14
TINJAUAN PUSTAKA
1. HIPERTENSI
1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer dan Bar, 2001 dalam Wisnu). Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144).
1.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dapat dikelompokan menjadi dua kategori, diantaranya:
Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial atau primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti:
Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
Kebiasaan hidup: Konsumsi garam yang tinggi, makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol.
Hipertensi sekunder
Hipertensi renal atau hipertensi sekunder merupakan hipertensi diketahui penyebab spesifiknya. Faktor penyebab hipertensi sekunder diantaranya:
Penyakit Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor
Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis
Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
Penyakit Saraf : Stroke, Ensepalitis
Mengkonsumsi Obat – obatan : Kortikosteroi
1.3 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dapat dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolikdalam satuan mmHg (milimeter merkuri) dibagi menjadi berbagai stadium.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
mmHg
Tekanan Darah Diastolik
mmHg
Normal
Di bawah 130 mmHg
Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Hipertensi Ringan (stadium 1)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Hipertensi Sedang (stadium 2)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Hipertensi Berat (stadium 3)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Hipertensi Maligna (stadium 4)
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
Sumber: Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2002 dalam Wisnu.
1.4 Patofisiologi Hipertensi
Jantung merupakan organ yang berkaitan dengan pembuluh darah. jantung terbagi empat ruang, yakni dua di sebelah kanan dan dua di sebelah kiri. Ruang paling atas dikenal sebagai atrium, sedangkan ruang yang ada di bawah disebut dengan ventrikel. Empat ruang tersebut dikenal sebagai atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Darah mengalir ke jantung melalui arteri, yakni ruang yang lebih kecil, dan dipompa keluar melalui ruang yang lebih besar, yakni ventrikel. Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi melalui beberapa cara, yaitu: jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, ventrikel kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karena-nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit. Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya justru sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
Menurut Soedirjo (2008), menyatakan bahwa tanda dan gejala hipertensi, sebagai berikut:
Hipertensi ringan; sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, rasa berat pada tengkuk, mudah lelah, cemas dan sulit tidur.
Hipertensi sedang; sakit pada dada hingga rahang, lengan, punggung atau perut bagian atas, yang menjadi tanda permulaan angina.
Hipertensi berat; sulit bernafas sehingga sulit untuk berbaring dengan posisi datar, pembengkakan pada kaki, dapat berkomplikasi terhadap ginjal, retinopati dan myocardial infark.
Hipertensi terisolasi; terjadi kelumpuhan pada salah satu anggota tubuh, misalnya pada wajah, salah satu tangan atau kaki serta menurunnya kemampuan berbicara dan menjadi tanda komplikasi penyakit stroke.
1.6 Faktor-Faktor Hipertensi
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Faktor Resiko yang Dapat dikendalikan
Olahraga
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri (Sheps dalam Wisnu, 2011).
Stress
Pengamatan yang dilakukan oleh Framingham Heart Study terhadap kesehatan penduduk dewasa di kota Framingham, Massachusettes, menunjukkan bahwa stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Pria yang menjalani pekerjaan penuh tekanan, misalnya penyandang jabatan yang menuntut tanggung jawab besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan kerja mereka pada jabatan yang lebih "longgar" tanggung jawabnya.
Dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah agar tubuh siap untuk bereaksi. Itulah yang terjadi saat kita berada dalam situasi bahaya atau siaga, tubuh mempersiapkan reaksi menyerang atau melarikan diri yang dipicu adrenalin. Bila
seseorang terus berada dalam situasi seperti ini, tekanan darahnya akan bertahan pada tingkat tinggi (Lanny Sustrani dalam Wisnu, 2011).
Obesitas
Perubahan berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada penderita hipertensi. Adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hipertensi. Peningkatan berat badan berperan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Pada obesitas didapatkan adanya tingkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
Dalam Journal of Nutrition College, Menurut Institut Kesehatan Nasional Amerika (NIH), status gizi obesitas meningkatkan risiko hipertensi menjadi dua sampai enam kali lipat.
Merokok
Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular menyatakan zat-zat kimia beracun yang terdapat dalam rokok seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi Alkohol Berlebihan
Peminum alcohol berat cenderung hipertensi, hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah sehingga menaikan tekanan darah.
Konsumsi Garam Berlebihan
Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan kadar hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari kadar hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dikendalikan
Keturunan
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial). Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2006 dalam Wisnu).
Jenis kelamin
Berdasarkan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, menyatakan bahwa faktor gender mempengaruhi terjadinya hipertensi. Pada dewasa muda pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Pria cenderung memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita.
Umur
Menurut Journal of Nutrition College dalam penelitiannya menyatakan bahwa risiko hipertensi semakin bertambah setelah usia 40 tahun. Hal ini terjadi akibat perubahan struktur pada pembuluh darah besar yang mengakibatkan penyempitan lumen dan pengurangan sifat vaskositas dan elastisitas pembuluh darah.
2 MENTIMUN
2.1 Gambaran Umum Mentimun
Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) adalah tanaman merambat, batangnya menjulur, berbulu halus dan panjangnya sampai tiga meter. Bentuk daunnya seperti bentuk tangan, besar dan berbulu kasar serta berkeping 3 sampai 7, berakar serabut dan bentuknya bulat panjang, berwarna hijau muda dan mengandung banyak air. Isi buahnya lembut dan berbiji kecil-kecil berbentuk pipih (Wiryowidagdo, 2002 dalam http://repository.usu.ac.id).
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari famili Cucurbitales yang sudah populer ditanam petani di Indonesia. Tanaman mentimun berasal dari benua Asia, tepatnya Asia Utara, meski sebagian ahli menduga berasal dari Asia Selatan. Para ahli tanaman memastikan daerah asal mentimun adalah India, tepatnya di lereng gunung Himalaya (Rukmana, 1944 dalam Yadi dkk).
Pembudidayaan mentimun meluas seluruh dunia, baik daerah beriklim panas (tropis) maupun di daerah beriklim sedang (sub tropis). Di Indonesia tanaman mentimun ditanam di daerah daratan rendah dan dataran tinggi 0–1000 meter di atas permukaan laut. Daerah yang menjadi pusat pertanaman mentimun adalah Propinsi Jawa Barat, Aceh, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Buah mentimun dibutuhkan masyarakat baik untuk pemenuhan gizi bagi tubuh, juga dibutuhkan bagi industri kosmetik dalam negeri. Saat ini Indonesia telah mengekspor sayuran mentimun ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Inggris, Perancis, dan Belanda (Samadi, 2002 dalam Yudi dkk). Produksi mentimun di Indonesia sesuai data BPS (2008) mencapai 3,5-4,8 t haˉ¹, walaupun potensi produksi tanaman mentimun dapat mencapai 20 t haˉ¹ terutama jika menanam mentimun hibrida.
2.2 Macam-Macam Mentimun
Secara umum terdapat berbagai macam-macam mentimun di pasaran. Mentimun-mentimun tersebut bervariasi mulai dari bentuk, ukuran maupun warna kulitnya. Macam-macam mentimun, diantaranya:
Mentimun Lokal
Sayuran berbentuk bulat panjang dengan kulit berwarna hijau berlarik-larik putih kekuningan ini bisa dimakan mentah sebagai lalapan, campuran keredok dan rujak dan biasa diolah menjadi jus, acar, atau olahan yang direbus, di kukus. Mentimun ini memiliki kandungan vitamin, meniral, terutama vitamin C.
Mentimun Jepang (Kyuri)
Timun yang berasal dari Jepang ini memiliki bentuk yang lebih ramping dan panjang dibanding mentimun lokal. Kulitnya berwarna hijau gelap dengan bintik-bintik putih timbul yang membuat permukaannya tidak rata. Biasanya diolah menjadi campuran salad dan acar.
Mentimun Gherkin
Mentimun ini memiliki ukuran lebih kecil dengan kulit berwarna hijau tua dan ada bintik-bintik yang timbul seperti kyuri. Mentimun Gherkin biasa disebut mentimun acar atau baby Kyuri. Sesuai dengan namanya biasanya mentimun ini diolah menjadi campuran acar.
Zucchini
Mentimun ini disebut sukini atau mentimun Italia. Bentuknya tidak bulat sempurna, tapi bersegi-segi. Warna kulitnya hijau lumut tua dan mengkilap. Bagian dalamnya berwarna putih menyerupai oyong. Dan biasanya mentimun ini jarang dimakan mentah.
2.3 Kandungan Mentimun
Buah mentimun (Cucumis Sativus) mengandung sejumlah zat kimia alami diantaranya, vitamin A, B, C, E, saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, flavonoid dan polifenol. Secara rinci di dalam 100 gram buah timun terdapat energi 20 kkal, karbohidrat 3.63 gr, gula 1.67 gr, serat pangan 0.5 gr, lemak 0.11 gr, protein 0.65 gr, Vitamin B1 0.027 mg, Vitamin B2 0.033 mg, Vitamin B3 0.098 mg, vitamin B5 0.259 mg, vitamin B6 0.040 mg, folate 2%, vitamin C 2.8 mg, kalcium 16 mg, zat besi 0.28 mg, magnesium 13 mg, fospor 24 mg, potassium 147 mg, zinc 0.20 mg (Fikri, 2008 dalam http://repository.usu.ac.id).
2.4 Khasiat Mentimun
Mentimun (Cucumis Sativus) mempunyai banyak khasiat. Dalam berbagai uji coba yang dilakukan, ekstrak mentimun berdampak positif jika digunakan untuk mengobati penyakit seperti susah buang air besar, menurunkan kolesterol, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah hepatitis, sariawan, demam, menurunkan darah tinggi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya (Mangonting, et al, 2008 dalam http://repository.usu.ac.id).
Kandungan serat dalam mentimun dapat menurunkan kadar lemak tubuh dan kolesterol serta memberi efek mengenyangkan sehingga kita jadi tidak gampang lapar.
2.5 Hubungan Pemberian Mentimun Terhadap Hipertensi
Mentimun memiliki kandungan vitamin dan mineral, salah satu kandungan mineralnya yaitu kalium. Menurut Journal of Nutrition College dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam keadaan hipertensi menyebabkan peningkatan sekresi renin dan aktifasi RAS menjadi tidak bisa dikendalikan. Kalium ini berperan dalam menghambat pelepasan renin dengan meningkatkan ekskresi natrium dan air. Dimana renin adalah hormone yang dikeluarkan oleh ginjal sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah. Saat tekanan darah naik maka ginjal akan mengurangi pelepasan renin, namun apabila tekanan darah turun maka ginjal akan meningkatkan pelepasan renin.
Oleh karena itu ketika tekanan darah naik maka konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler pun meningkat. Ini diakibat kan karena pengonsumsian natrium yang berlebih. Namun, sebaliknya apabila konsumsi kalium dalam jumlah tinggi dapat melindungi diri dari hipertensi. Karena asupan kalium dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Dimana cara kerja kalium kebalikan dari natrium, konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasi cairan intraseluler.
Sehingga kalium berpartisipasi dalam memelihara keseimbangan cairan, eletrolit dan asam basa. Dengan kandungan kalium pada mentimun adalah sebesar 147 mg . Angka kecukupan kalium yang dianjurkan menurut AKG 2014 adalah 4500 mg untuk laki-laki usia 10-12 tahun sedangkan 4700 mg untuk laki-laki usia 13-80 tahun keatas. Untuk perempuan kecukupan kalium 4500 untuk umur 10-15 tahun dan 4700 untuk umur 16-80 tahun keatas. Kecukupan magnesium menurut AKG 2014 disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin.
Menurut Journal of Nutrition College dalam penelitiannya menyatakan bahwa kalium mampu mengurangi sensitifitas norepinefrin dan angiotensin II, meningkatkan natriuresis, memperbesar ukuran sel endotelial vaskuler, mengurangi kekakuan pembuluh darah, dan mempertahankan fungsi sel endotelial dengan meningkatkan produksi nitric oxide (NO) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolic.
Selain mineral kalium mentimun juga mengandung mineral magnesium. Berdasarkan Journal of Nutrition College menyatakan bahwa magnesium mempengaruhi tekanan darah dengan mempengaruhi reaktivitas dan pergerakan vaskuler. Selain itu magnesium juga beperan dalam memproduksi prostasiklin vasodilator dan nitric oxide.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lovindy dan Tatik dalam Journal of Nutrition College menyatakan bahwa dari hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik yang bermakna pada sebelum dan selama perlakuan'pemberian jus mentimun' (P<0,05), sedangkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan bermakna (P>0,05). Penurunan yang terjadi pada kelompok perlakuan adalah sebesar 12% untuk tekanan darah sistolik dan 10,4% untuk diastolik). Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberi jus mentimun sekitar 147 mmHg dan 90 mmHg, setelah diberi jus mentimun terjadi penurunan signifikan sistolik menjadi 131 mmHg dan diastolic 81 mmHg.
KERANGKA TEORI
Faktor yang Tidap Dapat DikendalikanKeturunan Jenis kelaminUmur Faktor yang Tidap Dapat DikendalikanKeturunan Jenis kelaminUmur
Faktor yang Tidap Dapat Dikendalikan
Keturunan
Jenis kelamin
Umur
Faktor yang Tidap Dapat Dikendalikan
Keturunan
Jenis kelamin
Umur
Intervensi Comfort Intervensi Comfort
Intervensi Comfort
Intervensi Comfort
Hipertensi Hipertensi Pemberian jus mentimun 150 mlPemberian jus mentimun 150 mlFaktor yang Dapat DikendalikanOlahraga StressObesitas Merokok Konsumsi alcohol berlebihKonsusi garam berlebihFaktor yang Dapat DikendalikanOlahraga StressObesitas Merokok Konsumsi alcohol berlebihKonsusi garam berlebih
Hipertensi
Hipertensi
Pemberian jus mentimun 150 ml
Pemberian jus mentimun 150 ml
Faktor yang Dapat Dikendalikan
Olahraga
Stress
Obesitas
Merokok
Konsumsi alcohol berlebih
Konsusi garam berlebih
Faktor yang Dapat Dikendalikan
Olahraga
Stress
Obesitas
Merokok
Konsumsi alcohol berlebih
Konsusi garam berlebih
Sekunder Sekunder Teknikal Teknikal
Sekunder
Sekunder
Teknikal
Teknikal
PrimerPrimerCoaching Coaching
Primer
Primer
Coaching
Coaching
Comfroting Comfroting
Comfroting
Comfroting
Kerangka Teori Comfort
Sumber: Kalacoba, 2003 (Modifikasi)
LAMPIRAN
Mentimun Baik Dikonsumsi Penderita Hipertensi
Selasa, 27 November 2012 14:43 WIB
NET
TRIBUNNEWS.COM - Penderita hipertensi kerap disarankan mengkonsumsi mentimun setiap hari secara rutin. Apa yang ada di dalam mentimun? Yuk simak penjelasan Rosihan Anwar Sgz.
Ahli gizi dari Banjarmasin ini di di Grup Gerakan Sadar Gizi menjelaskan kandungan mineral kompleks dalam mentimun seperti potassium, magnesium juga fosfor menjadikan sayuran yang satu ini berkhasiat untuk menurunkan darah tinggi atau hipertensi.
Cara mengkonsumsinya bisa langsung dimakan setelah dicuci bersih. Tetapi akan lebih baik lagi jika Anda menghaluskan satu buah mentimun dan kemudian peras airnya. "Buang ampas dan minum air perasan tadi. Untuk hasil optimal, minumlah air perasan mentimun sebanyak tiga kali dalam sehari. Pagi, siang dan malam hari," terang Rosihan.
Para ahli menjawab alasan mengapa khasiat mentimun untuk darah tinggi sangat baik. Alasannya tak lain adalah sifat uretic pada mentimun yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun memang mampu mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.
JURNAL
DAFTAR PUSTAKA
Agrina, S.S. Rini dan R. Halritama. 2011. KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET. Jurnal Kesehatan dan Klinik Vol. 6 (1): 46-53.
Hidayat, wisnu. (2011). "Efektivitas Pemberian Tambahan Terapi Non Farmakologis Untuk Mencegah Kenaikan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Stadium I". Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.
Soedirjo. 2008. Hipertensi dan Klinis. Jakarta: Farmacia.
tahitiannoni-s.com/patofisiologi-hipertensi/ diakses tanggal 26 september 2015
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/6602/6372 diakses tanggal 20 september 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20131/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal 20 september 2015
www.jantunghipertensi.com/hipertensi/65.html diakses tanggal 26 september 2015
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/11/27/mengapa-mentimun-baik-dikonsumsi-penderita-hipertensi diakses tanggal 19 september 2015
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/11/jhptump-a-nurfitrian-535-2-babii.pdf diakses tanggal 20 september 2015