LAPORAN
GAGAL NAFAS
Disusun Oleh Kelompok 5:
Lidya Rantung 15061186
Kezia Tumigolung 15061027
Patricia Mangimbelat 15061132
Dewi Arunde 15061058
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2016
BAB I
Laporan Pendahuluan
Pengertian Gagal Nafas
Gagal Nafas adalah Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer dengan sel – sel tubuh sesuai dengan kebutuhan tubuh normal. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Interna Publishing/November 2009)
Gagal Nafas adalah Masalah yang relatif sering terjadi, yang biasanya merupakan tahap akhir dari penyakit kronik pada sistem pernapasan.keadaan ini semakin sering ditemukan sebagai komplikasi dari trauma akut, septikemia, atau syok. (Buku Patofisiologi Konsep klinis Proses – proses Penyakit, Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson/2006)
Gagal Nafas adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan asidosis. Keadaan ini sering terjadi apabila bernapas menjadi demikian sulitnya sehingga terjadi kelelahan dan individu tidak lagi memiliki energi untuk bernafas. (Buku Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin/2006)
Gagal Nafas adalah kondisi ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasukan oksigen yang cukup dan membuang karbondioksida, yang disebabkan oleh kelainan sistem pernafasan dan sistem lainnya. (Jurnal.Kedokteran Syiah Kuala, Volume 13 Nomor 3/Desember 2013)
Anatomi dan Fisiologi
Anatomi
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru – paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Didalam rongga dada terdapat juga jantung didalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Didalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru – paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura viseral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura viseral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada. Rongga dada diperkuat oleh tulang – tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel didepan, dan vertebra torakalis (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga dibagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut:
Interkostalis ekstermus (antar iga luar) yang mengangkat masing – masing iga
Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada)\
Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas
Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga
Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas
Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing – masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar. Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Disini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli dikedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0.2 milimeter.
Fisiologi
Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara walaupun mulut terisi oleh makanan. Didalam cavum nasi ini, udara akan dibersihkan. Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-partikel besar yang terkandung dalam udara. Septum nasi dan concha nasalis berperan untuk memperluas permukaan dari cavum nasi dan membuat aliran udara didalamnya turbulen yang makin meningkatkan kontak udara dengan membran mukosa yang melapisinya. Membran mukosa ini dilapisi epitel kolumner berlapis bersilia dan sel goblet yang menghasilkan sekresi mukus. Mukus ini akan menjebak partikel debris dan menyapunya ke pharynx, dimana kemudian akan dieliminasi disistem digestivus, cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara. Kelembaban didapat dari epithelium mukosa dan kelebihan air mata yang dialirkan ke cavum nasi melalui ductus lacrimalis menambah kelembaban udara sendiri. Udara yang hangat akan mencegah kerusakan saluran pernafasan dibanding udara yang dingin. Epitel olfactorius sendiri merupakan organ sensorik sebagai penghirup dan terletak pada bagian paling superior dari cavum nasi. Cavum nasi dan sinus-sinus paranasal juga turut berperan sebagai ruang resonansi saat berbicara.
Larynx, laring mempunyai tiga fungsi penting. Cartilago thyroid dan cricoid berfungsi untuk membuka jalan pergerakan aliran udara. Epiglotis dan plica vestibular mencegah material yang akan ditelan masuk kedalam larynx. Plica vocalis adalah sumber utama produksi suara. Udara selama ekspirasi bergerak melewati plica vocalis sehingga menggetarkan dan memproduksi suara.
Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan kronik dimana masing – masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal napas akut adalah gagal napas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal napas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik.Mekanisme gagal nafas menggambarkan ketidak mampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau ventilasi dengan adekuat yang ditandai oleh ketidakmampuan sistem respirasi untuk memasok oksigen yang cukup atau membuang karbon dioksida. Pada gagal nafas terjadi peningkatan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 50mmHg, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) kurang dari 60 mmHg, atau kedua-duanya. Hiperkarbia dan hipoksia mempunyai konsekuensi yang berbeda. Peningkatan PaCO2 tidak mempengaruhi metabolisme normal kecuali bila sudah mencapai kadar ekstrim (>90 mmHg). Diatas kadar tersebut, hiperkapnia dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan henti nafas. Untuk pasien dengan kadar PaCO2 rendah, konsekuensi yang lebih berbahaya adalah gagal napas baik akut maupun kronis. Hipoksemia akut, terutama bila disertai curah jantung yang rendah, sering berhubungan dengan hipoksia jaringan dan risiko henti jantung. Hipoventilasi ditandai oleh laju pernapasan yang rendah dan napas yang dangkal. Bila PaCO2 normal atau 40 mmHg, penurunan ventilasi sampai 50% akan meningkatkan PaCO2 sampai 80 mmHg. Dengan hipoventilasi, PaCO2 akan turun kira – kira dengan jumlah yang sama dengan peningkatan PaCO2. Kadang, pasien yang menunjukkan pertanda retensi CO2 dapat mempunyai saturasi oksigen mendekati normal.
Disfusingsi paru menyebabkan gagal napas bila pasien bila pasien yang mempunyai penyakit paru tidak dapat menunjang pertukaran gas normal melalui peningkatan ventilasi. Anak yang mengalami gangguan padanan ventilasi atau pirau biasanya dapat mempertahankan PaCO2 normal pada saat penyakit paru memburuk hanya melalui penambahan laju pernapasan saja. Retensi CO2 terjadi pada penyakit paru hanya bila pasien sudah tidak bisa lagi mempertahankan laju pernapasan yang diperlukan, biasanya karena kelelahan otot.
Manifestasi Klinis
Gejala umum: Lelah, berkeringat, sulit tidur dan makan, sakit kepala.
Gejala kardiovaskular: takikardia dan vasodilatasi perifer.
Gangguan pernapasan: takipnea, retraksi otot bantu pernapasan, hipoventilasi, apnea, suara napas tambahan seperti stridor, mengi, ronki basah. (Boedi Swidarmoko,2010:264)
Gejala klinis dari gagal napas adalah nonspesifik dan mungkin minimal, walaupun terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asedemia yang berat. Tanda utama dari gagal napas adalah penggunaan otot bantu napas takipnea, takikardia, menurunya tidal volum, pola napas iregular atau terengah – engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal (terkait dengan flail chest).
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah , berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
Komplikasi
Paru
·Komplikasi yang sering terjadi adalah emboli paru, barotraumas, fibrosis paru, dan komplikasi sekunder akibat alat mekanis yang digunakan
·Pasien juga rentan terhadap pneumonia nosokomial
·Fibrosis paru dapat terjadi pasca acute lung injury yangterkait acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Kardiovaskular
·Komplikasi yang sering terjadi pada gagal napas akut adalah hipotensi, menurunnya kardiak aoutput, aritmia, perikarditis, dan infark miokard akut
·Komplikasi ini terkait dengan penyakit yang mendasari, ventilasi mekanik, atau pemakaian kateter arteri pulmonaris
Gastrointestinal
·Komplikasi yang utama pada gastrointestinal akibat gagal napas akut adalah perdarahan, distensi lambung, ileus, diare, dan pneumoperitoneum
·Stress ulcer sering terjadi pada gagal napas akut
Infeksi
Infeksi nosokomial sering terjadi, seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, catheter-related sepsis
Ginjal
·Acute Renal Failure (ARF) dan abnormalitas elektrolit dan homeostasis asam basa sering terjadi
·ARF pada gagal napas akut berkaitan dengan buruknya prognosis dan tingginya mortalitas. ARF ini terjadi akibat hipoperfusi renal dan penggunaan obat nefrotoksik, termasuk bahan kontras radiologi
Nutrisi
·Malnutrisi akibat nutrisi enteral dan parenteral
·Komplikasi akibat nasogastric tubes yaitu distensi lambung dan diare
·Komplikasi akibat nutrisi parenteral dapat berupa infeksi, ataupun komplikasi metabolik (hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit)
Pengobatan
Orang dengan kegagalan pernafasan diobati di ruang perawatan intensif. Oksigen diberikan pada mulanya, biasanya dalam jumlah yang besar lebih dari kebutuhan, tetapi jumlah oksigen bisa disesuaikan kemudian waktu. Kadangkala, pada orang yang kadar karbondioksidanya tetap tinggi untuk beberapa waktu, kelebihan oksigen bisa memperlambat gerakan udara ke dalam dan keluar (ventilasi) pada paru-paru dan peningkatan lebih lanjut pada kadar karbondioksida yang berbahaya. Pada beberapa orang, dosis oksigen perlu untuk lebih diatur dengan hati-hati.
Gangguan yang mendasari menyebabkan kegagalan pernafasan harus juga diobati. Misal, antibiotik digunakan untuk melawan infeksi bakteri, dan bronchodilator digunakan pada orang yang menderita asma untuk membuka saluran pernafasan. Obat-obatan lain kemungkinan diberikan, misal, untuk mengurangi peradangan atau untuk mengobati gumpalan darah. ventilasi mekanik diperlukan sampai kegagalan pernafasan cepat terpecahkan
Prinsip Etika Keperawatan
Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional
Nursing Advocacy
Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional.
Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:
Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.
Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.