KOLEKSI SPESIMEN
Disusun Oleh : Risa Sintia Novia L Rufan Nugeraha Kelompok Rombongan Asisten
B1J012055 B1J012059 B1J012 :4 : II : Bima Ade Setiawan
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTERIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koleksi spesimen merupakan aset ilmiah yang penting sebagai bahan penelitian keanekeragaman fauna baik taraf nasional ataupun taraf internasional. Kegiatan pengelolaan yang dapat dilakukan adalah proses engawetan, perawatan, perekaman data, pengawasan dalam penggunaan specimen ilmiah (Suhardjono, 1999). Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi yaitu keseluruhan elemen atau unsur yang akan ditelit. Penelitian yang akan dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun, karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi. Maka yang bisa dilakukannya adalah sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. (Pratiwi, 2006) Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimenspesimen
yang
sulit
di
temukan
di
alam.
Spesimen
adalah
contoh
binatang/tumbuhan/mikroba utuh (misal serangga, ikan), bagian dari tubuh binatang/tumbuhan (misal tengkorak mamalia, tulang burung, daun yang diserang hama, bunga) atau organ (hati, pucuk akar serabut) atau darah (untuk material DNA) yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu (Suhardjono, 1999). Manfaat dan dayaguna koleksi spesimen menurut Suhardjono diantaranya yaitu : 1. Membantu dalam identifikasi atau mengenali jenisnya 2. Mendiagnosa / mendeskripsikan karakter pemiliknya 3. Membantu mempelajari hubungan kekerabatan 4. Mempelajari pola sebaran geografi 5. Mempelajari pola musim keberadaanya 6. Mengetahui habitat 7. Mengetahui tumbuhan / hewan inang 8. Mengetahui biologi : perilaku, daur hidup.
(1999)
B.
Tujuan
Tujuan praktikum koleksi spesimen kali ini yaitu : 1.
Melakukan pengawetan terhadap hewan avertebrata dan vertebrata.
2.
Membuat koleksi spesimen yang dapat bertahan lama.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Sotong (Sepia sp adalah hewan laut dari family Sepiidae, kelas Cephalopoda, dan filum Mollusca. Sepia sp merupakan komoditas perikanan yang tersebar di sepanjang perairan pantai Indonesia. Sotong memiliki ukuran yang pendek, sirip daging melingkari seluruh badan, bagian belakang bundar dengan punggung yang keras karena di dalam dagingnya terdapat kerangka dari kapur yang bentuknya lonjong dan berwarna putih. Sekitar mulut terdapat 8 tangan yang pendek dan 2 tangan yang panjang. Tangan yang pendek dilingkari dengan alat pengisap sepanjang tangan sedangkan tangan yang panjang hanya terdapat pada ujungnya. Warna bervariasi tetapi umumnya coklat atau kuning kecoklatan tergantung dari warna dasar perairan. Sotong tidak memiliki bentuk kaki yang lebar dan datar seperti halnya moluska lain. Bagian anterior kaki Cephalopoda tumbuh menjadi serangkaian tangan yang mengelilingi mulut, dan bagian posteriornya membentuk corong (funnel atau sifon) berotot pada bukaan rongga mantel (Tehranifard dan Dastan, 2011). Sotong memiliki warna yang bervariasi, tetapi biasanya sotong berwarna hitam atau coklat dan memiliki bintik-bintik pada kulitnya. Perubahan warna pada sotong mungkin saja terjadi karena pada kulit sotong terdapat tiga jenis pigmen, yaitu kromatofor, leukofor, dan iridofor. Pigmen ini berfungsi sebagai alat komunikasi sesama sotong dan sebagai kamuflase agar tidak dapat ditemukan oleh predator dengan cara berubah warna atau merubah tekstur kulit mereka (Jereb dan Roper, 2005). Metode penanganan sampel tahap awal spesimen yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengawetan dengan dua cara yaitu pengawetan basah dan kering. Semua spesimen koleksi basah tersimpan dalam botol yang berisi larutan pengawet alkohol 70%. Untuk pengawetan kering dilakukan dengan menyimpan spesimen dalam keadaan kering di dalam kaca preparat dan tidak menggunakan larutan pengawet. . Spesimen diawetkan dengan cara dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70%, kemudian spesimen dibilas dengan air sampai bersih. Apabila ada bagian yang menggembung, dapat ditusuk dengan jarum supaya isinya keluar. Spesimen didehidrasi bertingkat mulai dari alkohol 70%, 80%, 90% selama 10 menit pada masing-masing tingkatan. Lalu spesimen dicuci dengan xylol sampai bersih. Spesimen dibunuh denganalkohol 70%. Spesimen direndam dalam larutan laktofenol
agar lapisan kitinnya menipis dan jaringan internal menjadi lembek. Selanjutnya, spesimen dimasukkankaca preparat dengan media balsam kanada (Pratiwi, 2006). Cumi-cumi, sotong dan gurita biasanya dilakukan pengambilan pada malam hari. Cara pengambilan dengan menggunakan lampu senter atau petromaks yang kuat cahayanya. Lampu (cahaya) tersebut disorotkan ke air, sehingga dengan mudah sotong dan cumi-cumi akan naik ke permukaan air dan dapat ditangkap dengan jaring. Biasanya sotong ditangkap dengan jaring pantai. Untuk melakukan pelemasan atau relaksasi moluska laut ada beberapa cara. Cara yang biasa digunakan adalah dengan MgCl26H2O, pembekuan cepat, dengan menthol, dengan klorat hidrat atau merendamnya dalam air tawar. Pembekuan cepat dapat dilakukan dengan cara meletakkan pecahan es batu dalam cawan petri dan masukkan moluska ke dalam cawan. Fiksasi untuk moluska menggunakan 2-4 % formalin yang dinetralkan dengan boraks atau larutan Bouin. Formalin diencerkan dengan air laut, masukkan sampel moluska yang telah mati atau lemas dan diamkan hingga 1 atau 2 hari. Untuk koleksi basah, spesimen harus dibungkus dengan kapas atau kain yang telah direndam dengan formalin (2 %) atau alkohol (70 %). Setelah itu spesimen ditempatkan dalam kantong plastic tebal dan kemudian disimpan dalam wadah atau kotak plastik untuk dibawa ke laboratorium. Di laboratorium, dipindahkan ke botol yang telah berisi larutan pengawet (alkohol 70 %). Khusus untuk moluska jenis besar yaitu Chephalopoda, fikasasi dapat disuntikan ke dalam mantel sehingga bagian dalam juga dapat terfiksasi. Koleksi disimpan dalam wadah atau botol yang disesuaikan dengan ukuran spesimen. Spesimen yang sudah tersimpan dalam wadah yang benar ditata dalam rak, kompaktus atau lemari penyimpan lainnya. Penataan botol menurut suku yang disusun berdasarkan kerabat atau filogeni. Dalam setiap suku spesimen disusun menurut nomor katalog berdasarkan nama jenis (Pratiwi, 2006). Alur pelabelan dapat dimulai dari data lapangan yang berisikan semua data identitas spesimen dari lapangan yang dicatat dalam buku lapangan dan merupakan catatan kerja (nama jenis, tanggal pengambilan, kolektor, lokasi, suhu, arus, kedalaman, kecerahan, posisi, salinitas, pH, parameter kualitas air lainnya, teknik koleksi, nama lokal dan lainlainnya). Catatan tersebut sangat membantu dalam melengkapi label. Teknik pelabelan tidak semua data dituliskan dalam label, hanya berisikan informasi tertentu saja misalnya: nama jenis, nama suku, nomor katalog,
koordinat, nama lokasi, nama kolektor, nama identifikator, tanggal identifikasi, tanggal pengambilan dan alat yang digunakan (Prati wi 2006).
III.
A.
MATERI DAN METODE
Materi
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum acara koleksi spesimen yaitu Sotong (Sepia sp.), alkohol 70% 2 liter. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
acara koleksi spesimen yaitu
botol koleksi spesimen, baskom plastik, kertas label, bak preparat, pensil.
B.
Metode
Sotong (Sepia sp) yang didapatkan dari laut dilakukan penanganan pertama dengan mencucinya dengan air bersih,dan membersihkan tinta yang berada dalam tubuhnya. Selanjutnya untuk melakukan pelemasan atau relaksasi, sotong (Sepia sp.) direndam dalam air tawar selama 2-3 jam. Sotong (Sepia sp) disimpan dalam botol koleksi spesimen tutup berulir yang telah berisi 1 liter alkohol. Setelah 2-3 hari, jika alkohol berubah warna menjadi pekat maka dilakukan penggantian alkohol 70%. Selanjutnya diberi label yang berisi keterangan nama lokal, nama ilmiah, nama family, lokasi ditemukan, habitat, jumlah koleksi spesimen, kolektor, dan determinator. Penyimpanan dilakukan pada ruang koleksi maka perlu dilakukan perawatan secara rutin, teratur dan insidental. Pengecekan alkohol secara berkala,setiap 3 atau 6 bulan sekali, bila jumlah alkohol berkurang harus ditambah kembali hingga penuh. .
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Spesimen adalah contoh binatang / tumbuhan / mikroba utuh, bagian dari tubuh binatang / tumbuhan atau organ atau darah yang dikumpulkan dan disimpan untuk jangka waktu tertentu. Sotong adalah hewan avertebrata laut, untuk keperluan dalam jangka waktu lama perlu adanya pengawetan
hewan, sotong dapat
dipreservasi secara basah dengan merendamnya pada alkohol 70%. 2. Tahapan membuat koleksi spesimen Sotong (Sepia sp.) yaitu pengambilan sampel dari alam, fikasi, pemilahan, pencucian, pengawetan (preservasi), penempatan ke dalam botol, penataan ke dalam rak / kabinet / ruang koleksi specimen sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama.
DAFTAR REFERENSI
Jereb, P dan Roper, C.F.E. 2005. Cephalopods of the world: an annotated and illustrated catalogue of Cephalopod species known to date: 1. Chambered Nautiluses and Sepioids (Nautilidae, Sepiidae, Sepiolidae, Sepiadariidae, Idiosepiidae and Spirulidae). FAO Species Catalogue for Fishery Purposes, 4(1). FAO: Rome. ISBN 92-5-105383-9. 262, plates I-IX pp. Pratiwi, Rianta. 2011. Biota Laut : Bagaimana Mengoleksi Dan Merawat Biota Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 2, 2006 : 1 – 9. Tehranifard. A , K. Dastan. 2011. General morphological characteristics of the Sepia Pharaonis (cephalopoda) from Persian gulf, Bushehr region. IPCBEE vol.1. IACSIT Press, Singapore. Suhardjono. P, D Sapulete, S E Pratignyo & A Budiman 1985. Structural analysis of mangrove vegetation in Elpaputih and Wailale, Ceram, Indonesia. In : Bardsley K N et al. (Ed.). Coastal and Tidal Wetlands of the Australian Monsoon Region : 153-165.