PEMBUATAN PREPARAT SPORA DAN POLLEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASETOLISIS
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikroteknik yang dibimbing oleh Drs. Soelisetijono, M. Si
Oleh : Kelompok 3 Tita Putri Milasari (150342601163) Offering GHI-K 2015
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2018
PEMBUATAN PREPARAT POLEN DAN SPORA
A. Tujuan
Praktikum pembuatan preparat polen dan spora mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Untuk membuat preparat polen dan spora dengn metode asetolisis 2. Untuk mendeskripsikan spora dan polen spesimen 3. Untuk membandingkan polen berbagai tumbuhan 4. Untuk mengidentifikasi faktor penunjang pembuatan preparat secara asetolisis agar memperoleh sediaan yang baik.
B. Dasar Teori
Spora merupakan organ reproduksi generatif tumbuhan paku. Tjitrosoepomo (1994) mengungkapkan bahwa Pteridophyta dapat dikelompokkan kedalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetinae dan Filiciane, sedangkan menurut Steennis (1988), tumbuhan pakupakuan dapat dibagi ke dalam 11 famili famili yaitu yaitu
Salviniceae, Marsileaceae, Marsileaceae,
Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae, Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Ceratopteridaceae, dan Polypodiaceae.
Gambar 1. Struktur Spora Bentuk spora pada tumbuhan paku beragam. Spesies dari genus Lycopsida Lycopsida umunya mempunyai bentuk spora tetrahedral dengan pematang menjari tiga sedangkan ciri khas Psilotum Psilotum dan Tmesipteris Tmesipteris adalah spora bilateral . Spora Equisetum Equisetum mempunyai keunikan karena mempunyau empat tonjolan mirip pita yang disebut sebagai elater yang berkembang pada permukaan setiap spora. Elater mempunyai sifat higroskopis yang melilit disekeliling spora apabila udara sekitar lembab, dan membentang jika udara sekitar kering (Soelisetijono, 2010).
Polen merupakan mikrospora tumbuhan berbiji yang mengandung mikrogametofit matang atau belum matang. Serbuk sari atau polen merupakan alat reproduksi jantan yang terdapat pada tumuhan dan mempunyai fungsi yang sama dengan serma sebagai alat reproduksi jantan pada hewan. Polen berada dalam anthera (kepala sari) tepatnya dalam kantung yang disebut ruang serbuk sari (theca). Setiap anthera rata rata memiliki dua ruang polen yang berukuran relatif besar. Ukuran polen bervariasi antara 20 – 50 µ. Dinding polen berfungsi untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari proses iradiasi selama perpindahan daria nthera menuju ke stigma. Butir polen dilapisi oleh lilin (wax) dan protein yang berupa elemen scalpturac.
Gambar 2. Struktur Polen Polen/spora mempunyai dua lapisan dinding yaitu dinding luar yang disebut sebagai eksin dan dinding luar yang disebut sebagai intin seperti yang terlihat pada gambar 2. Intin
adalah dinding pektoselulosa yang tipis mengelilingi butir polen yang masak sedangkan eksin merupakan lapisan diluar intin yang komponen utamanya adalah sporopolenin, yaitu suatu substansi keras yang memberikan daya tahan yang hebat kepada dinding butir polen (Soelisetijono, 2010). Eksin mempunyai mempunyai sepasang hiasan atau ornamen. Ornamen tersebut dapat berupa spina atau durui pada eksin echinatus (echinate) atau b erupa spinula atau duri kecil. Dapat pula berupa pila atau batang kecil dengan ujung berupa bola, eksin piliferus. Pemukaan eksin ada yang mempunyai lubang atau lekuk (pits), eksin scrobilatus, ada yang berparit (streaks) atau parit yang membentuk jala, eksin reticulatus. namun ada juga polen atau spora yang permukaan eksinnya tidak mempunyai tonjolan, duri atau apapun juga sebagai ornamen, polen semacam itu dinamai psilatum. Eksin polen / sporakuat sehingga tidak mudah
rusak. Ornamen eksin tersebut dapat dipertahankan pada preparat awetan yang dibuat dengan menggunakan metode asetolisis (Soelisetijono, 2010). Metode asetolisis merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat polen atau spora dengan menggunakan prinsip dimana sel polen akan dilisiskan dengan menggunakan asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sehingga akan didapatkan morfologi dinding polen beserta dengan ornamennya. Asetolisis merupakan reaksi kimia untuk menurunkan polimer selulosa dan bahan organik melalui pergantian antara hidroksil dengan asetil. Metode asetolisis dapat menghasilkan poen yang lebih bersih sehingga morfologi polen dapat terlihat lebih jelas (Suntoro, 1983).
C. Alat dan Bahan Alat
Vial
Centrifuge
Penangas air
Batang kaca pengaduk
Pipet
Kaca benda
Kaca penutup
Lap pembersih
Mikroskop
Bahan
Spora paku tanduk rusa, Adiantum, Pteris, dan paku sisik naga
Pollen yang berasal dari Bunga Kenikir ( Zinea elegans), Bunga Matahari ( Helianthus sp.), Bunga Lamtoro ( Leucaena multicapitulata), Bunga Zephyranthes citrina , Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis), Bunga Palm raja ( Roystonea regia), Bunga Sikat Botol ( Melaleuca citrina), Bunga Bakung ( Hymenocallis litorallis), Bunga Kacang ( Arachis glabrata), Bunga Kemuning ( Murraya paniculate)
Asam cuka glasial
Asam asetat anhidrat
Asam sulfat pekat
Akuades Natrium chlorat
HCl
Gliserin jelly
Safranin
Alkohol 50%, 70%, 80%, 96%
Alkohol absolut
Alkohol : Xylol = 3 : 1
Alkohol : Xylol = 2 : 2
Alkohol : Xylol = 1 : 3
Xylol
Entelan
D. Prosedur Kerja
Persiapan Bahan : Disiapkan semua alat dan bahan kimia yang diperukan untuk pembuatan preparat polen dan spora dengan metode asetolisis Disiapkan sporofil tumbuhan paku yang telah jelas memiliki sorus Disiapkan anthera bunga yang telah masak, sehingga polennya muda dilepaskan dari kotak sari Disediakan vial dan dimasukkan ke dalamnya anthera atau bagian tumbuhan yang mengandung spora Diisi dengan asam cuka glasial sehingga bahan terendam dan dibiarkan sedikitnya 24 jam
Tahap Pemrosesan: Dipindahkan isi vial yang berupa rendaman anthera dan sora dalam asam cuka glasial tersebut ke dalam tabung centrifuge dan kemudian dipusingkan
Dibuang cairan dan serpihan yang besar dengan menggunakan pinset akan tetapi endapan jangan sampai terbuang
Disediakan campuran asetat anhidrida dan asam sulfat pekat dengan perbandingan 9 : 1 dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung centrifuge
Dipanaskan tabung centrifuge dengan memakai penangas air mulai suhu kamar hingga mendidih. Jangan lupa setiap kali dikocok atau diaduk menggunakan batang kaca
Dihentikan pemanasan bila sudah mendidih dan tabung dikeluarkan dari penangas air dan biarkan dingin selama kurang lebih 15 menit
Dipusing dan dibuang cairannya dan diganti dengan akuades kemudian dikocok. Akuades diganti beberapa kali dan sebelum dibuang harus dipusing terlebih dahulu Dicek dibawah mikroskop, bila masih nampak terlalu gelap harus dilakukan bleaching dengan jalan menambahkan kedalamnya 2 ml asam cuka glasial + 2 - 3 tetes natrium klorat + 2 - 3 tetes HCl pekat dengan waktu kurang lebih 30 detik
Dicuci dengan akuades beberapa kali dan kemudian dibuang akuadesnya
Diganti dengan gliserin jelly yang telah dipanaskan serta sudah ditambahkan ke dalamnya zat warna safranin
Dengan menggunakan batang kaca bahan diambil dan diletakkan diatas kaca benda dan segera ditutup dengan kaca penutup
Dipindahkan gliserin jelly yang berisi pollen/spora ke dalam vial yang bersih dan kering kemudian diberi label
Sediaan mikroskopis polen/spora dengan medium enthelan : 1' dan 8' sama dengan langkah 1 - 8 tersebut diatas
Dibuang akuades dan diganti dengan larutan safranin dalam alkohol 50% dan dibiarkan selama kurang lebih 5 menit
Alkohol dibuang dan dilakukan dehidrasi dengan Alkohol secara berturut-turut dan bergantian (70%, 80%, 96% dan Absolut) dengan interval waktu 2 - 5 menit
Alkohol dibuang dan dilakukan dehidrasi dengan Xylol : Alkohol (1:3, 2:2, 3:1) dan Xylol murni dengan interval waktu 2 - 5 menit
Diganti dengan xylol murni lagi dan dipindahkan ke vial yang bersih dan kering
Ditambahkan ke dalamnya enthelan
Ditutup dengan kaca penutup dengan rapat dan diberi label
E. Data Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Spora No.
Nama Tumbuhan Adiantum sp.
Bentuk Spora
Ornamen
Eksin : scrobilatus
Teknik Mounting Glyserin Jelly
Perbesaran 10 x 10
Entelan 1.
Perbesaran 10x10
Ket. Terwarnai dengan sempurna dengan spora berwarna merah terang Bentuk spora trilete (segi tiga simetris)
Tidak terwarnai dengan sempurna , warna merah tidak terlihat jelas Bentuk spora trilete (segi tiga simetris)
2.
Paku tanduk rusa
Eksin : Psilate
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai dengan sempurna , warna merah tidak terlihat Bentuk spora monoette (seperti kacang)
Entelan
Terwarnai dengan sempurna dengan spora berwarna merah terang Bentuk spora monoette (seperti kacang)
Perbesaran 40 x 10
Perbesaran 40 x 10
3.
Pteris sp.
Eksin : Pits
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai dengan sempurna , warna merah tidak terlihat jelas Bentuk spora trilete (segitiga simetris)
Entelan
Terwarnai dengan sempurna dengan spora berwarna merah terang, namun beberapa spora ada yang tidak terwarnai dengan sempurna Bentuk spora trilete (segitiga simetris)
Perbesaran 40 x 10
Perbesaran 40 x 10
4.
Sisik naga
Eksin : streaks
Glyserin Jelly
Terwarnai dengan sempurna dengan spora berwarna merah terang Bentuk spora monoete (seperti kacang)
Entelan
Terwarnai dengan sempurna dengan spora berwarna merah terang Bentuk spora monoete (seperti kacang)
Perbesaran 40 x 10
Perbesaran 40 x 10
Tabel 2. Hasil Pengamatan Polen No
1.
Nama Tumbuhan Bunga Palm raja ( Roystonea regia)
Bentuk Polen
Ornamen
Eksin : Scrobilatu s
Teknik Mounting Glyserin Jelly
Perbesaran 40x10
Entelan
Perbesaran 10 x10
Ket. Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen lonjong
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen lonjong
2.
Bunga Kacang ( Arachis glabrata)
Eksin : Scrobilatu s
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen lonjong
Entelan
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen lonjong
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen bulat
Perbesaran 10x10
Perbesaran 10x10
3.
Bunga Matahari ( Helianthus sp.)
Eksin : Spinula dan reticulate
Perbesaran 40 x 10
Entelan
Tidak terwarnai dengan sempurna , warna merah pada polen tidak terlihat jelas Bentuk pollen bulat
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen bulat
Perbesaran 40 x 10
4.
Bunga kembang Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis)
Eksin : Echinate dan reticulate
Perbesaran 40 x 10
Entelan
Perbesaran 40 x 10
5.
Bunga Kenikir ( Zinea elegans)
Eksin : streaks
M = 40 x 10
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai dengan sempurna , warna merah pada polen tidak terlihat jelas Bentuk pollen bulat
Tidak terwarnai , polen tidak berwarna merah Bentuk pollen bulat
Entelan
Terwarnai dengan sempurna dengan pollen berwarna merah Bentuk pollen bulat
Glyserin jelly
Tidak terwarnai dengan sempurna pollen berwarna merah yang tidak terlihat jelas Bentuk pollen lonjong (menyerupai kacang)
M = 40 x 10
6.
Bunga Sikat Botol ( Melaleuca citrina)
Eksin : reticulate
M = 40 x 10
Entelan
Perbesaran 40 x 10
Tidak terwarnai , polen tidak terlihat berwarna merah Bentuk pollen
lonjong (menyerupai kacang)
7.
Bunga Kemuning ( Murraya paniculate)
Eksin : reticulate
Glyserin jelly
Tidak terwarnai , polen tidak terlihat berwarna merah Bentuk pollen bulat
Entelan
Tidak terwarnai dengan sempurna pollen berwarna merah yang tidak terlihat jelas Bentuk pollen bulat
M=10x10
Perbesaran 10 x 10
8.
Lili atau ( Zephyranth es candida)
Eksin : Psilate
Glyserin jelly
Tidak terwarnai dengan sempurna pollen berwarna merah yang tidak terlihat jelas Bentuk pollen ovale
Entelan
Tidak terwarnai , polen tidak terlihat berwarna merah Bentuk pollen oval
Perbesaran 10 x 10
Perbesaran 40 x 10
9.
Bunga Lamtoro ( Leucaena multicapitul ata)
Eksin : psilate
Glyserin Jelly
Terwarnai dengan sempurna , polen terlihat berwarna merah Bentuk pollen bulat segi 16
Entelan
Terwarnai dengan sempurna , polen terlihat berwarna merah Bentuk pollen bulat segi 16
Perbesaran 40 x 10
Perbesaran 10 x 10
10.
Bunga Bakung ( Hymenocall is litorallis)
Eksin : clavate
M = 40 X 10
Glyserin Jelly
Tidak terwarnai , polen tidak terlihat berwarna merah
Bentuk pollen lonjong
Entelan
Tidak terwarnai , polen tidak terlihat berwarna merah Bentuk pollen lonjong
M = 40 X 10
F. Analisis Data
Pada praktikum mikroteknik yang bertujuan untuk membuat preparat pollen serta spora ini digunakan beberapa tanaman paku dan beberapa tanaman berbunga. Paku yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuat preparat spora adalah Adiantum sp., paku tanduk rusa, Pteris sp., serta paku sisik naga. Sedangkan tanaman berbunga yang digunakan dalam penelitian ini yang diambil bunganya untuk membuat preparat pollen terdiri dari Bunga Kenikir ( Zinea
elegans),
Bunga
Matahari
( Helianthuss
sp.),
Bunga
Lamtoro
( Leucaena
multicapitulata), Bunga Zephyranthes citrina , Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis),
Bunga Palm raja ( Roystonea regia), Bunga Sikat Botol ( Melaleuca citrina), Bunga Bakung ( Hymenocallis litorallis), Bunga Kacang ( Arachis glabrata), Bunga Kemuning ( Murraya paniculate). Pembuatan preparat pollen ini menggunakan metode asetolisis yang dilakukan dengan cara memberi perlakuan larutan kimia berupa asam cuka glasial, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, natrium chlorat serta HCl dimana setelah diwarnai preparat akan diawetkan dengan menggunakan entelan atau glyserin jelly. Pada preparat spora Adiantum sp. Dapat terlihat bahwa pengawetan menggunakan glyserin jelly preparat nampak terwarnai dengan sempurna, dimana sel spora dapat terlihat merah, yang menunjukkan bahwa safranin dapat mewarnai spora tersebut. Sedangkan pengawetan preparat menggunakan entelan menunjukkan bahwa preparat tidak dapat terwarnai dengan sempurna, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya warna merah yang tidak terlihat jelas pada preparat spora ketika dilihat menggunakan mikroskop. Spora Adiantum sp. Berbentuk trilete (segi tiga simetris) dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Pada preparat paku tanduk rusa, dapat terlihat bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin jelly menghasilkan preparat spora yang tidak terwarnai secara sempurna, hal tersebut dapat diketahui dengan adanya warna merah yang tidak terlihat secara jelas. Sedangkan pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan dapat terwarnai dengan sempurna dengan adanya spora yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk spora paku tanduk rusa adalah monoette seperti kacang, sedangkan ornamennya adalah berupa eksin psilate. Pada pembuatan preparat spora yang berasal dari Pteris sp. dapat diketahui bahwa pengawetan menggunakan glyserin jelly didapatkan hasil preparat spora yang tidak dapat terwarnai dengan sempurna, hal ini ditunjukkan dengan warna spora p ada preparat yang terlihat adanya warna merah yang kurang jelas. Sedangkan pada pengawetan preparat menggunakan entelan, didapatkan hasil preparat yang terwarnai dengan sempurna yang ditunjukkan dengan danya spora yang berwarna merah terang. Bentuk spora Pteris sp. adalah trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits. Pada pembuatan preparat spora sisik naga, dapat diketahui bahwa pengawetan preparat menggunakan glyserin jelly, didapatkan hasil pewarnaan preparat yang terwarnai sempurna, hal ini ditunjukkan dengan adanya spora yang berwarna merah terang ketika diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sama halnya dengan pengawetan menggunakan glyserin jelly, pada pengawetan preparat menggunakan entelan didapatkan hasil preparat yang terwarna dengan sempurna, yang ditunjukkan dengan adanya spora yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk spora sisik naga adalah menyerupai monoette seperti kacang, sedangkan ornamen yang tampak pada spora adalah berupa eksin streaks. Selanjutnya adalah pembuatan preparat pollen. Dalam pembuatan preparat polen ini digunakan beberapa bunga yang berasal dari pollen yang berasal dari Bunga Kenikir ( Zinea elegans), Bunga Matahari ( Helianthuss sp.), Bunga Lamtoro ( Leucaena multicapitulata), Bunga Zephyranthes citrina , Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis), Bunga Palm raja ( Roystonea regia), Bunga Sikat Botol ( Melaleuca citrina), Bunga Bakung ( Hymenocallis litorallis), Bunga Kacang ( Arachis glabrata), Bunga Kemuning ( Murraya paniculate). Pada pembuatan preparat pollen Bunga Palm raja (Roystonea regia), yang diawetkan menggunakan glyserin jelly dapat diketahui bahwa preparat tidak dapat terwarnai, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pollen yang tidak berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, sehingga dapat diketahui bahwa pollen tidak dapat terwarna. Hal yang sama terjadi pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan, dimana pollen tidak dapat terwarna. Bentuk pollen dari pollen palm adalah lonjong, dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Pada pembuatan preparat pollen yang berasal dari bunga kacang (Arachis glabrata), dapat diketahui bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin jelly maupun menggunakan entelan, pollennya tidak dapat terwarnai, hal tersebut ditunjukkan dengan tidak dapat terlihat adanya warna merah pada spora yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Bentuk pollen bunga kacang kacangan adalah lonjong dengan ornamen berupa eksin scrobilatus. Preparat pollen yang berasal dari bunga matahari ( Helianthus sp.) didapatkan bahwa preparat yang diawetkan menggunakan glyserin diketahui bahwa preparat tidak dapat terwarnai, yang ditunjukkan dengan tidak berwarnanya merah pada pollen di preparat yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan pada preparat yang diawetkan menggunakan entelan diketahui bahwa pollen tidak terwarnai dengan sempurna, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya warna merah pada pollen yang tidak terlihat jelas. Bentuk pollen bunga ini adalah bulat dengan ornamen yang berupa eksin spinula dan reticulate. Preparat pollen bunga tanaman kembang sepatu ( Hibiscur rosa var. sinensis) pada preparat yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan bahwa preparat tidak dapat terwarnai yang ditunjukkan dengan adanya pollen yang tidak berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan pada pengawetan preparat menggunakan metode entelan, didapatkan preparat yang tidak terwarnai dengan sempurna. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pollen yang berwarna merah namun warna merah tidak dapat terlihat secara jelas ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen bunga tanaman kembang sepatu adalah bulat dengan ornamen berupa eksin echinate dan reticulate. Preparat pollen bunga kenikiran ( Zinia elegans) yang diawetkan menggunakan glyserin jelly, dapat diketahui bahwa preparat tidak terwarna, hal ini ditunjukkan dengan pollen yang tidak terwarnai ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan preparat pollen yang diawetkan menggunakan entelan, dapat terwarnai dengan sempurna, ditunjukkan dengan adanya pollen yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen bunga Zinia elegans adalah bulat, dengan ornamen berupa eksin streaks. Preparat pollen bunga sikat botol ( Melaleuca citrina) yang diawetkan menggunakan glyserin jelly, tidak terwarnai dengan sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah dengan jelas ketika dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan preparat yang diawetkan menggunakan metode entelan, didapatkan polen yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan tidak adanya polen yang berwarna merah ketika dilihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk polen bunga sikat botol adalah lonjong (menyerupai kacang) dengan ornamen berupa eksin reticulate. Preparat pollen bunga kemuning ( Murraya paniculate) yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan preparat yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan tidak adanya warna merah pada spora yang diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Sedangkan pengawetan polen dengan menggunakan metode entelan didapatkan preparat yang tidak terwarnai dengan semprna, ditunjukkan dengan adanya warna merah samar pada
polen yang diamati dengan menggunakan perbesaaran 10 x 10. Bentuk polen bunga kemuning adalah bulat dengan ornamen eksin reticulate. Pada preparat pollen bunga lili (Zephyranthes candida),dapat diketahui bahwa preparat pollen yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly, tidak terwarnai dengan sempurna karena warna merah pada pollen tidak dapat terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Preparat pollen yang diawetkan menggunakan metode entelan menunjukkan hasil preparat yang tidak terwarnai, karena pollen tidak terlihat berwarna merah sama sekali ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen dari bunga Lili adalah ovale dengan ornamen eksin berupa psilate. Preparat polen bunga lamtoro ( Leucaena multicapitulata) yang diawetkan menggunakan metode glyserin jelly didapatkan preparat polen yang terwarnai den gan sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Hal yang sama terjadi pada pengawetan preparat yang dilakukan dengan menggunakan metode entelan didapatkan preparat polen yang terwarnai sempurna, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah. Bentuk polen bunga lamtoro adalah bulat segi 16 dengan ornamen berupa eksin psilate. Preparat pollen bunga bakung ( Hymenocallis littoralis) yang diawetkan menggunakan glyserin didapatkan preparat pollen yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan adanya polen yang berwarna merah yang terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Sedangkan preparat yang diawetkan menggunakan entelan didapatkan preparat pollen yang tidak terwarnai, ditunjukkan dengan adanya polen yang tidak berwarna merah ketika diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10. Bentuk pollen bunga bakung adalah lonjong dengan ornamen berupa eksinclevate.
G. Pembahasan
Pada pembuatan preparat pollen dan spora ini digunakan pewarnaan dengan menggunakan safranin dan menggunakan metode asetolisis. Selain itu dalam pembuatan preparat ini sebaiknya digunakan pollen yang telah tua, hal ini dilakukan supaya preparat yang dibuat dapat menunjukkan struktur eksin dan ornamen dari pollen. Preparat yang telah dibuat selanjutnya akan diawetkan dengan menggunakan glyserin jelly maupun den gan menggunakan entelan (Khola, 2012).
Asetolisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat pollen maupun spora dengan cara melisiskan dinding sel spora maupun pollen menggunakan asam sulfat glasial, asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sebagai bahan kimia fiksatif. Fungsi dari ketiga larutan tersebut dalam pembuatan preparat ini adalah sebagai larutan fiksatif sehingga dapat dihasilkan morfologi spora dan pollen yang bagus, dan ketika diamati menggunakan mikroskop dapat dilihat adanya ornamentasi dari sel spora maupun sel pollen (Suntoro, 1983). Fiksasi pada dasarnya merupakan suatu langka yang digunakan untuk membuat preparat dengan tujuan untuk mematikan sel sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan strukturnya, melindungi kerusakan sel dari beberapa larutan, dapat menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena oergantian indeks bias serta dapat membuat sel menjadi keras (Handayani, 2017). Selain menggunakan tahapan fiksasi, lankah selanjutnya yang digunakan dalam metode asetolisis adalah pemanasan, bleaching , pencucian, pewarmaan, serta penutupan (Suntoro, 1983). Selanjutnya dalam tahap pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi asetolisis dalam langkah sebelumnya, sehingga akan terlihat bentuk eksin dari sel pollen maupun spora secara jelas, dan dapat diketahui tipe dari eksin pada spora dan pollen tersebut. Tahapan berikutnya adalah bleaching yang dilakukan menggunakan campuran asam cuka glasial, natrium klorat dan HCl. Fungsi dari bleaching adalah untuk menjernihkan atau memperjelas preparat. Kemudian adalah tahap pencucian, pada tahap pencucian digunakan untuk menghilangkan larutan kimia yang sebelumnya digunakan dalam pembuatan preparat, tahap pencucian ini menggunakan akuades. Dalam penggantian air rendaman sebelumnya hars dicentrifuge agar pollen atau spora tidak ikut terbuang bersama akuades hasil cucian (Jumah, 1996). Pewarnaan dalam pembuatan preparat ini adalah dengan menggunakan pewarna Safranin. Safranin merupakan suatu klorida dan zat warna basa dengan sifat kuat. Zat warna safranin tergolong dalam zat warna azine, yang merupakan zat warna dengan kandungan cincin orthoquinonoide yang dihubungkan dengan bentuk cincin lainnya melalui 2 atom N. Spora atau pollen yang berhasil terwarnai dengan zat warna safranin akan nampak berwarna merah yang dapat terlihat secara jelas. Setelah berhasil diwarnai selanjutnya akan ditutup dan direkatkan menggunakan glyserin jelly maupun entelan (Jumah, 1996).
Teknik mounting adalah suatu teknik yang digunakan dalam pengawetan preparat. Dalam pembuatan preparat polen dan spora ini digunakan 2 cara mounting, yaitu dengan menggunakan media gliserin jelly dan dengan menggunakan media entelan. Gliserin jelly biasanya digunakan untuk pembuatan preparat semi permanen, sedangkan entelan digunakan untuk membuat preparat permanen. Pemilihan metode yang tepat dari kedua lem tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembutuhan preparat. Namun, dalam pembuatan preparat menggunakan entelan biasanya preparat dapat bertahan lama (Jumah, 1996). Dalam pembuatan preparat pollen dan spora berdasarkan data dan analisis data dapat diketahui bahwa pewarnaan preparat ada yang sempurna, kurang sempurna maupun tidak terwarna. Adanya preparat yang tidak terwarna maupun terwarna kurang sempurna dikarenakan pada saat pembuatan preparat, pewarnaan kurang lama, maupun dalam pengencerannya zat warna terlalu encer atau kurang pekat, sehingga zat warna tidak dapat masuk kedalam sel dengan baik (Khola, 2012). Pada preparat spora nampak bahwa Adiantum sp. memiliki bentuk spora trilete (segi tiga simetris) dan ornamen berupa eksin scrobilatus. Scrobilatus merupakan eksin dimana pada bentuk trilete tersebut terdapat suatu cekungan berjumlah sama dengan bentuk spora yaitu tiga. Preparat spora tanduk rusa nampak bahwa spora berbentuk monoette seperti kacang dengan ornamen eksin psilate, artinya adalah spora berbentuk seperti kacang dengan permukaan spora halus dan licin. Preparat spora yang berasal dari Pteris sp. menunjukkan bahwa tipe spora paku jenis tersebut adalah trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits, yang artinya adalah spora berbentuk segitiga dengan adanya lekukan pada bagian permukaan eksin tersebut. Sedangkan pada pembuatan spora sisik naga dapat diketahui bahwa bentuk spora sisik naga monoette menyerupai kacang dengan ornamen eksin berupa streaks atau berparit (Sulisetijono, 2010). Pada pengamatan pollen bunga Palm raja (Roystonea regia)dapat diketahui bahwa bentuk pollen bunga palm dan pollen bunga kacang Arachis ( glabrata) adalah lonjong dengan ornamen eksin berupa scrobilatus, ornamen eksin scrobilatus adalah suatu ornamen yang permukaannya menyerupai keong laut (berlekuk dan tertarik kedalam). Preparat pollen bunga Bunga Matahari ( Heliantus sp.) mempunyai bentuk bulat dan dengan ornamen berupa eksin spinula dan reticulate, artinya pada pollen Heliantus sp. tersebut adalah berbentuk bulat dengan adanya duri kecil dan permukaannya terlihat berlubang lubang. Pada pengamatan preparat pollen bunga
kembang sepatu ( Hibiscur rosa var. sinensis) didapatkan bentuk pollen bulat dengan ornamen eksin echinate dan reticulate artinya terdapat duri pada bagian permukaan serta pada sela sela duri terlihat adanya lubang sehingga dapat disebut reticulate. Pada preparat pollen bunga Zinia elegans dapat diketahui bahwa bentuk pollennya adalah bulat dengan ornamen eksin streaks atau dengan ornamen berparit. Pada preparat pollen bunga sikat botol (Melaleuca citrina) adalah lonjong menyerupai kacang dengan ornamen eksin reticulate atau terlihat dengan adanya lubang lubang dibagian permukaan eksin. Preparat pollen bunga kemuning Murraya ( paniculate) yang telah diamati dapat diketahui adanya pollen dengan bentuk bulat dengan ornamen eksin reticulate, yang artinya terdapat lubang dibagian permukaan eksinnya. Preparat pollen bunga Lili ( Zephyranthes candida) berbentuk oval, serta memiiki ornamen eksin psilate ornamen yang menunjukkan permukaan eksin yang rata, halus dan licin. Pada preparat pollen bunga lamtoro ( Leucaena multicapitulata) nampak bahwa bentuk pollennya adalah bulat segi enam dengan ornamen berupa eksin psilate yaitu ornamen yang menunjukkan permukaan eksin yang rata, halus dan licin. Sedangkan pada preparat pollen bunga bakung (Hymenocallis littoralis) bentuk pollennya adalah lonjong dengan ornamen berupa eksinclevate yaitu terdapat tonjolan yang melebar pada bagian pangkalnya (Moore, 1978). Sebaiknya dalam permbuatan preparat spora dan p ollen, menggunakan metode asetolisis, pada tahapan pewarnaan preparat yang dilakukan dengan safranin dilakukan dalam waktu yang sesuai dan dengan kepekatan larutan yang pas. Hal ini bertujuan agar preparat yang dihasilkan dapat terwarnai dengan sempurna.
H. Kesimpulan
1. Asetolisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam pembuatan preparat pollen maupun spora dengan cara melisiskan dinding sel spora maupun pollen menggunakan asam sulfat glasial, asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat sebagai bahan kimia fiksatifUntuk mendeskripsikan spora dan polen spesimen. 2. Pada pengamatan preparat spora Adiantum sp. memiliki bentuk spora trilete (segi tiga simetris) dan ornamen berupa eksin scrobilatus, spora tanduk rusa nampak berbentuk monoette seperti kacang dengan ornamen eksin psilate, spora yang berasal dari Pteris sp. berbentuk trilete (segitiga simetris) dengan ornamen eksin pits, sedangkan spora sisik naga berbentuk monoette menyerupai kacang dengan ornamen eksin berupa streaks. 3.
Palm raja ( Roystonea regia) berbentuk lonjong dengan ornamen eksin berupa scrobilatus, pollen bunga Bunga Matahari (Heliantus sp.) mempunyai bentuk bulat dan dengan ornamen berupa eksin spinula dan reticulate, pollen bunga kembang sepatu (Hibiscur rosa var. sinensis) berbentuk bulat dengan ornamen eksin echinate dan reticulate, pollen bunga Zinia elegans berbentuk bulat dengan ornamen eksin streaks, pollen bunga sikat botol ( Melaleuca citrina) adalah lonjong menyerupai kacang dengan ornamen eksin reticulate, pollen bunga kemuning ( Murraya paniculate) berbentuk bulat dengan ornamen eksin reticulate, pollen bunga Lili ( Zephyranthes candida) berbentuk oval, serta memiiki ornamen eksin psilate, pollen bunga lamtoro ( Leucaena multicapitulata) berbentuk bulat segi enam dengan ornamen berupa eksin psilate sedangkan pada preparat pollen bunga bakung (Hymenocallis littoralis) bentuk pollennya adalah lonjong dengan ornamen berupa eksin clevate.
4. Tingkat keberhasilan pewarnaan dalam pembuatan preparat spora dan pollen yang diwarnai dengan menggunakan safranin ditentukan oleh lama waktu perendaman serta tingkat kepekatan zat warna safranin.
DAFTAR RUJUKAN
Handayani, Nursasi. 2017. Mikroteknik Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang Jumah, A (1991-1996). Studies on the morphology of pollen grains of the Leguminosae – Mimosoideae. Ghana J. Sci. 36, 1(96):31-36, p. 29-35. Khola, G. and U. Hanif. 2012. Palynological Study Of Soil Sample Collected From An Archaeological Site (Gulabi Bagh) In Lahore, Pakistan. The Journal of Animal & Plant Sciences, 22(4), Pp: 1113-1117. ISSN: 1018-7081 Moore, P.D., Wedd, J.A. and Collinson, M.E. (1991). An Illustrated Guide to Pollen Analysis 2nd Edn, Hodder and Stoughton. pp. 1-133. Septiana, Sendy. 2009. Polen. Semarang: Universitas Diponegoro Suntoro, Handari. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Yogyakarta : UGM Press Soelisetijono. 2010. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang Steennis, Van C.G.G.J. 1988. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Terjemahan Moeso Surjowinoto. Edisi 7. Jakarta: Pradnya Paramita. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.