LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN Disusun untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung
Oleh : Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
KONSENTRASI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG 2007
LEMBAR PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN
Oleh : Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Mengetahui,
Mengetahui,
Ka. Sie Teknik Transmisi
Pembimbing KP
Heri Nazari, S. Sos.
Purnomo Sidi
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTEK I
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI DI TVRI JABAR DAN BANTEN
Oleh : Mohammad Nurdin 11 – 2003 – 021
Laporan Kerja Praktek I ini telah diterima dan disahkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh Program Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Mengetahui, Dosen Pembimbing KP I Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Dwi Aryanta, M.T.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya untuk dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I yang berjudul “Sistem Jaringan Transmisi Televisi Di TVRI Jabar dan Banten ”. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan banyakbanyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dwi Aryanta, M.T. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek I yang telah senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan sehingga laporan ini dapat diselesaikan; 2. Heri Nazari, S. Sos. selaku Ka. Sie Teknik Transmisi TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia memberikan izin untuk Kerja Praktek I di TVRI Jabar dan Banten; 3. Bapak Purnomo Sidi selaku pembimbing lapangan di TVRI Jabar dan Banten yang telah bersedia meluangkan waktu ditengahtengah kesibukan untuk memberikan masukan dan saran; 4. Bapak Suwarta yang telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini; 5. Seluruh staf dan karyawan TVRI Jabar dan Banten telah bersedia membantu dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I ini; 6. Bapak Nasrun, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung; 7. Bapak Rachadiat, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung; 8. Ibu Pauline Rahmiati, M.T. selaku Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung;
9. Ibu Rini selaku Tata Usaha di Jurusan Teknik Elektro ITENAS Bandung yang senantiasa membantu dalam mengurus administrasi di Jurusan Teknik Elektro dan Ibu Evi yang sudah pindah ke BAA; 10. Dicka Septyan dan Taufik Nugraha selaku partner dalam Kerja Praktek I di TVRI Jabar dan Banten, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya; 11. Pengurus HME ITENAS Bandung 20052007, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan; 12. Temanteman seperjuangan di Sub Jurusan Teknik Telelekomunikasi, Dicko, Dimas, Shofa, Sintha, Andri Y., Intan R, Zaqi Y, Kresno Adi P. dan Ranindhita, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya; 13. Temanteman di HME ITENAS Bandung Angkatan 2003 (Yayasan MXPRX), 2002 dan 2001 serta Angkatan lainnnya, terima kasih telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasinya; 14. Semua pihak yang telah turut serta berperan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek I ini;
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Ayahanda, Ibunda, Kakak dan Keponakan, terimakasih yang telah memberikan dorongan spiritual dan kasih sayangnya, serta untuk Adik yang paling penulis sayangi Devi ”Sasha” Susilawati, terimakasih telah memberikan perhatian dan kepercayaannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja praktek ini, masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun, untuk perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek I ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang memerlukan pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Januari 2007
Penulis
ABSTRAK Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut. Dalam masa pembangunan sekarang ini, TVRI memegang peranan penting didalam memberikan informasi kepada masyarakat, karena telah adanya stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional. Tujuan dari Kerja Praktek I ini adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi. Metoda pembuatan laporan ini, menggunakan datadata di lapangan dengan cara mengamati secara langsung masalah yang diteliti, diskusi, studi kepustakaan, dan dokumendokumen dari pihak perusahaan yang berhubungan dengan judul yang diambil penulis. Sehingga diperoleh dari sistem jaringan transmisi televisi yang telah dibuat saat ini. Dalam laporan ini, digambarkan sistem jaringan transmisi televisi tersebut terdiri dari beberapa linklink dan relayrelay stasiun pemancar yang umumnya terletak di puncakpuncak gunung. Kata Kunci : teknologi informasi, komunikasi satelit, siaran televisi, sistem jaringan transmisi televisi, dan stasiun pemancar.
ABSTRACT
In this information era, one of very technological growth of playing a part in of communications information is technology of television communications. Information technology expand at full speed because sustained by technological growth of satellite communications, electronic and computer. Television media become the means communication which to propagate the information and represent the media for a state or governance to socialize all its wisdom to execute the state governance wheel. In a period of/to development this time, TVRI play a important part in giving information to society, because occurence of private television station sector which air in national. Intention of first job practice is to learn about the system of network of television transmission. This report making method, using datas in field by perceiving directly accurate problem, discussion, bibliography study, and document from company party of which deal with title taken by a writer. So that obtained from system of network of television transmission which have been made in this time. In this report, illustrated that the system of the television transmission network consisted of some links and relays of transmitter station which generally located in top of the mountain Keyword : information technology, satellite communications, telecast, network system of television transmission, and transmitter station.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iv
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang Masalah
1
1.2.
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
2
1.3.
Tempat dan Waktu Kerja Praktek
2
1.4.
Pembatasan Masalah
2
1.5.
Metodologi Penyusunan Laporan
3
1.6.
Sistematika Laporan
4
TVRI JABAR DAN BANTEN
5
BAB II
2.1.
Sejarah Berdirinya TVRI Pusat
5
2.2.
Perkembangan TVRI
7
2.3.
Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten
8
2.4.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
9
2.5.
Susunan Organisasi
10
2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha
10
2.5.2. Seksi Siaran
11
2.5.3. Seksi Pemberitaan
11
2.5.4. Seksi Teknik Studio
12
2.6.
2.5.5. Seksi Prasarana
13
2.5.6. Seksi Transmisi
14
2.5.7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI)
15
Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten
16
BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI 3.1.
17
Pemakaian Televisi
17
3.1.1. Sinyal Video, Audio, Televisi dan Radio
18
3.1.2. Perbedaan Video dan Audio
20
3.1.3. Sinyal Frekuensi Dasar Video dan Audio
20
3.1.4. Penyiaran Televisi
21
3.1.5. Saluran Penyiaran Televisi
21
3.1.6. Bekerjanya Studio Televisi
24
3.1.7. Hubungan Studio Pemancar (STLStudio Transmitter Link)
3.2.
25
3.1.8. Sinyal Warna 3,58 MHz
25
3.1.9. Saluran Pemancar Televisi 7 MHz
26
Transmisi Televisi
28
3.2.1. Transmisi Bidang Sisi Sisa (Vestigal)
28
3.2.2. Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation)
28
3.2.3. FrekuensiFrekuensi Pembawa Sisi (Side Carrier Frequencies) 3.2.4. Sinyal
Suara
29 Modulasi
Frekuensi
Modulation)
(Frequency 31
3.2.5. Indeks Modulasi
32
3.2.6. Modulasi Fasa
33
3.2.7. Preemphasis dan Deemphasis
33
3.2.8. Transmisi Garis Pandangan (Line Of Sight)
34
3.2.9. Sistem Komunikasi Satelit
34
3.2.9.1.
Orbit Geostasioner
36
3.2.9.2.
Frekuensi Uplink dan Downlink
36
3.2.9.3.
Saluran Transponder
37
3.2.9.4.
Satelit Komunikasi
37
3.2.9.5.
Stasiun Bumi Penerima
38
3.2.9.6.
Jaringan S.K.S.D.
39
BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI 4.1.
44
Jaringan Transmisi Televisi
44
4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat
44
4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten
48
4.1.3. Jaringan TVRI Dalam dan Luar Negeri
50
Satelit TV Receiver
51
4.2.1. Gambaran Umum
51
4.2.2. ModulModul
51
4.2.3. Instalasi
53
4.2.4. Cara Kerja Penerima Siaran Televisi Satelit
54
4.3.
Waveform Monitor
59
4.4.
Prinsip Kerja Televisi Siaran Langsung
59
4.5.
Terestrial Microwave
60
4.5.1. Terestrial Microwave NEC
60
4.5.2. Microwave Continental dan FPU
62
Sistem Antena
62
4.2.
4.6.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
64
5.1.
Kesimpulan
64
5.2.
Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar
18
Gambar 3.2 Komputer Pribadi
18
Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game)
18
Gambar 3.4 Video Untuk Cahaya Dan Audio Untuk Suara
19
Gambar 3.5 FrekuensiFrekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi 7 MHz
27
Gambar 3.6 Sinyal AM Dihasilkan
29
Gambar 3.7 Gelombang AM Dengan Pembawa RF
29
Gambar 3.8 BidangBidang Frekuensi Sisi Ganda
30
Gambar 3.9 Cara Menghasilkan Modulasi Frekuensi
31
Gambar 3.10 Keluaran FM Dari Osilator
31
Gambar 3.11 StasiunStasiun S.K.S.D.
39
Gambar 3.12 Pola Radiasi S.K.S.D.
41
Gambar 4.1 Blok Diagram Transmisi TVRI Jabar dan Banten
48
Gambar 4.2 Blok Diagram TV Satelit Receiver
58
Gambar 4.3 Blok Diagram Audio Demodulator
58
Gambar 4.4 Blok Diagram Video Clamp
59
Gambar 4.5 Blok Diagram Siinyal Input Dilihat Dari Oscilloscope
59
Gambar 4.6 Blok Diagram Televisi Siaran Langsung
60
Gambar 4.7 Antena Dipole Array
63
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Saluran Televisi
22
Tabel 3.2 Perbedaan Sinyal FM dan AM
32
Tabel 3.3 SatelitSatelit Terkenal
38
Tabel 4.1 Gelombang Radio Band Frekuensinya
46
Tabel 4.2 Band Frekuensi Satelit
48
Tabel 4.3 Spesifikasi Teknis
52
Tabel 4.4 Spesifikasi Power Supply
53
Tabel 4.5 Antena Distributor dan Feeder
62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Saluran Penyiaran Televisi
xv
Lampiran 2. Data Satuan Transmisi Jawa Barat
xvi
Lampiran 3. Pola Jaringan Transmisi Jawa Barat
xvii
Lampiran 4. Jaringan Transmisi TVRI Nasional/Regional
xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah. Dalam era informasi ini, salah satu perkembangan teknologi yang sangat berperan dalam informasi komunikasi adalah teknologi komunikasi televisi. Teknologi informasi berkembang dengan pesatnya karena ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi satelit, elektronik dan komputer. Media televisi menjadi alat komunikasi yang ampuh untuk menyebarkan informasi dan merupakan media bagi suatu negara atau pemerintahan untuk mensosialisasikan segala kebijaksanaannya untuk melaksanakan roda pemerintahan negara tersebut. Pada penyampaian suatu siaran televisi, terdapat signalsignal video dan audio ke pesawatpesawat penerima televisi mengguakan frekuensi yang sangat tinggi (VHF dan UHF) sebagai frekuensi pembawa. Sifatsifat pancaran dari VHF ini menyerupai sifatsifat pancaran sinar. Suatu sumber cahaya yang disekitarnya tidak terdapat halangan/rintangan, akan memancarkan sinarnya ke segala arah sejauh tenaga yang dipunyai. Apabila disekitarnya terdapat rintangan, maka terjadinya bayangan dibelakang rintangan tersebut. Karena sifatsifat pancaran dari VHF dan UHF menyerupai sinar ini, maka dibalik gunung tersebut tidak akan dapat dapat
menerima pancaran televisi
(gambar). Sehingga untuk
menyampaikan suatu siaran televisi dengan baik, maka diperlukan sistem jaringan transmisi televisi. Sistem jaringan transmisi televisi tersebut terdiri dari beberapa linklink dan relayrelay stasiun pemancar yang umumnya terletak di puncakpuncak gunung.
1.2.
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek. Adapun maksud dan tujuan kerja praktek I yang dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten adalah mempelajari dari sistem jaringan transmisi televisi.
1.3.
Tempat dan Waktu Kerja Praktek. Kerja praktek dilaksanakan di TVRI Jabar dan Banten yang merupakan stasiun pemancar TVRI untuk wilayah Jabar dan Banten yang beralamatkan di Jl. Cibaduyut Raya No. 267 Bandung dan di Satuan Transmisi Pangandaan yang merupakan satuan transmisi yang memancarkan siaran dari TVRI Jabar dan Banten ke daerahdaerah yang terhalang oleh pegunungan di sekitarnya. Kegiatan kerja praktek ini dilakukan pada bagian pemancar. Waktu kerja praktek dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2006.
1.4.
Pembatasan Masalah. Penyusunan laporan kerja praktek I ini didasarkan pada hasil pengamatan dan informasi yang didapat dari berbagai sumber, khususnya di lingkungan teknik transmisi. Dari banyaknya informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktek ini perlu adanya pembatasan masalah yang spesifik sehingga akan lebih mudah untuk memahaminya. Masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah : “Sistem Jaringan Transmisi Televisi” yang digunakan di TVRI Jabar dan Banten.
1.5.
Metodologi Penyusunan Laporan. Pada pembuatan laporan ini menggunakan beberapa macam metodologi pembuatan laporan, adapun metodologi yang dilakukan antara lain: 1. Observasi lapangan. Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung masalah yang
diteliti,
kemudian
dapat
dianalisis
untuk
dapat
mengoptimalisasikan cara penyusunan Kerja Praktek. 2. Diskusi. Pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab kepada objek yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan didapat suatu data yang akan menunjang dalam menyusun Kerja Praktek ini. 3. Studi Kepustakaan. Metoda ini dilakukan untuk melakukan perbandingan antara datadata yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapangan dengan adanya bukubuku referensi yang berhubungan dengan sistem telekomunikasi. 4. Dokumen. Mempelajari dokumendokumen yang digunakan dalam sistem yang berjalan oleh pihak perusahaan yang berhubungan dengan judul yang diambil penulis.
1.6.
Sistematika Laporan. Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN. Bab pertama diuraikan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, waktu dan tempat kerja praktek, batasan masalah, metodologi kerja praktek dan sistematika penulisan.
BAB II
TVRI JABAR DAN BANTEN. Berisikan tentang sejarah perusahaan dan struktur organisasi TVRI Jabar dan Banten.
BAB III
SISTEM SIARAN TELEVISI. Berisi teoriteori yang mendukung dan melandasi laporan kerja praktek.
BAB IV
SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI. Menguraikan tentang datadata hasil pengamatan di TVRI Jabar dan Banten.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan isi laporan kerja praktek yang telah dibuat.
BAB II TVRI JABAR DAN BANTEN
2.1.
Sejarah Berdirinya TVRI Pusat. Inisiatif penyiaran televisi di Indonesia pertamakali dimunculkan pada tahun 1961 setelah pemerintah memutuskan memasukkan proyek masmedia televisi di dalam proyek Asian Games IV yang pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah olahraga negaranegara Asia tersebut yang bertempat di Jakarta. Proyek ini di Indonesia dimulai dengan usahausaha melalui beberapa penelitian secara kongkrit dengan dibentuknya panitia pembangunan televisi dengan surat keputusan Menteri Penerangan RI bulan Juli tahun 1961, selanjutnya panitia bertanggung jawab kepada Menteri Penerangan didalam perencanaan pembangunan. Di dalam perencanaan peralatan, ada beberapa ketentuan teknis yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut: 1. Stasiun televisi yang dibangun harus dapat menyiarkan acaraacara Asian Games paling sedikit satu event per hari. 2. Tinggi menara pemancar yang akan di bangun harus tidak lebih dari 60 meter dan merupakan menara darurat, mengingat pembangunan menara televisi akan direncanakan oleh pemerintah pusat. 3. Untuk sementara studio televisi tidak dibangun dan dipikirkan setelah acara Asian Game IV selesai. 4. Panitia tidak mempunyai hak untuk mengadakan suatu keputusan sendiri mengenai penentuan merk, jenis dan dari negara mana peralatan harus di datangkan. 5. Pelaksanaan pembangunan gedung dan menara darurat diserahkan kepada KUPAG (Komando Urusan Asian Games) yang dalam pelaksanaan sehari hari, diawasi oleh direksi pembangunan Asian Games.
Setelah itu panitia melanjutkan urusannya dengan mempersiapkan pelaksanaan
pembangunan
fisik
tanpa
menggunakan
caracara
perencanaan yang bersifat konvensioanal. Yaitu atas dasar penentuan terakhir yang berwenang mengenai peralatan televisi, petunjuk supplier berdasarakan kepada keperluankeperluan ringan, setelah diadakan penyesuaian layout menurut keperluan teknis dari peralatanperalatan yang dipesan dalam rangka proyek ini. Waktu yang di sediakan untuk melaksanakan proyek ini hanya 6 bulan, akhirnya tepat pada hari dimulainya kegiatan Asian Games siaran televisi milik pemerintah Indonesia ini dapat ditangkap oleh para pemirsa untuk pertama kalinya. Penyelenggara sebelumnya telah menamakan dirinya Televisi Republik Indonesia yang bernaung dibawah induk organisasi komite Asian Games IV. Setelah Asian Games berakhir, siaran televisi tidak dapat dilanjutkan secara menetap mengingat fasilitas studio belum dibangun dan mengingat bahan acara acara film yang dibuat oleh FPN semakin berkurang dan persiapan persiapan kearah penyelenggaraan televisi dari segi program belum ada. Dengan permintaan dari masyarakat dan desakan dari “yayasan Gelora Bung Karno” yang menjadi “yayasan Gelora Senayan”, maka pada akhir tahun 1962 dapat diselesaikan pembangunan sebuah studio. Sehingga mulai dari waktu itu, siaran televisi dapat berlangsung secara tetap selama satu jam sehari, setelah berjalan satu tahun lamanya, maka lama jam siaran ditingkatkan selama lima belas jam seminggu pada akhir tahun 1963, pada waktu itu dimana Televisi Republik Indonesia dengan surat keputusan presiden menjadi besar dan sudah tidak bisa dipikul lagi oleh “yayasan Gelora Bung Karno” dan harus di usahakan sendiri, baik lewat iuran televisi, maupun lewat danadana yang didapat dari usaha usaha periklanan. Dalam masa pembangunan sekarang ini, TVRI memegang peranan penting didalam memberikan informasi kepada masyarakat, karena telah adanya stasiun televisi swasta yang mengudara secara nasional.
Pada era reformasi saat ini TVRI telah berubah menjadi PERJAN (Perusahaan Jawatan) melalui peraturan pemerintah No: 36 tahun 2000. Kemudian pada perkembangan berikutnya PERJAN TVRI berubah menjadi PT.Persero TVRI melalui peraturan pemerintah No: 9 tahun 2002, sementara dalam undang undang penyiaran, TVRI adalah lembaga penyiaran publik. Dari beberapa kali perubahan status TVRI yang berawal dari yayasan menjadi Direktorat Televisi kemudian menjadi PRJAN TVRI dan sekarang menjadi PT. TVRI (Persero), TVRI sebagai lembaga penyiaran publik sesuai dengan undang undang penyiaran No: 32 tahun 2002 merupakan satu satunya televisi yang menyiarkan secara nasional, dengan dukungan 389 pemancar dan 24 stasiun daerah.
2.2.
Perkembangan TVRI. Dalam masa perkembangannya TVRI telah banyak mengalami perubahan baik pola siarannya maupun perkembangan dari segi teknis peralatan, sarana, dan jangkauannya, seperti pembangunan stasiunstasiun di daerahdaerah, pembanunan studio baru, stasiun penerima, pembunan jaringan microwave dan lainlain. TVRI tampak tumbuh dan berkembang semenjak tahun 1965 yang di tandai dengan diresmikannya TVRI stasiun Yogyakarta pada tanggal 17 Agustus 1965, menyusul setelah berdirinya TVRI Yogyakarta berturutturut di bangun stasiun televisi daerah sebagai berikut: 1. TVRI Medan pada tanggal 28 Desember 1970. 2. TVRI Ujungpandang pada tanggal 10 Desember 1972. 3. TVRI Balikpapan pada tanggal 22 Januari 1973. 4. TVRI Palembang pada tanggal 31 Januari 1974. 5. TVRI Surabaya pada tanggal 3 Maret 1978. 6. TVRI Denpasar pada tanggal 16 Juli 1978. 7. TVRI Manado pada tanggal 7 Oktober 1978. 8. TVRI Bandung pada tanggal 11 Maret 1987.
Disamping TVRI stasiun daerah diatas masih ada Stasiun Produksi Keliling (SPK) untuk daerahdaerah yang belum mempunyai stasiun penyiaran TVRI daerah dan juga ada pembangunan stasiun relay yang berguna untuk menguatkan sinyal yang dipancarkan oleh stasiun daerah agar bisa diterima oleh masyarakat di daerah pedesaan dan pegunungan.
2.3.
Sejarah Berdirinya TVRI Jabar dan Banten. TVRI Jabar dan Banten diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 11 Maret 1987 oleh menteri penerangan RI di Soreang Bandung oleh Bapak Harmoko, yang bersamaan dengan lomba kelompecapir nasional. Peresmian dengan beroperasinya TVRI Jabar dan Banten merupakan suatu peningkatan status unit pelayanan dari tingkat Studio Produksi Keliling (SPK) menjadi stasiun penyiaran. Artinya, dari tugas pokok hanya memproduksi acara televisi dan menyiarkannya baik melalui siaran regional maupun siaran TVRI Pusat. Dengan peningkatan tugas pokok berartipula meningkatnya tugas menajemen. TVRI Jabar dan Banten direncanakan sebagai stasiun “back up” dari Pusat Jakarta. Dengan demikian TVRI Jabar dan Banten diharapkan untuk mampu memproduksi maupun menyiarkan acaraacaranya seperti TVRI Pusat Jakarta. Kemampuan jangkauan (Cover Area) TVRI Jabar dan Banten di dukung oleh satu buah jaringan microwave di Bandung, 18 buah pemancar dengan high power lima buah pemancar low power yang tersebar di seluruh Jawa Barat dan Banten. Dalam surat keputusan menteri penerangan No: 130/A/KEP/ MENPEN/ 1984 tercantum tugas pokok Direktorat televisi yaitu: melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jendral Radio Televisi dan Film di bidang televisi berdasarkan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Dirjen RTF. Dari penjabaran surat keputusan tersebut terbitlah surat keputusan Direktur televisi No: 58/Des/TV/1987 pasal 2 mengenai organisasi kerja
penyelenggara siaran televisi Republik Indonesia, bahwa tugas pokok TVRI Jabar dan Banten adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat televisi dalam pembuatan atau produksi dan penyiaran acara TVRI sesuai dengan kebijakan teknis yang di tetapkan oleh Dirjen RTF departemen penerangan RI.
2.4.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi. TVRI Jabar dan Banten merupakan induk dari stasiun televisi yang berfungsi sebagai satuan pelaksana teknis dalam bidang produksi dan penyiaran televisi dengan ruang lingkup daerah tingkat satu yang berada dibawah Dirjen RTF departemen penerangan RI. TVRI Jabar dan Banten dipimpin oleh seorang kepala yang didalam tugas sehari hari bertanggung jawab kepada direktur televisi. TVRI Jabar dan Banten mempunyai tugas untuk melaksanakan sebagian tugas pokok dari direktorat televisi dalam pembuatan atau memproduksi siaran sesuai dengan kebijakan teknis yang diterapkan oleh Dirjen RTF. Untuk melaksanakan tugastugas tersebut, TVRI Jabar dan Banten mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Melaksanakan tata usaha TVRI Jabar dan Banten. 2. Melaksanakan perencanaan produksi dan penyiaran acara yang akan disiarkan. 3. Melaksanakan perencanaan liputan produksi acara pemberitaan. 4. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan produksi dan penyiaran. 5. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan atau perbaikan peralatan atau perlengkapan teknik dan prasarana. 6. Melaksanakan perencanaan pengoperasian serta perawatan dan perbaikan pemancar pada bagian tranmisi.
2.5.
Susunan Organisasi. Televisi Republik Indonesia Jabar dan Banten sebagai sebuah organisasi pemerintah, dibawah departemen penerangan RI, memeliki susunan organisasi yang terdiri dari: 1. Sub Bagian Tata Usaha. 2. Seksi Siaran. 3. Seksi Pemberitaan. 4. Seksi Teknik Studio. 5. Seksi Teknik Prasarana. 6. Seksi Transmisi. 7. Forum Perencanaan Siaran (FOPERSI).
2.5.1. Sub Bagian Tata Usaha. Sub bagian tata usaha mempunyai tugas untuk melaksanakan tata usaha serta memberikan suatu pelayanan administrasi kepada semua unsur dalam lingkungan TVRI Jabar dan Banten. Untuk menjalankan tugas tersebut sub bagian tata usaha mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut : 1. Melaksanakan urusan tata usaha kepegawaian. 2. Melaksanakan urusan tata usaha keuangan. 3. Melaksanakan urusan tata usaha pengadaan, penyimpanan dan penyaluran peralatan atau perlengkapan. 4. Melaksanakan urusan tata usaha mengenai surat menyurat dan penyusunan laporan.
Sub bagian tata usaha dibagi lagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Urusan kepegawaian. 2. Urusan keuangan. 3. Urusan umum atau perlengkapan. 4. Urusan Pembukuan. 5. Urusan administrasi dan laporan.
2.5.2. Seksi Siaran. Seksi siaran mempunyai tugas untuk melaksanakan pembuatan pola acara siaran daerah, perencanaan mata acara siaran dan perencanaan teknis artistik tentang pembuatan atau memproduksi mata acara untuk siaran daerah dan nasional. Seksi siaran mempunyai fungsi dan tugas yaitu untuk melaksanakan artistik yang berupa teknis yaitu diantaranya sebagai berikut: 1. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara pendidikan, agama dan olahraga. 2. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara budaya dan drama. 3. Melaksanakan perencanaan dan teknik artistik dalam pembuatan dan penyiaran acara musik dan hiburan. 4. Melaksanakan perencanaan serta teknik artistik tentang pembuatan dan penyediaan fasilitas dan penyiaran acara, melaksanakan pemantauan acara siaran sehari hari.
Seksi siaran terdiri dari beberapa sub bagian, diantaranya: 1. Sub seksi pendidikan, agama dan olahraga. 2. Sub seksi budaya dan drama. 3. Sub seksi musik dan hiburan. 4. Sub seksi fasilitas siaran dan mutu siaran.
2.5.3. Seksi Pemberitaan. Seksi pemberitaan mempunyai tugas untuk perencanaan kegiatan yang meliputi tentang liputan penyiaran acara dan menyelenggarakan mata acara siaran pemberitaan atau penerangan baik untuk siaran daerah maupun untuk siaran program nasional.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, seksi pemberitaan mempunyai fungsi sebagai pelaksana untuk melaksanakan perencanaan kegiatan dan peliputan mengenai: 1. Acara acara siaran berita harian. 2. Acara siaran reportase dan penerangan. 3. Acara siaran olahraga. 4. Pengdokumentasian mata acara siaran pemberitaan dan penerangan. 5. Melaksanakan administrasi kegiatan dari seksi pemberitaan.
2.5.4. Seksi Teknik Studio. Seksi teknik studio mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan pengoperasian serta untuk pemeliharaan atau perbaikan peralatan dari teknik studio didalam pembuatan produksi dan penyiaran acara TVRI Jabar dan Banten. Seksi teknik studio terdiri dari lima sub seksi, yaitu: 1. Sub seksi operasi studio. 2. Sub seksi operasi Aparatus. 3. Sub seksi operasi OB VAN atau siaran luar. 4. Sub seksi pemeliharaan atau perbaikan alat. 5. Sub seksi administrasi teknik studio.
Masingmasing seksi mempunyai tugas dan fungsi, yaitu: 1. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan teknik Video dan Audio untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara. 2. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan teknik Aparatus untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara.
3. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan pengoperasian peralatan OB VAN untuk pembuatan atau produksi dan penyiaran acara serta siaran luar. 4. Melaksanakan perawatan dan perbaikan peralatan OB VAN agar selalu berfungsi dengan baik. 5. Melaksanakan administrasi seksi teknik studio.
2.5.5. Seksi Prasarana. Seksi prasarana terdiri dari lima subseksi, yaitu: 1. Sub seksi perawatan gedung. 2. Sub seksi listrik dan disel. 3. Sub seksi alat pendingin (AC). 4. Sub seksi laboratorium film. 5. Sub seksi administrasi teknik prasarana.
Seksi prasarana mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan kegiatan dan perawatan, perbaikan serta pelayanan operasi peralatan teknik prasarana di lingkungan TVRI Jabar dan Banten. Seksi prasarana mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan perencanaan kegiatan, sebagai berikut: 1. Perawatan serta perbaikan gedung. 2. Pengoperasian peralatan listrik dan disel. 3. Mengoperasikan peralatan pendingin atau AC. 4. Pengoperasian peralatan laboratorium film. 5. Melaksanakan administrasi dari seksi prasarana.
2.5.6. Seksi Transmisi. Seksi transmisi terdiri dari empat sub seksi, yaitu: 1. Sub seksi operasi pemancar stasiun. 2. Sub seksi prasarana dan pemancar. 3. Sub seksi perbaikan pemancar. 4. Sub seksi administrasi dan suku cadang transmisi.
Seksi transmisi mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan
kegiatan,
perawatan
dan
perbaikan
serta
pengoperasian pemancar yang berada di TVRI Jabar dan Banten. Serta mengkoordinasikan kegiatan pengoperasian satuan satuan transmisi yang berada di daerah jangkauan siaran TVRI Jabar dan Banten. Untuk menyiarkan atau menyalurkan acara siaran nasional maupun acara siaran daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, seksi transmisi mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan serta pengoperasian pemancar dengan baik yang berada di stasiun penyiaran. 2. Melaksanakan perencanaan kegiatan, perawatan dan perbaikan prasarana dan menara transmisibaik yang terdapat di stasiun penyiaran maupun di satuansatuan transmisi yang berada di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten. 3. Melaksanakan perencanaan kegiatan, pemantauan kelayakan operasi dan pelaporannya, serta melakukan perbaikan peralatan pemancar pada satuan satuan transmisi di daerah jangkauan TVRI Jabar dan Banten, yang tidak dapat diperbaiki sendiri oleh bagian oleh bagian satuan transmisi yang bersangkutan. 4. Melaksanakan perencanaan kegiatan dan penyediaan barang barang perlengkapan serta suku cadang pemancar transmisi baik untuk pemancar yang berada di stasiun penyiaran maupun
di stasiun transmisi yang berada dalam jangkauan siaran TVRI Jabar dan Banten, serta melaksanakan administrasi seksi teknik transmisi.
2.5.7. Forum Perencanan Siaran (FOPERSI). BAPERSI/FOPERSI adalah suatu badan atau forum perencanaan siaran yang diikuti oleh para pejabat fungsional dan para petugas FROPERSI dilingkungan TVRI Jabar dan Banten yang ditunjuk oleh kepala stasiun. Pada bagian BAPERSI atau FROPERSI mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan produksi acara dan pelaksanaan siaran. Badan ini juga melakukan pertemuan atau sidang yaitu satu kali dalam seminggu. Dalam pertemuan tersebut membicarakan halhal yang berkaitan dengan penyelangaraan siaran, yang antara lain meliputi: 1. Kebijaksanaan pemimpin dan penyelenggaraan siaran. 2. Mengevaluasi penyelenggaraan siaran yang sudah berjalan serta halhal yang patut diperkirakan bagi penyelenggaraan siaran yang akan datang. 3. Menghimpun gagasangagasan baru untuk perencanaan produksi dan penyiaran yang akan datang. 4. Memutuskan hal hal yang memerlukan koordinasi antar satuan kerja. 5. Membuat laporan hasilhasil pertemuan.
Keputusankeputusan atau gagasan yang timbul dan diputuskan dalam pertemuan BAPERSI/FOPERSI merupakan masukan yang mengikat untuk selanjutnya diproses oleh masing masing bidang kerja sesuai dengan beban tugas dan fungsi masing masing struktur organisasi tersebut diatas yang digambarkan dalam
suatu bagan struktur organisasi TVRI Jabar dan Banten, yang dapat dilihat pada gambar dihalaman berikut ini.
2.6.
Peralatan Teknik TVRI Jabar dan Banten. Peralatan yang digunakan oleh TVRI Jabar dan Banten adalah peralatan Standard Broadcast yang dibeli dari Inggris, Francis dan Jepang, dimana TVRI Jabar dan Banten selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas di bidang siaran televisi.
BAB III SISTEM SIARAN TELEVISI
3.1.
Pemakaian Televisi. Perkataan televisi berarti “melihat dari kejauhan”. Pada sistem siaran televisi praktis kita, informasi visual yang anda lihat pada layar diubah menjadi sinyal listrik yang dikirimkan ke penerima. Perubahan perubahan listrik yang sesuai dengan perubahanperubahan dalam nilai cahaya membentuk sinyal yang dapat dilihat (video signal). Pada pesawat penerima (receiver), sinyal yang dapat dilihat ini digunakan untuk menyusun kembali bayangan pada layar tabung gambar seperti dilukiskan dalam Gambar 3.1. Pada televisi monokrom (monochrome), gambar direproduksi dalam warna hitam dan putih dengan bayangan abuabu. Pada televisi berwarna, semua warna alamiah ditambahkan sebagai gabungan dari warna merah, hijau dan biru dalam bagian utama gambar. Pada mulanya, televisi dimaksudkan sebagai suatu cara lain untuk menyiarkan programprogram berita dan hiburanhiburan tetapi dengan gambar, seperti yang dilakukan siaran radio untuk suara. Siaransiaran iklan masih merupakan acara paling utama dalam pemakaian televisi. Akan tetapi, kemampuan untuk mereproduksi gambar, teks, grafik, dan informasi visual telah menjadi begitu bermanfaat sehingga sekarang ini pemakaiannya jauh lebih banyak. Anda dapat menyaksikan suatu program dari luar negeri yang direlay oleh televisi satelit atau memainkan kembali perekam kaset video (video cassette recorder); atau suatu permainan video (video game), dapat dihubungkan ke penerima televis anda. Ide yang sama diterapkan untuk menggunakan penerima televisi sebagai alat peraga pada Gambar 3.2 dan 3.3. Peraga televisi (TV display) dapat berupa monokrom ataupun berwarna.
Gambar 3.1 Bayangan Pada Layar Tabung Gambar.
Gambar 3.2 Komputer Pribadi.
Gambar 3.3 Permainan Video (Video Game).
3.1.1. Sinyal Video, Audio, Televisi Dan Radio. Begitu banyak penggunaan sinalsinyal ini sehinga adalah bermanfaat untuk meninjau tujuan tertentu dari masingmasingnya. Video adalah kata Latin yang berarti ”saya lihat”. Dengan cara yang sama, audio berarti: ”saya dengar”. Kedua istilah tersebut sesuai dengan: video untuk cahaya dan audio untuk suara. Perbedaannya dilukiskan pada Gambar 3.4. untuk sistem audio
yang lebih lazim pada Gambar 3.4a, mikrofon mengubah gelombanggelombang suara menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal audio. Pengeras suara (loudspeaker) memerima sinyal audio ini pada terminal masukan, baik dari suatu sistem penyiaran tanpa kabel. Selanjutnya pengeras suara menghasilkan kembali suara asli (yang mulamula) sebagaimana kita akan mendengarnya pada loudspeaker tersebut. Pada Gambar 3.4b, tabung kamera mengubah masukan cahayanya (light input) menjadi perubahan listrik yang sesuai untuk sinyal yang dilihat (video). Tabung kamera ini, pada sistem video, sama fungsinya dengan mikrofon pada sistem audio. Pada bagian akhir sistem video, tabung gambar mengubah tegangan sinyal video dari masukan (input) menjadi cahaya pada keluaran (output). Informasi yang dapat dilihat pada layar tabung gambar sebagaimana akan kita lihat gambarnya pada tabung kamera.
Gambar 3.4 Video Untuk Cahaya Dan Audio Untuk Suara.
3.1.2. Perbedaan Video Dan Audio. Citra cahaya (light image) diubah menjadi suatu sinyal listrik hanya untuk suatu daerah kecil pada suatu saat. Selanjutnya sinyal video yang dihasilkan oleh tabung kamera mengandung perubahan yang berurutan dalam waktu untuk daerah yang berlainan. Karena alasan ini, suatu prosedur pemayaran (scanning) adalah perlu guna meliputi keselutuhan gambar, yakni titik demi titik dari kiri ke kanan dan garis demi garis dari atas ke bawah. Pemayaran sangat cepat yakni satu garis horizontal hanya membutuhkan 64 mikrodetik (µdet). Karena perubahan yang cepat ini, sinyal video memiliki frekuensi tinggi yakni sampai sekitar 5 MHz. Selanjutnya, prosedur pemayaran (scanning prosedure) mengharuskan bahwa pulsapulsa penyelarasan (synchronizing pulse) akan digunakan bersama sinyal video guna mengatur waktu pemayaran pada tabung gambar. Pada tabung gambar, daerah cahaya yang kecil atau daerah bayangan dan warna, bila memang demikian, akan terbentuk kembali dalam posisi yang tepat untuk membentuk keseluruhan bayangan.
3.1.3. Sinyal Frekuensi Dasar Video Dan Audio. Untuk suatu sinyal video ataupun audio rangkuman perubahan frekuensi disebut daerah frekuensi dasar (baseband). Sebenarnya frekuensifrekuensi ini sesuai dengan informasi visual atau aural (yang dapat didengar) yang diiinginkan, tanpa komplikasi tambahan seperti encoding atau modulasi untuk fungsi fungsi tertentu. Dalam sistem audio, lebar frekuensi dasar (baseband) adalah 2020.000 Hz, walaupun 5015.000 Hz lazim digunakan untuk audi dengan fidelitas tinggi. Dalam sistem video, rangkuman lebar frekuensi dasar adalah dari 0 Hz untuk arus searah sampai ke 5 MHz. Sinyal frekuensi dasar audio dapat
dihubungkan ke sebuah pengeras suara untuk menghasilkan kembali suara yang diinginkan. Juga sinyal frekuensi dasar video dapat dikembalikan ke sebuah tabung gambar untuk menghasilkan kembali gambar yang diinginkan. Alasan untuk mengubah informasi suara dan gambar menjadi sinyalsinyal listrik frekuensi dasar adalah bahwa sinyal audio dan video dapat diperkuat sampai berapapun. Selain itu, pengolahan sinyal oleh rangkaianrangkaian elektronik adalah mudah untuk berbagai pemakaian.
3.1.4. Penyiaran Televisi. Istilah siaran (broadcast) berarti ”mengirimkan ke segala arah”. Antena pemancar memancarkan gelombang radio elektromagnetik yang dapat diambil oleh antena penerima. Pemancar televisi mempunyai dua fungsi, yakni pengiriman yang dapat dilihat (visual) dan dapat didengar (aural). Kedua sinyal gambar AM dan sinyal suara FM dikirimkan dari antena pemancar bersama. Daerah pelayanan adalah sekitar 75 mil (121 km) dalam segala arah dari pemancar, dengan catatan kondisi geografis rata.
3.1.5. Saluran Penyiaran Televisi. Lebar bidang frekuensi yang digunakan untuk pengiriman sinyal video dan audio disebut saluran televisi (channel). Masing masing
stasiun
televisi
ditunjuk
oleh
FCC
(Federal
Communication Commission) suatu saluran dengan lebar 7 MHz beserta suatu frekuensi pembawa tertentu. Sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.1, semua saluran televisi dibagi dalam tiga lebar bidang.
Tabel 3.1 Saluran Televisi. Nomor Lebar Bidang Saluran Frekuensi, MHz Tidak digunakan 1 5460 2 6066 3 6672 88108 4 174181 5 181188 6 188195 7 195202 8 202204 9 204216 10 216223 2164 470862
Keterangan
Saluransaluran VHF Bidang rendah Bidang FM
Saluransaluran UHF Bidang tinggi
Saluransaluran UHF
1. Saluran lebar bidang rendah dengan frekuensi yang sangat tinggi (Low Band VHFVery High Frequency) yakni saluran 1 sampai 3. 2. Saluran VHF dengan lebar bidang tinggi, yakni saluran 4 sampai 10. 3. saluran frekuensi ultratinggi (UHFUltra High Frequency) yakni 21 sampai 64.
Perhatikan bahwa rangkumannya adalah 30 sampai 300 MHz untuk VHF dan 300 sampai 3.000 MHz untuk UHF. Pada ketiga lebar bidang ini, masingmasing lebar saluran televisi adalah 7 MHz. Lebar bidang ini (bandwidth) diperlukan untuk menyesuaikan modulasi dengan frekuensi video sampai 5 MHz, termasuk sinyal warna 4,43 MHz untuk televisi berwarna. Perhatikan bahwa frekuensi 4,43 MHz untuk televisi berwarna. Sinyal suara FM juga ada dalam saluran tersebut. Selain itu, frekuensifrekuensi radio (RF) pembawa gambar dan suara selalu terpisah persis sebesar 5,5 MHz dalam semua saluran. Harga 5,5
MHz ini disebut frekuensi suara antarpembawa (Intercarrier Sound Frequency). Komentar berikut terhadap Tabel 3.1, ketika Televisi pertama kali dihidupkan (di Amerika Serikat), saluran satu dipancarkan pada 44 sampai 59 MHz, akan tetapi daerah frekuensi ini sekarang digunakan untuk pelayanan radio lainnya, termasuk navigasi udara. Lebar bidang pememancaran komersial FM sebesar 8 sampai 108 MHz adalah tepat diatas daerah frekuensi televisi saluran 6, tetapi pelayanan radio ini tidak berhubungan dengan pemancaran televisi. Pada tahun 1952 saluran UHF 14 sampai 83 ditambahkan untuk menciptakan lebih banyak stasiun televisi. Tidak ada penetapan stasiun televisi yang bekerja pada saluran UHF 69 sampai 83 sebab frekuensifrekuensi ini digunakan untuk radio mobil (mobile radio). Semua saluran televisi diberikan pada Lampiran 1. Pada pesawat penerima, penyetala frekuensi radio (RF tuner) digunakan untuk memilih stasiun yng diinginkan dengan mnyetalakan ke daerah yang frekuensinya 6 MHz. dengan dua yang dapat berputar, yakni satu untuk VHF dan yang lain untuk HHF, pesawat penerima mampu menyetalakan saluran VHF maupun UHF. Posisi saluran 1 pada penyetala VHF digunakan untuk menghidupkan penyetala UHF. Pada lebarlebar bidang VHF dan UHF, sinyalsinyal dirambatkan oleh transmisigaris penglihatan (Line Of Sight Transmission) dari antena pengirim ke antena penerima. Biasanya sinyal yang dipancarkan ini tidak mengikuti kelengkungan bumi, dan tidak terjadi pemantulan dari ionosfer seperti yang terjadi pada sinyalsinyal radio pada frekuensifrekuensi rendah. Transmisigarispenglihatan membuat ketinggian antenna adalah penting guna mendapatkan liputan sinyal penyiaran televisi yang baik.
FCC yang menetapkan saluransaluran televisi dan mempertahankan standarstandar teknik yang ketat. Setiap stasiun harus memenuhi persyaratan FCC dan melayani kebutuhan masyarakat. Lisensi ditinjau kembali pada selang waktu yang teratur, dan masyarakat diajak untuk turut bagian dalam pembaruan proses.
3.1.6. Bekerjanya Studio Televisi. Pada tahuntahun permulaan televisi, kebanyakan program adalah ”live” dan tiap stasiun menggunakan kamerakamera studio untuk menghasilkan programnya sendiri. Jaringan ”feeds” menyediakan programprogram untuk meliput daerahdaerah yang berlainan diseluruh negara Amerika Serikat. Jaringan utama adalah CBS (Columbia Broadcasting Company), ABC (American Broadcasting Company) dan NBC (National Broadcasting Company) yang dimiliki oleh RCA. Ditribusi programprogram jaringan ditangani oleh fasilitas “Bell Telephone”. Sambungan sambungan gelombang mikro dan kabel digunakan untuk daerah frekuensi lebar. Sekarang ini lebih banyak jaringan stasiun yang menggunakan satelit. Sumbersumber program televisi tambahan dilengkapi dengan menggunakan film 35 mm, sebuah kamera film televisi mengkonversi bayangan optik (optical image) dari sebuah tabung kamera menjadi sinyal video. Sekarang ini, kebanyakan programprogram televisi dihasilkan dan disimpan pada pita. Perekam pita video magnetik (VTRVideo Tape Recorder) melakukan untuk programprogram video apa yang dilakukan oleh pita audio dan perekam suara (phonograph record) untuk programprogram audio. Keuntungan utama adalah programprogram tersebut dapat direkam dipita pada suatu saat dan disimpan didalam pita video. Keuntungan lainnya
adalah bahwa programprogram yang dikirimkan oleh gelombang mikro atau satelit dapat direkam selama jamjam diluar puncak pemakian (off peak) dan kemudian disiarkan pada waktu yang baik untuk stasiun.
3.1.7. Hubungan Studio Pemancar (STLStudio to Transmitter Link). Biasanya studio dimana sinyalsinyal video dan audio berasal dan dimana mesinmesin pita dipasang, ditempatkan dalam daerah pertengahan kota agar mudah dicapai oleh orang yang membuat program. Atau program tersebut bisa berasal dari luar studio. Akan tetapi, pemancar (transmitter) berada pada suatu lokasi yang terpencil, lazimnya pada bangunan tertinggi. Sinyal sinyal video dan audio frekuensi dasar disampaikan ke pemancar oleh sambungan gelombang mikro atau oleh sistem kabel frekuensi lenar yang diberikan oleh ”Bell Telephone”. Dalam banyak kasus, pemancar memiliki sambungan gelombang mikro tersendiri, yakni STL. Pemancar tersebut menggunakan antena gelombang mikro, yang dipasang di studio dan di tempat pemancar. Sistemsistem STL bekerja dalam daerah frekuensi 2 dan 12 GHz, yang diterapkan bagi ketiga stasiun di Amerika oleh FCC. (Di Indonesia semua operasi dan studio dijalankan dan dimiliki oleh pemerintah).
3.1.8. Sinyal Warna 3,58 MHz. Filterfilter optik berwarna memisahkan warnawarna untuk kamera. Akan tetapi untuk penyiaran dalam saluran televisi 7 MHz, sinyalsinyal merah, hijau dan biru digabungkan guna membentuk dua sinyal ekivalen, yakni satu untuk terang dan yang lain untuk warna. Secara khusus kedua siyal yang ditransmisikan ini adalah sebagai berikut: 1. Sinyal luminasi (luminance signal). Sinyal ini hanya mengandung variasi terangnya informasi gambar, termasuk
rincian yang halus, seperti dalam sinyal satu warna. Siyal luminasi digunakan untuk mereproduksi gambar hitam dan putih atau monokrom. Biasanya dinamai sinyal Y (bukan untuk kuning). 2. Sinyal warna (chrominance signal). Sinyal ini mengandung informasi warna. Dia dipancarkan sebagai modulasi pada sebuah pembawa tambahan (subcarrier). Persisnya frekuensi pembawa tambahan adalah 4,43 MHz yang umumnya dianggap sebagai 4,43 MHz. Dengan demikian 4,43 MHz adalah frekuensi untuk berwarna. Umumnya dia dinamai sinyal C untuk krominansi atau kroma.
3.1.9. Saluran Pemancar Televisi 7 MHz. Kelompok frekuensi yang ditetapkan oleh FCC bagi sebuah stasiun pemancar untuk transmisi sinyalnya disebut saluran (channel). Masingmasing stasiun televisi mempunyai sebuah saluran 7 MHz dalam salah satu dari bidang frekuensi (band) berikut yang dialokasikan untuk penyiaran televisi komersial. 1. VHF bidang frekuensi rendah saluran 1 sampai 3 dari 54 sampai 72 MHz. 2. VHF bidang frekuensi tinggi saluran 4 sampai 10 dari 174 sampai 216 MHz. 3. UHF saluran 21 sampai 64 dari 470 sampai 862 MHz.
Dalam semua bidangbidang frekuensi ini, lebar tiaptiap saluran televisi adalah 6 MHz. Sinyalsinyal pembawa RF untuk gambar dan suara keduanya termasuk dalam tiap saluran. Saluran saluran ini diringkaskan pada Tabel 3.1. semua saluran terlihat pada daftar dalam Lampiran 1, termasuk frekuensifrekuensi pembawanya. Bagaimana tiap saluran ini diunakan pada sinya sinyal gambar dan suara dilukiskan dalam pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 FrekuensiFrekuensi Pembawa Pada Saluran Pemancar Televisi 7 MHz.
Gambar 3.5 memperlihatkan bagaimana sinyalsinyal pembawa yang berlainan cocok degan saluran standar 7 MHz. Frekuensi pembawa gambar yang dinamai P, selalu 1,25 MHz di atas ujung rendah dari saluran. Pada ujung sebaliknya, frekuensi pembawa suara yang dinamai S adalah 5,5 MHz diatas sinyal pembawa gambar, atau 0,25 Mhz dibawah ujung atas saluran. Jarak frekuensifrekuensi pembawa ini berlaku untuk semua saluran TV dalam bidang frekuensifrekuensi VHF dan UHF, apakah penyiaran tersebut adalah berwarna atau tidak berwarna (monokrom). Perhatikan bahwa frekuensi pembawa gambar tidak berada pada pertengahanpertengahan saluran 7 MHz, sebab susunan ini memungkinkan lebih banyak ruangan untuk bidang frekuensi sisi atas (upper sidebands) dari sinyal pembawa gambar yang termodulasi.
3.2.
Transmisi Televisi. Cara
memancarkan
(mentransmisikan)
sinyal
gambar
amplitudonya termodulasi mirip dengan sistem penyiaran radio yang telah dikenal. Dalam kedua kasus, amplitudo sebuah gelombang pembawa frekuensi radio (RF) dibuat bervariasi terhadap tegangan pemodulasi. Modulasinya adalah sinyal bidang frekuensidasar (baseband). Pada televisi, sinyal baseband ini merupakan sinyal video komposit. Penyiaran televisi benarbenar seperti suatu sistem radio, tetapi mencakup gambar dan suara. Sinyal suara yang tergabung di dalamnya dipancarkan oleh modulasi frekuensi (FM) pada suatu gelombang pembawa terpisah dalam saluran pemancaran yang sama seperti sinyal gambar.
3.2.1. Transmisi Bidang Sisi Sisa (Vestigal). Sinyal gambar modulasi amplitudo (AM) tidak dipancarkan sebagai suatu sinyal bidang frekuensi sisi ganda yang biasa. Melainkan, sebagai dari bidang frekuensi sisi yang lebih rendah ditapis keluar sebelum transmisi, dan suatu sisa bidang frekuensi sis tetap tertinggal. Tujuannya adalah menurunkan bidang frekuensi yang diperlukan untuk modulasi video dalam sinyal gambar. Khususnya, digunakan sebuah saluran penyiaran televisi 6 MHz ketimbang 8 MHz, atau lebih, yang akan diperlukan untuk bidang sisi (sidebands) ganda dengan 4 MHz.
3.2.2. Modulasi Amplitudo (Amplitudo Modulation). Contoh pada Gambar 3.6 melukiskan bagaimana suatu sinyal AM dihasilkan, guna menganalisis bidang sisi (sidebands). Metode ini merupakan modulasi level tinggi dalam rangkaian keluaran penguat akhir RF (frekuensi radio). Hasil modulasi dalam hal ini adalah bahwa dihasilkan suatu sinyal AM yang menggunakan suatu pembawa RF pada 100 KHz. Amplitudonya berubahubah pada laju audio sebesar 5000 Hz atau 5 KHz.
Masingmasing puncak atau dasar pembungkus bersesuaian dengan sinyal pemodulasi audio.
Gambar 3.6 Sinyal AM Dihasilkan.
3.2.3. Frekuensifrekuensi pembawa sisi (Side Carrier Frequencies). Perhatikan Gambar 3.7, Gelombang AM adalah sama dengan jumlah dari pembawa RF yang tidak dimodulasi dan dua frekuensi sisi RF. Perhatikan bahwa sinyal pembawa dan frekuensifrekuensi sisinya semuanya mempunyai level yang konstan. Juga amplitudo pembawa sisi adalah setengah dari level pembawa yang tidak dimodulasi, untuk modulasi 100 persen.
Gambar 3.7 Gelombang AM Dengan Pembawa RF.
Masingmasing frekuensi sisi berbeda dari pembawa sebesar frekuensi pemodulasi audio. Dalam contoh ini frekuensi sisi atas adalah: 100 KHz + 5 KHz = 105 KHz. Frekuensi sisi bagian bawah adalah: 100 KHz 5 KHz = 95 KHz Proses modulasi amplitudo secara otomatis menghasilkan frekuensifrekuensi atas dan bawah. Suatu sinyal AM dapat dipandang dari segiperubahan amplitudo atau frekuensifrekuensi sisinya. Kedua konsep tersebut adalah ekivalen. Sebenarnya, ketiga bentuk gelombang disebelah kiri pada Gambar 3.7 bila dijumlahkan secara grafis sama dengan bentuk gelombang disebelah kanan. Semua frekuensi sisi atas dipandang sebagai bidang frekuensi sisiatas (upper side band) dan semua frekuensi frekuensi sisi yang rendah adalah bidang frekuensi sisi bawah (lower side band). Bidangbidang frekuensi sisi ganda dilukiskan pada Gambar 3.8, untuk modulasi dengan suatu rentang kontinu dari frekuensi audio dari 0 sampai 5.000 Hz.
Gambar 3.8 BidangBidang Frekuensi Sisi Ganda.
3.2.4. Sinyal Suara Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation). Modulasi frekuensi (FM) digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan guna meningkatkan keuntungan dari derau dan interferensi yang lebih sedikit. Sinyal suara FM dalam televise pada dasarnya sama seperti dalam penyiaran radio FM kecuali bahwa ayunan frekuensi maksimum adalah ± 25 KHz, dan bukan ± 75 KHz. Suatu pembawa terpisah, yakni 4,5 MHz diatas pembawa gambar, digunakan untuk sinyal suara yang berhubungan, keduanya dalam saluran televise 6 MHz standar. Rangkuman frekuensi permodulasi audio adalah 50 sampai 15.000 Hz seperti dalam radio FM, guna memungkinkan menghasilkan kembali suara yang berfidelitas tinggi (highfidelity).
Gambar 3.9 Cara Menghasilkan Modulasi Frekuensi.
Gambar 3.10 Keluaran FM Dari Osilator.
Gambar 3.10 melukiskan keluaran FM dari osilator pada Gambar 3.9. Amplitudo tetap sama pada semua waktu, tetapi frekuensi berubah secara kontinu. Perubahan frekuensi maksimum dari pembawa 100 KHz dalam contoh ini adalah ± 10 KHz, yang bersesuaian dengan tegangan puncak dari sinyal pemodulasi 60 Hz. Nilainilai diantara nol dan tegangan puncak memiliki perubahan perubahan frekuensi yang lebih kecil daripada ± 10 KHz. Laju pengubahan adalah 60 Hz. Dengan cara ini, informasi sinyal pemodulasi berada dalam perubahan frekuensi dari pembawa RF. Karakteristikkarakteristik dari suatu sinyal FM, dibandingkan dengan suatu sinyal AM, diikhtisarkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Perbandingan Sinyal FM dan AM. FM Amplitudo pembawa adalah konstan. Frekuensi pembawa berubah terhadap modulasi. Amplitudo tegangan pemodulasi menentukan frekuensi pembawa RF. Frekuensi pemodulasi adalah laju perubahan frekuensi dalam gelombang pembawa RF.
AM Amplitudo pembawa berubah terhadap modulasi. Frekuensi pembawa adalah konstan. Amplitudo tegangan pemodulasi menentukan amplitudo pembawa RF. Frekuensi pemodulasi adalah laju perubahan amplitudo dalam gelombang pembawa RF.
3.2.5. Indeks Modulasi. Nilai ini dihitung sebagai penyimpangan frekuensi dari pembawa RF dibagi dengan frekuensi pemodulasi audio. M =
Df f a
Indeks modulasi menunjukkan berapa banyak pasangan bidang sisi berada dalam sinyal FM. Tidak seperti AM, modulasi frekuensi dapat menghasilkan pasangan ganda dari frekuensi bidang sisi untuk nilai M yang lebih besar daripada 1. Akan tetapi
untuk M ≤ 1, suatu sinyal FM hanya mempunyai satu pasang bidang sisi, seperti sebuah sinyal AM.
3.2.6. Modulasi Fasa. Dengan metode ini, sudut fasa dari pembawa RF digeser secara sebanding dengan amplitudo tegangan pemodulasi audio. Fase yang berubahubah ini bersesuaian dengan perubahan dalam frekuensi sinyal pembawa. Dengan demikian, modulasi fasa (PM Phase Modulation) menghasilkan suatu sinyal FM ekivalen, atau FM yang tak langsung (indirect FM). Dalam banyak hal, pemancar FM secara aktual menggunakan modulasi fasa dalam sebuah osilator yang dikontrol oleh kristal, untuk mendapatkan stabilitas frekuensitengah yang sangat baik. Suatu karakteristik penting modulasi fasa (PM) adalah kenyataan bahwa jumlah FM ekivalen, atau FM tak langsung, meningkat dengan makin tingginya frekuensi. Sebabnya adalah perubahan yang lebih cepat dalam sudut fasa. Akan tetapi, penapis pengoreksi audio digunakan dalam modulasi, guna memberikan ayunan frekuensi yang sama seperti dalam FM langsung.
3.2.7. Preemphasis dan Deemphasis. Preemphasis mengacu pada penaikan (bosting) frekuensi audio tinggi di dalam modulasi pada pemancar. Tujuannya adalah untuk memperbesar pembanding sinyal terhadap derau (S/N – Signal to Noise Ratio) untuk frekuensi audio tinggi, dari sekitar 2.400 sampai 15.000 Hz. Umumnya nilainilai ini adalah harmonik dari frekuensifrekuensi dasar yang lebih kuat. Deemphasis berarti pelemahan frekuensifrekuensi ini dengan jumlah yang sama pada waktu naik (diboost). Rangkaian deemphasis berada pada keluaran detector FM dalam penerima. Untuk pelemahan (deemphasis) ini
digunakan penapis (filter) RC pelewatrendah. Konstanta waktu RC adalah 75 μdet, untuk menyepadankan preemphasis.
3.2.8. Transmisi Garis pandangan (Line Of Sight). Dalam bidangbidang frekuensi VHF dan UHF, radio dirambatkan terutama oleh gelombanggelombang yang dekat ke permukaan bumi, sebagai pengganti gelombanggelombang langait dari atmosfer yang terionisasi. Dengan demikian jarak transmisi adalah terbatas pada lintasan garis lurus ke horison. Karakteristik ini disebut transmisi garis pandangan (Line Of Sight Transmission). Akan tetapi, jarak horison untuk gelombanggelombang radio adalah sekitar 15 persen lebih jauh karena efekefek pembiasan.
3.2.9. Sistem Komunikasi Satelit. Sistem komunikasi satelit kebanyakan satelit kebanyakan menggunakan satelit Geostasioner, dimana satelit mengorbit diatas khatulistiwa dengan kecepatan orbit sinkron dengan kecepatan rotasi bumi. Ketinggian orbit pada keadaan ini adalah 36.000 km (tepatnya 35.786 km), yang merupakan jarak vertikal satelit berfungsi sebagai repeater (RF heterodyne) yang dipergunakan bersama oleh semua stasiun bumi dalam wilayah cakupannya. Dengan jarak yang sangat jauh (dibandingkan dengan jarak link terestrial 60 km) dan penggunaan bersama oleh sejumlah stasiun bumi, menjadikan halhal yang spesifik berikut: 1. Dengan jarak >> demikian ini, menyebabkan redaman propagasi besar sekali, yang menjadikan konsekuensi menyangkut: a. Daya pancar dibuat besar: untuk stasiun bumi bukan merupakan masalah, sebaliknya untuk satelit sangat ditentukan kapasitas baterai solarnya maupun usia pakai (life time)nya.
b. Gain antena diperbesar sehingga ukuran antena menjadi besar: untuk satelit bumi tidak masalah, lain halna pada satelit sangat ditentukan terbatasnya ruang yang tersedia. c. Karena daya pancar dan gain antena yang terbatas, maka penerima di bumi diusahakan dengan kandungan derau yang sangat rendah (dinamakan superquite receiver). d. Daya pancar bagi setiap stasiun bumipun tidak dapat semaunya diperbesar, harus dikoordinasikan bersama stasiun lainnya agar tidak menyebabkan saturasi penerima di satelit. e. Juga gain antena stasiun bumi dibatasi oleh kemampuan ”tracking” (menjejak) kearah satelit. Gain makin besar, beam makin tajam/sempit bila terjadi ketidakstabilan arah antena atau posisi satelit, arah LOS mudah meleset. f. Karena arah lintasan umumnya keatas (elevasi >5 0 ), maka jarakmelintasi bagian atmosfer yang tidak stabil pendek sekali dibandingkan dengan jarak stasiun bumisatelit. Dengan demikian: Redaman ruangan ao dapat dihitung lebih teliti. Redaman karena penyerapan atmosfer, hujan dan lainnya kecil sekali, tidak berarti bila dibandingkan dengan ao, jika digunakan frekuensi di bawah 10 GHz. Fading random dapat diabaikan. 2. Untuk penggunaan bersama oleh semua stasiun bumi, diatur caracara penggunaan/akses bersama (multiple access): a. Frequency Division Multiple Access (FDMA). b. Time Division Multiple Access (TDMA). c. Code Division Multiple Access (CDMA).
3.2.9.1. Orbit Geostasioner. Ketinggian satelit sebesar 22.300 mil (35.887 km) digunakan seba jarijari ini memberikan suatu orbit Geostasioner atau sinkron. Waktu untuk satu orbit menyesuaikan ke 24 jam dari satu putaran bumi terhadap sumbunya. Sebagai akibatnya, satelit nampak menjadi diam terhadap bumi. Jadi adalah mungkin bagi pemancar uplink untuk mengarahkan sinyal antenanya ke satelit. Juga stasiun penerima bumi dapat mengambil sinyal downlink dengan mengarahkan piringan antena (antenna dish). Satelitsatelit yang berbeda mempunyai bagian bagian yang kaku yang berbeda sebesar 3 sampai 5 derajat.
3.2.9.2. Frekuensi Uplink dan Downlink. Gelombanggelombang
mikro
(microwave)
digunakan untuk memungkinkan sorotan yang tepat dari sinyalsinyal radio ke sebuah satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Frekuensifrekuensinya adalah rangkuman Gigahertz (GHz). Uplink = 5,9 sampai 6,4 GHz. Frekuensifrekuensi ini digunakan untuk pemancar bumi ke satelit. Downlink = 3,7 sampai 4,2 GHz. Frekuensifrekuensi ini digunakan untuk pemancar satelit ke penerima stasiun bumi. Satelit mempunyai 12 sampai 24 transponder untuk saluransaluran terpisah. Masingmasing transponder mengubah sinyal uplink ke sinyal downlink untuk stasiun bumi televisi yang hanya menerima (TVROTV Receiver Only). Seperti stasiun relay, satelit mengambil sinyal dari sebuah
stasiun
bumi
pada
satu
lokasi
dan
mengirimkannya kembali ke bumi, dimana dia dapat diterima di lokasilokasi sekitar pusatnya di sekeliling bumi. Keluaran daya adalah 5 sampai 8,5 W. Kebutuhan daya searah (DC) diberikan oleh tenaga matahari (solar cells).
3.2.9.3. Saluran Transponder. Satelit televisi mempunyai 12 transponder untuk sinyalsinyal yang berbeda dalam saluransaluran yang terpisah. Transponder adalah gabungan penerima dan pemancar. Sinyal uplink diterima, untuk dikonversi ke frekuensi downlink dan kemudian dipancarkan ke penerima stasiun bumi. Sebenarnya tersedia 24 saluran dengan 12 transponder. Sinyal untuk 12 saluran menggunakan polarisasi horisontal, dan polarisasi vertikal digunakan untuk ke 12 saluran lainnya.
3.2.9.4. Satelit Komunikasi. Walaupun televisi sangat populer, ia hanyalah merupakan salah satu penerangan dari komunikasi satelit. Penggunaanya mencakup telepon, televisi dan transmisi data. Peraturan di seluruh dunia ditetapkan oleh konsorsium
INTELSAT
(International
Telecommunication Satellite) di Amerika Serikat, satelit satelit
dioperasikan
(Communication
oleh
Satellite).
perusahaan
COMSAT
Perusahaanperusahaan
swasta seperti RCA dan Wester Union juga memilki satelit domestik. Di Indonesia, satelit Palapa digunakan untuk TVRI. Untuk komunikasi ke seluruh dunia, terdapat satelitsatelit di atas lautan, Atlantik, Pasifik dan
Hindia. Beberapa satelitsatelit komunikasi yang populer diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 SatelitSatelit Terkenal. Nama
Pemilik
Angular Heading 132 0
Satcom IV
RCA
Comstar 3
Comsat
95 0
Wester 3
Western Union
86 0
Anik B
Kanada
109 0
Pemakaian Digunakan oleh perusahaan perusahaan televisi kabel Komunikasi telepon Digunakan oleh stasiun TV masyarakat Televisi Kanada
3.2.9.5. Stasiun Bumi Penerima. Masalah pokok dengan stasiun bumi pnerima adalah sinyal yang sangat lemah dari satelit sejauh 22.300 mil (35.887 km). Keluaran daya satelit umumnya adalah 5 W. Akan tetapi, penguatan antenanya (antenna gain) khasnya adalah 1.000 untuk ERP (Effective Ratioted Power) sebesar 5.000 W. Dengan asumsi suatu rugi sebesar 196 dB dalam transmisi, sinyal pada penerima hanyalah 1,2 x 10 16 W. Namun dengan menggunakan sebuah piringan antena (antenna dish) besar untuk penguatan sebesar 10.000 dan sebuah penguatderaurendah yang khusus (LNALow Noise Amplifier) untuk sinyal gelombang mikro, stasiun TVRO dapat menerima sinyalsinyal satelit.
3.2.9.6. Jaringan S.K.S.D. S.K.S.D. (Sistem Komunikasi Satelit Domestik) untuk Indonesia pada tahap pertama direncanakan mempunyai 50 stasiun bumi. Dari antara itu 40 tempat telah ditentukan seperti dalam Gambar 3.11.
Gambar 3.11 StasiunStasiun Bumi S.K.S.D.
1. Ruas Bumi. Jenis stasiun bumi ada tiga macam, yaitu: a. Stasiun Lintas Utama dan Pengendali di Jakarta. Stasiun bumi ini selain menampung lalu lintas utama juga bertugas mengendalikan Satelit Komunikasi,
seperti
telemetri,
penjejakan
(tracking) dan mengontrol kedudukan satelit agar tetap dan antena satelit tetap arahnya. Diameter antena parabol stasiun ini adalah 10 meter, stasiun bumi ini memiliki 2 antena parabol, yang satu untuk lalu lintas utama dan pengendalian satelit yang beroperasi dan satunya lagi untuk diarahkan ke satelit kedua.
b. Stasiun Lintas Utama. Stasiun bumi ini terletak di 18 tempat yang besar lalu lintasnya. Diameter antena parabol ini adalah 10 meter. Selain menyalurkan telepon, telex, data dan telepon juga dapat digunakan untuk memancarkan dan menerima TV. c. Stasiun Lintas Tipis. Stasiun bumi ini berada ditempattempat yang lain. Beberapa tempat menggunakan antena 8 meter dan tempattempat industri dilepas pantai dan pedalaman cukup menggunakan antena 34 meter. Stasiun bumi ini dapat diangkut/bergerak dimasukkan dalam penggolongan ini mengingat diameter sekitar 3 meter.
2. Ruas Angkasa. Jenis satelit komunikasi adalah HS333 buatan Hughes Aircraft Company dengan 12 transponder. Masingmasing transponder mampu menyalurkan 400 sirkit telepon dua arah atau satu saluran TV berwarna. Daya keluar pengeras daya T.W.T. adalah 5 W untuk setiap transponder. Pengarahan antena sekitar 28 dB. Gambar 3.12 memperlihatkan pola radiasi dengan kurva daya pancar efektif dari satelit transponder.
Gambar 3.12 Pola Radiasi S.K.S.D.
3. MacamMacam Satelit. Pembagian macam satelit yang pertama adalah satelit pasif dan satelit aktif. Satelit pasif alamiah yang terkenal adalah bulan kita. Satelit pasif buatan yang pernah dicoba adalah konstruksi bendabenda besar berkulit
tipis
yang
memantul
gelombang
elektromagnetik (proyek ECHO), atau dipoldipol terbuat dari logam yang diserakkan diruang angkasa luar (dipoles belt). Karena pada satelit pasif perlu dayadaya pemancar stasiun bumi yang sangat besar, dan lebar yang dapat digunakan relatif sangat sempit, seluruh perhatian dunia sekarang ini diarahkan kepada satelit aktif. Satelit aktif dapat juga dibagidibagi dalam 3 macam satelit aktif, misalnya: Satelit aktif untuk rele. Satelit aktif untuk distribusi. Satelit aktif untuk broadcasting.
4. Keuntungannya: Panjang lintasan hampir tidak tak terpengaruh oleh letak atau jarak setasiun –setasiun bumi yang berada dalam daerah lingkup nasional. Degradasi mutu sinyal lintasan satelit oleh modulasi silang, distorsi amplitudo dan fasa, derau thermis (Thermal Noise), dan beberapa faktor lain lebih sedikit daripada gelombang mikro darat, ini disebabkan karena gelombang mikro terdiri dari puluhan atau ratusan stasiun pengulang, sedangkan pada sistem komunikasi satelit terjadi didalam satelitnya sendiri. Pembangunan
stasiunstasiun
bumi
dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan gelombang mikro yang merupakan pembangunan berantai. Fleksibilitas dalam perubahan dan penambahan juga menonjol karena hanya menyangkut penempatan stasiun bumi yang diinginkan. Bagi suatu jaringan komunikasi yang luas seperti Indonesia
SKSD
secara
ekonomis
lebih
menguntungkan, jhususnya karena jarakjaraknya jauh.
5. Kerugiannya: Waktu perambatan yang besar pada sistem satelit geostasioner antara 2 stasiun bumi menimbulkan persoalan dalam penyambungan interlokal dan telefoni 2 arah yang harus diperhatikan dalam perencanaan jaringan telepon umum.
Proses peluncuran hingga tercapai orbit terakhir yang geostasioner kadangkadang mengalami kegagalan, walaupun jumlah sukses pengorbitan 7590 % pada tahuntahun terakhir. Sirkitsirkit dapat terputus beberapa saat pada saat antena, satelit dan matahari berada pada satu garis lurus stasiun berada didalam bayangbayng kerucut. Karena matahari meruapakan suatu sumber pengganggu yang kuat dalam bentuk derau panas dalam ban frekuensi penerima.
BAB IV SISTEM JARINGAN TRANSMISI TELEVISI
4.1.
Jaringan Transmisi Televisi. 4.1.1. Jaringan Transmisi Televisi Jawa Barat. Dalam rangka untuk meningkatkan penyebaran informasi informasi dan mutu siaran televisi Indonesia, maka pemerintah membuat jaringan transmisi di daerahdaerah. Jaringan transmisi di Jawa Barat berfungsi untuk menyampaikan siaran televisi yang dipancarkan TVRI Pusat Jakarta (Nasional) maupun dari TVRI Jabar dan Banten (Regional) siaran televisi tersebut ditransmisikan lewat tiga jaringan utama yang saling berkaitan, yaitu: a. Jaringan Microwave. b. Jaringan VHF dan UHF. c. Jaringan Satelit.
Macammacam siaran yang dapat ditransmisikan di Jawa Barat, yaitu: 1. Siaran Nasional. Siaran ini dipancarkan dari TVRI Stasiun Pusat Jakarta di relay oleh semua stasiun pemancar cabang. 2. Siaran Regional Daerah Jawa Barat. Siaran ini dipancarkan dari TVRI Jabar dan Banten dan dapat diterima didaerah Jawa Barat dan sekitarnya.
Informasi gambar dan suara yang diproduksi TVRI Jabar dan Banten dipancarkan menggunakan transmitter microwave ke Gunung Nagrak Tangkuban Perahu dan Panyandakan Cimahi secara terestrial microwave.
Kedua stasiun tersebut merupakan stasiun induk untuk jaringan transmisi Jawa Barat. Pemancar induk di gunung Nagrak memancarkan ke arah Timur yang diterima oleh stasiun pemancar ulang di Gunung Cikuray, Bukit Nyampai, Gunung Malang, Cirebon, Kuningan, Ciamis dan Pasirkoja. Sedangkan Stasiun Induk Panyandakan memancarkan ke arah Barat dan ditransmisi ulang oleh stasiun transmisi ulang di Pasir Pogor, Gunung Walad, Puncak Surangga, Bayah, Pandeglang, Gunung Tela, Cilegon dan Pasir Sumbul Puncak.
A. Jaringan Mikro. Jaringan mikro didefinisikan sebagai jaringan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Mempunyai modulasi FM (Frequency Modulation) dan PM (Phase Modulation). b. Propagasi sinyal yang dipengaruhi oleh redaman suara bebas dari cuaca. c. Lintasan sinyal bebas pandang (Line Of Sight) dalam arti tidak dihambat oleh bangunan yang tinggi atau dengan pegununganpegunungan dan lainnya. Hambatan tersebut akan mengganggu siaran televisi. d. Besar frekuensi harus lebih dari 1 GHz, agar informasi yang dikirim lebih banyak karena mempunyai RF dengan baseband yang lebih besar. Berdasarkan halhal tersebut diatas, maka untuk Gelombang Mikro lokasi dan tempat sangat penting untuk memancarkan sinya agar dapat diterima dengan baik di pesawat penerima televisi. Sedangkan untuk daerahdaerah yang kurang baik penerimaannya diperlukan stasiun pengulang.
B. Jaringan VHF dan jaringan UHF. Jaringanjaringan yang menggunakan gelombang VHF dan UHF mempunyai frekuensi yang berkisar antara 300 MHz sampai 3 GHz. Slain gelombang VHF dan UHF gelombang gelombang radio yang melalui atmosfer sanat banya ragamnya tergantung dari frekuensinya. Gelombanggelombang radio ini dibagi dalam beberapa daerah band frekuensi yang berbeda. Perbedaan band frekuensi ini dapat kita lihat dalam Tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Gelombang Radio dan Band Frekuensinya. Band Frekuensi Frekuensi sangat rendah (ULF) Frekuensi rendah (LF)
Panjang Gelombang < 30 KHz diatas 10.000 m
30 KHz300 KHz 10.000 1.000 m Frekuensi menengah (MF) 300 KHz3 MHz 1.000100 m Frekuensi tinggi (HF) 3 MHz30 MHz 10010 m Frekuensi amat tinggi (VHF) 30 MHz300 MHz 101 m Frekuensi ultra tinggi (UHF) 300 MHz3 GHz 1 m10 cm Frekuensi super tinggi (SHF) 3 GHz30 GHz 10 cm1 cm Frekuensi ekstrim tinggi > 0 GHz dibawah 1 cm (FHF) Peralatan jaringan VHF dan UHF pada dasarnya sama dengan jaringan mikro baik itu pada bagian pengirim, penerima, ataupun pengulang. Tetapi pada jaringan VHF dan UHF frekuensi yang digunakan jauh lebih rendah pada jaringan mikro yang menggunakan frekuensi yang lebi tinggi. Jaringan mikro merupakan media yang lebih baik daripada jaringan VHF dan UHF dalam penyaluran sinyal, tetapi dari segi penerimaan jaringan VHF dan UHF jauh lebih memadai.
C. Jaringan Komunikasi Satelit. Pada prinsipnya jaringan komunikasi satelit sama dengan mikro, dimana dalam sistem komunikasi satelit ini stasiun bumi berfungsi sebagai pengirim sinyal dan juga penerima sinyal yang dipancarkan tersebut. Sinyal yang dipancarkan akan diterima oleh satelit yang dipancarkan kembali setelah sinyal tersebut diperkuat dan digeser frekuensi, kemudian dipancarkan kembali ke stasiun bumi. Menurut pengorbitannya satelit dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Sistem satelit tidak teratur (Random). Sejumlah satelit diluncurkan pada orbit dengan jarak antara 100 sampai dengan 10.000 km. Pada saat itulah gerakannya diikuti oleh dua buah stasiun bumi dengan cara saling menukar atau pindah dimana dapat dikurangi waktu terputusnya hubungan, walaupun trackingnya sulit tetapi peluncurannya mudah. b. Sistem satelit bertahap (Phased Satellite System). Sistem satelit ini terdiri dari berbagai orbit seperti orbit khatulistiwa, orbit inklinasi 30 derajat, orbit kutub serta orbit campuran. Dimana setiap stasiun bumi pada setiap orbit dapat saling berhubungan dengan meluncurkan satelit dengan interval bersamaan. c. Sistem satelit Stasioner. Berada pada ketinggian 35.860 km diatas khatulistiwa dengan mempunyai kedudukan statis terhadap bumi, sehingga menggunakan satu set antena. Band frekuensi yang digunakan oleh satelit antara lain digambarkan pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Band Frekuensi Satelit. Frekuensi (GHz) 16.26516.605 7.9008.400 7.2507.750 3.4004.200 2.7003.000 1.7701.810 1.7301.770 1.5301.559 1.4001.480 1.2701.325 1.0701.270
Arah ke atas ke bawah ke bawah ke bawah ke bawah ke dua arah ke atas ke bawah ke atas ke atas ke bawah
4.1.2. Proses Jaringan Transmisi Jabar dan Banten. TVRI Jabar dan Banten merupakan penyiaran untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Disamping menyiarkan hasil produksinya sendiri TVRI Jabar dan Banten juga merelay program dari TVRI Pusat Jakarta untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Blok Diagram Transmisi TVRI Jabar dan Banten. Keterangan gambar:
TVRO
= Televisi Receive Only.
CONTINENTAL
= Microwave STL.
VDA
= Video Distribution Amplifier.
ADA
= Audio Distribution Amplifier.
MC
= Master Control.
V
= Video.
A
= Audio. Pada gambar diatas terlihat dengan jelas jaringan transmisi
yang digunakan oleh TVRI Jabar dan Banten adapun pentransmisian tersebut dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a. MasterTransmitter Continental. Bila menggunakan metode ini informasi dari Master Control yang berupa program TVRI dikirimkan kepada transmitter continental. Setelah Master Control mengolah informasi, kemudian informasi tersebut dikirim ke ruang transmisi (pemancar) untuk dipancarkan melalui transmitter continental menuju dua stasiun induk, yaitu stasiun induk Gunung Nagrak dan stasiun induk Panyandakan. b. TVROMasterTransmitter Continental. Pentransmisian cara ini dipergunakan untuk merelay atau untuk mengikuti program siaran dari Stasiun Pusat Jakarta. Informasi dari TVRO diteruskan ke bagian Master Control yang selanjutnya diberikan ke transmitter continental untuk dipancarkan seperti halnya diatas. c. TVROTransmitter Continental. Apabila pada Master Control terdapat kerusakan atau kelainan atau juga atas perintah dari Master Control, maka output dari TVRO di by pass ke input transformer continental.
4.1.3. Jaringan TVRI Dalam dan Luar Negeri.
TVRI Jakarta menjadi pusat penyiaran bagi stasiunstasiun TVRI lainnya. TVRI Pusat Jakarta memancarkan siaran program uplink langsung ke Satelit Palapa. Satelit Palapa kemudian memancarkannya ke seluruh wilayah Indonesia dan diterima oleh stasiunstasiun TVRI daerah. Dalam TVRI Jabar dan Banten sinyal informasi tersebut diubah menjadi Gelombang Mikro dan dipancarkan secara terestrial microwave dan setelah diproses oleh stasiun penyiaran, dipancarkan kembali dengan cara yang sama. Kemudian informasi diterima dan diperkuat oleh stasiun pengulang yang menghubungkan stasiun penyiaran dan stasiun bumi (ground station), sehingga pengulangan tersebut disebut microwave link. Informasi TV bersamaan dengan informasi lainnya oleh stasiun bumi dipancarkan ke satelit Intelsat dan oleh stasiun bumi Indosat yang berkedudukan di Jatiluhur. Kemudian dipancarkan lagi sehingga diterima oleh stasiun penyiaran TVRI. Sehingga informasi ditumpangkan dalam saluran gelombang mikro dan agar informasi tersebut dapat diterima oleh semua masyarakat diseluruh pelosok tanah air, maka informasi itu dipancarkan melalui Satelit Palapa C2. TVRI Pusat Jakarta yang menerima siaran langsung dari luar negeri, dan dipancarkan oleh pemancar gelombang mikro secara terestrial microwave ke microwave link yang dikelola oleh Telkom yang berkedudukan di Cibinong. Kemudian informasi gambar dan suara diproses oleh Stasiun Bumi Cibinong yang kemudian dipancarkan ke satelit Palapa agar dapat diterima di stasiunstasiun pemancar daerah yang selanjutnya dipancarkan dalam frekuensi kanal VHF dan UHF agar dapat ditonton oleh konsumen yang berada diberbagai pelosok tanah air.
4.2.
Satelit TV Receiver.
4.2.1. Gambaran Umum. Penerimaan televisi satelit model TVRO004 adalah suatu peralatan elektronik yang digunakan untuk menerima sinyalsinyal televisi lewat Satelit Palapa. Sistem yang dipergunakan dalam penerimaan ini adalah Double Conversion. Perangkat lain sebagai penunjang penerima televisi satelit ii adalah sebuah antena parabola yang mempunyai penguatan cukup besar serta sebuah penguat derau kecil (Low Noise Amplifier BlockLNB) dan Mixer. Melalui LNB frekuensi yang diterima melalui satelit 37004200 MHz diturunkan menjadi 9501450 MHz melalui Mixer pada LNB, kemudian melalui penerima frekuensi diubah menjadi Baseband. Penerima televisi ini dibuat dengan mempergunakan rangkain rangkain Solid State (Integrated Circuit dan Transistor), sistem yang dipergunakan adalah sistem modul dimana hubungan antara modul dilakukan dari sebelah belakang dan terletak didalam drawer serta dilengkapi dengan loud speaker untuk monitoring suara. Drawer ini dimasukkan dalam suatu standard rack yang dilengkapi dengan sebuah televisi berwarna untuk monitoring gambar. Sumber tenaga diperoleh dari jalajala dengan tegangan masuk 220 V atau DC ± 12 V dan hanya memerlukan konsumsi listrik kurang dari 20 Watt.
4.2.2. ModulModul. a. Down Converter. Sinyal output 9001450 MHz dari LNB diturunkan oleh Down Converter menjadi baseband dan diteruskan ke Deemphasis dan LPF yang kemudian diperkuat. b. Video Clamper. Modul ini terdiri dari ”Roofing Filter” yang berfungsi untuk memisahkan subcarrier, ”Clam” yang berfungsi untuk mereject gelombang disversial sebesar 40 dB. Level output
dapat diatur pada panel didepan dan 2 buah output Video diberikan pada panel belakang. c. Audio Sub Carrier Demodulator. Modul ini berfungsi untuk mendeteksi Audio Sub Carrier 6,8 MHz dan dilengkapi dengan 2 buah output Balance 600 ohm pada panel belakang. d. DC Power Supply. Penerima televisi ini memerlukan tegangan ± 12 V DC. Tegangan ini digunakan untuk mencatu rangkaian penerima tersebut.
Tabel 4.3 Spesifikasi Teknis. RF Input 1. Maximum 34 dBm Level 2. Frekuensi 950 s/d 1450 MHz 3. Impedansi 75 Ohm 4. Return Loss 20 dB 5. Noise Figure Max. 15 dB 6. Image 60 dB Rejection 7. Kebocoran LO 70 dBm Video 1. Level
2. Response Frekuensi 3. Standar 4. Ted 5. Impedansi
1 Vpp ± 3 dB Adjustable Hz5,5 MHz ± 0,5 dB ± 1,0 dB 75 ohm, Unbalanced
1. Deemphasis
625 garis
2. Deviation range
6 s/d 8 MHz Adjustable
Audio 1. Frekuensi 6,8 MHz Sub Carrier 2. Frekuensi Response 3. Deemphasis 4. Level Output 5. Impedansi
10 Hz s/d 10 KHz ± 0,5 dB 75 μs 10 s/d 10 dBm 600 ohm Balanced
6. Return Loss
26 dB
6. Harmonic Distortion
< 1 %
7. Polarity
Black to
7. Impedansi
8 ohm
8. Clamping
9. Line Time waveform distortion 10. Field tune waveform distortation 11. Differential phase 12. Differential gain
White; Positive going 40 dB dispersal rejection ± 1 % tilt
Audio Monitor 8. Operating Temperature
0 s/d 50 0
9. Level Audio Monitor
0,5 watt maximal
± 1 % tilt
< 5; 10 % s/d 90 % APL. < 5,5 %; 10 s/d 90 % APL
Ukuran Mekanik Tinggi 90 mm Lebar 420 mm Panjang 480 mm Kebutuhan Power 20 watt 4.2.3. Instalasi. a. Hubungan Input/Output. Hubungan input/output dari penerima ini semuanya terletak pada panel belakang. Fungsi dari input/output konektor dapat dibaca pada keterangan dibawah ini: Konektor. Power Supply.
Tabel 4.4 Spesifikasi Power Supply. A1s1 AC Power A1p1 AC Input A1F1 Fuse Output Video 1 dan output Video 2
Toggle switch untuk menyalakan Kabel tegangan input AC Sekering 1,5 Ampere Dua buah konektor output Video dengan type BNC. Level nominal 1 Vpp dapat diatur dari ”Video Level” pada panel dimuka.
Output Composite BB Input IF
OPT 2
Konektor type BNC level nominal 1 Vpp. Konektor type F. merupakan input IF dari Down Converter, Frekuensi, 9501450 MHz. Output Audio Balanced.
b. Cara Menjalankan Satelite Receiver. 1. Switch power dalam keadaan OFF. 2. Switch AFC dalam keadaan OFF. 3. Switch clamper dalam keadaan OFF. 4. Pasang kabel AC Source ketegangan jalajala 220 V/50 Hz. 5. Pasang IF in dari LNB. 6. Pasang Video out pada waveform monitor atau oscilloscope dengan terminal 75 ohm. 7. Nyalakan power. 8. Atur frekuensi sehingga terlihat gambar pada waveform monitor. 9. Atur level Video sampai 1 Vpp. 10. Atur Audio sehingga 0 dBm. 11. “ON”kan AFC. 12. “ON”kan clamper. 13. Polarisasi: Atur potensio (dibelakang) sehingga penerimaan C/N pada meter menjadi maximum.
4.2.4. Cara Kerja Penerima Siaran Televisi Satelit. a. Gambaran Umum. Pada bab ini akan dibahas mengenai cara kerja penerima Televisi Satelit, hal ini dimasukkan untuk memudahkan perbaikan bilamana ada yang tidak bekerja secara normal. Bilamana akan memperbaiki pesawat ini, maka diharapkan mempelajari dahulu cara kerja dari penerima ini sebelumnya, sehingga tidak mengakibatkan kerusakannya yang
lebih parah. Bilamana masih belum berhasil, maka hubungi UP LENBPIS.
b. Blok Diagram. Penerima ini menerima carrier RF yang termodulasi pada frekuensi antara 9501450 MHz. RF tersebut didemodulasikan untuk mendapatkan informasi Audio dan Video pada Baseband. Output dari modul HB. 900901 kemudian dilewatkan pada modul Video clamper dimana sub carrier dihilangkan oleh Low Pass Filter. Output Video dihubungkan dengan konektor BNC. Pada panel belakang, sinyal sub carrier yang mengandung informasi audio didemodulasi dan dihubungkan ke panel belakang melalui kabel balance 600 Ohm. Power Supply. Tegangan input yang diberikan adalah ± 12 V DC (Power Supply dari luar). Video Clamp. Sinyal ini dibuffer oleh emitter follower TR5, kemudian melalui R32 kemudian dilewatkan melalui Low Pass Filter dan Phase Equalized, dimana Phase Equalized terdiri dari induktor L6 + L8 beserta komponenkomponen lainnya. Output dari Video tersebut, sebagian diterminasi oleh tahanan R33 yang levelnya dapat diatur melalui potensio ”VIDEO LEVEL” (pada panel depan) VR3. dari potensio, sinyal video diteruskan ke input inverting dan ke ICB yang merupakan Diffrerential Amplifier dengan sinyal input dihubungkan pada kaki nomor 5 dan sinyal feedback dihubungkan pada kaki nomor 1 kaki nomor 6 dan nomor 8 merupakan output dari Differential Amplifier tersebut yang kemudian diperkuat oleh Amplifier TR 13 dan TR 14.
D14/D17 merupakan dioda kompensai untuk mendrop tegangan dan R47 merupakan kompoensasi ”Closed Loop” untuk Amplifier Video. Transistor TR 13 dan TR 14 berfungsi untuk memperkuat tegangan sinyal dan sinyal outputnya diteruskan ke base dari transistor TR 145 ke TR16. Tahanan R49 dan capasitor C41 merupakan rangkaian feedback. Sinyal input Video dari R46 dan R47 dilewatkan melalui rangkaian ”Simple And Hold” yang terdiri dari transistor TR17, kapasitor C110 dan Non Inverting Buffer Amplifier IC9, transistor TR17 di ON kan oleh rangkaian Sync Separator selama terjadi ”Sync tip” sesuai dengan level yang ditentukan. Dari Buffer Amplifier IC9, sinyal sync yang sudah disampel dimasukkan ke Integrator yang terdiri dari IC10A dan Filter Low Pass IC10B.
Kedua
IC
tersebut
merupakan
”Servo
Confersarion” untuk ”Loop Feed Back” yang digunakan untuk mereject gelombang dispersal. Sinyal output pada pin nomor 1 (IC10B) dimasukkan ke transisitor Buffer TR14 dan melalui R62 diinputkan ke Inverting Video Amplifier ICB. Sinyal yang terdapat pada emiter TR18 tersebut diperlukan untuk menjaga output Amplifier Video selama sync pada level tertentu. Jadi sinyal yang terdapat pada TR18 mempunyai bentuk gelombang triangle yang digunakan untuk menghilangkan gelombang disversal. Rangkaian sync separator yang terlihat pada bagian kiri ke bawah (lihat skema diagram), terdiri transistor berasal TR10TR112 dan IC11. Input in separator berasal dari emiter transisitor Buffer TR5, TR10 merupakan pemisah antara sinyal video dan sync separator. Transistor TR10 memberikan impedansi beban yang tinggi pada sinyal video (secara kapasitif dicouple melalui kapasitor C104).
Rangkaian Feedback didapat dari collector yang dikembalikan ke Gate TR11 melalui R151, R153, dan D11, dimana bila sync separator tanpa sinyal input dioda yang didrop terhadap ground. Bilamana sinyal video diberikan (positif going). Transistor TR12 berada pada daerah aktif dan tegangan pada collector naik menjadi 0 Volt comparator IC11 akan mendeteksi perubahan tegangan pada collector TR12 tersebut dan mengubahya ke bentuk sinyal switching antara 12 Volt dan 0 Volt. Sinyal switching ini dipergunakan untuk mendrive transistor switch TR17. Audio Demodulator. Pada bab ini yang kita bahas adalah program Demodulator 6,8 MHz. Input sub carrier, dihubungkan ke Amplifier (Buffer), kemudian ke Bandpass Filter yang terdiri dari L11L13. Filter ini ditala pada frekuensi sub carrier, kemudian output dari filter dihubungkan ke IC7 yang berisi Amplifier ”Limiter” dan detektor ”Quadrature”. Detektor dapat ditune oleh kedua buah rangkaian tuner yang terdiri L14, L15 dan komponenkomponen yang lain. IC12A dan IC12B dengan komponen yang lain membentuk Low Pass Filter, yang berfungsi untuk menghilangkan Noise Supersonic dari sinyal Audio, output dari Low Pass Filter kemudian dihubungkan potensiometer pengontrol Level pada panel dimuka yang kemudian diteruskan ke rangkaian perubah Unbalanced menjadi Balanced. Audio Monitor. Audio pengontrol merupakan rangkaian penguat audio dengan: Daya output 0,707 Watt (rumus) pada beban 8 ohm. Sinyal input 40 mV dan impedansi input 600 ohm.
Rangkaian didesain dengan ICLM 380 yang merupakan gain 34 dB pada tegangan supply + 12 V. Output Audio Monitor tersebut terdapat pada panel depan.
Gambar 4.2 Blok Diagram TV Satelit Receiver.
Gambar 4.3 Blok Diagram Audio Demodulator.
Gambar 4.4 Blok Diagram Video Clamp.
4.3.
Waveform Monitor. Sinyal input sebelum siaran berwarna (sinyal Color Bar) sebagai berikut: Hitam, Biru, Majenta, Hijau, Cyan, Kuning dan Putih. Blok diagram sinyal input dilihat dari oscilloscope pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Blok Diagram Sinyal Input Dilihat Dari Oscilloscope.
Ketentuan yang mesti dicapai kualitas gambar yang lebih baik sesuai standar Broadcast adalah 0,7 Vpp.
4.4.
Prinsip Kerja Televisi Siaran Langsung. a. Gambaran Umum. Dimulai dari kamera dipancarkan ke Bus OBVAN (Studio Mini), kemudian diterima oleh parabola transmit dan langsung dikirim
ke Stasiun Relay Panyandakan. Dan kemudian dipancarkan ke Stasiun TVRI Bandung diteruskan ke Master Control dan dikirim ke teknik studio (Studio Master). Setelah itu dikembalikan lagi kedua pemancar induk, baru dipancarkan ke rumahrumah. Dan untuk daerah yang jaraknya jauh dari TVRI Jabar dan Banten, harus dipancarkan terlebih dahulu melalui linklink ke Stasiun Relay yang ada didaerah tersebut.
Gambar 4.6 Blok Diagram Televisi Siaran Langsung.
4.5.
Terestrial Microwave. 4.5.1. Terestrial Microwave NEC. a. TVRI Jabar dan Banten. Microwave NEC RX, terima dari Working Bearer. Working Bearer dari Timur dipergunakan TVRI Surabaya untuk siaran rutin wilayah Jawa Timur dan temporary dipergunakan untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat. Working Bearer dari Timur juga dipergunakan TVRI Yogyakarta untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat dengan switch di Tawangmangu.
Working Bearer dari Timur juga dipergunakan TVRI Semarang untuk Teleconference pengiriman berita untuk TVRI Pusat dengan switch di Gombel.
Untuk Teleconference pengiriman berita ke TVRI Pusat dari ke3 Stasiun switchingnya di Bandung dan diteruskan ke Gunung Nagrak menggunakan Microwave Continental, di Gunung Nagrak output IF Continental dipergunakan untuk input TX NEC pada Working Bearer dan output IF NEC Working Bearer Gunung Malang untuk input FPU TX ke Jakarta, sedang untuk siaran rutin TVRI Jabar dan Banten menggunakan Protection Bearer sampai ke Cirebon dan di Cirebon diteruskan ke Timur sebagai Working Bearer.
b. Satuan Transmisi Gunung Nagrak. Microwave NEC TX RX, pengiriman lewat Working Bearer dipergunakan untuk Teleconference dengan input IF dari RX Microwave
Continental,
sedang
Protection
Bearer
dipergunakan untuk siaran rutin TVRI Bandung.
c. Satuan Transmisi Gunung Malang. Microwave NEX TX RX, IF Working Bearer terima Gunung Nagrak diteruskan ke FPU untuk siaran ke Teleconference ke TVRI Pusat, sedang Protection Bearer dipergunakan untuk siaran rutin.
d. Satuan Transmisi Cirebon. Microwave NEX TX RX, untuk siaran rutin menggunakan jalur Protection Bearer dan meneruskan ke arah Timur.
4.5.2. Microwave Continental dan FPU. a. TVRI Jabar dan Banten. Dua buah TX Microwave Continental: Microwave A dipergunakan untuk pengiriman berita Teleconference. Microwave B dipergunakan untuk pengiriman siaran rutin TVRI Jabar dan Banten.
b. Satuan Transmisi Gunung Nagrak. Dua buah RX Microwave Continental: Microwave A output IF dipergunakan untuk input IF Microwave TX NEX pada Working Bearer. Microwave B output Video/Audio untuk dipergunakan pemancar dan sebagai input modulator NEC pada Protection Bearer.
c. Satuan Transmisi Gunung Malang. RX Microwave NEX terima dari Gunung Nagrak: IF output dari Working Bearer dipergunakan untuk input IF TX FPU ke Jakarta. IF output dari Protection Bearer selain diteruskan ke TX arah Timur juga dipakai untuk demodulator yang Video/Audio dipergunakan untuk siaran rutin TVRI Jabar dan Banten.
4.6.
Sistem Antena.
Tabel 4.5 Antena Distributor dan Feeder. 1. 2. 3.
Type Antena : And 81431 (two dipole panel) Power Dissipasi untuk satu : 250 watt panel Channel Antena : CCIR Band III pada channel
4. 5.
Polarisasi Antena VSWR tiap channel antena Visual Carrier Frequency Aural Carrier Frequency Penguatan antena tiap kanal Connector Input Input Feeder Dimensi perpanel
yang dikehendaki : Horizontal
: Max. 1.1. : Max. 1.1. 6. : 8,0 dB 7. : “N”female 8. : Coaxial cable RG 213 9. : Panjang = 1,50 m. : Lebar = 1,33 m. : Tinggi = 0,55 m. : Berat = 20 Kg.. 10. VSWR Distributor : Max. 1.1 pada frequency 174 s/d 230 MHz, juga untuk 4364 MHz. 11. Power dissipasi distributor : 250 watt rms. 12. Input connector distributor : “N”female. 13. Output connector distribution : “n”female. 14. Feeder input distributor : LDF 450.
Gambar 4.7 Antena Dipole Array.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan. 1. TVRI dalam menyampaikan siaran TV yang berupa sinyalsinyal Video dan Audio dari studio ke pesawatpesawat penerima menggunakan frekuensi sangat tinggi (UHF dan VHF) sebagai frekuensi pembawa atau carrier. 2. Jaringan TV di Jawa Barat berfungsi untuk menyampaikan siaran TV yang dipancarkan TVRI Pusat Jakarta (Nasional) maupun dari TVRI Jabar dan Banten (Regional). Siaran TV tersebut ditranbsmisikan lewat 3 jaringan utama yang saling berkaitan, yaitu: a. Jaringan Microwave. b. Jaringan VHF dan UHF. c. Jaringan Komunikasi Satelit. 3. Karakteristik Jaringan Microwave, yaitu: a. Mempunyai modulasi FM dan PM. b. Propagasi sinyal yang dipengaruhi oleh redaman suara bebas dari cuaca. c. Lintasan sinyal bebas pandang (Light of Sight). d. Besar frekuensi harus lebih dari 1 GHz, agar informasi yang dikirim lebih banyak karena mempunyai RF dengan baseband lebih besar. 4. Jaringan yang menggunakan gelombang VHF dan UHF mempunyai frekuensi yang berkisar antara 30 MHz sampai 3 GHz. 5. Dalam sistem komunikasi satelit stasiun bumi berfungsi sebagai pengirim dan juga penerima sinyal yang dipancarkan tersebut. 6. Menurut orbitnya satelit dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Sistem satelit tidak teratur (Random). b. Sistem satelit bertahap (Phased Sattelite System).
c. Sistem Satelit Stasioner. 7. Siaran yang ditransmisikan di Jawa Barat yaitu Siaran Nasional dan Siaran Regional. 8. Pemancar induk di Gunung Nagrak memancarkan ke arah Timur yang diterima oleh Stasiun pemancar ulang di Gunung Cikuray, Bukit Nyampai, Gunung Malang, Ciamis, Pasirkoja. Sedangkan stasiun induk Panyandakan memancarkan ke arah Barat dan ditransmisi ulang oleh transmisi ulang di Pasir Pogor, Gunung Walad, Puncak Surangga, Bayah, Pandeglang, Gunung Tela, Cirebon dan Pasir Sumbul Puncak. 9. Microwave Link yaitu informasi yang diterima dan diperkuat oleh stasiun Pengulang yang menghubungkan stasiun penyiaran dan stasiun bumi. 10. Stasiun Relay berfungsi merubah channel (memperkuat daerah pancaran).
5.2.
Saran. Bahwa untuk menghasilkan siaran televisi yang bermutu, perlu ditunjang adanya peralatan yang lebih modern dan canggih. Tidak hanya itu juga, perawatan dan pemeliharaan dari peralatan tersebut harus benar benar di monitor secara berkala. Sehingga tidak heran akan menghasilkan suatu siaran yang nyaman bagi konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anton Sudiono, Harmoko., dan Hadi Setiadi Sejati,”Transmitter Pemancar Continental”, Laporan Praktek Kerja di TVRI Stasiun Bandung.2003. 2. Bernard Grob dan Ir. Sahat Pakpahan “Sistem Televisi dan Video Edisi Kelima”, Penerbit Erlangga.1984. 3. Simposium Teknologi Komunikasi Satelit Bandung, 710 Oktober 1974,”Teknologi Komunikasi Satelit”, Lembaga Penelitian Telekomunikasi Radio & Microwave.1976. 4. Trisapto Ir., Poernomo, 1996, “Perencanaan Sistem Radio”, ITENAS, Laboratorium Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Bandung.
LAMPIRAN