Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-angkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan Aman
LAPORAN TUGAS LAB Eksperimen Tanggap Panas Suatu Larutan
oleh: Vierta Saraswati 13/347624/PA/15336
PROGRAM STUDI FISIKA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016
A. Pelaksanaan / Skema kerja alat (nilai maksimal 20) Berikut ini merupakan skema peralatan untuk percobaan tanggap panas suatu larutan.
Gambar 1. Skema peralatan percobaan tanggap panas larutan, yang mana larutan didinginkan terlebih dahulu hingga suhu larutan mencapai titik di bawah atau mendekati 0o C. Tata Laksana Percobaan : • Alat dan bahan disusun sebagaimana pada skema di atas. • Larutan (Air / CuSO4) didinginkan terlebih dahulu di dalam freezer hingga suhu larutan tersebut di bawah atau mendekati 0o C. • Suhu ambient (suhu di sekitar sistem) dan suhu awal sistem (larutan) ditunjukkan dengan suhu konstan dicatat. • Diamkan larutan selama 2 menit, suhu yang ditunjukkan termometer pada sistem di catat. Langkah ini dilakukan hingga suhu sistem (T) konstan atau tidak meningkat kembali. B. Tabel data pengamatan (nilai maksimal 10)
C. Grafik, perhitungan dan analisis data (maksimal 40) • ANALISA DATA Newton's Law Of Cooling or Heating T = suhu sistem M = suhu ambient (sekitar sistem) t = waktu (menit) “Laju perubahan suhu T dari suatu sistem adalah sebanding / proporsional
dengan selisih antara suhu di dalam sistem dengan suhu sekitarnya. Sehingga dapat diperoleh konstanta kesebandingan k.”
Untuk tanggap panas suatu larutan, nilai M-T adalah positif, sehingga diperoleh nilai A positif .
Grafik yang diperoleh pada eksperimen ini merupakan grafik antara ln [M-T] vs t (menit).
Dengan analisis grafik ketidakpastian bendera dapat diperoleh nilai gradien dan titik potong sebagai berikut (panjang ralat bendera adalah ½ dari skala grafik terkecil). Δx m±Δ m m1,2= ¯ ¯ =....±.... Δy m= ¯
m1+ m2 2
Δ m=|m1−m|+|m ¯ ¯ 2− m|
m = -k c = titik potong pada sumbu y
•
GRAFIK
• PERHITUNGAN 1. Jenis Larutan Air
2. Jenis Larutan CuSO4
D. Pembahasan (nilai maksimal 20) Pada praktikum Fisika Dasar kali ini, telah dilakukan percobaan Tanggap Panas Suatu Larutan. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kecepatan suatu larutan dalam menerima panas (sebagai absorber). Suatu benda menyerap energi panas dalam rangka untuk mengubah wujud benda ataupun menaikkan suhunya. Perpindahan panas dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi merupakan perpindahan panas yang terjadi pada dua benda padat berbeda suhu melalui kontak langsung. Konveksi terjadi dengan medium fluida (gas atau zat cair) dan dicirikan oleh ikut berpindahnya pembawa panas. Sedangkan radiasi merupakan perpindahan panas yang tidak memerlukan medium sebagai perantaranya, melainkan terpancar dalam bentuk gelombang elektromagnetik seperti cahaya atau gelombang radio. Percobaan tanggap panas suatu larutan ini merupakan percobaan yang menggambarkan perpindahan panas secara radiasi. Apabila gelombang elektromagnetik jatuh pada sebuah benda yang tidak bening sempurna, maka tenaga gelombang sebagian diserap dan diubah menjadi panas. Panas pengubahan ini belum diketahui secara sempurna, dan semua materi memancarkan dan menyerap tenaga yang berbentuk gelombang elektromagnetik dengan laju yang bergantung pada suhu mutlak dan sifat-sifat fisis materi tersebut (Purwadi dkk, 2000). Berdasarkan data dan grafik hasil eksperimen ini diperoleh hitungan gradien sebesar m = untuk larutan air dan m = . Terlihat dari data hasil pengamatan bahwa suhu air lebih cepat meningkat dibandingkan dengan suhu larutan CuSO4 yang memiliki suhu mula-mula sama sebesar 12°C. Hal ini menunjukkan bahwa molekul di dalam larutan CuSO4 lebih berat daripada molekul air, sehingga tidak mudah bervibrasi menyerap panas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa laju penyerapan panas pada air lebih cepat apabila dibandingkan dengan laju penyerapan panas larutan CuSO4. E. Kesimpulan (nilai maksimal 10) 1. Semakin ringan molekul dalam sebuah larutan untuk mengalami vibrasi menyerap panas, maka semakin cepat pula laju penyerapan panas oleh larutan tersebut.
2.
F. Referensi Purwadi dkk, 2000, Panduan Praktikum Fisika Dasar. Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Gadjah Mada.