15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembahasan mengenai manajemen agribisnis telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian, baik dari kalangan di bidang pertanian maupun di bidang non pertanian. Manajemen agribisnis merupakan cara pengelolaan dari produksi bahan baku sampai cara pemasarannya. Penduduk Indonesia yang sebagian besar bermata pencaharian di sektor agribisnis dapat berembang dengan adanya perubahan yang signifikan tentang kemajuan di sektor petanian.
Manajemen agrbisnis adalah ilmu yag digunakan untuk mengembangkan, memelihara, meneliti, mengatur, dan menetapkan suatu aktifitas atau kegiatan usaha maupun organisasi yang dikelola untuk dapat mencapai tujuan, baik individu mauapun kelompok. Pengelolaan manajemen agribisnis pada suatu perusahaan tidak terlepas dari proses penjualan, perecanaan serta pengendalian produksi perusahaan terebut. Proses penjualan dilakukan agar produksi dari perusahaan bisa dipasarkan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimum dari produksi perusahaan tersebut.
Perencanaan suatu produksi pada perusahaan digunakan agar hasil dari perusahaan bisa sesuai dengan tujuan awal perusahaan tersebut. Produksi suatu perusahaan perlu dilakukan pengendalian supaya hasil produksi perusahaan tersebut teratur dan dapat dikendalikan. Perencanaan serta pengendalian produksi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat mengatur dan melihat serta mengevaluasi hasil produksi perusahaan tersebut.
1Pengetahuan mengenai manajemen agribisnis perlu di berikan kepada mahasiswa agar mereka memperoleh wawasan tentang manajemen agribisnis serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka. Pengetahuan tersebut didapat dari penjelasan secara teori di kampus dan secara praktik di lapangan. Pengetahuan dengan praktik di lapangan di laksanakan dengan melakukan kunjungan industri di PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Kerjo, Karanganyar.
1
Permasalahan
Permasalahan yang perlu dibahas dalam praktikum Maajemen Agribisnis antara lain :
Bagaimana sejarah perusahaan dan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar?
Bagaimana proses penjualan yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar?
Bagaimana perencanaan dan pengendalian proses produksi dari PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar?
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Maajemen Agribisnis adalah :
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perusahaan dan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar.
Mahasiswa dapat mengetahui proses penjualan yang dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar.
Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan dan pengendalian proses produksi dari PT Perkebunan Nusantara Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Agribisnis
Pembahasan mengenai manajemen agribisnis diawali dengan mengemukakan batasan pengertian manajemen dan aspek-aspeknya. Kegiatan agribisnis yang dikelola dengan manajemen yang baik akan berkembang dengan baik pula. Suatu usaha dapat mencapai efektivitas dan efisiensi hasil secara optimal dengan manajemen yang baik. Resiko kerugian atau kegagalan menjadi kecil dan tingkat keuntungan menjadi semakin besar dengan adanya manajemen tersebut (Tim Penulis PS, 2008).
Agribisnis merupakan suatu system yang terdiri dari sub system, dari mulai pengadaan sarana produksi sampai pemasaran hasil olahan. Jenis usaha dalam bidang agribisnis juga sangat beragam dan ukurannya juga bervariatif. Kondisi ini mengakibatkan banyak lembaga yang terlibat untuk menangani. Dukungan kelembagaan agribisnis sangat dibutuhkan dan kemajuan agribisnis sangat dipengaruhi oleh peran serta lembaga pendukung (Wahyuningsih, 2007).
Agribisnis merupakan cara melihat pertanian sebagai suatu system bisnis, yang terdiri dari beberapa sub system yang terkait satu sama lain. Konsep pembangunan agribisnis terdiri dari empat subsektor, yaitu subsektor hulu (up stream agribusiness), subsektor usaha tani (on farm agribusiness), subsektor hilir (down stream agribusiness), dan subsektor jasa penunjang (supporting system agri-business). Azas dalam pengembangan agribisnis antara lain adalah terpusat (centralized), efisien (efficient), menyeluruh dan terpadu (holistic and integrated), dan kelestarian lingkungan (environmental sustainability) (Nurdin, 2011).
3Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis dengan kata lain adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pasca panen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran (Sjarkowi et al, 2004).
3
Dunia agribisnis merupakan kegiatan usaha yang sangat menarik . Disamping dapat dirasakan dekat dengan alam, juga karena dapat dinikmati hasilnya. Membangun wirausaha, tidak terkecuali di bidang agribisnis perlu diperhatikan cara membangun jaringan usaha. Hal ini tentu harus didukung oleh kualitas personil atau total quality personal (TQP). Keterampilan dan kecerdasan sumberdaya manusia adalah asset yang bernilai sangat tinggi . Sumberdaya manusia yang memadai sangat menentukan keberhasilan kegiatan bisnis. Kerja keras, jujur, tulus, sabar, dan kritis adalah kata kunci. Semua itu harus tertanam dalam jiwa para pelaku usaha (Budiman et al, 2005).
Proses Penjualan
Faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan antara lain kondisi dan kemampuan penjualan, kondisi pasar, modal, kondisi organisasi. Kondisi dan kemampuan penjualan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual seperti jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan, harga produk atau jasa, dan syarat penjualan, seperti: pembayaran dan pengiriman. Kondisi pasar artinya pasar sebagai kelompok pembelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya (Swastha, 2005).
Biaya distribusi fisik dapat mempengaruhi volume penjualan dan saling berhubungan antar satu dengan yang lain. Baik pada perusahaan yang berorientasi pada laba atau tidak, karena dengan pengelolaan biaya distribusi fisik yang efektif dan efisien akan mempengaruhi peningkatan laba peusahaan dan secara tidak langsung akan meningkatkan volume penjualan. Perusahaan dapat mengikuti enam langkah pencapaian tujuan utama yaitu: kelangsungan hidup (survival), memaksimalkan keuntungan (maximum current revenue), memaksimalkan pertumbuhan penjualan (maximum sales grown), penetapan harga untuk meningkatkan pertumbuhan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan berakibat dari penurunan biaya per unit dan peningkatan keuntungan jangka panjang dengan mempertimbangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dalam produk, harga, promosi, dan distribusi (Kotler, 2003).
Penjualan merupakan bentuk penyampaian produksi dari perusahaan ke konsumen. Penjualan berperan penting dalam memperlancar dan mencapai tujuan perusahaan. Penjualan juga termasuk salah satu proses dari pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (Rosa et al, 2008).
Penjualan merupakan ujung tombak perusahaan yang dapat mempengaruhi aktifitas perusahaan. Penjualan dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti penjualan langsung dan melalui agen penjualan. Penjual atau penyedia barang dan jasa memberikan kepemilikan suatu komoditas kepada pembeli untuk suatu harga tertentu, kegiatan tersebut terjadi dalam proses penjualan (Husnayetti, 2013).
Tujuan manajemen penjualan adalah untuk mencapai hasil perkembangan bisnis seperti yang telah direncanakan, dengan memotivasi anggota tim penjualan untuk menampilkan kemampuan terbaik mereka. Manajemen penjualan, seperti halnya pekerjaan menjual itu sendiri adalah suatu proses yang tetap dan berulang (Stewart, 2000).
Perencanaan dan Pengendalian Proses Produksi
Perencanaan mutlak diperlukan sebelum menjalankan sebuah usaha. Tujuannya untuk memberikan arahan dan petunjuk bagi pelaksanaan produksi sehingga bisa berlangsung sesuai yang dikehendaki. Perencanaan juga dimaksudkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi sewaktu proses produksi berjalan (Lukito, 2007).
Perencanaan produksi merupakan penentu tingkat atau kecepatan produksi perusahaan yang dinyatakan secara agregat. Agregat adalah perencanaan yang dibuat untuk seluruh produk yang menggunakan sumber yang sama, tanpa dirinci ke dalam masing-masing produk yang berbeda. Perencanaan produksi merupakan bagian dari rencana strategi perusahaan dan dibuat secara harmonis dengan rencana bisnis dan rencana pemasaran. Perencanaan produksi bias diartikan juga sebagai proses untuk menentukan jumlah produksi, persediaan, dan workforce level untuk memenuhi permintaan yang fluktuatif (Purnomo, 2010).
Suatu perusahaan manajemen umumnya menganut paham POAC, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controling (pengendalian atau pengawasan). Planning maksudnya disini adalah membuat perencanaan mengenai target atau tujuan yang akan dicapai. Perencanaan juga merupaka suatu rumusan dari persoalan-persoalan yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, termasuk didalamnya persiapan untuk membuat tindakan-tindakan administrasi (Tim Penulis PS, 2008).
Suatu kegiatan yang mneggunakan manajemen sebagai pengelolaannya, maka akan selalu menggunakan perencanaan sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian dihubungkan dengan proses eksekusi yaitu proses implementasi rencana yang telah disusun. Pernecanaan dan pengendalian merupakan dua fungsi manajemen yang tidak dapat terpisahkan. Perencanaan dan pengendalian produksi mempunyai fungsi yang cukup banyak dalam mencapai tujuan dari suatu perusahaan. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi mencakup perencanaan produksi, perencanaan persediaan, perencanaan kapasitas, otorisasi produksi dan pengadaan, pengendalian produksi, dan penyimpanan bahan (Suwinardi, 2013).
Fungsi pengendalian merupakan suatu upaya manajerial untuk mengembalikan semua kegiatan pada rel yang telah ditentukan. Dengan demikian jika diperoleh penyimpangan-penyimpangan dari prosedur kerja dapat segera dilakukan pengendalian. Begitu juga jika diperoleh tanda-tanda kegagalan dalam pencapaian hasil, maka segera diadakan pengendalian untuk memastikan operasi berjalan pada rel yang telah ditentukan. Bahkan, pengendalian juga dapat berupa dilakukannya penyesuaian-penyesuaian dari rencana awal karena adanya faktor-faktor yang berubah sehingga pencapaian tujuan organisasi dapat dilakukan (Gumbira et al, 2004).
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
Kondisi Umum Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar
Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar
Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum
Periode penjajahan / Pemerintahan Belanda ( sebelum tahun 1945 )
Pada zaman pemerintahan belanda terdapat 3 golongan perusaan perkebunan yaitu :
Perusahaan Perkebunan Milik Negara yang didirikan pada tahun 1912 dengan nama s'land caoutchouc Bedrijfs (LCB) dan pada tahun 1938 karena perusahaan perkebunan tersebut mengusahakan tanaman-tanaman perkebunan lain disamping karet, maka perusahaan perkebunan berubah nama Gouvernement landbouw Bedrijven (GLB).
Perusahaan perkebunan milik asing/swasta
Perusahaan perkebunan milik kesunanan dan mangkunegara.
Periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia (tahun 1945 - 1960)
Dengan terbitnya peraturan pemerintah RI No. 9 tahun 1947, didirikan perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI) yang berkedudukan di Jakarta dan Solo. Perusahaan perkebunan yang berkedudukan diSolo menguasai perkebunan – perkebunan milik Eks. Kesunanan dan mangkunegara.
Berdasarkan peraturan pemerintahan No. 7 tahun 1960, perusahaan perkebunan RI Eks. Milik kesunanan dan mangkunegara dibubarkan dan digabungkan dengan Pusat Perkebunan Negara (PPN) baru. Peraturan pemerintah ini dilaksanakan dengan surat keputusan menteri pertanian nomer 10189/SK/M tanggal 15 November 1960.
7
7
Periode Tahun 1960 - 1969
Berdasarkan peraturan pemeritah RI No. 141 tahun 1961,dibentuk perusahaan perkebunan negara, yang merupakan peleburan pusat perkebunan negara (lama) dan pusat perkebunan negara (baru).
Dengan terbitnya peraturan pemerintah RI No. 162 dan 163 tahun 1961. Dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Kesatuan Jawa Tenggah III dan IV yang berkedudukan diSemarang. Dan untuk kebun Kerjogandungan, Batujamus dan Tarikgarum masuk dalam PPN Aneka Tanaman Jawa Tenggah III.
Berdasarkan peraturan pemerintahann RI No. 25 dan 27 tahun 1963, telah didirikan PPN Karet dan PPN Aneka tanaman. Dan diJawa Tengah PPN karet XVIII dan XIV serta Aneka Tanaman XI.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 13 tahun 1968,BPU PPN dibubarkan, selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 14 tahun 1968 didirikan Perusahaan Negara Perkebunan Aneka Tanaman Negara disebut PNP XIII yang didirikan dari BPU karet + Aneka Tanaman, PPN karet XIII, PPN karet XVI dan PPN Aneka Tanaman XI.
Periode Tahun 1969 - 1995
Berdasarkan Undang – Undang RI No. 9 tahun 1969 tentang bentuk – bentuk usaha negara yang dipergunakan sebagai dasar perubahan dasar hukum perusahaan negara menjadi 3 bentuk badan usaha masing – masing Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO). PT. Perkebunan XVIII (PERSERO).
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 23 tahun 1972,PPN XVII dirubah bentuk menjadi perusahaan persero yaitu PT. Perkebunan XVIII (PERSERO), yang didirikan berdasarkan akta notaris GHS. Loemban Tobing, SH, diJakarta No. 98 tahun 1873, tanggal 31 Juli 1973 dan telah disahkan oleh mentri kehakiman RI dengan surat keputsan No. Y.A.5/80/23, tanggal 23 April 1974 serta dimuat dalam lembaran berita negara RI No. tahun 1975.
Periode tahun 1995 – sekarang
Berdasarkan undang – undangan RI No. tahun 1996, tanggal 14 februari 1996,bahwa XVIII (PERSERO) dan PTP XV – XVI (Persero) telah dilebur menjadi PT. Perkebunanan Nusantara IX (persero) dengan tempat kedudukan di Surakarta.
Akta pendiri PTP Nusantara IX (persero) dibuat oleh notaris Harun Kamil, SH No. 42, tanggal 11 Maret 1996, dan telah disahkan oleh mentri kehakiman RI.
Dengan surat keputusan No. C.2 – 8337. HT.01.01 tahun 1996, tanggal 8 Agustus 1996.
Berdasarkan surat Mentri Negara Penanaman Modal dan Pembimbingan BUMN No. S-01M.DU4 – PBUMN/00 tanggal 17 Januari 2000,tentang struktur organisasi di PT Perkebunan Nusantara XI (persero) yaitu pembentukan 2 devisi yakni :
Devisi Tanaman Tahunan berkantor berkebunan diJl. Mugas Dalam (atas) Semarang.
Devisi Tanaman seminar berkantor di Jl. Ronggowarsito 164 Surakarta.
Akta pernyataan keputusan rapat PT Perkebunan Nusantara XI (persero) berkedudukan di Semarang dibuat oleh Notaris Ny. Tuti Wardhani, SH Nomer : 56, tanggal 15 Agustus 2008.
Visi dan Misi
Visi
Visi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar yaitu menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra.
Misi
Misi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar yaitu :
Memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, gula dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth)dan mendukung kelestarian lingkungan.
Mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro, dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan.
Mengembanagkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Tata Nilai Perusahaan
Integrity (Integritas) : keselarasan antara perkataan dan tindakan dalam melaksanakan tanggung jawab.
Enthusiasm (Antusias) : mampu menunjukkan semangat yang tinggi dalam menjalankan setiap tugas dan kewajiban.
Teamwork (Kerja Tim) : kemauan dan kemampuan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan perusahaan.
Care (Peduli) : merasakan dan menunjukkan empati serta sikap ikhlas membantu terhadap seluruh stakeholders.
Innovation (Inovasi) : cermat dalam membaca peluang dan mampu mengembangkan langkah-langkah baru serta menciptakan iklim yang kondusif untuk implementasi agar menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.
Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum
Keterangan :
Administratur berfungsi mempimpin dan mengelola operasional kebun untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Sinder Kepala berfungsi mengatur kegiatan operasional tanaman untuk memenuhi target produksi.
Sinder Kantor berfungsi mengatur kegiatan administrasi keuangan dan umum kebun, penyusutan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) serta pengendaliannya.
Sinder Afdeling/sinder kepala kebun berfungsi mengatur kegiatan operasional tanaman untuk memenuhi target produksi.
Sinder Tekhnik berfungsi mengatur kegiatan operasional teknik/teknologi dan teknis penyimpanan serta pengiriman produksi.
Pelaksana yaitu orang yang mengawasi kegiatan yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Dan sistem kegiatannya sesuai dengan yang diperintah oleh atasannya sesuai dengan bagian kerjaannya yang menjadi tanggung jawab seorang pelaksana tersebut.
Pembantu Pelaksanakan yaitu seseorang yang melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Dan pembantu pelaksana tersebut membantu pelaksana mengerjakan kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan.
Lepas Teratur yaitu pekerja yang melaksanakan pekerjaannya.yang membedakan dengan karyawan yang lain yaitu upah diterima secara harian dan tanpa mendapatkan tunjangan tapi dapat sosial mingguan.
Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris yaitu Komisaris Utama yang di pimpin oleh A.M. Hasan Sayuti dengan anggota komisaris yang terdiri dari Irvan Edison, Zaenal Bachruddin, dan Chairul Muluk. Sedangkan Direksi terdiri dari Direktur Utama yang dipimpin oleh Adi Prasongko, Direktur Keuangan dipimpin oleh Natsir Tarigan, Direktur Produksi dipimpin oleh Slamet Poerwadi, Direktur Renbang dipimpin oleh Hanung Trihutomo, dan Direktur SDM & Umum dipimpin oleh Agus Hargianto.
Direksi merupakan Board of Directur yang pada prinsipnya masing-masing mempunyai wewenang dan tangggung jawab yang sama. Direksi dibantu oleh Sekretaris Perusahaan, Kepala SPI, 13 Kepala Bagian di Kantor Direksi, 8 Administratur Pabrik Gula, dan 15 Administratur Kebun, serta 1 Manajer Wisata Agro dan Produk Hilir. Struktur organisasi yang digunakan berdasarkan SK Direksi Nomor PTPN IX.0/SK/221/2014 tanggal 28 Agustus 2014, tentang Perubahan Wewenang Direksi dan Penyempurnaan Struktur Organisasi Setingkat Urusan PT Perkebunan Nusantara IX.
Proses Penjualan
Penjualan adalah sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk atau pun barang yang dihasilkan produsen dengan pengelolaannya. Penjualan tidak dapat dilakukan tanpa adanya pelaku yang bekerja di dalamnya seperti agen, pedagang, dan tenaga pemasaran.
Penjualan bermanfaat untuk memasarkan produk hasil produksi perusahaan. Perusahaan akan lebih mudah memasarkan produk mereka dengan adanya penjualan sehingga produk mereka sampai kepada konsumen. Tanpa adanya proses penjualan, perusahaan akan kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen.
PT Perkebunan Nusantara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi karet. Jenis karet hasil sortasi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum berdasarkan kualitasnya yaitu RSS1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, dan CUTT A. Karet-karet tersebut di jual ke pabrik ban yang terkenal di dunia yaitu pabrik ban Bridgeston. Harga jual Crepe atau karet hasil produksi PT Perkebunan Nusantara IX Kerojoarum yaitu Rp 711.500,00.
Crepe atau karet hasil produksi perusahaan untuk Crepe 1 X dan Crepe 2 X yaitu masing-masing 85 % dan 15 %. Penjualan karet hasil produksi perusahaan tidak selalu lancar, tetapi kadanng terjadi kendala-kendala dalam penjualan, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, harga jual karet yang fluktuatif, dan semakin banyaknya produsen karet.
Perencanaan dan Pengendalian Proses Produksi
Perencanaan dan pengendalian proses produksi merupakan metode yang digunakan dalam menghasilkan produk yang melewati proses dimana produk dibuat berdasarkan informasi tentang keinginan konsumen (pasar) yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif, selanjutnya didesain produk sesuai dengan keinginan pasar itu. Desain produk telah menetapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bagian produksi. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar diperoleh produk-produk berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pasar itu, dengan biaya yang serendah mungkin.
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar melakukan perencanaan dan pengendalian produksi sedemikian rupa sehingga produksi dari perusahaan tersebut sesuai dengan target. Perencanaan dan pengendalian produksi di perusahaan tersebut berguna untuk mengontrol produksi dari perusahaan tersebut. PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar melakukan perencanaan dan pengendalian produksi guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan semula.
Pengendalian produksi yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar terdiri dari pengendalian bahan baku dan pengendalian kualitas. Pengendalian bahan baku dilakukan guna terpenuhinya produk yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen. Pengendalian kualitas digunakan untuk menjaga kualitas produk dari perusahaan tersebut agar tidak mengecewakan konsumen.
Tahapan produksi karet di PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum yaitu di mulai dari proses penyadapan, getah karet di sadap apabila pohon karet sudah berumur minimal 5 tahun, proses selanjutnya yaitu pengumpulan, karet yang sudah di sadap di kumpulkan yang hasilnya berupa lateks yang diangkut menggunakan truk untuk selanjutnya dilakukan pengolahan. Pengolahan dilakukan di pabrik Tarik Ngarum kemudian di lakukan proses pengeringan dengan melakukan pengasapan yang berupa lembaran. Proses selanjutnya yaitu sortasi untuk memilih atau mensortir karet yang sudah jadi dan diteliti serta dilakukan packaging menurut kualitas karet yang dihasilkan untuk selanjutnya dikirim ke gudang veem.
Karet hasil sortasi di pisahkan menurut kualitasnya yaitu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, dan CUTT A. Karet dengan kualitas paling bagus mempunyai kriteria yaitu jenis karet RSS 1 dengan kriteria bebas kontaminasi yang tembus bandela, tidak boleh berbintik atau bergaris, tidak boleh kurang matang, tidak boleh buram dan hangus, kondisi karet kering, bersih, kekar. Karet yang dihasilkan juga tidak boleh cacat, bergelembung maksimal sebesar kepala jarum, bersih, matang dan warna karet cerah. Kualitas karet yang paling rendah yaitu CUTT A dengan kriteria berupa potongan atau serpihan dan merupakan sisa hasil sortasi.
Tabel Komposisi Tanaman Karet
NO
URAIAN
LUAS
%
1
TM
2.822,53 Ha
83 %
2
TBM
575,92 Ha
17 %
TTI
- Ha
0 %
JUMLAH
3.455,77 Ha
100 %
Tabel Komposisi Umur Tanaman
No
Komposisi
Umur
Luas
%
1
Remaja
6 - 10 Th
319,63 Ha
11 %
2
Taruna
11 - 15 Th
751,05 Ha
27 %
3
Dewasa
16 - 20 Th
806,35 Ha
29 %
4
Madya
21 - 25 Th
746,26 Ha
26 %
5
Tua
26 - 30 Th
199,24 Ha
7 %
6
Tua Renta
31 - Th
-
-
JUMLAH
2.822,53
100 %
Grafik Komposisi Umur Tanaman
Komposisi Tanaman Menghasilkan Kebun Batujamus/Kerjoarum Pada tahun 2012 yang paling banyak adalah Tanaman Dewasa ± 29 % dengan umur tanaman antara 16 - 20 Tahun.
Grafik Produktivitas Kebun Batujamus – Kerjoarum Tahun 2000 s/d April 2015
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum memiliki instalasi pabrik yaitu pengolahan sheet dengan rincian kapasitas terpasang sebesar 11.500 Kg per hari, mesin sheeter 6 buah, dan kamar pengasapan sejumlah 15 kamar. Intalasi selanjutnya yaitu pengolahan crepe & BrCr dengan kapasitas terpasang sebesar 4.200 Kg per hari, mesin giling 8 buah, dan kamar pengering sejumlah 8 kamar. Perencanaan dan pengendalian produksi tidak terlepas dari adanya kendala, kendala tersebut yaitu kondisi alam apabila terjadi hujan pada pagi hari, maka karet tidak akan bisa disadap, apabila terjadi penyadapan, air hujan akan ikut campur dalam karet yang disadap.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Mata kuliah Manajemen Agribisnis dapat disimpulkan sebagai berikut :
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar merupakan anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara.
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar merupakan perusahaan yang menghasilkan karet.
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar melakukan penjualan produk dengan cara ekspor ke perusahaan pembuat ban di luar negeri, tetapi belum sampai pada penjualan produksi hilirnya.
PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum, Batu Jamus, Karanganyar melakukan perencanaan dan pengendalian produksi dengan melakukan penyortiran karet hasil produksi berdasarkan kualitas karet yang dihasilkan saat proses sortir.
Saran
Berdasarkan hasil Praktikum Mata Kuliah Manajemen Agribisnis saran kami adalah :
Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum sudah bagus dalam pembagian kerja maupun tugasnya, mohon ditingkatkan lagi.
Proses penjualan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum sudah bagus, tetapi sebaiknya melakukan proses penjualan hingga produksi hilirnya.
17Perencanaan dan pengendalian produksi PT Perkebunan Nusantara IX Kerjoarum sudah bagus dalam melakukan strategi untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi, mohon ditingkatkan lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Budiman S dan Desi S, 2005. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya : Jakarta.
Gumbira S dan Harizt, 2004. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia : Jakarta.
Husnayetti, 2013. Anggaran Penjualan dan Pengendalian Tingkat Produksi. Jurnal Liquidity Vol. 2 No. 1.
Kotler P, 2003. Manajemen Pemasaran. Indeks Kelompok Gramedia : Jakarta.
Lukito A, 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya : Jakarta.
Nurdin, 2011. Teknologi dan Perkembangan Agribisnis Cabai di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 30 No. 2.
Purnomo A, 2010. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Kerajinan Tahu dan Tempe "IM" Cibogi Bandung. Jurnal Logistik Bisnis Politeknik Pos Indonesia Vol. 1 No. 1.
Rosa E S dan Suharmiati, 2008. Peranan Sistem Pengendalian Bahan Baku dalam Menunjang Efektivitas Proses Produksi. Jurnal Ilmiah Vol.10 No. 1.
Sjarkowi F dan M Sufri, 2004. Manajemen Agribisnis. CV Baldal Grafiti Press : Palembang.
Stewart G, 2000. Sukses Manajemen Penjualan. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Suwinardi, 2013. System Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jutnal RBITH Vol. 9 No. 1.
Swastha B, 2005. Manajemen Penjualan. Penerbit Liberty : Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya : Jakarta.
______________, 2008. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Wahyuningsih S, 2007. Pengembangan Agribisnis Ditinjau dari Kelembagaan. Jurnal MEDIAGRO Vol. 3 No. 1.
LAMPIRAN
Proses Pengolahan
Proses Pengasapan
Proses Sortir
Proses Packaging
Hasil Sortasi
KOMPOSISI UMUR TANAMAN
0,35%
Kg