AGRIBISNIS I Pengertian Agribisnis Agri Bisnis
= Pertanian = Usaha
Jadi, agribisnis = Usaha di bidang pertanian. Menurut Dr. H Ali Musa Pasaribu, M.S, definisi agribisnis adalah bisnis yang berbasis pertanian yang dilaksanakan secara terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan sistem-sistem input produksi dan keluaran (output). Dalam pembahasan selanjutnya, pertanian yang dimaksudkan mencakup usaha tani: - Perkebunan, - Perhutanan, - Peternakan, dan - Perikanan. - pertanian Tanaman Pangan/Hortikultura Di Thailand: Komoditas ekspor merupakan hasil pertanian rakyat, bukan hasil estate (perkebunan), sehingga nilai tambah yang tercipta dapat dinikmati oleh masyarakat banyak, sehingga pendapatan para petani meningkat. Di Indonesia: Hasil pertanian rakyat sangat sedikit menjadi konsumsi masyarakat internasional, karena: Komoditas agribisnis andalan Indonesia untuk pasar ekspor berasal dari produsen perkebunan atau perusahaan besar, sehingga nilai tambah yang tercipta hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat. Fenomena tersebut menunjukkan: Kurangnya partisipasi masyarakat agribisnis Indonesia dalam kancah persaingan pasar global, Hanya perusahaan besar saja yang memiliki partisipasi dominan. Akibat dari kurang partisipasi masyarakat: Pertumbuhan diversifikasi produk agribisnis untuk pasar ekspor sangat lamban, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutu. Tidak meratanya nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan ekspor komuditas agribisnis, atau hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha agribisnis. Di sisi lain, di Indonesia, komoditas agribisnis yang diekspor banyak yang berupa bahan baku, atau hanya bahan setengah jadi, dan Berimplikasi kepada: Rendahnya nilai tambah yang diterima oleh para produsen dan pelaku bisnis nasional. Usaha di bidang pertanian di Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam: Dari segi skala usaha: Yang berskala besar, sept: perusahaan perkebunan, industri minyak sawit, dll. Yang berskala menengah sept: beberapa agroindustri menengah dan perkebunan menengah. Yang berskala kecil, sept: usaha tani-usaha tani dengan luas lahan kurang dari 25 ha, dan berbagai industri skala rumah tangga.
Hal 1
-
Dari segi jumlah usahanya: Usaha berskala kecil jumlahnya mencapai 90 % dari seluruh usaha agribisnis di Indonesia. Dengan demikian, Pengembangan sektor agribisnis hendaknya terus dikembangkan dengan pendekatan sistem agribisnis yang berorientasi pada: Komersialisasi usaha, atau Industri perdesaan dan pertanian rakyat yang modern.
Pertanian rakyat, umumnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, Usaha agribisnis: memiliki kecenderungan menuntut untuk dikembangkan menjadi usaha dengan orientasi bisnis atau keuntungan. Hal ini dapat dilakukan melalui aplikasi konsep pengembangan berdasarkan sistem agribisnis terpadu. Menurut Gumbira Said dan Harizt Intan, fungsi-fungsi agribisnis terdiri atas : 1. Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, 2. Kegiatan produksi primer (budi daya), 3. Pengolahan (agroindustri), dan 4. Pemasaran Fungsi-fungsi tersebut disusun menjadi suatu sistem, di mana fungsi-fungsi itu menjadi subsistem dari sistem agribisnis.
SISTEM AGRIBISNIS 1.
Subsistem 1. Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, o pengadaan bibit, o pengadaan pupuk, o pengadaan alat2 pertanian: traktor, cangkul, o pengadaan racun hama, o pengadaan racun rumput
2.
Subsistem 2. Kegiatan produksi primer (budi daya), Penyiapan lobang, Penanaman, Penyiangan, Pemupukan, Pemberantasan hama, Pemanenan.
3.
Subsistem 3. Pengolahan (agroindustri), Mengolah bahan baku dan bahan tambahan, Pengemasan,
4.
Subsistem 4. Pemasaran Mencari pasar, Transportasi, dsb.
Hal 2
5.
Lembaga-lembaga penunjang, Lembaga pertanahan, Lembaga keuangan/pembiayaan, Lembaga pendidikan, Lembaga penelitian, dan Lembaga perhubungan.
SISTEM AGRIBISNIS a.
Subsistem Input/Kegiatan Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi - Alat/mesin pertanian (Alsintan), - Otomotif Peralatan Industri Pertanian, - Benih bermutu untuk tanaman, - Bibit unggul untuk tanaman/hewan, - Pupuk Kimia, - Pupuk Organik, - Pestisida, - Pupuk Pelengkap Cair (PPC), - Industri Agrokimia.
b.
Subsistem Produksi/Kegiatan Produksi Primer/Budi daya (Farming) - Produksi Tanaman Pangan/Hortikultura, - Usaha Produksi Tanaman Perkebunan, - Usaha Produksi Peternakan, - Usaha Produksi Budi daya Air Laut/Air Payau, dan air tawar, - Usaha Produksi Budi daya Perikanan Tangkap Plagic Kecil/Besar, - Usaha Produksi Kayu Alam.
c.
Subsistem Pasca Panen (Pengolahan/Agroindustri) - Usaha Penggilingan Beras, - Usaha Pengolah Jagung, - Usaha Produksi Makanan/Minuman, - Usaha Pengolah Ikan/Daging, - Usaha Industri Pupuk Organik, - Usaha Industri Kerajinan Mebel/Rotan, - Usaha Pengolah Produk Perkebunan dll.
d.
Subsistem Pemasaran (Marketing) - Distribusi, - Promosi, - Informasi Pasar, - Intelijen Pasar, - Sumber Pasar (Domestik/Ekspor), - Kebijakan Perdagangan Domestik/LN.
e.
Subsistem Jasa dan Penunjang, - Perkreditan dan Asuransi, - Penelitian dan Pengembangan, - Pendidikan dan Penyuluhan, - Transportasi/Pergudangan, - Regulasi (Mikro-Makro Ekonomi, RTRW).
Hal 3
Pengembangan agribisnis tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu subsistem yang ada di dalamnya. Contoh : Pengembangan budidaya pisang di suatu daerah sangat berhasil dalam meningkatkan produksi dan mutu produknya, tetapi tidak berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat secara nyata, karena tidak disertai dengan pengembangan dan penyiapan sistem pemasarannya. Akibatnya: Produksi melimpah, tentu akan menjadi busuk di tempat. Produsennya, tentu merasa sangat kecewa. Di Indonesia: contoh tersebut menjadi salah satu fenomena pengembangan agribisnis yang tidak terpadu, yang sering terjadi. Menurut Soehardjo (1997), persyaratan-persyaratan untuk memiliki wawasan agribisnis, adalah sebagai berikut: 1. Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang terdiri atas beberapa subsistem. Sistem tersebut akan berfungs baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem, Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya, karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya. 2.
Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Contoh: SS III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS II, SS III (pengolahan) akan berhasil dengan baik, jika menemukan pasar untuk produknya.
3.
Agribisnis memerlukan lembaga penunjang, seperti: Lembaga pertanahan, Lembaga keuangan/pembiayaan, Lembaga pendidikan, Lembaga penelitian, dan Lembaga perhubungan.
4.
Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan koperasi) dengan profesi sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang, distributor, importir, eksportir, dll.
Di dalam sistem agribisnis, salah satu subsistemnya adalah kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsistem tersebut lazim dikenal sebagai “agroindustri”. Menurut Austin (1981): Agroindustri adalah usaha yang megolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen. Agroindustri hulu mencakup industri penghasil input pertanian, seperti: Pupuk, pestisida, alat-alat dan mesin2 pertanian, dan bahkan yang lebih luas lagi mencakup perusahaan penghasil bibit.
Hal 4
Agro industri hilir: yaitu industri pengolahan hasil pertanian primer, sekonder, tertier, seperti: - kapas-------benang---------kain. kapas dipintal menjadi benang, benang ditenun menjadi kain,
AGRIBISNIS II MANAJEMEN AGRIBISNIS 1. Menurut banyak pakar: Manajemen: merupakan seni untuk melaksana-kan suatu rangkaian pekerjaan melalui orang-orang. 2.
Menurut Stoner dan Freeman (1989): Manajemen adalah perencanaan, pengorgani-sasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pemanfaatan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Rangkaian kegiatan tersebut dikenal sebagai fungsi manajemen. Fungsi manajemen pada batasan di atas, yaitu: Perencanaan, Pengorganisasian, Pemimpinan, dan Pengendalian.
3.
Menurut E. Gumbira – Sa’id dan A. Harizt Intan (2001): Pada intinya, manajemen adalah suatu rangkaian proses yg meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengendalian dalam rangka mem-berdayakan seluruh sumberdaya organisasi, baik SDM, modal, material maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi2 manajemen di dalam batasan tersebut: Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian.
Semua fungsi manajemen tsb diterapkan dalam segala bentuk manajemen bisnis, baik berskala besar maupun berskala kecil.
Di dalam agribisnis, fungsi2 tsb diterapkan dalam manajemen agribisnis. Hanya saja seni penerapannya yg berbeda-beda berdasarkan: Karakteristik usaha, Skala usaha, Jenis komoditas, dan Variasi-variasi lainnya.
Seni penerapan fungsi2 manajerial dalam agribisnis berbeda dengan penerapan fungsi2 manajerial pada bidang bisnis lainnya, hal ini disebabkan: Karakteristik usaha, Skala usaha,
Hal 5
Jenis komoditas, dan Variasi-variasi lainnya.
Seni penerapan fungsi-fungsi manajerial dalam agribisnis berbeda dengan penerapan fungsi2 manajerial pada bidang bisnis lainnya. Hal ini disebabkan: Banyak karakteristik khusus yg dimiliki agribisnis, dan berbeda dengan bidang bisnis lainnya. Contoh: Penerapan fungsi perencanaan. Perencanaan dalam agribisnis harus memperhatikan: Faktor musim, Karakteristik alamiah komoditas, Karakter lahan, Kemungkinan serangan hama/penyakit, dll. Sedangkan perencanaan dalam bidang bisnis lainnya, hal-hal tersebut relatif tidak ada. Pada “caption” berikut disajikan perbedaan antara manajemen agribisnis dan manajemen bisnis lainnya:
PERBEDAAN ANTARA MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN MANAJEMEN BISNIS YANG LAIN. (DOWNEY DAN ERICSON, 1992) 1.
Keanekaragaman jenis bisnis pada sektor agribisnis sangat besar, yaitu dari produsen primer sampai kepada para pengapal (shipper), perantara, pedagang borongan, pengolah, pengepak, manufaktur, perusahaan penyim-panan, pengangkut, lembaga keuangan, pengecer, jaringan restoran dan rumah makan, dan seterusnya. 2. Jumlah agribisnis sangat besar. Berjuta-juta bisnis yang berbeda yang menangani rute perjalanan komoditas dari produsen sampai ke konsumen akhir. 3. Cara pendirian agribisnis dikelilingi oleh pengu-saha tani. Para pengusaha tani tersebut memproduksi beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat). Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik secara langsung maupun tdk langsung. Tidak ada industri lain yang lokasi operasinya dikelilingi oleh produsen bahan bakunya. 4. Skala usaha agribisnis sangat beragam, dari yang sangat kecil, menengah hingga yang sangat besar. 5. Agribisnis yg pada umumnya berskala kecil harus bersaing di pasar yg relatif bebas dengan banyak produsen dan relatif sedikit pembeli. 6. Falsafah hidup tradisional yg dianut sebagian besar produsen menyebabkan agribisnis lebih ketinggalan dibandingkan dengan bisnis lainnya. 7. Usaha agribisnis cenderung sebagai usaha keluar-ga. 8. Agribisnis kebanyakan berbasis perdesaan, sehingga masih memiliki ikatan kekeluargaan yang relatif tinggi. 9. Sifat produk yang umumnya cepat busuk, kamba, dan tidak tahan lama, menuntut penangan yg khusus, di samping sifat produksi yg musiman, kecil-kecil, tersebar, dan lain2, juga menuntut penerapan manajemen yang berbeda. 10. Ancaman dari gejala alam yang tidak dapat diprediksi menjadi pembeda dengan bisnis lainnya. 11. Kebijakan dan program pemerintah sering sangat berpengaruh kepada sektor agribisnis.
Hal 6
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN AGRIBISNIS 1. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang ditujukan untuk menyusun program kerja selama periode tertentu pada masa yg akan datang, visi, misi, tujuan, serta sasaran organisasi. Menurut Beierlein, Schneerberger, dan Osburn (1986): Perencanaan dapat dilakukan pada bidang keuangan, pemasaran, produksi, persediaan, dll. Tujuannya adalah untuk menempatkan suatu perusahaan pada posisi yang terbaik berdasarkan kondisi bisnis dan permintaan konsumen pada masa mendatang. Menurut STONER dan FREEMAN (1989): Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur2 terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. -
Perencanaan juga memungkinkan suatu organisasi dapat memperoleh serta mengikat sejumlah sumberdaya yg dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
-
Perencanaan memungkinkan anggota organisasi dapat melanjutkan kegiatan yg konsisten, sesuai dengan tujuan dan prosedur yang telah dipilih.
-
Perencanaan juga memungkinkan untuk memonitor dan mengukur kemajuan operasi ke arah pencapaian tujuan, sehingga tindakan perbaikan dapat diambil apabila kemajuan operasi yang terjadi tidak memuaskan.
Menurut DOWNEY dan ERICKSON (1992): Perencanaan merupakan pemikiran yg mengarah ke masa depan, yg menyangkut rangkaian tindakan berdasarkan pemahaman penuh terhadap semua faktor yang terlibat dan di arahkan kepada sasaran khusus. Terdapat beberapa langkah kunci di dalam definisi tsb, yaitu: 1. Pemikiran ke masa depan. Yakni memandang masa depan yang gemilang dan bukan merupakan ramalan belaka, tetapi pernyataan yg berorientasi pada tindakan. 2. Serangkaian tindakan. Yakni mengembangkan alternatif2 atau metode untuk terus maju, 3. Pemahaman penuh terhadap semua faktor yg terlibat; Yaitu memahami dan mempertimbangkan fakta2 dan konsekuensi faktor2 tsb yg menjadi penghambat, sehingga dapat diantisipasi sebelumnya, 4. Pengarahan kepada sasaran khusus; Yakni semua rangkaian kegiatan diarahkan pada sasaran yg ingin dicapai pada masa depan. Fungsi perencanaan menyiratkan suatu upaya untuk memikirkan masa depan organisasi; misalnya : suatu perusahaan agribisnis, yang diawali dg menetapkan visi, misi, dan tujuan perusahaan, serta menyusun serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan tsb. Dilihat dari manajemen fungsional, maka perencanaan dapat berupa: Perencanaan sumber daya manusia, Perencanaan anggaran belanja dan anggaran penerimaan, Perencanaan produksi dan operasi, Perencanaan riset dan pengembangan, dll.
Hal 7
Enam Langkah Penting Dalam Proses Perencanaan (Downey dan Erickson, 1992) 1. Mengumpulkan fakta2 dan informasi2 yang berkaitan dg obyek perencanaan. Fakta2 dan informasi2 yg berkaitan dg obyek perencanaan sangat diperlukan utk menyusun perencanaan yang handal, sehingga kegiatan tsb menempati urutan pertama. Namun demikian tidak berarti, bhw pengumpulan fakta2 dan informasi2 hanya dilakukan pada saat akan memulai suatu perencanaan, tetapi kegiatan tersebut terus menerus dilakukan untuk menjaring fakta2 dan informasi2 yang dibutuhkan, agar rencana yg dibuat dapat berjalan sesuai dg arah dan tujuan perusahaan. 2.
Menganalisis fakta2 dan informasi2 yang berkaitan dg obyek perencanaan. Kegiatan tsb menjadi dasar yg baik untuk menetapkan arah yg akan dituju, dan bagaimana agar dpt sampai di sana.
3.
Memprediksi perkembangan pada masa depan. Perkembangan masa depan harus dapat diperkirakan dg menggunakan berbagai alat dan metode yang ada.
4.
Menetapkan tujuan. Berdasarkan analisis situasi fakta dan informasi serta prediksi masa depan, maka dapat ditetapkan tujuan yg akan dicapai.
5.
Mengembangkan alternatif2 tindakan. Setiap alternatif rangkaian tindakan tsb harus ditimbang, dievaluasi, dan diuji berdasarkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki atau dapat dimiliki.
6.
Mengembangkan sistem evaluasi kemajuan dan pengendalian. Rangkaian rencana tindakan yg telah dipilih tsb perlu dievaluasi secara terus-menerus untuk memonitor penyimpangan2 yang terjadi, sehingga dapat segera dil akukan pengendalian.Dengan demikian rencana evaluasi dan sistem pengendalian harus terintegrasi dalam proses perencanaan.
2. Fungsi Pengorganisasian Fungsi pengorganisasian merupakan upaya manajemen utk mengorganisasikan semua sumber daya perusahaan utk mencapai tujuan yg ingin dicapai. Efektivitas sebuah organisasi sangat tergantung pada kemampuan manajemennya utk menggerak-kan semua sumber daya perusahaan guna mencapai tujuannya. SDM sebagai penggerak utama sumber daya perusahaan lainnya harus memiliki kemampuan prima dan kerja yang profesional serta ditempatkan pada posisi yang tepat. “The right man on the right place”, adalah semboyan yang paling terkenal utk menempatkan manusia pada posisi yg tepat, guna mencapai efektivitas organisasi. Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengorganisasian tsb meliputi kegiatan2 sbb: Menyususun struktur organisasi, Menentukan pekerjaan yg harus dikerjakan, memilih, menempatkan, dan mengembangkan karyawan, Merumuskan garis kegiatan perusahaan, Membentuk sejumlah hubungan dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya. Apabila fungsi pengorganisasian tsb berjalan dengan baik, maka: Semua sumberdaya, termasuk parapekerja, yang ada di dalam perusahaan memiliki peranan yg jelas.
Hal 8
3. Fungsi Pelaksanaan Fungsi pelaksanaan seringkali dibagi lagi menjadi: Fungsi pemimpinan, Fungsi pengarahan, - Fungsi koordinasi. Fungsi pemimpinan lebih menekankan pada bagaimana seorang pimpinan utk menyalurkan semua kemampuan individu pada aktivitas organisasi utk mencapai tujuan bersama. Fungsi pengarahan lebih menekankan pada bagaimana karyawan diarahkan utk mencapai tujuan organisasi. Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengarahan meliputi usaha untuk: Memimpin, Menyelia atau mengawasi, Memotivasi, Mendelegasikan, dan Menilai para karyawan yang ada dalam organisasi. Pengarahan ditujukan untuk: Menetapkan kewajiban dan tanggungjawab setiap karyawan dalam organisasi, Menetapkan hasil yang harus dicapai, Mendelegasikan wewenang kepada setiap karyawan, Menciptakan hasrat untuk berhasil; serta Mengawasi agar pekerjaan benar2 dilaksa-nakan sebagaimana mestinya.
Fungsi koordinasi lebih menekankan pada hubungan koordinasi antar individu, antar kelompok dan atau individu, atas berbagai aktivitas organisasi, sehingga diperoleh harmonisasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Di lain pihak: Fungsi pelaksanaan sendiri lebih menekankan pada proses pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
4. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan menekankan pada: Bagaimana membangun sistem pengawasan; dan, Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana yang telah dibuat, agar dapat berjalan pada rel yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan tersebut dilakukan secara terus menerus utk menjamin agar pelaksanaan rencana dapat berjalan dengan baik. 5. Fungsi Evaluasi Fungsi evaluasi menekankan pada upaya untuk menilai proses pelaksanaan rencana, menganai: Ada tidaknya penyimpangan; dan Tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan rencana yang telah dibuat. Fungsi evaluasi ditujukan pada suatu obyek tertentu dan dalam periode tertentu. Misalnya: Mengevaluasi pelaksanaan proyek agribisnis yang dilaksanakan selama 2 tahun. Pertanyaan2 yang harus dijawab dalam fungsi evaluasi a.l. adalah: Apa hambatan2 dalam pelaksanaannya dan bagaimana hasilnya?
Hal 9
6. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian merupakan suatu upaya manajerial utk mengembalikan semua kegitan pada rel yang telah ditentukan. Jika diperoleh penyimpangan2 dari prosedur kerja dapat segera dilakukan pengendalian. -
Jika diperoleh tanda2 kegagalan dalam pencapaian hasil, maka segera diadakan pengendalian untuk memastikan operasi berjalan pada rel yang telah ditentukan.
-
Bahkan, pengendalian juga dapat berupa dilakukannya penyesuaian2 dari rencana awal, karena ada faktor2 yang berubah, sehingga pencapaian tujuan organisasi dapat dilakukan.
AGRIBISNIS III MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS
Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi Per-tanian. Manajemen Produksi Dalam Usaha Pengolahan Hasil Pertanian.
Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil olahan produk2, dll). A.
MANAJEMEN PRODUKSI DALAM USAHA PRODUKSI PERTANIAN 1. Perencanaan Produksi Pertanian 1.1. Pemilihan Komoditas Pertanian 1.2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan Penempatan Fasilitas 1.3. Skala Usaha Pertanian 1.4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian a. Biaya Produksi Pertanian b. Penjadwalan Proses Prduksi Pertanian c. Perencanaan Pola Produksi Pertanian d. Perencanaan dan Sistem Pengadaan Input2 dan Sarana Produksi Pertanian 2. Pengorganisasian Input2 dan Sarana Produksi Produksi Pertanian 3. Kegiatan Produksi Pertanian 4. Pengawasan Produksi Pertanian 5. Evaluasi Produksi Pertanian 6. Pengendalian Produksi Pertanian
B. MANAJEMEN PRODUKSI DLM USAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 1. Perencanaan Agroindustri 1.1. Pemilihan Teknologi 1.2. Pemilihan Lokasi 1.3. Fasilitas Persediaan dan Masukan 1.4. Perencanaan Bahan Pelengkap Produksi Pengolahan 1.5. Perencanaan Desain Produksi 2. 3. 4. 5. 6.
Pengorganisasian Input2 dan Sarana Pengolahan Kegiatan Pengolahan Pengawasan Kegiatan Pengolahan Evaluasi Kegiatan Pengolahan Pengendalian Kegiatan Pengolahan
Hal 10
1.
Perencanaan Produksi Pertanian 1.1. Pemilihan Komoditas Pertanian. Komoditas yg bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yg berhubungan dg pemasarannya. Sebab, mungkin terjadi komoditas tsb ekonomis dalam produksi, tetapi tdk tepat utk daerah produksi dan wilayah pemasaran yg akan dituju. Komoditas yang telah dipilih, selanjutnya ditetapkan jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan. 1.2. Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan Penempatan Fasilitas. Utk usaha agribisnis berskala kecil, mung-kin pemilihan lokasi produksi tdk menjadi suatu prioritas, krn umumnya produksi dilakukan di daerah domisili para petani. Untuk usaha agribisnis yg berskala mene-ngah ke atas, seperti perusahaan: Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan dikelola oleh perusahaan dengan modal investasi yg berjumlah besar, maka pemilihan lokasi tsb akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan usaha.
Beberapa hal yg menjadi pertimbangan dlm pemilihan lokasi produksi pertanian adalah: a. Ketersediaan tenaga kerja, yang mencakup: Jumlah, Spesifikasi, dan Mutu tenaga kerja, serta Tingkat upah regional, dan Peraturan2 daerah mengenai ketenagakerja-an. b.
Ketersediaan prasarana dan sarana fisik penun-jang, a.l. : Teransportasi dan perhubungan, Komunikasi, Penerangan, serta; Sumber air/pengairan.
c.
Lokasi pemasaran; Sebaiknya lokasi produksi dekat dg lokasi pemasaran, terutama utk komoditas2 yg tidak tahan lama, seperti produk holtikul-tura. Tetapi pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara produksi dan lokasi pasar tdk menjadi prioritas, karena: Dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang, dan; Jarak, relatif dapat diperpendek dg alat pengangkutan yang cepat.
d.
Insentif wilayah Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah ybs, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi produksi tsb, antara lain; Kebijakan pajak, Kebijakan dan peraturan tenaga kerja, Kebijakan investasi, Budaya pelayanan pablik, dan; Efektivitas pelayanan publik (birokrasi), dan lain2; merupakan insentif wilayah yg memiliki daya tarik bagi investor utk berusaha di daerah tsb.
Hal 11
1.3. Skala Usaha Pertanian. Skala usaha perlu diperhitungkan dg matang, krn sangat terkait dg input dan pasar. Produk yg dihasilkan tidak mengalami kelebihan permintaan. Ketersediaan input, seperti: modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Pada umumnya, tanaman holtikultura dapat diusahakan dalam skala yg kecil dg tingkat efisiensi yg cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan, seperti: kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dll, akan sangat tidak efisien jika diusaha-kan dalam skala yang kecil. Dengan demikian, utk memberdayakan usaha tani kecil pada komoditas tsb, maka dibentuk pola-pola kemitraan, seperti perkebunan inti rakyat (PIR). 1.4. Perencanaan Proses Produksi, Perencanaan yg dimaksud a.l.: Perencanaan pengadaan fasilitas, seperti: bangunan, peralatan dan perlengkapan produksi (perencanaan pengadaan fasilitas ini dilakukan khusus dlm pembukaan usaha baru). Perencanaan biaya produksi, Penjadwalan proses produksi, Perencanaan pola produksi pertanian, dan; Sumber2 input dan sistem pengadaan-nya. a.
Biaya produksi pertanian Perencanaan produksi sangat terkait dengan: Kemampuan pembiayaan yg dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti: Modal ventura, Pembiayaan melalui kredit, Penjualan saham, dan Sumber2 pembiayaan lainnya. Skala usaha yg optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yg layak.
b.
Penjadwalan proses produksi pertanian Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan pasca panen, terutama utk komoditas yg memiliki masa persiapan (gestation period) yg relatif pendek, seperti tanaman holtikultura. Utk komoditas yg masa persiapannya relatif panjang, seperti tanaman perebunan, biasanya penjadwalan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yg menyeluruh. Hal2 yg perlu diperhatikan dalam melaku-kan penjadwalan, adalah: Jenis komoditas, Kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, Gestation period (masa persiapan), Pola produksi, Pembiayaan dll. -
Penjadwalan dilakukan mulai dari pembu-kaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama/penyakit, dll), dan masa panen, Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu, di mana kecenderungan permintaan dan harga komoditas tsb tinggi, kemudian dihitung mundur.
Hal 12
Contoh: Agribisnis cabe memiliki gestation period (masa persiapan) 3 bulan sejak penanaman, jika diperkirakan permintaan dan harga cabe sangat tinggi pada bulan Desember, maka 3 bulan sebelum Desember mulai dilakukan penanaman, yakni pada awal September. Jika pembibitan dan pengolahan lahan memerlukan waktu 1,5 bulan sebelum lahan siap ditanami, maka pengolahan dan pembibitan dilakukan mulai pada pertengahan bulan Juli. Dengan demikian, diharapkan panen perdana mulai dapat dilakukan pada awal Desember. c.
Perencanaan Pola Produksi Pertanian Pola produksi dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan: Jumlah komoditas, yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas. Sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi massal.
d. Perencanaan dan sistem pengadaan input2 dan sarana produksi. Perencanaan input2 dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input2 dan sarana produksi yg dibutuhkan, baik dari segi: Jenis, Jumlah, Mutu, ataupun Spesifikasinya. Secara umum: input dalam agribisnis adalah: Bibit, Pupuk, Obat2 an, Tenaga kerja, dan Modal. Sarana dan prasarana produksi, adalah: Areal tempat produksi (lahan), Perlengkapan dan peralatan, serta Bangunan pendukung, dan Teknologi. Setelah input2 serta sarana dan prasarana produksi diidentifikasi dan spesifikasi, maka disusun rencana dan pengadaannya. Dua hal mendasar yg perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan, adalah: Membuat sendiri, atau Membeli. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tsb. 2.
Pengorganisasian Input2 dan Sarana Produksi Pertanian. Kegiatan2 yg terkait dg pengorganisasian input dan saran produksi adalah: Kegiatan pengelolaan persediaan input2, dan sarana2 produksi, mulai dari: Perencanaan persediaan, Pengadaan/pembelian,
Hal 13
-
Penyimpanan, Pengalokasian, dan Pemeliharaan.
Dalam usaha produksi primer, seperti usaha tani, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, kegiatan pengorganisasian input2 dan fasilitas produksi menjadi penentu dalam pencapaian optimalitas alokasi sumber2 produksi. 3.
4.
Kegiatan Produksi Pertanian Kegiatan produksi merupakan proses transformasi masukan menjadi suatu keluaran. Kegiatan produksi adalah: Melaksanakan rencana produksi yg telah dibuat, dan Merupakan kegiatan yang mempunyai masa yang cukup lama, serta; Terkait dg bagaimana mengelola proses produksi berdasarkan masukan, baik yg langsung maupun yg tdk langsung, utk menghasilkan produksi.
Proses produksi dalam agribisnis menjadi: Suatu kegiatan yg sangat menentukan keberhasilan usaha, dan Merupakan penyedot biaya paling besar,
Kegiatan produksi tsb harus dilakukan secara efektif dan efisien utk mencapai produktivi-tas yang tinggi.
Efektivitas kegiatan produksi dapat dilihat dari: Alokasi sumberdaya yg benar, Perencanaan produksi yg benar, Pelaksanaan yg benar,
Efisiensi produk dapat dicapai dengan: Melaksanakan rencana dan proses produksi yang benar, dan Meminimalkan pemborosan2 selama proses produksi berlangsung, baik pemborosan: Sumber daya, Waktu, dan Tenaga, maupun Pemborosan karena alat, serta; Kehilangan dan kerusakan produk.
Pengawasan Produksi Pertanian. Pengawasan dlm usaha produksi pertanian meliputi pengawasan: Anggaran, Proses, Masukan, Jadwal kerja, dll.
Pengawasan dilakukan agar: Semua rencana dapat berjalan sesuai dg yg diharapkan, dan Semua karyawan melakukan apa yg telah ditugaskan sesuai dg pekerjaan masing2.
Hal 14
5.
Evaluasi Produksi Pertanian Evaluasi dilakukan secara berkala, mulai dari saat perencanaan sampai akhir usaha tersebut berlangsung. Sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana yg dianggap dpt merugikan, maka segera dilakukan pengendalian.
6.
Pengendalian Produksi Pertanian Pengendalian dalam usaha produksi pertanian berfungsi utk menjamin agar proses produksi berjalan pada rel yg telah direncanakan. Dalam usaha tani, misalnya, pengendalian dapat dilakukan pada masalah: Kelebihan penggunaan tenaga manusia, Kelebihan penggunaan air, Kelebihan biaya pada suatu tahap poses produksi, dll. ---O---
AGRIBISNIS IV MANAJEMEN PRODUKSI DALAM USAHA PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (AGROINDUSTRI) 1.
Perencanaan Agroindustri Perencanaan agroindustri dimulai dengan: “penentuan agroindustri apa yang akan dibuka”. Setelah itu, lalu dilakukan evaluasi dan penilaian untuk hal-hal berikut: Pemilihan teknologi, Pemilihan lokasi, Fasilitas persediaan dan masukan, Perencanaan bahan pelengkap produksi pengolahan, Perencanaan desain produksi. 1.1. Pemilihan Teknologi Terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi, seperti: Kesesuaian teknologi yg digunakan utk menghasilkan produk dg kebutuhan pasar produk. Proses pengadaan (ketersediaan barang-nya, suku cadangnya, biaya pengadaan, dll), Biaya sosial (lingkungan), Kapasitas penggunaan, Kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam pengoperasian, Fleksibilitas dalam proses, Ketersediaan energi, dll. 1.2. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi pabrik atau industri pengolahan perlu mempertimbangkan: Ketersediaan bahan baku, Lokasi dan sumber bahan baku, Lokasi pemasaran, Sarana dan prasarana fisik (transportasi, distribusi, komunikasi, dan energi), Ketersediaan tenaga kerja, Areal pengembangan, dll.
Hal 15
Pemilihan lokasi yang tidak tepat akan menyebabkan pemborosan2 , seperti: Biaya pengangkutan dan komunikasi, Investasi sarana dan prasarana umum, dll. Dengan demikian, biaya per unit produksi sangat besar, sehingga daya saing produksinya kurang. 1.3. Fasilitas Persediaan dan Masukan Perencanaan fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan fasilitas: Pergudangan, Pengangkutan, dan; Aspek finansilnya (terutama jika harus menggunakan gudang sewaan dan lain2). Perlu diperhatikan fasilitas persediaan bahan baku utama yang memerlukan tempat yang besar dengan perlakuan2 khusus utk menjamin tingginya mutu bahan baku tsb. 1.4. Perencanaan bahan pelengkap produksi pengolahan, Bahan pelengkap produksi pengolahan adalah bahan tambahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan. Fasilitas persediaan utk bahan pelengkap tsb juga perlu direncanakan, mengingat sifat2 bahan pelengkap produksi pengolahan memerlukan perlakuan2 khusus utk mempertahankan kualitas. 1.5.
Perencanaan Desain Produksi, Desain produksi sangat tergantung pada: Besar kecilnya usaha, Jenis usaha, Teknologi yg digunakan, Intensitas penggunaan tenaga kerja atau modal, Dll. Desain produksi mencakup hal2 yg berhubung-an dengan: Perencanaan agregat implementasi (pelaksanaan pengumpulan jumlah), Rekayasa dan teknologi, serta; Penjadwalan produksi.
Perencanaan agregat implementasi sangat penting untuk memastikan, bahwa rencana investasi yg telah dibuat dapat dijalankan. Rencana agregat implementasi tsb merupa-kan tahap2 yg dilalui setelah keputusan in-vestasi diambil.
Rekayasa berhubungan dg bagaimana desain produksi, investasi, dan penjadwalan dapat disusun.
Jadwal produksi menggambarkan: Kapan suatu tahapan produksi dilaksanakan, Berapa kebutuhan bahan baku, Berapa hasilnya, Berapa lama, serta; Berapa tingkat persediaan yang aman dari setiap tahapan produksi.
Hal 16
2.
Pengorganisasian Input2 dan Sarana Pengolahan. Pengorganisasian dlm hal sumber daya manusia dapat berupa penempatan setiap personal pada posisi yg sesuai, dan masing2 personal memiliki deskripsi kerja yg jelas. Pengorganisasian fasilitas produksi meliputi: Penyusunan tata letak mesin sesuai dg tahapan produksi, Penempatan fasilitas2 pada suatu posisi yg efektif dan efisien, serta; Pengalokasian fasilitas2 produksi berda-sarkan kebutuhan.
Di lain pihak, pengorganisasian input2 pro-duksi lebih mengarah kepada alokasinya yg optimal dalam suatu sistem proses.
3.
Kegiatan Pengolahan Pelaksanaan proses produksi dlm agroindustri didasarkan pada rencana produksi yg telah dibuat. Pada tahap ini, input2 yg telah direncanakan dan disediakan dimasukkan ke proses produksi sesuai dengan: Jadwal, Jumlah dan jenis, serta; Urutan yg telah direncanakan utk menghasilkan output produksi. 4. Pengawasan Kegiatan Pengolahan. Fungsi pengawasan lebih ditekankan pada: Bagaimana mengawasi pelaksanaan rencana utk menghindari terjadinya penyimpangan2 yg tidak diinginkan, dan; Agar proses produksi yg telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain, fungsi pengawasan lebih menekankan pada bagaimana rencana dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5.
Evalusi Kegiatan Pengolahan. Fungsi evaluasi adalah melakukan penilaian terhadap: Pelaksanaan produksi, dan; Pencapaian hasil. Yang selanjutnya digunakan untuk mengkaji kelemahan2 atau keberhasilan pencapaian output yg telah direncanakan.
6.
Pengendalian Kegiatan Pengolahan Fungsi pengendalian lebih menekankan pada upaya memberi umpan balik, terutama jika dalam pengawasan didapatkan suatu penyimpangan atau keterpaksaan utk mengadakan penyesuaian2 yg diperlukan. Begitu juga jika dari hasil evaluasi didapatkan suatu peluang kegagalan, sehingga harus segera diadakan pengendalian untuk mengembalikan pada jalur yang benar. ---oo0oo---
Hal 17
AGRIBISNIS V PEMASARAN DAN DISTRIBUSI PRODUK AGRIBISNIS Pengertian Pasar Pertanian Pada mulanya istilah “pasar” diartikan sebagai tempat pertemuan antara “penjual” dan “pembeli” untuk mempertukarkan barang-barang mereka (tempat melakukan barter). Pengertian pasar yang sering disarankan oleh para ahli ekonomi adalah : “Sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas sejumlah produk atau kelas produk tertentu”. Di lain pihak, para pengusaha sering mendefinisi-kan pasar berdasarkan pengelompokan pelang-gan, sehingga dikenal berbagai jenis pasar, seperti: Pasar kebutuhan, contoh: pasar Tanjung Bajurei, Pasar produk, Pasar demografis, dan Pasar geografis. Bahkan, mereka memperluas penggolongannya, sehingga dikenal istilah: Pasar pemberi suara, Pasar tenaga kerja, dan Pasar donor (Kotler, 1977). “Pasar” juga dapat diartikan sebagai tempat terjadinya: Penawaran dan permintaan, Transaksi, Tawar-menawar nilai (harga), dan atau; Terjadinya permintaan kepemilikan melalui suatu kesepakatan antara pembeli dan penjual. Kesepakatan tersebut dapat berupa: Kesepakatan harga, Cara pembayaran, Cara pengiriman, Tempat pengambilan atau penerimaan produk, Jenis dan jumlah produk, Spesifikasi serta mutu produk, dan; Lain-lain kesepakatan yang berhubungan dg pemindahan kepemilikan produk.
PASAR PERTANIAN merupakan tempat, di mana: Terdapat interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian, Terjadi tawar menawar nilai produk, Terjadi pemindahan kepemilikan, Dan tarjadi kesepakatan2 yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan. Jika di dasarkan pada konsep sistem agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas: Pasar input dan alat2 pertanian, Pasar produk pertanian, Dan pasar produk industri pengolahan hasil pertanian atau pasar produk agroindustri.
Hal 18
Pengertian Pemasar Pertanian PEMASAR, menurut Kotler (19970, adalah seorang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Dengan demikian, seorang pemasar mengharapkan tanggapan dari pihak lain, apakah dalam bentuk menjual atau membeli. Dengan kata lain, pemasar dapat menjadi penjual atau pembeli. PEMASAR PERTANIAN dapat diartikan sesorang yang mencari barang input dan output serta jasa pada bidang pertanian dengan menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya. Pengertian Pemasaran Pertanian Pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai (Kotler, 1997). Dengan demikian : “pemasaran pertanian” dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan utk memberi kepuasan dari barang atau jasa yg dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, input maupun produk pertanian. Pengertian Pasar, Pemasar, dan Pemasaran Agribisnis. PASAR AGRIBISNIS adalah tempat di mana terjadi interaksi antara penawaran dan permintaan produk (barang dan atau jasa) di bidang agribisnis, terjadi transaksi dan kesepakatan: Nilai, Jumlah, Spesifikasi produk, Cara pengiriman, Penerimaan, dan; Pembayaran, serta; Tempat terjadinya pemindahan kepemilikan barang atau jasa di bidang agribisnis. PEMASAR AGRIBISNIS adalah seseorang yang mencari barang atau jasa, baik berupa input atau berupa produk agribisnis dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Dengan demikian, pemasar agribisnis dapat berfungsi sebagai pembeli atau penjual. PEMASARAN AGRIBISNIS, dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yg dipertu-karkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang agribisnis. Pemasaran agribisnis tsb secara parsial terdiri atas: Pemasaran input dan alat2 pertanian, Pemasaran produk pertanian, Dan pemasaran produk agroindustri, serta; Pemasaran jasa2 pendukung agribisnis.
Sifat-sifat Produk Pertanian Tidak tahan lama, Sifat ukuran yang besar per tumpukan, Mutu produk yang bervariasi.
Hal 19
Sifat tidak tahan lama: Sifat produk pertanian yg mudah busuk dan rusak, terutama produk buah2 an, sayur2 an, daging hasil peternakan dan perikanan, memerlukan penanganan yg cepat dan cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yg diinginkan oleh konsumen. Penanganan yg dapat dilakukan adalah: Pengepakan (packing), Pendinginan (cooling and freezing), Pengangkutan dengan cepat, dan; Pengolahan sesuai dengan jenis produk. Pengepakan dilakukan untuk: Mengurangi kerusakan selama pengangkutan, Melindungi produk selama masa penyimpanan.
Fungsi penyimpanan berperan untuk: Mengurangi jumlah kerusakan dan kebusukan produk, Supaya dapat bertahan lebih lama.
Untuk menjaga agar produk pertanian tetap segar untuk masa tertentu, maka produk tsb disimpan: Di ruang pendingin, atau bahkan; Dapat menggunakan ruang hampa udara.
Pengangkutan buah2 an, sayur2 an, ikan, daging dan telur harus dilakukan dengan cepat dan hati2. Selama pengangkutan, Tingkat kelembaban dan suhu harus tetap dapat dikontrol, dan; Goncangan harus dapat dikurangi, Karena: buah2 an, sayur2 an, dan telur sangat peka terhadap tingkat kelembaban, suhu, dan goncangan.
Pengolahan: Pengolahan secara sederhana juga dapat membuat produk pertanian bertahan lebih lama, seperti: = asinan buah2 an, = dendeng ikan dan daging, = ikan asin, = telur asin, dll.
Namun perkembangan teknologi industri memberikan sumbangan besar kepada sektor pertanian, sehingga produk pertanian, melalui produk olahannya, dapat dikonsumsi di mana dan kapan saja. Contoh: industri pengolahan dan pengalengan ikan di Menado, yang dapat memasok kebutuhan konsumen di Kalimantan Tengah sepanjang tahun. industri sirup markisa di Medan, Ujung Pandang, dll, dapat memasok kebutuhan konsumen di seluruh Indonesia sepanjang tahun. industri pengolahan karet yg menghasilkan lateks dan slabs yang dapat memasok kebutuhan industri ban. industri pengolahan kina yang dapat memasok kebutuhan industri farmasi sepanjang tahun, baik nasional maupun internasional.
Hal 20
Sifat ukuran yang besar pertumpukan: Sifat tsb menyebabkan produk pertanian memerlukan tempat yg besar, terutama untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Penyimpanan memerlukan tempat atau gudang yg relatif besar, menyebabkan biaya penyimpanannya juga relatif besar. Pengangkutan yg dilakukan dg jarak yg relatif jauh akan menelan biaya pengangkutan yg relatif tinggi. Hal ini secara relatif akan memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas tersebut. Mutu Produk yg Bervariasi: Mutu produk pertanian bervariasi: Dari tahun ke tahun, Dari musim ke musim, dan; Dari sentra produksi yang satu ke sentra produksi lainnya. -
Kualitas produk sangat ditentukan oleh kesesuaian kondisi terhadap: Pertumbuhan tanaman, Jenis varietas, dan; Penanganannya.
Mutu produk sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti: Keadaan iklim dan cuaca, Keadaan fisik tanah (seperti: topografi, ketinggi-an, tekstur, jenis dan tingkat kesuburannya), Peristiwa alam (banjir, dsb), Serangan penyakit dan hama pertanian, serta; Tingkat penerapan teknologi produksi dan penanganan penangan pasca panen yang tidak tepat. Jenis varietas yang ditanam juga berpengaruh bagi mutu hasil pertanian, seperti: Varietas unggul, dan Varietas lokal. Sifat-sifat Produksi Pertanian: Musiman, Bervariasi dalam jumlah dan nilai, Wilayah produksi tersebar, Biaya produksi berbeda di setiap daerah produk-si.
Resiko Dalam Agribisnis Penanggungan resiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot biaya yg sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis. Resiko dalam setiap aktivitas bisnis: Resiko penurunan produksi, Resiko penurunan dalam nilai produk, pendapatan bersih usaha bisnis. 1.
Resiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan: a. Bencana alam, a.l: Banjir, Topan, Gempa bumi;
Hal 21
b.
2.
Bencana lainnya, a.l: Kebakaran, serangan hama dan penyakit tanaman, Pencurian, dan; Kesalahan dalam menerapkan teknik budidaya. Resiko penurunan dalam nilai, karena: a. Penurunan mutu, b. Perubahan harga yang disebabkan oleh perubahan (preferensi=pilihan, lebih disukai), c. Cita rasa dan selera konsumen, d. Perubahan kondisi perekonomian secara umum.
preferensi
Dalam agribisnis, para pelaku dapat menghadapi resiko2, seperti: a. Resiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu), b. Resiko pemilikan, c. Resiko keuangan dan pembiayaan, d. Resiko kerugian karena kecelakaan, e. Bencana alam, dan faktor alam lainnya, f. Kerugian karena perikatan, serta; g. Kerugian karena hubungan tata kerja, di samping itu, resiko perubahan harga merupakan resiko yang seringkali menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis. . Mengelola Resiko Dalam Agribisnis Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku dalam sistem agribisnis, untuk mentransfer resiko dan mengurangi dampak suatu resiko terhadap kelangsungan usahanya. Resiko produksi secara fisik, kemungkinan merosotnya volume produksi secara drastis, yang mungkin disebabkan oleh: Bencana alam, Serangan dan penyakit tanaman, Kebakaran, dan; Karena faktor2 lainnya, yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik, dapat ditanggulangi dengan membeli polis asuransi produksi pertanian. -
Penanggungan resiko produksi tsb dialihkan kepada perusahaan jasa asuransi dengan membayar premi asuransi.
-
Resiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan: Penerapan teknologi budidaya, dan Tenologi pasca panen yang tepat.
-
Di lain pihak, resiko pasar dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, yaitu: Diversifikasi, Integrasi vertikal, Kontrak di muka (forward contracting), Pasar masa depan (future market), Usaha perlindungan (hedging), dan; Opsi pertanian (agricultural option).
Hal 22
AGRIBISNIS VI KELEMBAGAAN PENDUKUNG AGRIBISNIS Beberapa lembaga pendukung pembangunan agribisnis Indonesia adalah: 1) Pemerintah, 2) Lembaga pembiayaan, 3) Lembaga pemasaran dan distribusi, 4) Koperasi, 5) Lembaga pendidikan formal dan informal, 6) Lembaga penyuluhan pertanian lapangan (PPL), 7) Lembaga riset, dan 8) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko. 1.
PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS 1.1. PEMERINTAH Pemerintah Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif dan mampu mendukung pengembangan agribisnis yang tangguh. Lembaga pemerintah, mulai tingkat pusat sampai daerah, memiliki wewenang regulasi (peraturan) dalam menciptakan lingkungan agribisnis yang kompetitif dan adil Regulasi pemerintah tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok di bawah ini : a. Regulasi untuk menjamin terciptanya lingkungan bisnis yang kompetitif dan mencegah monopoli dan kartel (cartel=kumpulan produsen). b. Regulasi untuk mengontrol kondisi-kondisi monopoli yang diizinkan, sepeti Bulog yang menangani komuditas strategis dan beberapa badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola usaha public utility. c. Regulasi untuk fasilitas perdagangan, termasuk ekspor dan impor. d. Regulasi dalam penyediaan pelayanan publik, terutama untuk fasilitas layanan yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan agribisnis. e. Regulasi untuk proteksi terhadap konsumen maupun produsen. f. Regulasi yang terkait langsung dengan harga komoditas agribisnis, inputinput agribisnis, dan peralatan-peralatan agribisnis. g. Regulasi terhadap peningkatan ekonomi dan kemajuan sosial. h. Regulasi terhadap sistem pembiayaan agribisnis, seperti permodalan dari perbankan, pasar modal, modal ventura, leasing, dll. i. Regulasi terhadap sistem penanggungan resiko agribisnis, serti keberadaan asuransi pertanian dan bursa komoditas dengan berbagai insrumennya, seperti future contract, hedging, coption market, dan lain-lain. 1.2. Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan usaha agribisnis, terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Pembiayaan bukan hanya dilakukan untuk produsen primer (usaha tani, perkebunan, peternakan, perikanan, dan dan perhutanan), melainkan juga usaha yang ada di hulu dan di hilir.
Hal 23
1.3. Lembaga Pemasaran dan Distribusi Peranan lembaga pemasaran dan distribusi menjadi ujung tombak keberhasilan pengembangan agribisnis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara deficit units (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus units (produsen yang menghasilkan produk). Lembaga pemasaran dan distribusi juga memegang peranan penting dalam memperkuat intergrasi antarsubsistem dalam sistem agribisnis. Dengan demikian, pengembangan agribisnis yang terpadu harus juga mampu memperkuat peranan dan memberdayakan lembaga pemasaran dan distribusi secara efktif dan efisien. 1.4. Koperasi Koperasi sebagai badan ekonomi rakyat yang lahir sebagai pengenjawantahan kekuasaan ekonomi anggotanya, memiliki peranan yang sangat penting dalam menghimpun kekuatan ekonomi anggota untuk kemaslahatan bersama dengan asas kekeluargaan. Dalam hal peranannya dalam pengembangan agribisnis, dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input pertanian dan lembaga pemasaran hasilhasil pertanian. Di Indonesia, keberadaan koperasi unit desa (KUD) menjadi suatu kekuatan untuk membantu pengembangan agribisnis yang berbasis pedesaan. Beberapa hal mendasar yang menjadi penghambat berkembangnya KUD di Indonesia adalah sebagai berikut: a. KUD banyak dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, bukan karena kesadaran anggota sendiri. b. Permodalan KUD sangat terbatas, apalagi ditambah dengan aksesnya kepada lembaga pembiayaan yang sangat kecil, c. Karena terbentuknya KUD hanya untuk memenuhi instruksi pemerintah, maka masyarakat di wilayah kerjanya kurang merasa memiliki dan kurang partisipatif dalam operasi usaha KUD, d. Banyak KUD yang hanya membawa sloganisme, sebagai badan ekonomi rakyat, sementara dalam operasinya kurang didukung oleh partisipasi rakyat. e. Para pengurus dan pegawai KUD tidak profesional dalam menjalankan usaha sehingga banyak KUD yang tinggal papan nama saja. 1.5. Lembaga Pendidikan Formal dan Informal Pendidikan formal, terutama yang berbasis keilmuan agribisnis dan ilmu-ilmu pendukungnya, perlu memperoleh perhatian yang besar. Di sadari atau tidak disadari, bahwa selama kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap Petama (PJPTI), pemberdayaan lembaga pendidikan formal untuk mendukung sektor riil di bidang agribisnis sangat kurang. 1.6. Lembaga Penyuluhan Pertanian Lapangan Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun (1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras para penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang dengan konsisten memperkenalkan berbagai program peningkatan produksi pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dan membimbing dalam pelaksanaannya, seperti bimas, inmas, insus, supra insus, dan lain-lain. 1.7. Lembaga Riset Peranan lembaga riset bagi pengembangan agribisnis di Indonesia belum menggembirakan dan sangat jauh ketinggalan dibanding negara-negara tetangga Indonesia yang dulunya berkiblat ke Indonesia. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memprihatinkan.
Hal 24
1.8. Lembaga Penjamin dan Penanggungan Resiko Resiko di bidang agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Namun demikian, dibutuhkan lembaga penjamin resiko yang mampu menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran para pelaku bisnis untuk terjun di bidang agribisnis. Asuransi pertanian, sebagai salah satu lembaga penjamin resiko agribisnis, sangat tepat untuk dikembangan sejalan denga upaya aplikasi teknologi agribisnis yang semakin meningkat. Selain itu, instrumen hedging dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan berbagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya. ---ooo---
1.
AGRIBISNIS VII MANAJEMEN TEKNOLOGI AGRIBISNIS RUANG LINGKUP Teknologi agribisnis adalah salah satu sarana utama untuk tujuan: a. Efektivitas, b. Efisiensi, serta c. Produktivitas yang tinggi, dari perusahaan-perusahaan agribisnis. Teknologi sebagai salah satu sumber daya produksi harus dapat digunakan secara tepat, yang meliputi jenis teknologi dan skala aplikasinya. Penentuan jenis teknologi sangat terkait dengan: a. Skala usaha, b. Jenis usaha, c. Kemampuan biaya,, d. Kemampuan sumber daya manusia, serta e. Kebutuhan atau keinginan pelanggan. Oleh karena itu, perlu upaya pengelolaan teknologi yang efektif, mulai dari: perencanaan teknologi, pengorganisasian teknologi, pelaksanaan aplikasi teknologi, pengawasan dan evaluasi aplikasi teknologi, serta upaya pengendalian yang dibutuhkan. Dengan demikian, fungsi-fungsi manajemen umum yang telah dikenal juga diterapkan dalam manajemen teknologi. 1.1. Perencanaan Teknologi Perencanaan pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan pemilihan jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. Dalam skala mikro mempertibangkan jenis bidang usaha dan skala usaha yang dijalankan; Sedangkan dalam skala makro mempertimbangkan prioritas bidang teknologi yang akan dikembang, dalam kaitannya dengan pengembangan dunia bisnis dan ekonomi nasional. b. Kemampuan pembiayaan pengembangan dan aplikasi teknologi. c. Kemampuan sumber daya manusia/ potensi sumber daya manusia. Kemampuan SDM, termasuk dalam riset dan pengembangan untuk mengembangkan suatu jenis teknologi, sangat penting untuk diperhitungkan
Hal 25
dalam perencanaan, sehingga pengembangan teknologi yang dilakukan menghasilkan produk teknologi yang memuaskan. Begitu juga dalam perencanaan aplikasi teknologi, sangat terkait dengan apakah kemampuan SDM yang dimiliki atau yang dapat dikuasai mampu mengoperasikan teknologi yang dipilih tersebut. d.
e.
Skala usaha dan tingkat persaingan. Pemilihan teknologi, baik yang akan dikembangkan maupun yang akan diaplikasikan, sangat terkait dengan skala usaha (kapasitas volume produksi) dan tingkat harga jual produk yang dihasilkan oleh teknologi tersebut. Bila biaya teknologinya terlalu mahal, akan menyebabkan harga jual produk tinggi, sehingga sulit untuk bersaing di pasar, apalagi menghadapi pasar global yang penuh persaingan. Budaya, adat, dan kebiasaan masyarakat. Faktor ini seringkali menghambat masuknya teknologi baru, sehingga perlu mendapat perhatian. Jika budaya, adat, dan kebiasaan dinilai dapat menghambat penerimaan teknologi tersebut, sementara teknologi tersebut telah diyakini dapat memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat secara nyata, maka diperlukan upaya strategis agar teknologi tersebut secara bertahap dapat diterima dan diaplikasikan oleh masyarakat.
1.2. Pengorganisian Tenologi Manajemen teknologi juga mencakup pengorganisasian sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikannya secara tepat dan efisien. Di samping itu, teknologi yang akan diaplikasikan juga harus diorganisasikan, sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan (misalnya alokasi dan penempatan) yang dapat menyebabkan ketidakefisienan. 1.3. Pelaksanaan Penerapan Teknologi Jika rencana pengembangan dan aplikasi teknologi telah dirampungkan serta semua sumber daya yang dibutuhkan telah siap untuk diopersikan, maka tibalah waktunya untuk memulai pelaksanaannya. Pelaksanaan tersebut mulai dari pengembangan sampai penggunaan teknologi dalam produksi/ operasi perusahaan. 1.4. Pengawasan, Evaluasi, dan Pengendalian Fungsi pengawasan dikakukan terus-menerus sejak perencanaan dan dalam berbagai aspek; sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara berkala untuk mengetahui kesesuaian antara rencana, pelaksanaan, dan hasil, serta mengetahui ada tidaknya penyimpangan-penyimpangan dari rencana semula. Di samping itu, pengawasan dan evaluasi juga berfungsi untuk menilai perlu atau tidaknya diadakan penyesuaian-penyesuaian. Jika terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam operasi, maka harus segera dilakukan pengendalian. ----ooooOoooo----
Hal 26