LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN LAND USE
PENGINDERAAN JAUH DosenPengampuPurwanto, DosenPengampuPurwan to, S.Pd, M.Si
Disusun Oleh : Nama Mahasiswa
: Retno Hatmanti Wilujeng
NIM
: 150722601851 150722601851
Offering/angkatan
: G/ 2015
Asisten Dosen
: M. Nurdiansah Fatima Rosiatin N
FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MEI 2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti sampaikan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporanpenginderaanjauh dengan tema Land use. Laporan ini dibuat untuk memenuhi memenuhi tugas akhir mata kuliah Penginderaan Jauh. Dalam penyusunan laporan inipeneliti mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih, kepada : 1. Purwanto, S.Pd, M.Siselakudosenpengampu M.SiselakudosenpengampumatakuliahPenginderaanJauh. matakuliahPenginderaanJauh. 2. Pihakpengelolakawasan Taman NasionalBromoTenggerSemeru Malang. 3. Teman – Teman – teman teman offering G angkatan 2015 Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bermanfaat bagi kita semua.
Malang , 2 Mei 2016
Peneliti
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti sampaikan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporanpenginderaanjauh dengan tema Land use. Laporan ini dibuat untuk memenuhi memenuhi tugas akhir mata kuliah Penginderaan Jauh. Dalam penyusunan laporan inipeneliti mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat berjalan lancar. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih, kepada : 1. Purwanto, S.Pd, M.Siselakudosenpengampu M.SiselakudosenpengampumatakuliahPenginderaanJauh. matakuliahPenginderaanJauh. 2. Pihakpengelolakawasan Taman NasionalBromoTenggerSemeru Malang. 3. Teman – Teman – teman teman offering G angkatan 2015 Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bermanfaat bagi kita semua.
Malang , 2 Mei 2016
Peneliti
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
4
1.2 Tujuan
5
1.3 Rumusan Masalah
6
1.4 Manfaat
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15
BAB V PENUTUP
22
3
4.1 Kesimpulan
22
4.2 DaftarPustaka
22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan di luar kegiatan kuliah di dalam ruangan r uangan yang bertujuan untuk memahami materi kuliah yang disampaikan oleh dosen. Penjelasan yang disampaikan oleh dosen akan terlihat nyata ketika dilakukan kuliah kerja lapangan. Melalui kegiatan tersebut, setiap mahasiswa diajarkan untuk melakukan semua hal yang telah dipelajari di bangku kuliah maupun di kegiatan praktikum yaitu interpretasi citra, membuat peta, hingga pengukuran di lapangan. Daerah kuliah kerja lapangan yaitu, kawasan Malang-Bromo. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta pe rsamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi . Kata geografi berasal dari bahasa yunani yaitu gêo yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”). Untuk itu di dalam mempelajari geografi il mu yang perlu kita pahami dengan baik yaitu ilmu yang berhubungan dalam mengkaji peta, agar mempermudah kita melakukan pengamatan di lapangan dan dapat membandingkan keadaan pada peta dengan keadaan yang sebenarnya. Salah satu ilmu yang mengkaji tentang peta adalah penginderaan jauh, di sini kita akan membandingkan membandingkan keadaan pada peta citra landsat dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia yaitu perubahan penggunaan lahan yang setiap tahunnya terjadi secara meningkat. Banyak hutan-hutan yang ditebang untuk dijadikan lahan perkebunan ataupun untuk pemukiman warga, disini jelas sekali dampak yang akan terjadi menyebabkan global menyebabkan global warming (pemanasan global). Dari permasalahan pemanasan global ini maka akibat yang ditimbulkan ditimbulkan akan merusak alam dan merugikan manusia. Kita bisa mengetahui perubahan tata guna lahan tanpa harus langsung ke lapangan, karena bisa diidentifikasi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh melalui citra satelit. Dalam interpretasi citra pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristik pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsure interpretasi citra. 4
Teknologi penginderaan jauh merupakan teknologi yang mempunyai dapat mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Kemampuan penyediaan data dan informasi kebumian yang bersifat dinamik bermanfaat dalam pembangunan di era Otonomi Daerah. Data dan informasi mutakhir sangat diperlukan. Ketersediaan data dan informasi yang diimbangi dengan pengolahan data menjadi informasi wilayah dapat dilakukan dengan Penginderaan Jauh. Data-data penggunaan lahan juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain misalnya untuk pembangunan, untuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah, juga dapat digunakan untuk keperluan perencanaan wilayah apakah lahan tersebut sesuai atau tidak. Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung. Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya fluktuasi inte nsitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui hasil interpretasi pada citra landsat 7 dan landsat 8 terhadap penggunaan lahan 1.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan lahan yang dapat diidentifikasi dari citra Landsat 7 dan citra Landsat 8 1.2.3 Mahasiswa dapat mengetahui tingkat ketelitian hasil interpretasi pixel dari data digital citra Landsat 7 ETM+ dan landsat 8 1.2.4 Mahasiswa dapat menegetahui perubahan penggunaan lahan secara spasial.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Dengan melakukan interpretasi pada citra landsat 7 dan landsat 8 mahasiswa dapat dapat mengetahui penggunaan lahan. 5
1.3.2 Dengan mengetahui penggunaan lahan dan identifikasi penggunaan lahan di titiktitik pengamatan pada citra landsat 7 dan 8 1.3.3 Dengan mengetahui mengetahui tingkat ketelitian hasil interpretasi pixel dari data digital citra Landsat 7 dan landsat 8 mahasiswa dapat mengetahui keakuratan dari hasil interpretasi multispektral. 1.3.4 Dengan dilakukannya kuliah kerja lapangan ini mahasiswa dapat mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
1.4 RUANG LINGKUP
Segala kegiatan yang menyangkut penggunaan ilmu, teknologi geografi spasial penginderaan jauhdan teknik-teknik pemodelan/analisis statistik-spasial, serta terapannya yang meliputi: 1.4.1 Mempelajari dan mengembangkan teknik-teknik analisis citra digital, analisis landsat 7 dan landsat 8. 1.4.2 Pemetaan dan pemantauanpenggunaan lahan. 1.4.3 Pengembangan dan peningkatkan teknik-teknik analisis dan interpretasi data penginderaan jauh.
1.5 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN PENELITIAN
1.5.1 Lokasi : Desa Sawojajar, Desa Tamiajeng, Desa Kidal, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Desa Ngadas, Desa Ranu Pani 1.5.2 Waktu : Hari Sabtu tanggal 23 April 2016
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 REMOTE SENSING
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala, dengan cara menganalisis data yang diperoleh atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi (Lindgren,1985). Penginderaan jauh dapat disebut sebagai seni atau ilmu karena perolehan informasi secara tidak langsung dilakukan menggunakan metoda matematis dan statik berdasarkan algoritma tertentu (ilmu), dan proses interpretasi terhadap citra tidak hanya berdasar pada ilmu namun juga pengalaman dan kemampuan menangkap kesan dari kenampakan objek pada citra (seni) (jensen,2000 dalam Suprayogi 2009). Citra Digital Citra (image atau scene) merupakan representasi dua dimensi dari suatu objek di dunia nyata. Dalam penginderaan jauh, citra merupakan gambaran bagian permukaan bumi sebagaimana terlihat dari ruang angkasa (satelit) atau dari udara (pesawat terbang) (Eddy Prahasta, 2008). Citra dapat diimplementasikan dalam dua bentuk yaitu analog dan digital. Salah satu bentuk citra analog adalah foto II-2 udara atau peta foto ( hardcopy), sedangkan satelit yang merupakan data hasil rekaman sistem sensor merupakan bentuk citra digital. Citra Landsat Sistem Satelit Landsat Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972, menyusul ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multi Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1, Landsat 2, diteruskan dengan seriseri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6,7 dan terakhir adalah Landsat 8 yang diorbitkan tanggal 11 Februari 2013, NASA melakukan peluncuran satelit Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Satelit ini mulai menyediakan produk citra open access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai perkembangan baru dunia antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS sebagai pengguna data terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini kemudian lebih 7
dikenal sebagai Landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih ditangani oleh Earth Resources Observation and Science (EROS) Center. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan landsat versi sebelumnya. Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas 170 km x 183 km (mirip dengan landsat versi sebelumnya). NASA sendiri menargetkan satelit landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun beroperasi (sensor OLI dirancang 5 tahun dan sensor TIRS 3 tahun). Tidak menutup kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat lebih panjang dari umur yang dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM) yang awalnya ditargetkan hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun 2012 masih bisa berfungsi. II-3 Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan landsat 7. Beriku merupakan tabel yang menjelaskan karakterisktik band-band yang terdapat pada citra landast 8.
Interpretasi Citra Interpretasi citra adalah proses pengkajian citra melalui proses identifikasi dan penilaian mengenai objek yang tampak pada citra. Dengan kata lain, interpretasi citra merupakan suatu proses pengenalan objek yang berupa gambar (citra) untuk digunakan dalam disiplin ilmu tertentu seperti Geologi, Geografi, Ekologi, Geodesi dan disiplin ilmu lainnya. Tahapan kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra, yaitu : Deteksi yaitu pengenalan objek yang mempunyai karakteristik tertentu oleh sensor. Identifikasi yaitu mencirikan objek dengan menggunakan data rujukan. II-4 3. Analisis yaitu mengumpulkan keterangan lebih lanjut secara terperinci. Pengenalan objek merupakan bagian penting dalam interpretasi citra. Untuk itu, identitas dan jenis objek pada citra sangat diperlukan dalam analisis pemecahan masalah. Karakteristik objek pada citra dapat digunakan untuk mengenali objek yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), unsur interpretasi yang dimaksud dalam hal ini adalah: 1. Rona dan Warna Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu objek pada citra penginderaan jauh.
8
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Bentuk Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Ukuran Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng dan volume. Ukuran objek citra berupa skala. Tekstur Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan dengan kasar, halus atau sedang. Contoh: hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus. Pola Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh: perkebunan karet atau kelapa sawit akan mudah dibedakan dengan hutan dengan pola dan jarak tanam yang seragam. 6. Bayangan Bayangan sering menjadi kunci pengenlan yang penting bagi beberapa objek dengan karakteristik tertentu. Sebagai contoh, jika objek menara diambil tepat dari atas, objek tersebut tersebut tidak dapat diindefikasi secara langsung. II-5 Maka untuk mengenali objek tersebut adalah menara yaitu dengan melihat bayangannya. Situs Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain disekitarnya. Situs bukan ciri objek secara langsung, tetapi kaitannya dengan faktor lingkungan. Asosiasi merupakan keterkaitan antara objek satu dengan objek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu objek pada citra sering merupakan petunjuk adanya objek lain. Sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olahraga. Penutupan Lahan Penutupan lahan (landcover) dapat berupa vegetasi dan konstruksi artifisial yang menutup permukaan lahan. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakannya di permukaan bumi, sepeti bangunan, danau, vegetasi ( Lillesand dan Kiefer, 1990). Sedangkan penggunaan lahan (land use) adalah semua jenis penggunaan atas lahan oleh manusia, mencakup penggunaan lahan untuk pertanian hingga lapangan olahraga, rumah mukim hingga rumah makan, rumah sakit hingga makam ( Lindgren,1985 dalam Purwadhi 2001).
2.2 LAND USE
Land use atau pengunaan lahan adalah semua jenis kenampakan baik itu kenampakan alami atau kenampakan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dalam rangka pemanfaatan lahan. Ada berbagai pandangan mengenai land use atau penggunaan lahan itu sendiri dari beberapa ahli, dimana masing-masing ahli memiliki pandangan sendiri dari sudut pandang yang bebeda. 9
Menurut Townshend dan Justice (1981) penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di
permukaan
bumi
tanpa
memperhatikan
kegiatan
manusia
terhadap
obyek
tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan). Penggunaan lahan mencerminkan sejauh mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan mengelola lingkungannya. Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997). Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kedua-duanya (Malingreau, 1978). Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut dengan klasifikasi. Menurut Malingreau (1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sistem klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingreu. Dalam suatu kerangka kerja, menurut Dent (1981) 10
dalam membuat klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tingkatan-tingkatan ynag terbagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut : a. Land cover/land use Order (cover type) b. Land cover/land use Cover Classes c. Land cover/land use Sub-Classes d. Land cover/land use Management Units (comparable to land utilization types).
Dari klasifikasi tersebut oleh Malingreu diubah menjadi 6 kategori s ebagai berikut : a. Land cover/land use Order e.g. vegetated area b. Land cover/land use Sub-Order e.g. cultivated area c. Land cover/land use Family e.g. permanently cultivated area d. Land cover/land use Class e.g. Wetland rice (sawah) e. Land cover/land use Sub-Class e.g. irrigated sawah f.
Land Utilization Type e.g. continous rice.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 RANCANGAN KEGIATAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2016 di beberapa titik yang telah ditentukan sepanjang perjalanan dari kampus Universitas Negeri Malang sampai wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di Jawa Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo. Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar 50.276,3 ha. Sebelum mahasiswa penelitian ke lapangan mahasiswa telah menentukan titik-titik pengamatan menggunakan citra landsat 7 tahun 2001 dan citra landsat 8 tahun 2013. Citra diinterpretasi sehingga menjadi peta penggunaan lahan, kemudian peta penggunaan lahan tersebut dibandingkan dengan kondisi penggunaan lahan di lapangan sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaiannya dari standar (luas dan jarak). Pada tahap awal dilakukan pemrosesan Citra Landsat 7 tahun 2001 dan Citra Landsat 8 2013 dengan proses pengolahan data citra menggunakan software ENVI dan ARCGIS 11
yang diinterpretasikan
menjadi peta penggunaan lahan tahun 2001 dan tahun 2013.. Pengolahan analisis spasial dan statistik dengan menggunakan software ARCGIS versi 10.1. Setiap warna pada citra satelit menunjukkan makna tertentu. Warna merah mengidentifikasi adanya pemukiman. Warna hijau mengidentifikasi adanya sawah, warna biru mengidentifikasi adanya lahan kosong, warna kuning mengidentifikasi adanya kaldera, warna sienna mengidentifikasi adanya awan, warna aquamarine mengidentifikasi adanya sungai,
warna
merah
maroon
mengidentifikasi
adanya
jalan,
warna
sea
green
mengidentifikasi adanya hutan, dan warna ungu mengidentifikasi adanya tegalan. Dalam pemetaan satuan bentuk lahan dapat dilakukan dengan cara pendekatan identifikasi menggunakan data. penginderaan jauh. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain : pendekatan unsur/parameter bentuklahan. Pendekatan pemetaan satuan bentuklahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan unsur/parameter bentuklahan. Sebelum mencetak hasil citra sebelumnya harus memotongan citra. Pemotongan citra merupakan proses pemotongan citra dalam preprocessing citra sebelum diolah sesuai dengan daerah penelitian yang dibutuhkan. Pemotongan citra bertujuan untuk memfokuskan liputan citra pada daerah penelitian saja, sehingga proses pengolahan data, interpretasi visual, dan analisis data Tabel Rundown Kegiatan
NO
WAKTU
TITIK
KEGIATAN
PENGAMATAN 1
05.00 - 06.
Sasan aBudaya
00 WIB 2
06.00
Tempat Berkumpul anggota dan mempersiapkan alat dan bahan untuk menuju lokasi titik penelitian
– Cemoro Kandang
Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
– Kidal (Pinggiran
Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
07.00 WIB 3
08.00 09.00
sungai)
WIB 4
09.30 10. WIB
12
– Kidal( Lapangan) 00
Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
5
11.30-
Taman
Nasional Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
12.00
Bromo dansemeru
WIB 6
12.30
– Jemplang
Istirahat dan Makan Siang
13.00 WIB 7
13. 25- 14.
Perbatasan
00 WIB
Malang-
Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
Lumajang 8
14.00 14.
– Ranupani
Sholat Zuhur
30
WIB 9
14.30 15.
– DanauRanuRegul 30
Uji akurasi interpretasi dan melakukan pengamatan
o
WIB 10
15.30
-
PosRanuRegulo
Foto Bersama dan Mempersiapkan Alat dan Bahan
16.00 WIB 11
16.30-
Kembali
ke Pulang
18.00
sasana budaya
WIB
3.2 DIAGRAM ALIR Pengolahan Citra Landsat 7 dan 8
Komposit Citra
Klasifikasi Mahalonobis Distance
13
Edit Nama dan Kelas
Interpretasi lahan daerah penelitian
Membandingkan citra dengan lapangan
3.3 ALAT DAN BAHAN
3.3.1 Alat dan bahan yang digunakan meliputi: 1. Data Primer a. Citra Landsat 7 ETM tahun 2001 b. Citra Landsat 8 ETM tahun 2013 2. Data Sekunder Referensi 3. Perangkat Keras a. Seperangkat Laptop b. Printer untuk mencetak laporan dan peta c. GPS (Global Positioning System), untuk membantu navigasi dan mengeplot posisi di lapangan d. Kompas untuk mengetahui arah f. Kamera digital untuk dokumentasi kegiatan penelitian 4. Perangkat Lunak a. Software ENVI 4.5 b. Software ARCGIS 10.1
3.4 ANALISIS
Penginterpretasian citra menggunakan perbandingan hasil pengolahan citra landsat 7 dan 8 dengan hasil pengamatan di lapangan. Pada tahap awal dilakukan pemrosesan Citra 14
Landsat 7 tahun 2001 dengan proses pengolahan data citra menggunakan software ENVI dan ARCGIS yang diinterpretasikan menjadi peta penggunaan lahan tahun 2001. Sedangkan peta penggunaan lahan (landuse) tahun 2013 diperoleh dengan cara digitasi terhadap peta penggunaan lahan skala 1:200.000. Citra diinterpretasi sehingga menjadi peta penggunaan lahan, kemudian peta penggunaan lahan tersebut dibandingkan dengan kondisi penggunaan lahan di lapangan sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaiannya dari standar (luas dan jarak). Untuk dapat memetakan penggunaan lahan pada daerah penelitiandapat dilakukan dengan cara pendekatan identifikasi menggunakan pendekatan. Pendekatan yang dapat digunakan pendekatan unsur/parameter bentuklahan. Sedangkan untuk dapat memfokuskan citra pada daerah liputan penelitian dilakukan proses pemotongan citra dengan software ARCGIS 10.1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL INTERPRETASI (TENTATIF) DAN HASIL REINTERPRETASI Tabel hasil rinterpretasi Koordinatdi
Koordina
lapangan
tpadapeta
Citra
Land use padapeta
Land use dilapangan
Cenderung lebih luas pada daerah X: 685539.99 Titik 1
Landsat
sawah sedangkan
7
pada area pemukiman lebih
6
sedikit
Y: 9117353.5 90
Penggunaan pada lapangan cenderung hampir sama seperti pada landsat 7 dimana penggunaan lahannya cenderung
Cenderung lebih
lebih luas pada area sawah
Landsat
luas pada daerah
dibandingkan daerah pemukiman.
8
pemukiman area sawah berkurang
Titik 2
X:690631.
Landsat
Cenderung
X:0690079
268
7
tegalan
15
Tegalan, pemukiman, sungai,
Y:9114461
Y:911522 3.026
Landsat 8
Permukiman
Persawahan Titik 3
X:688735.
Landsat
pemukiman
X:0688694
296
7
sungai
Y:9113176
Y:911310 6.660
Titik 4 X:0703393 Y:9113529
Titik 5 X:0706128 Y:9114706
Landsat 8
X:696855.
Landsat
754
7
Y:911156
Landsat
9.357
8
X:70313.1
Landsat
48
7
Y:911349
Landsat
5.608
8 Landsat
Titik 6
-
7 Landsat 8
Titik 7
X: 714984
X:0712366
Y:911369
Y:9118033
8
Titik 8
X: 714319
X:0714984
Y:911392
Y:9113698
1
16
Landsat 7 Landsat 8 Landsat 7 Landsat 8
Persawahan pemukiman
Persawahan, pemukiman, Sungai Lapangansepak bola
sungai Lahan Kosong Merupakan rest area dan tegalan Tegalan
Sungai
Tegalan
Hutan dan jarang sekali terdapat lahan pertanian
Lahan Kosong Hutan
Lahan kosong
Hutan
Hutan, kebun heterogen, lahan kosong
Jalan Hutan, tegalan, lahan Kosong Lahan kosong
Titik 1
Terdapat dengan vegetasi yang didominasi oleh tumbuhan bambu. Pada citra terlihat seperti hutan, karena sungai yang terletak dibawah dan tertutupi oleh vegetasi s ehingga menyebabkan sungai ini tidak erdeteksi pada citra. Pada dasar dungai terdapat batuan induk vulkanik purba dan mengindikasikan bahwa batuannya merupakan batun purba dengan jenis batuan yaitu andesit. Pada titik ini terdapat di sekitar kaki gunung buring sehingga suhunya relatif lebih rendah dibandingkan dengan kota malang. Sawah yang ada pada titik bukan sawah irigasi namun lebih pada sawah tadah hujan. Titik 2
Malang suko, Desa Pandanajeng kecamatan tumpang pada titik ini memilki ketinggian 539 Mdpl,penggunaan lahan pada titik ini digunakan sebagai pemukiman warga dengan pola memanjang mengikuti jalan dengan tiap rumah memiliki halaman yang berada dibelakang rumah maupun depan rumah karena setiap rumah area lahannya cuup luas pada lahan atau halaman pada dekat area pemukiman tersebut dita nami tumbuhan campur serta akses menuju pada titik ini sangat mudah untuk dijangkau karena pada wilayah tempat tersebut dibangun fasilitas yang mendukung berupa jalan yang terbuat dari aspal atau beton serta jembatan yang terbangun kokoh dilihat dari kegiatan masyarakat yang melewati jembatan untuk pergi ke ladang dengan membawa hasil bumi atau sedang pergi bercocok tanam,selain itu juga ditemukan kandang ternak serta warga memanfaatkan kayu dari hasil hutan sekitar daerah penduduk.
Titik 3
Pada titik ketiga yang berada pada ketinggian 522 Mdpl, daerah kidal berada pada kecematan tumpang penggunaan lahan untuk wilayah ini penggunaan lahan sebagian besar digunakan untuk tempat umum yang sudah termodernisasi yaitu pertokoan, warung, sekolahan dan lahan terbangun lainya serta terdapat papan penunjuk arah jalan yang dijadikan pada area ini merupakan jalan akses atau jalan alternatif menuju ke bromo,pada wilayah ini sebagian besar masyarakat beraktivitas pada sektor pertokoan dan perdagangan. Terdapat lapangan sepak bola yang tidak begitu besar namun pada citra obyek ini terdeteksi sebagai penggunaan lahan
17
Titik 4
Penggunaan lahan pada titik ini merupakan tempat peristirahatan bagi wisatawan yang akan melanjutkan untuk naik ke gunung bromo. Selain sebagia rest area pada titik ini juga terdapat tegalan dengan berbagai jenis tanaman diantaranya bunga , sayur mayur, dan ada pula tanaman liar. Titik 5
Pintu masuk taman nasional pada ketinggia 1468 mdpl hutan lindung yang cukup jauh dari area pertanian. Penggunaan lahan yang mendominasi adalah hutan. Sedangkan untuk area pertanian berada cukup jauh dari titik ini. Titik 6
Titik 7
Memiliki ketinggian 2375 desa ngadas. Vegetasi yang mendominasi adalah kasia, cemara gunung, kesek, bunga edelweis. Adapula pepaya gunung. Bagian kanan merupakan lereng gunung tengger tua. Lereng kiri dan lereng kanan memiliki kerapatan vegetasi yang berbeda dimana pada sebelah kiri sering terjadi kebakaran karena materialnya muda. Semakin aktif gunung tersebut maka semakin muda karena dinamika land use Titik 8
Ketinggian 2105 mdpl. Hutan dan perairan yaitu danau dengan vegetasi cmara gunung dan semak-semak. Titik ini merupakan danau dengan nama ranu pani.
4.3
UJI AKURASI INTERPRETASI DAN PEMETAAN Tabel Uji Akurasi titik Koordinat TITIK KOORDINAT
TITIK KOORDINAT PADA
PADA PETA
LAPANGAN
X
18
y
x
PERGESERAN TITIK y
x
y
685539,996
9117354
685539,996
9117354
0
0
690631,269
9115223,026
690631,269
9115223,026
0
0
688735,296
9113106,66
688735,296
9113106,66
0
0
696855,754
9111569,357
696855,754
9111569,357
0
0
712366
9118033
706128
9114706
6238
3.327
712366
9117200
712366
9118033
0
-833
714984
9113698
712366
9117200
2618
-3.502
714319
9113921
714984
9113698
-665
223
4.4 PEMBAHASAN
Pada kegiatan kuliah lapangan ini mengenai interpretasi peta land use Malang-Bromo berdasarkan Landsat 7 dan Lansat 8, terdapat 8 titik interpretasi, antara lain : a) Titik 1 Pada Desa Kedungrejo pada koordinat peta interpretasi x : 685539,996 dan y : 9117354, titik koordinat tersebut sesuai dengan titik yang terdapat pada lapangan dengan nilai pergeseran x dan y 0. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 pada titik ini penggunaan lahannya cenderung lebih luas pada daerah sawah sedangkan pada area pemukiman lebih sedikit, pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya cenderung lebih luas pada daerah pemukiman area sawah berkurang, sedangkan pada lapangan penggunaan lahannya cenderung hampir sama seperti pada landsat 7 dimana penggunaan lahannya cenderung lebih luas pada area sawah dibandingkan daerah pemukiman. Dari hasil tersebut dapat diketahui tidak banyak terjadi perubahan penggunaaan. b) Titik 2 Pada Desa Pandanajeng pada koordinat peta interpretasi x : 690631,269 dan y : 9115223,026, titik koordinat tersebut sesuai dengan titik yang terdapat pada lapangan dengan nilai pergeseran x dan y 0. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 pada titik ini penggunaan lahannya cenderung tegalan, pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya Permukiman, sedangkan pada lapangan penggunaan lahannya Tegalan, pemukiman, sungai. Dari hasil tersebut dapat diketahui tidak banyak terjadi perubahan penggunaaan, perubahan
19
penggunaan lahan yang terjadi antara lain perubahan dai tegalan menjadi pemukiman.
c) Titik 3 Pada Desa Bakor pada koordinat peta interpretasi x : 688735,296 dan y : 9113106,66 , titik koordinat tersebut sesuai dengan titik yang terdapat pada lapangan dengan nilai pergeseran x dan y 0. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 pada titik ini penggunaan lahannya persawahan, pemukiman, sungai, pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya persawahan, pemukiman, sungai, sedangkan pada lapangan penggunaan lahannya Persawahan, pemukiman, Sungai, Lapangan sepak bola. Dari hasil tersebut dapat diketahui tidak banyak terjadi perubahan penggunaaan lahan, tetapi terdapat lapangan sepak bola dimana pada peta interpretasi ojek lapngan tersebut memiliki waran pixel yang hampir sama dengan persawahan. d) Titik 4 Pada Desa Wringinanom pada koordinat peta interpretasi x : 696855,754 dan y : 9111569,357, titik koordinat tersebut sesuai dengan titik yang terdapat pada lapangan dengan nilai pergeseran x dan y 0. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 pada titik ini penggunaan lahannya lahan kosong pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya tegalan, sedangkan pada lapangan penggunaan lahannya Merupakan rest area dan tegalan. Dari hasil tersebut dapat diketahui tidak banyak terjadi perubahan penggunaaan lahan, perubahan bentuk lahan yang terjadi antara lain dari lahan kosong menjadi rest area . e) Titik 5 Pada Desa Nagdas pada koordinat x : 712366 dan y : 9118033, sedangkan pada titik koordinat pada lapangan x : 706128 dan y : 9114706, titik koordinat tersebut tidak sesuai dengan titik koordinat pada lapangan dimana terdapat pergeseran titik yaitu x : 6238 kearah timur dan y : 3.327 kearah utara, sehingga terjadi perbedaan penggunaan lahan antara peta interpretasi dengan hasil pada lapangan. Berdasarakan peta interpretasi landsat 7 penggunaan lahan pada titik ini yaitu sungai dan pada peta interpretsi landsat 8 penggunaan lahannya berupa tegalan, sedangkan pada hasil 20
lapangan penggunaan lahannya berupa hutan dan jarang sekali terdapat lahan pertanian.
Ketidaksesuaian
tersebut
diakibatkan
pengambilan
sampel
yang
kondisional.
f) Titik 6 Pada titik ini masih bertempat pada Desa Ngadas tetapi pada lokasi yang berbeda dari titik sebelumnya yaitu pada koordinat titik x : 712366 dan y : 9117200 pada Peta interpretasi sedangkan pada titik koordinat di lapangan x : 712366 dan y : 9118033. Titik koordinat tersebut tidak sesuai dengan titik koordinat pada lapangan dimana terdapat pergeseran titik yaitu x : 0 dan y : 833 kearah Selatan, sehingga terjadi perbedaan penggunaan lahan antara peta interpretasi dengan hasil pada lapangan. Berdasarakan peta interpretasi landsat 7 penggunaan lahan pada titik ini yaitu Lahan Kosong, dan pada peta interpretsi landsat 8 penggunaan lahannya berupa hutan, sedangkan
pada lapangan penngunaan lahan cenderung lebih dominan hutan.
Ketidaksesuaian tersebut diakibatkan pengambilan sampel yang kondisional.
g) Titik 7 Pada titik ini masih bertempat pada Desa Nagdas tetapi pada lokasi yang berbeda dari titik ke 5 dan ke 6 yaitu pada koordinat titik x : 714984 dan y : 9113698 pada peta interpretasi sedangkan pada hasil di lapangan x : 712366 dan y : 9117200. Titik koordinat tersebut tidak sesuai dengan titik koordinat pada lapangan dimana terdapat pergeseran titik yaitu x : 2618 kearah timur dan y : 3.502 ke arah Selatan. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 penggunaan lahan pada titik ini yaitu lahan kosong, dan pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya yaitu hutan, sedangkan pada lapangan penggunaan lahan yaitu Hutan, kebun heterogen, lahan kosong. Ketidaksesuaian tersebut diakibatkan pengambilan sampel yang kondisional.
h) Titik 8 Pada titik ini beretemapat pada argosari denagn koordinat x : 714319 dan y : 9113921 pada peta interpretasi sedangkan pada hasil di langan x : 714984 dan y : 9113698. Titik koordinat tersebut tidak sesuai dengan titik koordinat pada langan dimana terdapat pergeseran titik yaitu x : 665 ke arah barat dan y: 223 ke arah utara. Berdasarkan peta interpretasi landsat 7 penggunaan lahan pada titik ini yaitu jalan, dan pada peta interpretasi landsat 8 penggunaan lahannya yaitu hutan, sedangkan pada 21
lapangan penggunaan lahan yaitu lahan kosong, sedangkan pada lapangan penggunaan lahan yaitu Hutan, tegalan, lahan Kosong. Ketidaksesuaian tersebut diakibatkan pengambilan sampel yang kondisional.
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Hasil interpretasi pada citra landsat 7 berupa dan landsat 8 berupa Peta Land Use Malang- Bromo. 5.1.2 Penggunaan lahan yang dapat diidentifikasi antara lain : pemukiman, hutan, sawah, lahan kosong, tegalan, sungai dan jalan. 5.1.3 Tingkat ketelitian hasil interpretasi pixel dari data digital citra Landsat 7 ETM+ dan landsat 8 terdapat pergeseran titik koordinat antara titik koordinat lapangan dengan titik koordinat peta. 5.1.4 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi berdasarkan temporalnya pada umumnya yaitu perubahan lahan dari tegalan menjadi pemukiman.
5.2 SARAN
Survior seharusnya lebih menguasai medan / lokasi KKL sehingga tidak terjadai salah jalur.
DAFTAR RUJUKAN
Kiefer T. M. dan Lillesand R. W., 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra . Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta. Colwell, 1983. Manual Of Remote Sensing. Amerika: Liberty- Hill International Book Company. Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit Andi.Yogyakarta Darmawan, Soni ; Achmad Ramadhani Wasil ; Ketut Wikantika, 2012. Estimasi dan Identfikasi Luas Lahan Sawah dari Citra Resolusi Tinggi Menggunakan Metode Object Based Image Analysis. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Deskripsi Software SPRING diambil dari situs http://www.dpi.inpe.br/spring
22
Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer.1993. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Liang, S. 2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. John Willey & Sons Inc.. New Jersey. Landgrebe, D.A., 2003. Signal Theory Methods In Multispectral Remote Sensing. John Willey & Sons Inc.. New Jersey. Jensen,2000 dalam Suprayogi, Andri 2009 . Model Permukaan Digital Mukhaiyar, Riki. 2010. Klasifikasi Pengunaan Lahan dari Data Remote Sensing. JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN.
Prahasta, Eddy, 2002. Sistem Informasi Geografis. Multi Media: Bandung. Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
23
LAMPIRAN 1. Peta Interpetasi
a) Landsat 7
Perbesaran Per Titik Koordinat
24
25
26
27
b) Landsat 8
28
Perbesaran Per titik
29
30
31
2. Peta hasil Reinterpretasi
a) Landsat 7
32
Perbesaran per Titik
33
34
35
36
b) Landsat 8
37
Perbesaran per titik
38
39
40
41
3. Dokumentasi
42