II. PERMASALAHAN PERMASALAHAN
A. Kemitraan Agribisnis
Kemitraan merupakan jalinan kerjasama antara berbagai pelaku agribisnis, mulai dari tingkat produksi sampai dengan tingkat pemasaran (Elizabeth, 2008). Menurut Hafsah (1999) Kemitraaan merupaka suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling menguntungkan dan membesarkan. Menurut UU No. 9 Tahun 1995 dan PP No 44 tahun 1997, kemitraan adalah kerjasama usaha antar usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling sali ng menguntungkan Kemitraan Agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau kelompok orang atau badan hukum di mana masing- masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan, dan saling melaksanakan etika bisnis (Suwandi, 1995). Dengan demikian tujuan kemitraan usaha antara perusahaan mitra dengan petani mitra adalah peningkatan efisisensi dan produktivitas disegala lini sub sistem agribisnis dan terciptanya nilai tambah. Konsep Kemitraan adalah Kerjasama antara usaha kecil (termasuk petani) dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Saling memerlukan, saling ada ketergantungan 2. Saling menguntungkan
3. Saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain 4. Saling mematuhi kesepakatan yang ditetapkan bersama 5. Saling mempercayai 6. Saling membangun, saling menumbuhkan dan saling mengembangkan 7. Berorientasi mencari keuntungan “jangka panjang” dan berkelanjutan 8. Memiliki kedudukan dan posisi yang sama dan setara Apabila prinsip-prinsip tersebut diatas benar -benar dilaksanakan maka pola kemitraan tidak mengenal istilah“Pengelola” dan “Penghela”. Unsur-unsur kemitraan: 1. Kerjasama usaha; didasari oleh kesejajaran kedudukan dan derajat yang sama bagi kedua belah pihak yang bermitra 2. Usaha
besar
atau
menengah
dapat
bekerjasama
yang
saling
menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain yaitu usaha kecil untuk mencapai kesejahteraan bersama 3. Pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar atau menengah terhadap usaha kecil berupa pembinaan mutu produksi, peningkatan SDM dan sebagainya 4. Prinsip saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan yang akan terjalin karea para mitra akan mengenal keunggulan dan kelemahan masing-masing mitra B. Pola Kemitraan Agribisnis
Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Berbagai pola kemmitraan agribisnis. Bentuk- bentuk pola kemitraan antara lain: 1. Pola Kemitraan Inti Plasma Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani , atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
uasha. Perusahaan inti menyediakan lahan , sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu kelompok mitri bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyeratan yang telah ditentukan. Keunggulan sistem inti-plasma : a. Tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan b. Tercipta peningkatan usaha c. Dapat mendorong perkembangan ekonomi Kelemahan sistem inti-plasma antara lain : a. Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancer.contoh produk plasma sering tidak dijual ke prusahaan inti. b. Komitmen perusahan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan plasma. c. Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas
plasma
sehingga
terkadang
perusahaan
inti
mempermainkan harga komoditas plasma. Solusi untuk mengatasi masalah yang timbul karena adanya kelemahan system inti-plasma antara lain: a. Pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha b. Kesepakatan atau perjanjian c. Kemampuan investasi perusahaan inti 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak Hubungan
kemitraan
antara
Usaha
Kecil
dengan
Usaha
Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Dalam hal kemitraan Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan Usaha Kecil berlangsung dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi barang dan atau jasa, Usaha Besar atau Usaha Menengah memberikan bantuan berupa:
a. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen b. Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku yang diproduksinya secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar c. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan e. Pembiayaan Keunggulan atau kelebihan dari pola sub kontrak adalah pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama ang mencakup,volume, harga , mutu, dan waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama semakin mengisolasi produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran. Selain itu juga dapat terjadinya berkurangnya nilai-nilai kemitraan kedua belah pihak, serta kontrol kualitas produk ketat tapi tidak diimbangi dengan system pembayaran yang tepat. Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan : a. Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu dikembangkan b. Komponen – komponen kemitraan seperti pengembangan SDM, inovasi teknologi,manajemen, dan permodalan harus diperthatikan c. Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dan sesame anggota kolompok mitra 3. Pola Kemitraan Dagang Umum Hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.
Dalam kegiatan perdagangan pada umumnya, kemitraan antara Usaha Besar dan atau Usaha Menengah dengan Usaha Kecil dapat berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari Usaha Kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Besar dan atau Usaha Menengah yang bersangkutan. Keunggulan dari pola ini yaitu kelompok mitra atau koperasi tani berperansebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mi tra. Sementara itu perusahaan mitra memasarkan produk mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan kelompok mitra karena tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen. Kelemahan dari pola ini antara lain yaitu dalam praktiknya , harga dan volume produknya sering ditentukan sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra. Selain itu sistem perdagangan sering kali ditemukan berubah menjadi bentuk konsiyansi. Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah perlunya peningkatan komitmen perusahaan besar untuk menerapkan prinsip-prinsip bermitra usaha. Bisa juga dengan mengembangkan asosiasi kelompok mitra, contoh gapoktan. 4. Pola Kemitraan Keagenan Hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya. Keunggulan dari pola kemitraan keagenan yaitu pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil ang urang kuat modalnya karena biasanya menggunakan system mirip konsinyasi. Sedangkan kelemahannya adalah
Usah kecil mitra
menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harga menjad tinggi di tingkat konsumen. Usaha kecil sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target. Solusi untuk mengatasinya dengan
melakukan peningkatan profesionalisme, kepiawaian dalam mencari pelangganserta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. 5. Pola Kemitraan Kerja Sama Operasional Agribisnis (KOA) Pola kemitraan ini merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra adalah kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaaan sarana produksi lainnya. Terkadang perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar dengan meningkatkan
nilai
tambah
produk
melalui
pengolahan
dan
pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu,tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam pola ini telah diatur tentang kesepakan pembagian hasil dan resiko. Keungulan pola KOA ini sama dengan keunggulan system inti plasma. Pola ini banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk bagi hasil. Sedangkan kelemahannya yaitu: a. pengambilan untung olaeh perusahaan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolaan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil mitranya b. perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan kecil mitranya c. belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan permasalahan
diatas
Solusi
penyelesaian
humanistis
dan
kekeluargaan C. Tujuan dan Manfaat Kemitran Agribisnis
Kemitraan usaha dalam agribisnis bertujuan (a) untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, (b)meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, (c)peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan (d)meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra.
Sedangkan manfaat yang akan diperoleh dalam kegiatan kemitraan adalah merupakan upaya bersama untuk memperkuat kemampuan bersaing dan untuk membangun tatanan dunia usaha yang kuat dengan tulang punggung usaha menengah yang tangguh saling mendukung dengan usaha kecil dan usaha menengah atau usaha besar melalui ikatan-ikatan kerjasama. Kemitraan tidak boleh diartikan sebagai penguasaan yang satu atas yang lain. Kemitraan harus menjamin kemandirian masing masing pihak sehingga prakarsa dan daya kreasi akan berkembang, karena kemitraan tidak menghilangkan
persaingan.
Dalam
suasana
persaingan
yang
sehat,
kemitraan justru akan tumbuh lebih subur. Kemitraan mendukung efisiensi ekonomi karena pihak -pihak yang bermitra masing -masing menawarkan sisi -sisi unggulnya. Melalui kemitraan,kecenderungan
monopoli
dapat
dihindarkan.
Monopoli
menyebabkan distorsi dalam pasar, sedangkan kemitraan memperkuat mekanisme pasar dan sekaligus menghindari persaingan yang tidak sehat. Manfaat Kemitraan dapat juga ditinjau dari beberapa aspek: a. Produktivitas Peningkatan produktivitas diharapkan dapat dirasakan oleh pihak pihak yang bermitra. Bagi perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (a)menekan biaya produksi (input) (b)meningkatkan produksi (output). Secara
kelompok
pihak
petani
dapat
pula
meningkatkan
produktivitasnya dengan cara, mengurangi input yang dapat digunakan secara bersama-sama, misalnya; penggunaan traktor milik kelompok; memberantas hama dan penyakit; biaya pemeliharaan irigasi; biaya pengangkutan sarana produksi; pergudangan; menjual secara bersama sama dan lain-lain. b. Ekonomi (Efisiensi) Efisiensi erat kaitannya dengan penggunaan input yang minimum dan efektivitas dengan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
Penerapannya dalam kemitraan, misalnya : 1) Perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani atau perusahaan kecil. Sebaliknya petani atau perusahaan kecil umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi dibandingkan teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. 2) Mekanisme pertanian dalam penyiapan lahan yang dimiliki oleh petani plasma dimana perusahaan inti menyediakan alat mesin pertanian sehingga petani dapat mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia. Pada gilirannya, hasil produksi dari petani plasma dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kapasitas produksi yang ditargetkan oleh perusahaan. c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk, hal ini akan semakin terasa apabila produk akan di ekspor. Kualitas, kuantitas dan
kontinuitas,
sangat
erat
kaitannya
dengan
efisiensi
dan
produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra. d. Resiko Usaha Dengan kemitraan usaha, diharapkan resiko yang besar dapat ditanggung bersama, dimana pihak -pihak yang bermitra akan menanggung resiko secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Bagi petani yang memperoleh mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi, maka resiko kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga dapat dihindari.
e. Sosial Kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak sosial yang cukup tinggi sehingga terhindar dari kecemburuan sosial akibat ketimpangan. Disamping itu, melalui kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. Berdasarkan uraian dari kelima aspek tersebut di atas, maka manfaat kemitraan untuk masing-masing pelaku usaha agribisnis dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Petani a) Petani dapat terbantu dari segi permodalan, sarana produksi dan teknologi, guna mengembangkan usaha taninya yang berdampak pada peningkatan pendapatannya b) Jaminan pemasaran dan harga yang layak sesuai dengan kesepakatan c) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan 2) Perusahaan a) Tersedianya bahan baku yang relatif cukup dari petani sebagai kelompok mitra b) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya sehingga efisiensi usaha dapat ditingkatkan 3) Pemerintah a) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja di pedesaan dengan berkembangnya usaha tani dan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, baik usaha budidaya maupun agroindustri b) Meningkatnya
penerimaan
negara
sebagai
dampak
dari
peningkatan produksi dan pendapatan baik dari usaha tani maupun dari perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. c) Usaha
kecil
(petani/kelompoktani)
dalam
melaksanakan
kegiatan usahatani, kerjasama atau kemitraan antara perusahaan baik menengah maupun besar sangat diperlukan, baik dalam
penanganan aspek teknis, modal, tenaga kerja maupun aspek pemasaran dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. D. Kelebihan dan Kekurangan Kemitraan Agribisnis
Kelebihan sistem kemitraan dalam usaha agribisnis antara lain : 1. Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan permodalan kepada petani atau pembudidaya, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani atau pembudidaya dengan modal yang terbatas. 2. Beberapa perusahaan ada yang menawarkan dukungan sarana-sarana produksi, sehingga petani atau pembudidaya tidak kesulitan dalam mengadakan sarana-sarana produksi. 3. Sektor pemasaran akan lebih terjamin, karena hasil produksi akan dibeli atau disalurkan oleh perusahaan mitra petani atau pembudidaya. 4. Adanya pendampingan teknis oleh perusahaan tentu akan memberikan tambahan pengalaman kepada petani atau pembudidaya dalam hal teknologi budidaya. 5. Kualitas produksi akan lebih terkontrol, sehingga petani atau pembudidaya akan lebih disiplin selama proses produksi 6. Penetapan target produksi, sehingga dapat memacu produtivitas di sektor pertanian. 7. Jika sistem kemitraan berkembang dengan baik, dapat meningkatkan ekonomi masyarakat pada suatu daerah. 8. Produktifitas lahan yang tinggi akan memberikan pengaruh pada perekonomian nasional. Itulah beberapa keuntungan atau kelebihan secara umum pada sistem kemitraan yang dikembangkan oleh para pelaku agribisnis. Dengan berembangnya sistem kemitraan ini, diharapkan pengembangan usaha di sektor pertanian lebih cepat sehingga akan membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional.
Disamping memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, sistem kemitraan juga memiliki beberapa kekurangan atau kelamahan diantaranya adalah: 1. Adanya keterkaitan dan tanggung jawab banyak orang, sehingga sistem kemitraan ini akan memerlukan banyak proses dalam pelaksanaannya. 2. Aturan yang dibuat biasanya berdasarkan kepentingan perusahaan untuk memenuhi pangsa pasar yang dikelolanya, sehingga petani atau pembudidaya tidak memiliki nilai tawar yang kuat. 3. Jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka akan menimbulkan suatu perselisihan. 4. Dalam pola kemitraan dengan sistem inti plasma, biasanya pihak plasma akan menggantungkan pada pihak inti, sehingga apabila terjadi kerugian pada perusahaan inti, maka kegiatan pihak plasma pun akan terhenti. 5. Standarisasi produk yang sangat ketat, jika produksi yang dihasilkan oleh petani banyak yang tidak masuk pada kriteria standar yang telah ditetapkan, maka akan dilakukan sortasi dalam jumlah yang besar. Hal ini tentu saja sangat merugikan petani atau pembudidaya. 6. Jika tenis budidaya yang dikembangkan mengikuti arahan teknis dari perusahaan, dan pada suatu ketika dalam proses produksi mengalami kendala, misalnya serangan hama atau penyait, maka penanganan pun akan sedikit terhambat, karena tidak jarang yang menunggu instruksi atau persetujuan perusahaan untuk menanggulangi serangan hama atau penyakit. Hal ini akan menimbulkan resiko yang lebih besar terutama pada pihak produsen.