1
300
1500
8
Gear Kecil
GK
1
400
1500
9
Roller Kecil
RK
2
300
1000
10
Plat Belakang Besar
PPB
1
400
1000
11
Plat Belakang Kecil
PBK
1
400
1000
12
Plat Depan
PD
1
400
1000
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
43
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Modul 7 “Perencanaan Produksi” Kelompok 10
Lanjutan Tabel 4.1 Tabel Harga Part (item)
13
Bumper Belakang
BB
1
1000
1500
14
Pengunci Body
KB
1
600
1000
15
Pengunci Dinamo
KD
1
400
1500
16
Dinamo KW 1
D
1
3000
2000
17
Dinamo KW 2
D
1
2000
2000
18
Ring
R
6
100
1000
19
Bantalan Roller Besar
BRB
4
100
1000
20
Sekrup
S
2
200
1000
21
Tuas On off
T
1
500
1000
22
Penutup Plat Depan
TPD
1
800
1500
23
Penutup Baterai
TB
1
600
1000
24
Gardan
4WD
1
1000
1500
25
Roda assy
Rd
4
1000
1500
26
Chasis
C
1
3000
2000
27
Body
B
1
2500
2000
4.1.3 Status Inventory Tabel 4.2 Tabel Status Persediaan
No
Nama Komponen
Kode
Persediaan
SR
Periode
Lead
SR
Time
1
As Roda
AR
132
2
Baut
Bt
21
3
Eyelet
Ey
344
2
4
Roller Besar
RB
136
1
5
Rumah Dinamo
RD
134
1
6
Gear Dinamo
GD
642
1
7
Gear Besar
GB
463
1
8
Gear Kecil
GK
452
1
Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 2011
1 1500
1
1
44