POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BAB IV TACHEOMETRY STADIA (PEMBUATAN PETA SITUASI) 4.1
Tujuan
a)
Mahasiswa at atau pr praktikan da dapat me membuat su suatu pe peta ko kontur da dalam keadaan bagaimana pun lapangannya atau daerahnya.
b)
Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur yang digunakan, yakni theodolit.
c)
Mahasiswa mengetahui cara dan terbiasa membuat kontur pada praktek yang sesungguhnya. sesungguhnya.
d)
Mahasiswa dapat menerapkan at atau menggunakan peta kontur se sesuai dengan keperluan.
4.2
Dasar Teori
Tacheom Tacheometry etry adalah adalah suatu suatu metoda metoda untuk untuk menguk mengukur ur jarak, jarak, baik baik jarak jarak horizontal maupun jarak vertical. Tacheometry berasal dari bahasa Yunani, yaitu tacheos = cepat ; metron = pengukuran. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tacheometry yaitu sistem pengukuran secara cepat tanpa menggunakan pita ukur. ukur. Dengan sistem tacheometry, ketelitian yang didapat berkisar 1:500 sampai dengan 1:10.000. System tacheometry tacheometry merupakan merupakan sistem yang menggunaka menggunakan n pembacaan pembacaan sudut kecil
sudut paralaktis, dari sudut yang dibentuk pada pembacaan ke
rambu ukur. Tacheometry Teodolit + Rambu
JURUSAN TEKNIK TEKNIK SIPIL
1
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
Terdapat empat system tacheometry, yaitu : Tacheometry Stadia Tangensial Optical Wedge Substance Bar
Rambu Tegak Tegak Mendatar Mendatar
Sudut Paralaktis tetap berubah tetap berubah
a. Tacheometry Tangensial 1. Naik (vertikal positif)
D=
S tg α −tg ϕ
∆H = i + D tg ϕ - BT rendah
Keterangan : D = jarak datar ∆H = jarak vertikal (beda tinggi) ∆H = i + v – h i = tinggi alat (diukur) v = CO = D tg ϕ h = BT rendah
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
2. Turun ( sudut vertikal negatif) T
0 α
ϕ
i v A
D s
∆H
C h
D B
D=
S
∆H = i – D tg ϕ - BT rendah
tg α −tg ϕ
3. Naik-Turun
D D
α
T
v C h D
A
b.
s
ϕ
∆ H
D=
0
S tg α + tg ϕ
∆H = i – D tg ϕ - BT rendah
Tacheometry Stadia Pada sistem ini pengukuran dapat dilakukan dengan 2 cara : 1.
Rambu dipasang tegak lurus garis bidik jika ϕ ≥ 30 0
2.
Rambu dipasang tegak jika ϕ ≤ 30 0
JURUSAN TEKNIK SIPIL
3
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
1. Rambu Dipasang Tegak Lurus Garis BA
L = m.s + k
s
L = 100.S
BT
D = TD + DE
h
BB
TD = L cos ϕ DE = BT sin ϕ
B
∆ H
ϕ
T
D
E
i
D A
D
= L cos ϕ + BT sin ϕ = 100.S cos ϕ + BT sin ϕ
∆H
= Beda tinggi
∆Hab = i + DC – h Dc
= L. Sin φ
h
= BT cos φ
∆H
= i ± L sin φ – BT cos φ = i ± 100S sin φ – BT cos φ
JURUSAN TEKNIK SIPIL
4
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
BA
2. Rambu Dipasang Tegak
s BT
L = 100 S
h
D = 100 S cos 2 φ
BB
∆H = i + Dc – h B
∆ H
ϕ
T
D
E
i
D A
naik φ (+) ∆H = i + D tg φ – BT turun φ (-)
4. 3
∆H = i – D tg φ – BT
Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam praktek ini adalah : No
Nama Peralatan
Jumlah
. 1
Meteran (ukuran 2 m)
1 buah
2
Theodolit
1 buah
3
Tripod
1 buah
4
Bak Ukur
2 buah
5
Pen Ukur
5 buah
6
Kompas
1 buah
JURUSAN TEKNIK SIPIL
5
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH 2
7 4.4
Alat Tulis Langkah Kerja
1. Tentukakan satu titik di sembarang tempat, misalnya kita sebut titik A, kemudian kita pasang pen ukur pada titik A tersebut. 2. Letakkan alat (theodolit) di titik A tersebut, kemudian kita lakukan penyetelan/centering pada theodolit sampai benar-benar siap untuk dipakai dalam pembacaan, juga arahkan theodolit ke Utara. 3. Ukur tinggi alat di titik A tersebut setelah alat benar-benar siap untuk dipakai. 4. Setelah kita selesai melakukan penyetelan alat, kemudian tentukan 20 titik di sembarang tempat, misalnya kita beri nama titik 1 sampai dengan titik 20. 5. Untuk mengawali pembacaan, kita lakukan pembacaan pertama ke titik 1 untuk mendapatkan bacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), Benang Bawah (BB), sudut horizontal pada posisi biasa dan sudut vertikal. 6. Setelah selesai melakukan pembacaan ke titik 1, maka dapat diteruskan pembacaan ke titik 2, 3, 4 sampai titik 20, dedngan menempatkan alat tetap di titik A (kita hanya memutar teropong tanpa memindahkan alat tersebut) 7. Selesai.