LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH MANUSIA Disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Praktikum Mikroteknik Dosen Pengampu: Dra. Ely Rudyatmi, M.Si
Oleh: Husni Ahmad Sidiq Rombel 1 Kelompok 1
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH MANUSIA 30 eptember 2016 A. TUJUAN 1. Membuat preparat apus darah manusia 2. Menganalisis hasil preparat apus darah manusia 3. Mengetahui morfologi sel darah dan jenis-jenis sel darah B. LANDASAN TEORI Darah adalah cairan jaringan yang dialirkan melalui pembuluh. Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zatzat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Rachmawati, 2011). Metode apus darah (smear method) adalah suatu pembuatan sediaan darah dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dari substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak, untuk selanjutnya kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Rudyatmi 2016). Fiksasi adalah suatu tindakan mematikan elemen-elemen sel atau jeringan tumbuhan/hewan dengan tetap mempertahankan bentuk, struktur maupun ukurannya menggunakan zat kimia tertentu. Zat kimi yang digunakan dalam proses fiksasi disebut fiksatif. Fiksatif dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu fiksatif sederhana dan fiksatif majemuk. Fiksatif sederhana adalah suatu larutan yang di dalamnya hanya mengandung satu macam zat saja, misalnya formalin 1%, methyl alkohol, asam asetat glasial 45% dan sebagainya. Sedangkan fiksatif majemuk adalah suatu larutan yang di dalamnya mengandung lebih dari satu macam zat kimia misalnya FAA, Bouin, Carnoy, dan sebagainya (Rudyatmi 2016). Volume darah manusia pada umumnya sebanyak ±5 liter dengan unsurunsur pembentuknya yaitu sel-sel darah, platelet, dan plasma. Sel darah umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separuh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Leukosit terdapat pada bagian
pinggir sel darah, leukosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit tipe granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil (10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Sedangkan leukosit tipe agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk pseudopodia Subowo (2010). Beberapa yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat dengan metode smear: 1. Ketebalan film 2. Film difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bahwa sel-sel di dalamnya strukturnya tetap normal 3. Memberi warna (pewarnaan) 4. Menutup dengan gelas penutup Pada sediaan darah, dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu pewarnaan Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky. Metode pewarnaan Romanowski banyak dipakai untuk mempelajari morfologi darah, sel-sel sumsum dan juga untuk identifikasi parasit-parasit darah misalnya dari jenis protozoa. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap. Di dalam laboratorium banyak dipakai larutan Giemsa 3% yang dibuat dari larutan baku Giemsa yang berupa cairan (larutan) (Irianti & Ardinata 2010). Darah adalah cairan ekstra sel yang berperan dalam sistem sirkulasi yang menjamin terdistribusinya semua kebutuhan sel secara merata meliputi sari makanan, oksigen, panas tubuh, dan pembuangan zat sisa (Soemadji 1995). Menurut Subowo (2008) darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel-sel darah dan cairan darah (plasma darah). Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Eritrosit Dalam 1 mm3 darah terdapat 5 juta eritrosit. Dalam keadaan normal, eritrosit berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter sekitar 7,2 µm
tanpa memiliki inti. Eritrosit mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengikat oksigen. Leukosit Sel leukosit mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Rata-rata jumlah sel darah putih yang normal pada manusia adalah rata-rata 5000-9000 sel/mm3. Pengamatan sel darah putih secara mikroskopis akan terlihat seperti terdapat tetesan setengan cair yang disebut granula spesifik (granulosit). Granulosit spesifik tersebut memiliki sitoplasma dan bentuk inti yang bervariasi. Selain itu, ada jugan yang tidak bergranula yang dicirikan dengan sitoplasma yang homogen dengan inti berbentuk bulat atau bentuk ginjal. Leukosit bergranula terbagi menjadi 3 jenis yaitu : 1. Netrofil Persentase terbesar dalam leukosit adalah netrofil yaitu sebanyak 60-70%. Karakteristik netrofil adalah bergaris tengah 12 µm, memiliki 1 inti dan 2-5 lobus. Netrofil berperan dalam pertahan seluler dan fagositosis tehadap partikel kecil dengan aktif. Sitoplasma banyak mengandung granula spesifik. 2. Basofil Basofil berjumlah sangat sedikit di dalam leukosit darah, bergaris tengah 12µm, berinti 1, dan berbentuk menyerupai huruf S. Sitoplasma basofil terdapat granula yang lebih besar dan seringkali menutupi inti. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin. Basofil berperan dalam sistem kekebalan tubuh. 3. Eosinofil Jumlah eosinofil hanya 1-3% leukosit darah, bergaris tengan 9 µm (sedikit lebih kecil dari netrofil). Intinya berlobus dua dan mempunyai granula ovoid dengan eosin asidofilik. Eosinofil bersifat amoeboid dan mampu melakukan fagositosis yang lebih lambat dibanding netrofil. Eosinofil mengandung profibrinosilin yang berperan sebagai pembekuan darah. Sedangkan leukosit agranuler terbagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. Limfosit Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan netrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan azurofiliknya sedikit.
2. Monosit Monosit merupakan sel leukosit yang terbesar dengan jumlah 3-8% dari seluruh leukosit normal, diameter 9-10 µm tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wright berupa biru abu-abu pada sajian kering. Monosit berperan untuk proses imunoglobin dan komplemen. Trombosit Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah. Hal ini disebabkan karena adanya ion Ca yang ada di dalamnya. Penggumpalan darah juga melibatkan suatu bahan yang disebut serotonin yang berperan penting dalam reaksi alergi. Faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan dalam pembuatan preparat yaitu: 1.
Darah yang cepat menggumpal ataupun cepat mengering saat diteteskan ke
kaca benda 2. Kurangnya pengalaman praktikan dan kurangnya kesabaran praktikan Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat, terutama pada pembuatan preparat apus diantaranya : 1. Pengambilan sampel Sampel yang diambil adalah darah yang masih segar, karena darah merupakan jaringan hidup yang dapat melakukan proses pembekuan saat terjadi luka dan pendarahan. 2. Pemrosesan Pemrosesan mempengaruhi keberhasilan pembuatan preparat terutama dalam proses perlakuan penggeseran darah pada kaca benda, karena hal ini berpengaruh terhadap sel-sel darah. 3. Pewarnaan Pemberian zat warna yang berlebihan akan mengakibatkan bagian-bagian sel darah yang terlalu tebal, sehingga sulit diamati. Lamanya pemberian zat warna juga berpengaruh karena adanya daya serap jaringan juga berbeda. Sehingga dalam hal ini diperlukan keterampilan dan pengamatan yang cukup. C. PROSEDUR Pembuatan apus darah melalui dua tahapan yaitu tahap pembuatan film darah tipis dan tahap pewarnaan dengan metode Romanowski. Pada tahap
pembuatan film darah tipis, pertama ujung jari manis bagian kiri dikipaskipaskan kearah kaki kemudian mengurutnya dengan tangan kanan ke arah ujung jari. Ujung jari dan jarum franke disterilkan dengan alcohol 70%, selanjutnya ditusuk dan dikeluarkan darahnya. Tetesan pertama diusap dengan kapas beralkohol dan tetesan berikutnya diteteskan pada sisi kanan gelas benda A yang bebas lemak (posisi tetesan 1cm dari tepi kanan gelas benda A). Gelas benda B diambil yang sisi pendeknya rata dan ditegakkan di sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan 450. Tetesan darah ditarik ke kanan dengan cepat hingga terjadi kapilaritas dan merata diujung sisi pendek gelas benda. Selanjutnya didorong ke arah kiri dengan kuat dan kecepatan konstan hingga terbentuk film darah yang baik, kemudian dikering anginkan pada rak pewarnaan datar yang bersih. Tahapan pewarnaan : Film darah pada rak pewarnaan dipastikan benarbenar kering. Semua permukaan film darah difiksasi dengan metil alcohol selama 5 menit dan dikering anginkan. Kemudian diwarnai dengan zat warna Giemsa 3% selama 30 menit dan dicuci dengan aquades. Labeling sesuai identitas preparat pada ujung kanan gelas benda A dengan posisi memanjang dan diamati dengan perbesaran kuat, difoto dan dianalisis hasilnya. D. HASIL PENGAMATAN Nama Preparat : Preparat Apus Darah Perbesaran : 400x
1
Perbesaran : 1000x
1
3
5
2
3 7 4
6
Keterangan: 1. Eritrosit 2. Basofil 3. Neutrofil 4. Eosinofil 5. Limfosit 6. Monosit 7. Trombosit E. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan preparat apus darah yang telah dibuat, eritrosit terlihat tidak menumpuk dan dapat terlihat bermacam-macam leukosit yang teramati. Jumlah sel yang paling mendominasi adalah eritrosit. Eritrosit berwarna ungu kemerah merahan dengan bentuk cakram bikonkaf, sedangkan leukosit berwarna ungu transparan dengan inti terwarna kuat (ungu tua). Jumlah leukosit lebih sedikit daripada eritrosit. Perbandingan jumlah masing masing jenis leukosit pun berbeda beda. leukosit semua leukosit telah teridentifikasi yaitu neutrifil, basophil, eosinofil, limfosit dan monosit. Dalam pembuatan preparat apus darah ini menggunakan metil alcohol sebagai fiksatif dalam proses fiksasi. Fiksasi sendiri merupakan proses untuk membunuh sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya. Proses ini dilakukan selama 5 menit. Pewarnaan menggunakan zat warna Giemsa 3% agar sediaan terlihat lebih jelas dan kontras. Zat warna giemsa merupakan pewarna yang sudah digunakan secara umum dalam pembuatan preparat apus darah manusia karena zat warna ini dapat diserap oleh sel dengan baik. Pada sediaan apus darah yang diamati diperkirakan prosentase perbandingan jumlah eritrosit dan leukosit sekitar 98% banding 2 %. Jumlah leukosit dalam darah terhitung sedikit bila dibandingkan dengan eritrosit. Komponen darah terdiri atass 90% plasma dan sisanya sel darah didominasi eritrosit. Pada sediaan apus darah terhitung perbandingan jumlah yang normal antara eritroit dan leukosit. Hal ini karena probandus dalam keadaan sehat dan normal. Apabila seseorang dalam keadaan sakit atau dalam keadaan menstruasi, leukosit meningkat jumlahnya karena sesuia peranannya sebagai pertahanan tubuh. Kemunculan leukosit tersebut berkaitan dengan respon luka. Jika terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Maka dari itu leukosit berperan dalam proses pertahanan tubuh. Peranan leukosit yang ditemukan di preparat apus darah dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini.
N
Leukosi
o 1
t Monosit
Struktur Inti bulat panjang
Peranan Bersifat fagosit dan motil
Tidak bergranula
2
Inti berbentuk seperti otak atau ginjal Merupakan sel yang paling besar Neutrofil Intinya bermacam-macam, dengan Bersifat fagosit dan pertahanan bentuk bermacam-macam pula antara utama terhadap infeksi. Sel-sel lain batang, bengkok, dan bercabang- netrofil paling banyak dijumpai cabang.
pada sel darah putih.
Granula halus Granula berwarna ungu Inti terdiri dari 3-8 lobus
Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam dan
3
Limfosit
Tidak bergranular, Inti hampir menutup semua bagian sehingga sitoplasma sedikit dan jumlah intinya 1
basa
beserta
tampak
berwarna ungu. Tidak bersifat berfungsi
untuk
fagosit, imunitas
(kekebalan) terhadap pathogen dan toksin tertentu. Limfosit ada
2,
yaitu
limfosit
B
(memproduksi antibody) dan limfosit T (secara langsung menghancurkan 4
Basofil
Granula lebih kasar Granula berwarna biru Inti tidak bersegmen
sel-sel
yang
mengandung antigen). Bersifat fagosit dan cenderung berwarna biru. Warna biru ini disebabkan karena sel basofil menyerap pewarna basa
F. KESIMPULAN 1. Pembuatan preparat apus darah menggunakan metode apus (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengapus atau membuat selaput (film). Pewarnaan menggunakan Giemsa 3% yang merupakan modifikasi metode Romanosky. 2. Hasil pengamatan menunjukan adanya eritrosit dan leukosit. Perbandingan jumlah antara eritrosit dan leukosit jauh lebih banyak eritosit. Semua jenis
leukosit berhasil ditemukan diantaranya adalah eosinofil, basophil, neutrophil, limfosit dan monosit. G. SARAN Dalam pembuatan preparat apus darah, mahasiswa yang belum memiliki pengalaman sering kali praktikan mengalami tremor pada tangan ketika ketika menggenggam gelas untuk mengapus tetesan darah. Sehingga film yang dihasilkan tampak patah patah tidak sempurna. Oleh karena itu, sebaiknya praktikan atau mahasiswa yang belum memiliki pengalaman lebih baik menconba coba latihan membuat preparat apus dan lebih tenang dalam pembuatan preparat apus H. DAFTAR PUSTAKA Irianti E & Ardinata D. 2008. Pengaruh aktivitas fisik sedang terhadap hitung leukosit dan hitung jenis leukosit pada orang tidak terlatih. J. Kedokteran Nusantara 4(41): 259-267. Rachmawati. 2011. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus Darah. Universitas Negeri Jakarta. Rudyatmi, E. 2016. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Subowo. 2010. Histologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Soemadji. 1995. Zoologi. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikdasmen