skrining merupakan metode awal yang digunakan untuk menentukan senyawa yang terkandung dalam sediaan
skrining
Deskripsi lengkap
farmakologiFull description
praktikumDeskripsi lengkap
FarmakologiFull description
Deskripsi lengkap
aDeskripsi lengkap
Praktikum Farmakognosi : skrining fitokimia (mengambil data, interpretasi, dan identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dalam sampel)
aFull description
Pkl FARMAKOLOGIDeskripsi lengkap
laporan faarmakologi
Laporan Praktikum Farmakologi
f1Full description
Laporan praktikum farmakologiFull description
DIURETIKFull description
FarmakologiFull description
Full description
FarmakologiDeskripsi lengkap
Laporan Praktikum FarmakologiFull description
sem 2Deskripsi lengkap
farmakoDeskripsi lengkap
LAPORAN PRAKTIKUM Farmakologi II Skrining hipokratik
Oleh : Aulia Sari (1!1!!"# Tanggal Praktikum !$ April !1% &o'en Ariani Su'ant) M*Farm*+ Apt A'i'ten &o'en &eri I'lami Kurnia Anini Sekolah Tinggi Ilmu Farma'i Riau ,a)a'an Uni-er'ita' Riau !1%
SKRININ. /IPOKRATIK
Tu0uan
1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan teknik skrining hipokratik. 2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat.
Teori &a'ar
Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hean !oba setelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. "al ini dilakukan dengan melihat gejalagejala yang timbul pada hean !oba setelah diberi zat uji. Skrining hipokratik adalah salah satu !ara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal daribahan alami maupun senyaa sintetis atau semi sintetis. #ara ini didasarkan atas baha obat bila berinteraksi dalam materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon-$obi!houd mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hean per!obaan setelah diberi suatu obat. Skrining ini dapat membedakan suatu obat/bahan yangberguna dan yang tidak berguna dengan !epat dan biaya yang relatif murah. %arinya akan dihasilan profil farmakodinamik obat/bahan. Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat yang belum diketahui sebelumnya& sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi berdasarkan pendekatan data parameter-parameter yang diketahui. Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas& ujiaktivitas motorik& uji perpanjangan aktu tidur& uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi. %alam per!obaan farmakologi& volume !airan yang diberikan kepada hean per!obaan tidak boleh melebihi jumlah tertentu. 'at atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP& perangsang SSP& simpatomimetik& parasimpatomimetik& simpatolitik& mus!le
rela(ant& analgesik& vasokonstriktor& dan vasodilator. Pada per!obaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul padahean uji )tikus* berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut. Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah men!ari persen aktivitas yangterjadi pada setiap kelompok efek+efek tersebut& kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai ke!enderungan berasal dari kelompok efek tersebut. ,ji ini merupakan tahap aal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik )penapisan aal*. Penapisan ini masih merupakan prediksi. 1. Parasimpatomimetik atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis& karena melepaskan neuro hormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. fek-efek yang mun!ul setelah pemberian kolinergikaadalah a. Stimulasi pen!ernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludahdan getah lambung )"#l*& juga sekresi air mata& dll. b. Memperlambat
sirkulasi&
antara
lain
dengan
mengurangi
kegiatan
jantung&vasodilatasi& dan penurunan tekanan darah. !. Memperlambat pernapasan& antara lain dengan men!iutkan bron!hi& sedangkan sekresidahak diperbesar. d. ontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil )miosis* dan menurunnya tekanan intra okuler akibat lan!arnya pengeluaran air mata. e. ontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlan!ar pengeluaran urin. f. %ilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka. g. Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya. 2. Simpatomimetik atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan )sebagian* efek yang sama dengan stimulasi susunan sipati!us dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. fek-efek yang ditimbulkan adalah a. 0asokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antar lain sekresi liur dan keringat. b. Menurunkan peristaltik usus.
!. Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung. d. ronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak. . Simpatolitik atau adrenolitika adalah zat-zat yang melaan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. feknya melaan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika. 3. 4nalgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. 5. 0asodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah se!ara langsung. 6. 0asokonstriktor. fek yang ditimbulkan berlaanan dengan vasodilator. 7. #8S 4!tivation'at-zat yang dapat merangsang SSP. fek-efek yang ditimbulkan adalah a. onvulsi. b. Meningkatkan laju pernapasan.Misal pada tikus& efek yang diitmbulkan antara lain !. 4ktivitas motorik meningkat d. 9emperatur rektum naik e. $asa ingin tahu meningkat :. #8S %epressant. 'at-zat yang dapat menekan SSP. fek yang ditimbulkan berlaanan dengan #8S a!tivation.Misal pada tikus& efek yang ditimbulkan antara lain a. 4ktivitas motorik menurun b. ;aju pernapasan menurun !. "ilang refleks pinal d. Paralisa kaki e. "ilang daya !engkeram <. Mus!le $ela(ant.
Alat an ahan
alat suntik& stopat!h& hotplate& rotating& road& thermometer& platform& pinset& kertas saring& alat gelantung& jarring kaat& alat-alat gelas lain. =bat dengan berbagai jenis dosis. Men!it )2< gram*
2ara ker0a
1. 9imbang men!it dan tentukan dosis yang akan diberikan. men!it > 2< gram > ?&?2< kg. 04= >1?mg/kg ( ?&?2< kg > ?&2< ml 1mg/ml 2. 4mati parameter yang tertera pada table. Pertama amati dulu hean yang belum diberi obat )!ontrol*. a. 9onus otot melalui kemampuan hean memegang jarring atau bergelantung pada alat gelantung. b. ;aju pernapasan dihitung persatuan aktu memakai stopat!h. !. $eaksi menjepit ekor mengunakan pinset. d. $eaksi plat panas menggunakan hotplate. e. 9emperature tubuh dengan menggunakan thermometer. f. 4ir mata berdarah& salviasi& lakrimasi& menggunakan kertas saring. . Setelah semua parameter untuk hean !ontrol diamati maka baru berikan suntikan obat. 3. 4mati lagi parameter diatas pada tiap selang aktu 5& 1?& 15& ?& 6?& dan 12? menit. 5. valuasi hasil yang didapat.
"asil Pengamatan 9abel data pengamatan skrinning farmakologi Parameter
8ilai )1-* atau terukur pada
elopak mata turun ulu berdiri kor berdiri ola mata menonjol kor memerah 9elinga memerah kor pu!at Aasikulasi 9remor 4kt. Motorik meningkat 4kt. Motorik turun $espirasi meningkat
$espirasi menurun Berak berputar kor bergelombang 4gresif $asa ingin tahu C $asa ingin tahu D $efleks kornea hilang $efleks telinga hilang $efleks balik hilang Salvias ;akrimasi C ;akrimasi D 4ir mata berdarah Paralisa kaki 9remor onvulsi ,rinasi %iare 9emperatur re!tum C 9emperatur re!tum D Fatuh dari rotaroad atalepsi 9onus tubuh D $eaksi plat panas D $eaksi jepit ekor D Menggeliat Pandangan tak lurus Pupil menge!il Pupil melebar kor naik erat badan C erat badan D
elopak mata turun 4kt. Motorik turun $espirasi menurun $asa ingin tahu D $efleks kornea hilang $efleks telinga hilang $efleks balik hilang Paralisa kaki 9emperatur re!tum D Fatuh dari rotaroad atalepsi 9onus tubuh D $eaksi plat panas D $eaksi jepit ekor D Pandangan tak lurus
;akrimasi D onvulsi 9emperatur re!tum C Pupil melebar
? ?
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? 1 ?
? ? 1 ?
? ? 3 ?
? ? 1: ?
REL.OT
Parameter
8ilai )1-* atau terukur pada S
SM9
elopak mata turun 4kt. Motorik meningkat $espirasi menurun $asa ingin tahu D $efleks telinga hilang Paralisa kaki Fatuh dari rotaroad 9onus tubuh D $eaksi plat panas D $eaksi jepit ekor D Menggeliat
elopak mata turun ulu berdiri kor memerah 9elinga memerah
8ilai )1-* atau terukur pada S aktu @ 5@
1?@
15@
?@
6?@
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ?
1 ? ? ?
1 ? 1 ?
SM9
9 2 ? 1 ?
6 ? 6 ?
SIMPL
Parameter
elopak mata turun
8ilai )1-* atau terukur pada S
SSM
aktu @ 5@
9
1?@
15@
?@
6?@
?
?
?
?
1
9 2
6
1
SILML
Parameter
4kt. Motorik turun
8ilai )1-* atau terukur pada S aktu @ 5@
1?@
15@
?@
6?@
?
1
?
?
?
1
SM9
9 2
6
Vasoko!"ks"
Parameter
kor pu!at
8ilai )1-* atau terukur pada S aktu @ 5@
1?@
15@
?@
6?@
?
?
?
?
?
?
SM9
9 ?
?
0%
Pem3aha'an
Per!obaan kali ini kami menggunakan seekor men!it dengan berat badan 22 gram. Men!it tersebut diberi obat dengan dosis tertentu seperti yang telah dihitung diatas se!ara intra peritonial. 9ingkah men!it diamati sebelum diberikan obat dan sesudah diberikan obat berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menitke- 5& 1?& 15& ?& 6?& dan 12?. Sebelum diberikan obat men!it menunjukkan tingkah yang normal. 4ktivitas motorik yang tinggi& laju pernafasan stabil& dan tidak jatuh dari rotarod terlalu !epat. Setelah penyuntikkan obat dengan dosis ?&22 ml& beberapa aktivitas motorik terlihat menurun& laju pernafasan yang menurun se!ara bertahap& tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod& tikus ini juga mengalami eksoftalmus& bulu tidak berdiri. %apat disimpulkan baha dosis obat yang lebih besar memberikan efek terapi yang lebih besar. esalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi tikus yang subjektif& memang susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan pada men!it. Men!it juga mungkin kurang memberikan efek terapi yang seharusnya ada oleh karena sifat men!it yang agak resisten& bias dilihat dari persentase efek yang sangat ke!il.
Ke'impulan
a. =bat yang diberikan dengan dosis berbeda memberikan efek besar yang berbeda pula. b. Skrining hipokratik adalah salah satu !ara untuk menepis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum ddiketahui sebelumnya baik yang berasal dari bahan alami maupun senyaa sintetis atau semisintetis
4A5AAN P6RTAN,AAN
1.
4pa beda skrining buta dengan skrining spesifikH
Skrining buta : Per!obaan menggunakan men!it dengan diberi bahan uji ekstrak dengan dosis 1??? dan 2??? mg/kg bb se!ara oral. fek yang timbul diamati menunjukkan efek yang menonjol adalah stimulasi sistem saraf pusat dan simpatomimetik serta menunjukkan adanya pengaruh pemberian obat terhadap kenaikan aktivitas motorik dan rasa ingin tahu yang bermakna& uji aktivitas motorik dan rasa ingin tahu pada men!it dengan alat I4utomati! hole oardI.
2.
Skrening spesifik
4pa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifikH 4pa pula kelemahannyaH Kele3ihan %apat membedakan suatu bahan obat yang berguna ataupun yang tidak beguna dengan
!epat dan biaya yang relatif murah. %apat menentukan kreteria aktivitas dari hean per!obaan Kelemahan Pada hean per!obaan akan terjadi pengurangan jumlah jengukan& pengurangan
aktivitas motorik& hilangnya 11ystem pineal& 11ystem fleksi dan daya pulih posisi tubuh& adanya ptosis& lakrimasi& dan kematian. fek terhadap tekanan darah normal menurunkan tekanan darah normal. Jntensitas dan lamanya efek meningkat dengan bertambahnya dosis& dengan efek maksimum pada dosis 1??mg/kg b.b .
4pakah toksisitas bahan dapat diramalkan menggunakan !ara skrining iniH FelaskanK %apat& arena skrining hipokratik bila berinteraksi dengan materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu dan skrining ini juga dapat membedakan suatu bahan obat yang berguna maupun tidak. %an untuk pengujian toksisitas akut dan skrining farmakologi telah dilakukan pengujian yaitu dari ekstrak metanol daun S!hima alli!hii orth. Pada men!it menggunakan metode grafik ;og-Probit untuk pengujian toksisitas akut dan analisis non parametrik metode
Ariedman untuk skrining buta farmakologi. ,ji toksisitas akut menunjukkan baha ;%5? ekstrak metanol daun S!hima alli!hii orth. 4dalah &6 L 1&2? g/kg bobot badan )pengamatan 2 jam* 2&17 L ?&6< g/kg bobot badan )pengamatan 23 jam* 1&: L ?&5< g/kg bobot badan )pengamatan 3: jam* 1&25 L ?&< g/kg bobot badan )pengamatan 72 jam* dan 1&?5 L ?&2 g/kg bobot badan )pengamatan 7 hari*. erdasarkan hasil tersebut di atas ekstrak metanol daun S!hima alli!hii orth. 9ermasuk kedalam kelompok tumbuhan dengan toksisitas sedang. %ari pengamatan jaringan organ men!it dapat disimpulkan baha jaringan organ hati normal& sedangkan jaringan ginjal mengalami kelainan pada glomerulus dan jaringan paru-paru mengalami penyempitan alveolus. ,ji skrining buta farmakologi menunjukkan baha pemberian ekstrak metanol daun S!hima alli!hii orth. Pada dosis 2?? mg/kg bobot badan kemungkinan memiliki aktivitas analgetik dan aktivitas terhadap susunan saraf otonom
3.
Felaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar ia dapat digunakan se!ara klinisH a. Tahap seleksi * Proses pemilihan jenis-jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan prioritas& yang meliputi Fenis obat tradisional yang diharapkan bermanfaat untuk penyakit penyakit utama. Fenis obat tradisional yang diperkirakan akan 12ystem khasiat dan manfaat berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya. Fenis obat tradisional yang diperkirakan dapat menjadi 12ystem1212ive pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau belum jelas pengobatannya. b. Tahap Penyaringan Biologi (Biological Screening). 9ahap ini bertujuan untuk menyaring 4danya tindak efek farmakologi !alon obat yang mengarah kekhasiatan terapetik. Pengujian dilakukan dengan model penyakit dan dibuat pada hean per!obaan. Penyaring efek kera!unan )toksisitas* akut& yaitu ada tidaknya efek akut pada hean uji sesudah pengujian dosis tunggal& spektrum toksisitasnya jika ada& dan sistem organ vital mana yang paling peka terhadap efek ra!un tersebut. c.
Tahap Penelitian Faramakodinamik. 9ahap ini bertujuan untuk melihat pengaruh !alon
obat terhadap masing-masing 12ystem organ tubuh. Penelitian ini dikerjakan pada hean uji se!ara invitro )organ terpisah * maaupun in vivo )keseluruhan 12ystem tubuh*. Penelitian ini tidak disyaratkan mutlak& hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rin!i dari !alon obat dan dapat dilakukan kemudian.
d. Tahap Toksisitas. ;ebih ;anjut Pengujian ini untuk mengetahui efek toksit pada hean setelah pemberian berulang )toksisitas sub akut dan kronik*. %alam tahap ini juga dikerjakan beberapa uji toksisitas khusus jika diperlukan yaitu teratogenitas& karsinogenesis atau tolisistas terhadap fungsi reproduksi dan fertilitas. e.
Tahap Pengembangan Sediaan (Formulasi). %alam tahap ini dikembangan bentuk-bentuk
sediaan yang memenuhi syarat mutu& keamanan dan estetika untuk pemakaian pada manusia. f.
Tahap Pengujian Klinik pada Manusia. Pengujian klinik pada manusia baru dapat
dilakukan jika syarat keamanan diperoleh dari pengujian toksisitas pada hean serta syarat mutu sediaan memungkinkan untuk pemakaian pada manusia. Pengujian klinik !alon obat pada manusia terbagi dalam beberapa fase yaitu Aase J %ilakukan pada sukarela sehat untuk melihat efek farmakologi& sifat farmakokinetik& serta hubungan dosis dan efek obat. Aase JJ %ilakukan pada kelompok pasien se!ara terbatas untuk melihat kemungkinan penyembuhan dan pen!egahan penyakit. Aase ini ran!angan penelitian masih dilakukan tanpa kelompok pembanding )1ystem1*& sehingga belum ada kepastian bukti manfaat terapetik. Aase JJJ %ilakukan pada pasien dengan ran!angan uji klinik yan gmemadai& memakai 1ystem1 sehingga didapat kepastian ada tidaknya manfaat terapetik. Aase J0 Pemantauan pas!a pemasaran untuk melihat kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak terkendali pada aktu pengujian pra klinik atauklinik fase 1 & 2 & . Proses pengujian di atas memakan aktu )sekitar - 3tahun* dan memerlukan banyak biaya& 1ystem& serta keahlian& maka untuk pengujian !alon obat dimungkinkan apabila uji toksikologi )akut atau kronik* telah dinyatakan aman pada manusia.& langsung dilakukan uji klinik. "al ini dengan pengertian baha yang diperlukan adalah bukti kemanfaatan untuk bahan-bahan yang memang sudah dipakai se!ara empiris. Fase-fase dalam Uji Klinik : Suatu uji klinik sebenarnya bertujuan mengkuantifikasikan tingkat manfaat dan risiko suatu obat baru. Setiap zat yang aktif untuk terapi pasti mengandung sejumlah risiko akibat aktivitasnya dalam mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh. %alam perkembangan penelitian klinik& mula-mula kita praktis tidak mengetahui sama
sekali seluk beluk suatu obat. Maka tujuan penelitian adalah memperoleh pengetahuan lengkap tentang obat itu& kalau mungkin. %an ini memakan aktu yang lama sekali. %alam per!obaan pre-klinik belum dipakai subyek manusia. Pengaruh-pengaruh suatu obat-baru diselidiki pada hean per!obaan. egitu obat mulai di!oba pada manusia& dimulailah suatu uji klinik&
5.
Felaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktifitas-aktifitas yang ditentukanH %ari aktivitas-aktivitas yang telah yang telah diamati kita dapat melihat atau mengetahui pada sistem saraf apa obat itu bekerja atau bereaksi. %an dari sana kita dapat menyimpulkan obat apa yang sedang kita uji.