TUGAS MANAJEMEN K3
TINJAUAN PENERAPAN K3 PADA PROYEK BENDUNGAN DRYDAM SUKAMAHI
DISUSUN OLEH : Kelas C1
I Putu Gede Yudik Andika Putra
(1561121025)
Kadek Agus Ramajaya
(1561121048)
Syifa Rizky Fauziah
(1561121059)
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA TAHUN 2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Metode “Metode Pelaksanaan Proyek Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES)/Shelter Tsunami Desa Serangan Kota Denpasar ” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan tugas ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Ni Komang Armaeni, ST. MT. selaku dosen pengampu manajemen K3. 2. Teman-teman yang telah banyak membantu sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh d ari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, Juli 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ................................. ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ....................... iii BAB I
PENDAHULUAN................................................. ........................................................... 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2
Tujuan................................................. .............................................................................. 1
1.3
Manfaat........................................................ ..................................................................... 1
1.4
Batasan ............................................... .............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ ................................................... 2 2.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja .................................................. ................................. 2
2.2
Syarat – syarat Keselamatan Kerja................................................................................... 2
2.3
Kesehatan Kerja ............................................................................................................... 3
2.4
Kecelakaan Kerja .................................................. ........................................................... 3
2.5
Jeminan Sosial Tenaga Kerja ................................................. .......................................... 3
2.6
Peraturan K3 dalam Proyek Kontruksi..................................................... ........................ 4
2.7
Peralatan Standar K3 Di Proyek............................................. .......................................... 5
BAB III METODELOGI................................................................................................................ 8 3.1
Lokasi dan Waktu............................................................................................................. 8
3.2
Metode Pengumpulan Data .............................................................................................. 8
3.3
Jenis Data ......................................................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. .......................................... 9 4.1
Penerapana K3 Pada Proyek Bendung Sukamahi ............................................................ 9
4.1.1
Penerapan Prosedur K3 ................................................... .......................................... 9
4.1.2
Standard Operational Procedure ( SOP ) ................................................................ 9
4.1.3
Sosialisasi K3 Untuk Pekerja ................................................... ............................... 10
4.1.4
Fasilitas Penunjang K3 ................................................... ........................................ 11
4.1.5
Jaminan Untuk Pekerja ................................................... ........................................ 17
4.1.6
Pemerikasa Alat ...................................................................................................... 18 iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. ........................................ 19 5.1
Kesimpulan............................................................ ......................................................... 19
5.2
Saran ................................................... ............................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian ........................................................................................................ 8 Gambar 4. 1 Penggunaan ADP pada proyek Dry Dam Sukamahi ............................................... 11 Gambar 4. 2 Penggunaan ADP pada proyek Dry Dam Sukamahi ............................................... 12 Gambar 4. 3 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 13 Gambar 4. 4 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 13 Gambar 4. 5 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 14 Gambar 4. 6 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 14 Gambar 4. 7 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 15 Gambar 4. 8 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 15 Gambar 4. 9 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi ......................................... 16 Gambar 4. 10 Tempat Sampah di Lokasi Proyek ......................................................................... 17 Gambar 4. 11 Kamar Mandi Bersih Pada Proyek ................................................... ...................... 17
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun di setiap tempat memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industri (Ervianto, 2005). Proses pembangunan proyek kontruksi gedung pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Situasi dalam lokasi proyek mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang melaksanakannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan. konstruksi ini merupakan penyumbang angka kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja bersangkutan (Ervianto, 2005). Proyek Pembangunan Tempat Tempat Evakuasi Sementara (TES)/Shelter Tsunami merupakan salah satu proyek gedung yang mencakup pekerjaan 1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini yaitu untuk mengetahui manajemen K3 dari proyek tersebut. 1.3
Manfaat
Manfaat dari tugas ini adalah kita dapat mengetahui penerapan K3. 1.4
Batasan
Batasan masalah dari tugas ini adalah memebahas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada pekerjaan pile cap
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan k erja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen serta instalasi proyek yang rusak, selain kerugian materi yang besar. (Husen, 2009) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada ditempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. (Goeritno, 2012) 2.2
Syarat – syarat Keselamatan Kerja
Guna memenuhi sasaran keselamatan kerja haruslah memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 pasal 3 ayat 1, yaitu : Mencegah dan mengurangi kecelakaan, Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, Memberi kesempatan atau ja lan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya, Memberi pertolongan pada kecelakaan, Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja, Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran,
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan, Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai, Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup, Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban, Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya, Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang, Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan, Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang, Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya, Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi (Rawis, 2016).
2
2.3
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondisi badan/tubuh yang terlindungi dari segala macam penyakit atau gangguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan. Dalam dunia pekerjaan segala kendala kerja harus dihindari, sementara produktivitas yang optimal merupakan keinginan setiap pengusaha konstruksi, dengan demikian sasaran keuntungan akan dapat dicapai. Salah satu kendala dalam proses kerja adalah penyakit kerja. Penyakit kerja membawa dampak kerugian bagi perusahaan berupa pengurangan waktu kerja dan biaya untuk mengatasi penyakit kerja tersebut. Sehingga bagi pengusaha konstruksi, pencegahan jauh lebih menguntungkan dari pada penanggulangannya. Dengan melihat pengertian masing-masing dari keselamatan kerja dan kesehatan kerja, maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan, pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu dan orang lain di tempat kerja (Rawis, 2016). 2.4
Kecelakaan Kerja
Menurut Sulaksmono (1997) kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu aktivitas yang telah diatur. Tidak terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan. Peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja ataupun sebaliknya. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu Kerusakan, Kekacauan organisasi, Keluhan dan kesedihan, Kelainan dan cacat, Kematian (Rawis, 2016). 2.5
Jeminan Sosial Tenaga Kerja
Menurut Sulaksmono (1997) kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu aktivitas yang telah diatur. Tidak terduga oleh karena latar 3
belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, terlebih dalam bentuk perencanaan. Peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan pekerjaan, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja ataupun sebaliknya. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan. Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu Kerusakan, Kekacauan organisasi, Keluhan dan kesedihan, Kelainan dan cacat, Kematian (Rawis, 2016). 2.6
Peraturan K3 dalam Proyek Kontruksi
K3 sangat diperlukan bagi para pelaku di dunia konstruksi agar pekerjaan yang berjalan tercipta keselamatan dan kesehatan terhadap semua tenaga kerja. Tujuan dari peraturan K3 ini adalah meminimalisir terjadinya korban jiwa akibat kecelakaan kerja selama pelaksanaan. Oleh karena
peraturan-peraturan
yang
dikeluarkan
oleh
pemerintah
harus
benar-benar
diperhatikan. Beberapa kasus yang terjadi di proyek besar memang selalu terjadi kecelakaan tenaga kerja, namun dengan penerapan sistem K3 ini mampu mengurangi jumlah kecelakaan di Proyek. Sistem K3 di proyek harus benar-benar diterapkan dan menjadi pedoman bagi seluruh orang yang bergerak dibidang konstruksi. Di dunia proyek sendiri saat ini sudah banyak tersedia sub kontraktor K3 atau keselamatan dan kesehatan kerja. Subkon tersebut bertugas melakukan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran kepada tenaga kerja yang tidak mematuhi peraturan K3 di proyek tersebut. Adapun peraturan yang paling ketat di proyek antara lain : 1.
Para tenaga kerja wajib menggunakan perlengkapan safety seperti helm, sepatu safety, tanda pengenal, dan sebagainya.
2.
Para tenaga kerja di larang membuang sampah sembarang
3.
Tenaga kerja yang berada pada ketinggian tertentu diwajibkan menggunakan safety belt dan sebagainya. Adapun peraturan-peraturan yang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja ialah :
1.
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
4
2.
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dimana di dalam UU tersebut memuat seluruh tentang ketenagakerjaan termasuk keselamatan dan kesehatan kerja.
3.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum.
4.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja dibidang konstruksi bangunan.
5.
Surat
keputusan
bersama
menteri
pekerjaan
umum
dan
menteri
tenaga
kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. 2.7
Peralatan Standar K3 Di Proyek
Dalam bidang kosntruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan konstruksi. Namun, tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan – peralatan ini untuk digunakan. (Ervianto, 2005) Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua
perusahaan
kontraktor
berkewajiban
menyediakan
semua
keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu: 1. Sepatu Kerja (Safty Shoes) Sepatu kerja merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bias bebas berjalan di mana – mana tanpa terluka oleh benda – benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian bawah sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas. 2. Kacamata Kerja Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu atau serpih besi yang berterbangan di tiup angin. Megingat partikel – partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat oleh mata. Tidak semua jenis pekerjaan membutuhkan kaca mata kerja. Namun, pekerjaan yang mutlak membutuhkan perlindungan mata adalah megelas. 3. Sarung Tangan 5
Srung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis kegiatan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda – benda keras dan taja selama menjalankan kegiatan. Namun tidak semua jenis pekerjaan menggunakan sarung tang an. Salah satu kegiatan yang memerlukan adalah mengangkat besi, kayu, pekerjaan yang bersifat berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada pendorong. 4. Helm Helm sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakan dengan benar sesuai peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas. Namun sering kita lihat bahwa kedisiplinan para pekerja untuk menggunakan helm masih rendah tentunya membahayakan diri sendiri. 5. Tanda Dalam Proyek Konstruksi Memberi informasi berupa tanda – tanda pada area yang mengandung risiko tinggi merupakan kewajiban bagi bagi pengelola proyek. Tujuan utamanya adalah menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Beberapa symbol yang digunakan adalah:
Gambar 2. 1 Tanda Dalam Proyek Konstruksi
6
6.
Rompi Safety Salah satu Alat Pelindung Diri (APD), yang terbuat dari bahan polyester yang dirancang khusus serta dilengkapi dengan reflector atau pemantul cahaya. Biasanya digunakan oleh para pekerja seperti polisi, pekerja tambang, operator kendaraan, pekerja operasi gudang, pekerja pemeliharaan jalan, pekerja parkir dll. Rompi safety dapat digunakan pada siang atau pun malam hari.
7
BAB III METODELOGI 3.1
Lokasi dan Waktu
Proyek Pembangunan Bendungan ( Dry Dam) Sukamahi berlokasi di Desa Sukamahi, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian hari selasa, 26 Juni 2018.
Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian Sumber : Google Maps 3.2
Metode Pengumpulan Data
Metoda pengumpulan data yang digunakan ialah : 1.
Metode Pustaka Metode pustaka adalah metode pengumpulan data dari buku, bacaan, dan internet untuk mencari materi yang terkait dengan penelitian ini.
3.3
Jenis Data
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Penerapana K3 Pada Proyek Bendung Sukamahi 4.1.1
Penerapan Prosedur K3
Sebelum penerapan prosedur K3 di proyek Dry Dam Sukamahi, maka terlebih dahulu harus mengetahui peraturan atau panduan terkait K3 itu sendiri. Berikut adalah beberapa peraturan yang dijadikan panduan dalam penerapan K3 pada proyek Dry Dam Sukamahi: 1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) konstruksi bidang pekerjaan umum. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.1/Men/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja dibidang konstruksi bangunan. 5. Surat keputusan bersama menteri pekerjaan umum dan menteri tenaga kerja No. Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi. 4.1.2 Standard Operational Procedure ( SOP )
Standard Operational Procedure ( SOP ) wajib dibuat sebelum melakukan pekerjaan, agar apa yang dikerjakan bisa berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Walaupun terkadang pekerja menganggap pekerjaan itu mudah, namun SOP harus tetap diterapkan, karena didalam melakukan pekerjaan dilarang untuk mengambil jalan pintas, apalagi risiko dari pekerjaan tersebut sangat berbahaya. Dengan adanya SOP juga dapat mempermudah pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya, karena pekerja sudah tau apa tugas utama yang harus dia lakukan didalam suatu projek. Standard Operational Procedure ( SOP ) pada proyek Dry Dam Sukamahi terlampir.
9
4.1.3
Sosialisasi K3 Untuk Pekerja
Adapun sosialisasi untuk menerapkan prosedur K3 melipu ti: 1. Safety Patrol Pada safety patrol ini akan ada petugas yang memantau kondisi setiap sudut area proyek agar kecelakaan kerja tidak terjadi. Pada safety partol ini juga, apabila ada pekerja yang tidak mengenakan alat pelindung diri atau APD maka petugas berhak memberikan sanksi berupa teguran untuk pekerja tersebut. Pelaksanaan safety patrol itu sendiri pada proyek Dry Dam Suka mahi ini dilakukan setiap sekali dalam seminggu. 2. Safety Induction Pada safety Induction petugas memberi pengarahan kepada pekerja yang akan memulai suatu pekerjaan maupun pengunjung proyek terkait tata tertib, hal yang boleh atau tidah boleh dilakukan di lingkungan proyek, dan hal- hal lainnya yang harus diperhatikan guna mencegah terjadinya kecelakaan yang dapat menghambat proses jalannya proyek tersebut. 3. Safety Morning Talk Pada proyek Dry Dam Sukamahi ini, rutin setiap seminggu sekali diadakan safety morning talk atau SMT dimana seluruh komponen proyek baik itu pihak kantor, pihak manajemen, pekerja di lapangan akan diberikan materi yang berhubungan dengan bahaya jika tidak menggunakan alat pelindung diri atau APD. Menghimbau pekerja untuk mengenakan APD yang baik dan benar serta memberi pengarahan mengenai risiko kecelakaan yang mungkin terjadi, 4. Safety Meeting Pelaksana dan tukang- tukang, misalnya pada saat pekerjaan galian, pelaksana akan menghimbau tukang untuk menggunakan sepatu safety dan APD lainnya untuk meminimalisair kecelakaan, bahaya dan risiko yang mungkin terjadi seperti: tertimpa tanah galian,tertimpa batu, dll mengingat lokasi proyek merupakan daerah hujan yang rawan longsor. 5. Mengadakan Training
10
Memberikan materi dan pelatihan terkait hal- hal yang berhubungan dengan K3 termasuk penanggulangan bahaya contohnya bahaya dari kebakaran dan cara menanggulangi kebakaran. Setelah kelima kegiatan sosialisasi diatas dilaksanakan maka dilakukan penerapan di lapangan 4.1.4
Fasilitas Penunjang K3 4.1.4.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan rompi serta helm dengan warna yang berbeda memiliki identitas jabatan, untuk alas kaki disesuaikan dengan kedaan mereka bekerja. Berikut adalah penggunaan alat pelindung diri atau APD pada proyek Dry Dam Sukamahi yang dikenakan oleh Manager K3, para Konsultan, dan Tenaga Ahli. Dapat dilihat pada gambar bahwa APD yang digunakan lengkap yaitu helm pro yek, rompi safety dan sepatu safety
Helm Proyek
Rompi Safety
Sepatu Safety
Gambar 4. 1 Penggunaan ADP pada proyek Dry Dam Sukamahi Sumber : Dokumentasi Pribadi Berikut adalah penggunaan alat pelindung diri atau APD pada proyek Dry Dam Sukamahi yang dikenakan oleh pengunjung proyek. Dapat dilihat pada
11
gambar bahwa APD yang digunakan belum lengkap yaitu helm proyek, rompi safety namun tidak mengenakan sepatu safety.
Gambar 4. 2 Penggunaan ADP pada proyek Dry Dam Sukamahi Sumber :Dokumentasi Pribadi 4.1.4.2 Pemasangan Rambu K3
Rambu-rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan alat bantu yang bermanfaat untuk membantu menginformasikan bahaya dan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para pekerja atau pengunjung yang berada di tempat kerja tersebut. Warna yang menarik perhatian yang dipakai pada rambu-rambu keselamatan kerja juga untuk keperluan lainnya yang menyangkut keselamatan pekerja. Misalnya, warna untuk menginformasikan isi aliran dalam suatu pipa dan bahaya yang terkandung di dalam aliran tersebut. Pemilihan warna pada rambu-rambu keselamatan kerja juga menuntut perhatian dari kemungkinan terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka, misalnya potensi akan adanya bahaya dapat digambarkan dengan menggunakan warna kuning. Bila mana pekerja menyadari adanya potensi bahaya di sekitarnya, kemudian pekerja dapat melakukan tindakan pencegahan dini agar
12
tidak terjadi kecelakaan. Oleh sebab itu resiko kemungkinan terjadin ya kecelakaan, luka, cacat atau kerusakan lainnya dapat diperkecil. Bagaimanapun juga manfaat rambu-rambu keselamatan kerja adalah untuk memberikan sikap waspada akan adanya bahaya, tetapi tidak dapat mengeliminasi atau mengurangi bahaya tesebut pada saat bahaya tersebut terjadi.
Gambar 4. 3 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 4. 4 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
13
Gambar 4. 5 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 4. 6 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
14
Gambar 4. 7 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 4. 8 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi
15
Gambar 4. 9 Pemasangan rambu K3 pada proyek Drydam Sukamahi Sumber : Dokumentasi pribadi 4.1.4.3 Penyediaan Klinik Kesehatan
Pihak K3 pada proyek Dry Dam Sukamahi juga menyediakan klinik kesehatan
yang
bekerjasama
dengan
Kedokteran
Hiperkes.
Klinik
ini
diperuntukan untuk para pekerja jika sewaktu- waktu terjadi kecelakaan di lapangan. Tidak hanya diperuntukan bagi pekerja yang mengalami luka fisik saja, namun klinik ini juga menyediakan terapi untuk permasalahan psikis para pekerja. 4.1.4.4 Fasilitas Umum
Pada proyek Drydam Sukamhi disediakan fasilitas umum berupa kamar mandi dan tempat sampah untuk kebersihan di sekitar lingkungan proyek tersebut.
16
Gambar 4. 10 Tempat Sampah di Lokasi Proyek Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 4. 11 Kamar Mandi Bersih Pada Proyek Sumber : Dokumentasi pribadi 4.1.5
Jaminan Untuk Pekerja
Kewajiban perusahaan untuk mendaftarkan karyawannya ke dalam program BPJS tidak hanya mencakup pada perusahaan yang memiliki karyawan yang tetap,
17
melainkan juga pada karyawan yang tidak tetap bahka karyawan yang bersifat temporary seperti para pekerja proyek atau karyawan yang bekerja di jasa kosntruksi. Seperti yang diketahui bahwa jasa konstruksi adalah perusahaan yang menyediakan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi hingga layanan konsultasi pengawasan pekerjaan konsrutksi. Biasanya pekerjaan di konstruksi merupakan pekerja temporary atau by project , terlebih bagi mereka pekerja bangunan yang langsung terjun di lapangan. Untuk proyek Dry Dam Sukamahi sendiri juga menggunakan BPJS Ketenagakerjaan untuk menjamin para pekerja di lapangan dengan mendaftarkan para pekerjanya dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Sementara untuk pihat manajemen jaminan yang didaftarkan berupa BPJS Kesehatan. 4.1.6
Pemerikasa Alat
Setiap pekerjaan memiliki risiko bahaya yang berbeda, selain pentingnya mengetahui bahaya saat bekerja, diperlukan juga ketelitian dalam pelaksanaan pemeriksaan unit atau alat baik kendaraan, mesin, peralatan maupun alat berat yang digunakan. Kegagalan kerja alat angkat dan angkut seperti crane, bucket, dll dapat mengakibatkan kecelakaan yang serius. Oleh karena itu inspeksi terhadap alat angkat dan angkut sangai penting baik itu secara harian maupun bulanan. Pada proyek Dry Dam Sukamahi ini juga rutin dilakukan pemeriksaan terhadap alat berat.
18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
Pada proyek Dry Dam Sukamahi, penerapan K3 sudah dilakukan sesuai dengan SOP seperti sosialisasi kepada pihak yang terkait dalam proyek serta pengunjung, melengkapi APD untuk pekerja, pihak manajemen dan pengunjung proyek, memasang rambu- rambu, penyediaan klinik kesehatan, pemeriksaan alat, memberikan jaminan berupa BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan untuk para pekerja serta memberikan fasilitas umum berupa kamar mandi dan tempat sampah untuk menjaga kebersihan sekitar area proyek. 5.2
Saran
Lebih mempertegas aturan dalam penggunaan APD untuk karena pada saat di lapangan masih banyak pekerja yang tidak menggunakan APD dengan baik dan benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ervianto, W. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: ANDI. Goeritno, B. (2012). PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI (SAFTY OFFICER). Jakarta: Badan Pembinaan Konstruksi Kementrian Pekerjaan Umum. Husen, A. (2009). Manajemen Proyek. Yogyakarta: ANDI. Irianto, M. A. (2016). Kecelakaan Kerja, Manajemen dan Analisis Resiko. 19 - 20. Rawis, T. D. (2016). PERENCANAAN BIAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN (STUDI KASUS: SEKOLAH ST.URSULA KOTAMOBAGU) . Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.4 .
20