8
LAPORAN KASUS KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN IBU BERSALIN
Ny. M 30 Tahun G1P0A0 UK 39 Minggu 6 Hari dengan Prolaps Tali Pusat
di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
Laporan Kasus Kebidanan Disusun sebagai
Salah Satu Syarat Program Akademik
Disusun oleh:
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kasus Praktek Klinik Kebidanan IV.
Penulisan laporan ini dalam rangka memenuhi tugas praktek klinik kebidanan IV yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
dr.TridjokoHadianto, DTM&H., M.Kes , selaku ketua Prodi D IV Kebidanan SV UGM
Seluruh Dosen Pembimbing Praktek Klinik Kebidanan IV Prodi D IV Kebidanan SV UGM
Dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah turut mendukung dan membantu terlaksananya Praktik Klinik Kebidanan IV
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan bagi pembaca umum dan Mahasiswi Program Studi Kebidanan khususnya.
Yogyakarta, Februari 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Penurunan Angka Kematian Ibu dan angka kematian bayi baru lahir (AKB) merupakan prioritas utama pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 dan merupakan target Sustainable Development Goals yang harus dicapai pada tahun 2030. Pada dasarnya, kematian ibu, janin, dan neonatal di negara berkembang biasanya sering terjadi di rumah, pada saat persalinan, atau pada awal masa neonatal, tanpa pertolongan dari tenaga kesehatanterlatih, keterlambatan akses untuk menerima perawatan yang berkualitas, dan sebagainya.
Salah satu penyebab yang jarang terjadi dan sering mengalami keterlambatan dalm diagnosa adalah prolaps tali pusat.Prolaps tali pusat didefinisikan sebagai kehadiran tali pusat di antara bagian presentasi janin dan leher rahim, terlepas dari selaput ketuban utuh atau pecahProlaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin.Kejadian keseluruhan dilaporkan 0,1% – 0,6% dengan insiden yang lebih tinggi dalam presentasi bebas-sepalika, kehamilan kembar, dan trimester awal kehamilan. Namun, baru-baru ini dilaporkan insiden yang lebih rendah (0.018%) dan ada kecenderungan insiden mengalami penurunan sepanjang tahun: 0,6% di 1932, 0,2% di 1990, dan 0.018% di 2016.
Berdasarkan angka kejadian dan resiko terjadinya prolaps tali pusat, maka sangat diperlukan penanganan yang tepat dan komprehensif dalam tata laksana kasus tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari merupakan salah satu Rumah Sakit yang menjadi Rumah Sakit rujukan dalam kasus-kasus yang membutuhkan penangan tindak lanjut secara PONEK, salah satu kasusnya adalah kejadian kegawatdaruratanibubersalin dengan prolaps tali pusat.
RumusanMasalah
Bagaimana penerapan asuhan serta tata laksana kasus kegawat daruratan ibu bersalin dengan prolaps tali pusat di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari?
Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan dan tata laksana kasus kegawatdaruratanibubersalindenganprolaps tali pusat serta mahasiswa mampu memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah terkait kegawatdaruratanibubersalindenganprolapse tali pusat.
Mahasiswa mampu menggali bukti-bukti ilmiah yang mampu mendukung diagnosa penetapan kejadian prolapse tali pusat.
Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan asuhan tata laksana kejadian prolapse tali pusat.
Mahasiswa mampu mengobservasi serta mengevaluasi terapi serta asuhan tata laksana kasus yang telah diberikan.
Manfaat
Manfaat bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan kasus kegawatdaruratanibubersalindenganprolapse tali pusat sehingga mahasiswa mampu memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien serta mengetahui kesesuaian tata laksana kasus antara teori dengan lahan.
Manfaat bagi institusi
Laporan studi kasus ini mampu menjadi tambahan bahan pustaka agar menjadi sumber bacaan sehingga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi mahasiswa terhadap tata laksana kasus kegawatdaruratanibubersalindenganprolapse tali pusat.
Manfaat bagi Lahan Praktik
Laporan studi kasus ini memberikan gambaran mengenai tata laksana kasus kegawatdaruratanibubersalindenganprolapse tali pusat dan memberikan kritik dan saran yang membangun.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Fetal distress
Fetal distress terjadi bila janin tidak menerima O2cukup, sehingga mengalami hipoksia.Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh normal, dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapun janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipoksia) adalah :
Janin yang pertumbuhannya terhambat
Janin dari ibu dengan diabetes
Janin dengan kelainan letak
Janin kelainan bawaan atau infeksi
Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :
Persalinan berlangsung lama
Induksi persalinan dengan oksitosin
Ada perdarahan atau infeksi
Insufisiensi plasenta : post term, preeklamsia
Bradikardia
Selama trimester ketiga, rata-rata denyut jantung janin basal normal yang telah umum diterima berkisar antara 120 dan 160 kali/menit.Bawah batas normalnya masih diperdebatkan secara internasional, beberapa peneliti merekomendasikan 110 kali/menit. Praktisnya, laju antara 100 dan 119 denyut/menit tanpa adanya perubahan-perubahan lain, biasanya tidak dianggap mewakili gangguan janin. Denyut jantung basal yang rendah tapi normal juga telah dikaitkan dengan tekanan pada kepala pada posisi oksiput posterior atau posisi melintang, terutama selama persalinan kala dua.Bradikardia ringan seperti itu diamati pada 2 persen kehamilan terpantau dan rata-rata berdurasi sekitar 50 menit.Bradikardia dalam kisaran 80 sampai 120 denyut/menit dengan variabilitas yang baik tidaklah bermasalah.Masalah timbul jika interpretasi kecepatan kurang dari 80 denyut/menit dan kecepatan itu umumnya dianggap bermasalah (Cunningham, 2016).
Takikardia
Takikardia pada janin didefinisikan sebagai denyut jantung basal yang melebihi 160 denyut/menit. Peneybab paling umum untuk takikardia janin adalah demam pada ibu yang disebabkan korioamnitis, meskipun demam dari sumber lain juga dapat meningkatkan denyut jantung janin basal. Penyebab lain takikardia janin meliputi gangguan janin, aritmia jantung, dan pemberian obat-obatan parasimpatik atau simpatomimetrik pada ibu. Pertolongan cepat untuk kondisi yang mencurigakan seperti koreksi hipotensi ibu yang disebabkan oleh analgesia epidural,dapat membantu pemulihan janin (Cunningham, 2016).
Prolaps Tali Pusat
Pengertian Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin.Prolaps tali pusat didefinisikan sebagai kehadiran tali pusat di antara bagian presentasi janin dan leher rahim, terlepas dari selaput ketuban utuh atau pecah.Penurunan tali pusat melalui leher rahim sangat penting untuk mendiagnosa prolaps tali pusat. Hal ini dapat terjadi secara jelas (melewati bagian terendah janin) atau okultisme (bersama bagian terendah janin) (RCOG, 2014).
Menurut Sarwono (2009), prolaps tali pusat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tali pusat terkemuka, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah janin dan ketuban masih intak.
Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina. Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.
Insiden Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat merupakan kejadian kegawatdaruratan obstetri yang jarang terjadi tetapi berpotensi signifikan pada hasil neonatal yang buruk. Kejadian keseluruhan dilaporkan 0,1% – 0,6% dengan insiden yang lebih tinggi dalam presentasi bebas-sepalika, kehamilan kembar, dan trimester awal kehamilan. Namun, baru-baru ini dilaporkan insiden yang lebih rendah (0.018%) dan ada kecenderungan insiden mengalami penurunan sepanjang tahun: 0,6% di 1932, 0,2% di 1990, dan 0.018% di 2016 (International Journal of Women's Health, 2018)
Menurut Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (2014), bahwa kejadian keseluruhanprolaps tali pusatberkisar dari 0,1 – 0,6% dan dalam kasus presentasi sungsang mengalami insiden prolapse tali pusat lebih tinggi1%. Kejadian ini dipengaruhi oleh karakteristik populasi dan akan meningkat pada kasus kehamilan multiple.
Sedangkan dalam penelitian Gannard et al (2012), kejadian prolapse tali pusat adalah 0.18%. Itu terjadi pada 66,7% kasus pasien multipara, 19.4% dalam kasus kehamilan kembar, 41.9% dalam kasus presentasi sungsang, 34.4% dalam kasus usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Persalinan yang terjadi melalui vagina adalah 33,3% kasus dengan interval waktu secara signifikan kurang untuk melahirkan secara Caesar. Pada kasus dengan dilatasi serviks lengkap, lebih dari tiga perempat pasien mengalami persalinan melalui vagina.
Etiologi Prolaps Tali Pusat
Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Factor-faktor etiologi prolapse tali pusat meliputi beberapa factor yangs erring berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat, iatrogenik (Sarwono, 2009) :
Presentasi yang abnormal seperti letak lintang atau letak sungsang terutama presentasi kaki.
Prematuritas
Kehamilan ganda
Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak engage
Disproporsi jnin-panggul
Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin
Tali pusat abnormal panjang (>75 cm)
Plasenta letak rendah
Ketuban pecah dini
Amniotomi
Patofisiologi Prolaps Tali Pusat
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin.Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselerasi variabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya menetap terjadilah deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama.Bila dibiarkan, terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin.Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis respiratoir dan metabolic yang berat, berkurangnya oksigenasi janin, bradikardia yang menetap, dan akhirnya kematian janin (sarwono, 2009).
Diagnosa Prolaps Tali Pusat
Menurut Sarwono (2009), diagnosa prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara, yaitu:
Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.
Teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam.
Auskultasi terdengar jantung janin yang irregular, sering dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus.
Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan adanya deselerasi variabel.
Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eksterna terhadap pintu atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat.
Diagnosis dini sangat penting untuk kehidupan janin.Meskipun demikian keterlambatan diagnosis adalah biasa.Pada setiap gawat janin harus segera dilakukan pemeriksaan dalam.
Pengelolaan Prolaps Tali Pusat
Pengelolaan prolapse tali pusat menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) adalah sebagai berikut :
Bila tali pusat tidak berdenyut lagi tunggu partus spontan
Bila tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan, beri oksigen 4-6 liter/menit dengan masker atau kanula hidung.
Pembukaan belum lengkap :
Jika pembukaan belum lengkap tindakan hanya ada 2 pilihan yaitu:
Reposisi tali pusat, atau
Seksio sesarea
Jika reposisi berhasil, tekan fundus uteri agar bagian terdepan/terbawah janin turun kalau perlu berikan oksitosin drips dan tunggu partus spontan
Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusat tidak tertekan dan letakkan ibu dalam posisi trendelenburg atau esaggrated sims position dengan menaruh bantal di bawah perut/pinggul dan segera dibawa ke rumah sakit untuk seksio sesarea dengan tangan tetap dipertahankan di dalam vagina sampai bayi lahir.
Pemberian tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol dengan dosis 0,5 mg IV dapat menolong mengurangi kontraksi uterus.
Pembukaan sudah lengkap :
Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinan segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin
Presentasi kepala :
Pimpin mengedan dan ekstrasi vakum.Bila janin telah meninggal biarkan partus spontan.
Presentasi bokong/kaki :
Reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervaginam dengan segera.Jika reposisi gagal lakukan ekstrasi bokong atau seksio sesarea.
Letak lintang :
Pertahankan posisi trendelenburg dan dorong bahu janin ke atas dan segera lakukan seksio sesarea.
Komplikasi Prolaps Tali Pusat
Komplikasi prolapse tali pusatmenurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) antara lain :
Gawat janin atau bayi mati
Infeksi intrapartum
Partus prematurus
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN IBU BERSALIN
Ny. M 30 Tahun G1P0A0 usia kehamilan39 Minggu 6 Hari dengan fetal distress dan prolaps tali pusat di RSUD Wonosari
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2019 Jam : 14.30 WIB
Ruang : VK IGD
Data Subjektif
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny.M Tn.E
Umur : 30 th 30 th
Agma : Islam Islam
Suku : Jawa Jawa
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja Swasta
Alamat : Wonosari Wonosari
No Telp : 081xxx 081xxx
Alasan datang
Pasien rujukan dari RS Allaudya dengan alasan rujukan terjadi fetal distress (DJJ ± 70 kali/menit) dan hasil periksa dalam teraba bagian kecil janin (tali pusat).
Keluhan utama
Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak pagi,ketuban pecah sejak jam 08.00 WIB, dan ibu mengatakan tidak bisa menahan keinginannya meneran.
Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lama haid 7 hari, tidak terdapat flour albus, fisiologis, tidak terdapat dismenorea. Ganti pembalut 3 – 4 kali per hari.
HPHT: 17 April 2018 HPL:24 Januari 2019
Riwayat Pernikahan
Menikah pertama umur 28 tahun, lama pernikahan 2 tahun, status pernikahan SAH.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
G1P0A0
Hamil Ke
Persalinan
Nifas
Tgl Lahir
UK
Jenis Persalinan
Penolong
Komplikasi
JK
BB
Laktasi
Komplikasi
Ibu
Bayi
I
Hamil ini
Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat ANC
HPHT : 14 April 2018
HPL : 24 Januari 2019
UK : 39+6 mgg
ANC sejak umur kehamilan 5 minggu. ANC di BPM.
Frekuensi Trimester I : 4 kali
Trimester II : 5 kali
Trimester III : 5 kali
Jumlah :14 kali
Pergerakan janin yang pertama kali pada umur kehamilan : 16 minggu. Pergerakan janin dalam 12 jam terakhir: <10 kali.
Keluhan yang dirasakan
Trimester 1 :Mual dan muntah
Trimester 2 : Tidak ada
Trimester 3 : Tidak ada
Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan dirinya dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti ASMA, Jantung, Hipertensi, DM, Hepatitis, HIV/AIDS, TBC, PMS, dll.
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, HIV, HbsAg.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi, riwayat kembar , dan riwayat penyakit ginekologi.
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat.
Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi jamu – jamuan, alkohol, dan minuman keras.
Pola Kebutuhan Nutrisi dan Eliminasi
Pola nutrisi : ibu mengatakan makan terakhir pukul 08.00 WIB, minum terakhir pukul 13.00 WIB, tidak ada keluhan.
Pola Eliminasi : ibu mengatakan BAB terakhir tadi pagi pukul 06.00 WIB, BAK terakhir tadi pagi, tidak ada keluhan .
Data Psikologi dan Spiritual
Ibu mengatakan kehamilan ini diinginkan dan sangat dinantikan oleh ibu dan suami.
Ibu mengatakan sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk persalinannya seperti pakaian ibu, pakaian bayi, dan kartu jaminan kesehatan.
Ibu mengatakan tidak ada adat istiadat yang diikuti yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
Ibu mengatakan rajin dalam beribadah.
Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Pernafasan : 24 kali/menit
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 366 0C
TB : 156 cm
BB : Sebelum hamil 50 kg, BB sekarang 60 kg
LILA : 23 cm
Muka : tidak ada oedema
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda
Hidung : simetris, septum ditengah, tidak ada sekret
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Mulut : simetris, bibir pucat dan kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena
jugularis, kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola
Menghitam
Abdomen
Inspeksi : bentuk bulat, ukuran sesuai umur
kehamilannya, tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae gravidarum dan lineanigra, teraba tegang dibagian atas sympisis.
Palpasi Leopold
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting yang berarti bokong janin.
Leopold II :Bagian kanan ibu teraba keras memanjang, bidang luas, dan tahanan kuat yang berarti punggung janin.
Bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil dan tahanan lemah yang berarti ekstremitas janin.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras,
tidakmelenting yang berarti kepala janin.
Leopold IV : Tangan divergen (bagian terendah janin telah masuk PAP).
Mc Donald : 29 cm
TBJ : (McD-11) x 155 = 2790 gram
Auskultasi DJJ : Pukul 14.30 WIB :70 kali/menit. Reguler.Lemah. Punctum maksimum di kanan bawah pusat.
His : 5 kali dalam 10 menit selama 40 detik kuat
Genetalia luar : tidak ada kelainan, tidak varises, tidak ada
condiloma dan tidak oedema.
Ekstremitas :tidak ada oedema, tidak ada varises.
Anus : tidak ada hemoroid
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Dalam
Tanggal: 23 Januari 2019 Jam: 14.30 WIB
Hasil: Vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak, pembukaan 7 cm, presentasi belakang kepala, selaput ketuban (-),teraba tali pusat, kepala turun di Hogde I, STLD (+).
Hasil Laboratorium
Belum ada hasil Laboratorium
Analisis
Diagnosa Kebidanan
Ny. M 30 Tahun G1P0A0 UK 39 Minggu 6 Hari dalam persalinan kala I fase aktif dengan fetal distress dan prolaps tali pusat.
Masalah
Bradikardia
Kebutuhan
Oksigenasi
Resusitasi cairan (2 jalur)
SC Emergency
Diagnosa Potensial
IUFD, IPFD, perdarahan post partum
Kebutuhan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter SpOG
Rehidrasi cairan, Oksigenasi, SC Emergency
Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan tanda-tanda vital , KU ibu sedang, TD : 90/60 mmHg, Nadi : 98 kali/menit, RR : 24 kali/menit, Suhu 366 0C, DJJ 70 kali/menit, lemah, Kontraksi (+).
Evaluasi : Ibu menerima hasil pemeriksaan dan tampak tegang
Melakukan pemasangan nasal canul6 Lpm dan pemasangan infus RL 500 cc jalur ke-2 guyur.
Evaluasi : Ibu terpasangnasal canul6 Lpm dan 2 jalur infus RL 500 cc guyur.
Melakukan persetujuan tindakan SC emergency kepada keluarga.
Evaluasi : Keluarga Ny. M menandatangani inform concent.
Melakukan persiapan SC Emergency
Evaluasi : Mendaftarkan Ny. M ke ruang OK, mempersiapkan pemasangan DC, pemberian antibiotik dan skin test Cefotaxime 1 gr secara IC.
Melakukan pemantauan DJJ setiap 10 menit.
Evaluasi : 14.40 DJJ : 68 kali/ menit
14.50 DJJ :50 kali/menit
15.00 DJJ : 45 kali/menit
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 23 Januari 2019
Jam : 15.00 WIB
Ruang : VK IGD
Data subjektif
Ibu mengatakan ada dorongan ingin meneran dan tidak tahan sakitnya.
Data Objektif
Pemeriksaan dalam : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban (-), teraba tali pusat, STLD (+).
DJJ : tidak di temukan
Kontaksi uterus : 5x10' durasi 45-50 detik
Analisis
Diagnosa kebidanan : Ny. M 30 Tahun G1P0A0 UK 39 Minggu 6 Hari dalam persalinan kala II dengan fetal distress dan prolaps tali pusat.
Penatalaksanaan
Kolaborasi dengan dokter SpOG, melaporkan pembukaan sudah lengkap dan persalinan mengalami kemajuan.
Evaluasi : dokter menerima informasi
Dokter memimpin persalinan secara normal
Evaluasi : Pada pukul 15.20 WIB bayi lahir dengan lilitan tali pusat, tidak menangis, kebiruan, tonus otot tidak ada. A/S 0/0 (IPFD), ibu mengalami rupture periuneum derajat III, dan dilakukan heacting.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian obat.
Evaluasi : drip oksitosin 1 A dalam 500 mL RL, SF 2x1 500mg, asam mefenamat 2x1 500 mg, dan amoxicillin 3x1 500mg.
Memberikan pendidikan kesehatan cara membebat payudara supaya tidak keluar ASInya, mencuci tangan, dan perawatan luka perineum.
Evaluasi : ibu memahami penjelasan.
Memberikan dukungan untuk keluarga supaya bisa melewati masalah ini dengan baik dan tidak menyalahkan keadaan.
Evaluasi : ibu dan keluarga menangis tetapi menerima keadaan.
Melakukan dokumentasi
BAB IV
PEMBASAHAN
Deskripsi Kasus
Pada tanggal 23 Januari 2019 pukul 14.30 WIB Ny.M umur 30 tahun G1P0A0 UK 39 minggu 6 hari datang ke IGD RSUD Wonosari dari RS Allaudya dengan rujukan fetal distress dan prolaps tali pusat. Ibu mengatakan kenceng-kenceng dari pagi dan selaput ketuban pecah sejak jam 08.00 WIB. Ibu memiliki riwayat mengejan sebelum dipimpin.Berdasarkan hasil anamnesa riwayat menstruasi Ny.M adalah menarche umur 12 tahun, siklus haid 30 hari, teratur, lama haid 7 hari, tidak ada terdapat flour albus, fisiologis, tidak terdapat dismenorea. Ganti pembalut 3 – 4 kali per hari. HPHT 17 April 2018 HPL 24 Januari 2019. Ny. M menikah pertama umur 28 tahun, lama pernikahan 2 tahun, status pernikahan SAH. Riwayat kehamilan dan persalinan ini adalah yang pertama. Riwayat kontrasepsi Ny.M belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Riwayat kesehatan Ny.M dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti ASMA, jantung, hipertensi, DM, hepatitis, HIV/AIDS, TBC, PMS, tidak ada keturunan hamil kembar, operasi, riwayat alergi obat, riwayat gangguan saat kehamilan, dan riwayat penyakit ginekologi. Ny. M tidak merokok maupun mengkonsumsi jamu dan obat-obatan selama hamil ini.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Ny.M dalam keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, TD 90/60 mmHg, pernafasan 24 kali/menit, nadi 98 kali/menit, suhu 366 0C. Pemeriksaan mata menunjukkan sklera putih dan conjunctiva merah muda. Pemeriksaan leher menunjukkan tidak ada pembesaran vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan payudara menunjukkan terlihat hiperpigmentasi pada aerola mammae, puting menonjol, tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan. Hasil pemeriksaan abdomen yakni Tinggu Fundus Uteri (TFU) 29 cm, leopold I pada fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong), leopold II pada sisi kanan ibu teraba keras memanjang, bidang luas, dan tahanan kuat (punggung), pada sisi kiri ibu teraba bagian-bagian kecil dan tahanan lemah (ekstremitas), leopold III teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala), leopold IV teraba divergen (sudah masuk panggul), Detak Jantung Janin (DJJ) 70 x/menit, his 5 kali dalam 10' durasi 45 detik. Genetalia luar tidak ada kelainan, reflek patella +/+. Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak, pembukaan 7 cm, presentasi belakang kepala, selaput ketuban (-),teraba tali pusat, kepala turun di Hogde I, STLD (+).
Dokter menegakkan diagnosa Ny.M 30 Tahun G1P0A0 UK 39 Minggu 6 Hari dalam persalinan kala I fase aktif dengan fetal distress dan prolaps tali pusat.Selanjutnya, dilakukan upaya stabilisasi yaitu dengan pemasangan nasal canul 6 liter/menit dan pemasangan infus jalur ke-2 dan diguyur. Dokter memberikan advice untuk dilakukan SC emergency, kemudian dilakukan informed concent kepada keluarga dan keluarga menyetujui dan dilanjutkan dengan persiapan SC emergency seperti pendaftaran OK, pemberian antibiotik dan skin test Cefotaxime 1 gr secara IC. Selama menunggu proses SC, tetap dilakukan pemantauan DJJ secara berkala setiap 10 menit dengan hasil yaitu pada pukul 14.40 WIB DJJ 68 kali/menit, pukul 14.50 WIB DJJ 50 kali/menit, pukul 15.00 WIB DJJ 45 kali/menit.
Pada pukul 15.00 WIB ibu mengatakan ingin meneran tidak tertahankan dan ada dorongan di anusnya.Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, teraba tali pusat, STLD (+).DJJ 45 kali/menit, lemah, kontraksi (+).Kemudian dokter memimpin persalinan secara normal dikarenakan pembukaan sudah lengkap dan penurunan kepala mengalami kemajuan.Dalam persalinan ini DJJ sulit ditemukan. Setelah 20 menit dipimpin, pada pukul 15.20 WIB lahirlah bayi perempuan dengan kondisi lilitan tali pusat, tidak menangis, kebiruan, tonus otot tidak ada, APGAR skor 0/0 pada menit pertama dan ke lima (bayi mengalami IPFD). Evaluasi persalinan ibu mengalami ruptur perineum derajat III dan dilakukan heacting oleh dokter.
Selanjutnya kala IV Ny. M berlangsung di ruang VK IGD. Dua jam post partum Ny. M dipindah ke ruang nifas. Ny. M tidak memiliki komplikasi nifas. Selama perawatan Ny. M diberi pendidikan kesehatan mengenai cara membebat ASI supaya tidak keluar, cuci tangan yang benar, serta cara perawatan luka, dan obat RL drip oksitosin 1 A, SF 2x1 500 mg, asam mefenamat 1x2 500 mg, amoxicillin 3x1 500 mg. Setelah diberikan terapi obat dan pemantauan keadaan umum di bangsal nifas Ny. S diperbolehkan pulang pada tanggal 26 Januari 2019 dengan tidak ada keluhan.
Pembahasan Kasus
Dalam data subjektif didapatkan riwayat ibu mengalami KPD, meneran sebelum dipimpin, dan dari hasil persalinan didapatkan adanya lilitan tali pusat.Dalam Buku Ilmu Kebidanan (2009) disebutkan bahwa faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Factor-faktor etiologi prolapse tali pusat meliputi beberapa factor yangs erring berhubungan dengan ibu, janin, plasenta, tali pusat, iatrogenic. Beberapa di antaranya adalah tali pusat abnormal panjang dan ketuban pecah dini. Hal ini mendukung terjadinya kejadian prolaps tali pusat pada Ny. M.
Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan di VK IGD RSUD Wonosari didapatkan hasil KU sedang, TD: 90/60 mmHg, N: 98 kali/menit, R: 24 kali/menit, pemeriksaan dalam menunjukan vulva uretra tenang, dinding vagina licin, portio lunak, pembukaan 7 cm, presentasi belakang kepala, selaput ketuban (-),teraba tali pusat, kepala turun di Hogde I, STLD (+), DJJ <70 kali/menit, kontraksi 5x10' durasi 45 detik. Dalam kasus ini menggambarkan terjadinya fetal distress dan prolaps talin pusat.Fetal distress terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup, sehingga mengalami hipoksia.Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut (Sarwono, 2009).Selama trimester ketiga, rata-rata denyut jantung janin basal normal yang telah umum diterima berkisar antara 120 dan 160 kali/menit.Bradikardia dalam kisaran 80 sampai 120 denyut/menit dengan variabilitas yang baik tidaklah bermasalah.Masalah timbul jika interpretasi kecepatan kurang dari 80 denyut/menit dan kecepatan itu umumnya dianggap bermasalah (Cunningham, 2016).Detak jantung janin irregular dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukkan adanya hipoksia. Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya kegawatan janin. Fetal distress merupakan suatu reaksi yang terjadi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup (Widiastini, 2018).
Sedangkan dalam pemeriksan dalam didapatkan hasil perabaan bagian kecil janin (tali pusat) menandakan adanya prolaps tali pusat.Prolaps tali pusat didefinisikan sebagai kehadiran tali pusat di antara bagian presentasi janin dan leher rahim, terlepas dari selaput ketuban utuh atau pecah.Penurunan tali pusat melalui leher rahim sangat penting untuk mendiagnosa prolaps tali pusat. Hal ini dapat terjadi secara jelas (melewati bagian terendah janin) atau okultisme (bersama bagian terendah janin) (RCOG, 2014). Dalam kasus ini, klasifikasi prolaps tali pusat termasuk ke dalamoccult prolapse,yaitutali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina.Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak (Sarwono, 2009).Sehingga hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan kejadian prolaps tali pusat.
Penegakkan diagnosa pada kasus Ny. M dilakukan dengan hasil pemeriksaan dalam. Menurut Buku Ilmu Kebidanan (2009), diagnosis pada prolaps tali pusat dapat melalui beberapa cara, antara lain teraba secara kebetulan tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam, auskultasi terdengar jantung janin yang irregular, sering dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus, Monitoring denyut jantung janin yang berkesinambungan memperlihatkan adanya deselerasi variabel.Sehingga hal ini sudah sesuai dengan teori.
Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. M antara lain oksigenasi, resusitasi cairan, dan rencana SC emergency. Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) bila tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup dan lakukan penanganan, beri oksigen 4-6 liter/menit dengan masker atau kanula hidung. Pada saat pembukaan belum lengkap dilakukan reposisi atau persalinan secara SC, meletakkan ibu dalam posisi trendelenburg atau esaggrated sims position dengan menaruh bantal di bawah perut/pinggul,dan pemberian tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol dengan dosis 0,5 mg IV dapat menolong mengurangi kontraksi uterus . Pada kasus Ny.M saat pembukaan 7 tidak dilakukan upaya reposisi tali pusat dan atau memposisikan ibu trendelenberg maupun esaggrated sims position dan tidak ada pemberian obat tokolitik. Sehingga hal ini merupakan kesenjangan dalam penatalaksanaan prolaps tali pusat.
Sedangkan bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinan segera diselesaikan sesuai dengan presentasi janin. Pada presentasi kepala :Pimpin mengedan dan ekstrasi vakum, bila janin telah meninggal biarkan partus spontan. Sedangkan pada presentasi bokong/kaki : reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervaginam dengan segera, jika reposisi gagal lakukan ekstrasi bokong atau seksio sesarea. Serta pada letak lintang :pertahankan posisi trendelenburg dan dorong bahu janin ke atas dan segera lakukan seksio sesarea. Pada kasus Ny. M presentasi janinadalah kepala, namun dilakukan persalinan secara pervaginam tanpa vakum ekstrasi.Hal ini tidak sesuai dengan teori sehingga merupakan kesenjangan dalam penatalaksanan pada ibu bersalin dengan prolaps tali pusat.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Pada kasus Ny. M 30 tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 39 minggu 6 hari telah mendapatkan penanganan kegawatdaruratan yang tepat yaitu dengan stabilisasi, oksigenansi, namun mengalami keterlambatan untuk dilakukan SC emergency. Terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan antara lain tidak memposisikan pasien trendelenburg atau asiggrated sims position, tida diberikan obat tokolitik pada saat kala I, dan persalinan dilakukan secara normal tanpa bantuan VE. Semakin cepat mengetahui tanda-tanda prolaps tali pusat, semakin cepat kita dapat menyelamatkan janin maupun ibu sehingga dapat membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.
Saran
Berdasarkan hasil laporan kasus ini, saran yang dapat disampaikan antara lain:
Bagi RSUD Wonosari
Perlu adanya SOP mengenai setiap ibu bersalin dengan gawat janin untuk dilakukan seksio saesarea sesegera mungkin (waktu tunggu diminimalkan).
Bagi Tenaga Kesehatan
Pemeriksaan dalam harus diperhatikan supaya lebih cepat dalam mengidentifikasi komplikasi serta pemantauan DJJ harus diperhatikan sesuai teori yang ada yaitu 30 menit sekali sehingga perujukan tidak dilakukan pada saat kondisi ibu/janin terlalu buruk.