BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Diare adalah suatu keadaan dimana frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsistensi feses encer. Diare merupakan penyebab kesakitan dan kematian serta malnutrisi yang paling sering terjadi pada anak-anak terutama dinegara berkembang. Badan dunia untuk anak-anak dan pendidikan (UNICEF) menyatakan diare masih menjadi penyakit yang menyebabkan kematian pada bayi dibawah usia lima tahun (balita) terbesar didunia. Pengobatan diare secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu pengobatan simptomatik dan kausatif. Pada pengobatan simptomatik digunakan obat-obat yang mempunyai daya kerja mengurangi peristaltic langsung ke usus atau memproteksi, menciutkan lapisan permukaan usus (astringesia) dan zat- zat yang dapat menyerap racun yang dihasilkan oleh bakteri (adsorben). Dan pada pengobatan kausatif, bakteri dimatikan dengan zat antibakteri. Perkembangan dunia farmasi yang pesat membuat banyak produsen berusaha untuk memperbaiki mutu obat yang dihasilkannya. Oleh sebab itu praktisi kesehatan termmasuk farmasis wajib untuk mengawasi perkembangan tersebut agar sesuai dengan mutu yang diharapkan.
Adapun
pada
percobaan
ini
dilakukan
untuk
membandingkan kegunaan obat-obat antidiare dan mekanisme kerja dari masing-masing obat. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah atapulgite, gum araticum, norit, papaverin dan enstrostop.
II. 2. Maksud dan Tujuan Percobaan II.2.1. Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami
macam-macam
obat
yang
digunakan
sebagai
antidiare. II.2.2. Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan
dari
percobaan
ini
adalah
untuk
mengetahui kegunaan obat antidiare, serta dapat membandingkan mekanisme kerja dari masing-masing obat antidiare
yang
digunakan. II.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pada praktikum ini, yaitu dengan menggunakan hewan coba mencit yang diberikan perlakuan secara oral dan intravena dengan obat-obat antidiare yang kemudian di amati pengaruh dari pemberian obat-obat antidiare tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Yang disebut dengan diare adalah pengeluaran feses cair atau seperti bubur berulangkali (lebih dari 3 kali sehari). Pada penyakit usus halus atau usus besar bagian atas, akan diekskresi feses dalam jumlah banyak dan mengandung air dalam jumlah besar, penyakit pada kolon bagian distal menyebabkan diare dalam jumlah sedikit (Ernst Mustchler; 2001). Berdasarkan tinjaun patogenetik dibedakan beberapa mekansme penyebab sebagai berikut:
Kurangnya absorpsi zat osmotic dari lumen usus (diare osmotik),
Meningkatnya sekresi elektrolit dan air kedalam lumen usus (diare sekretorik),
Naiknya permeabelitas mukosa usus,
Terganggunya motilitas usus.
Seringkali beberapa mekanisme bersama-sama ikut ambil bagian (Ernst Mustchler;2001). Diare ditandai dengan seringnya pengeluaran tinja cair dan tak berbentuk, sering kali di sertai kejang atau nyeri perut. Diare akut biasanya dapat berhenti dengan sendirinya dan berlangsung tidak lebih dari satu sampai tiga hari. Diare ini dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri atau makanan rusak yang mengandung Salmonella atau bakteri lain (Rihard Harkness; 2005). Sering kali diare terjadi ketika pasien sedang diobati dengan antibiotika, yang juga akan membunuh bakteri usus normal yang bermanfaat disamping membasmi infeksi itu sendiri. Pada diare yang
dialami orang yang sedang dalam perjalanan, kesetimbangan bakteri usus normal akan diubah oleh makanan dan minuman
yang
mengandung mikroorganisme asing (Rihard Harkness; 2005). Dua obat yang dipakai secara luas untuk mengendalikan diare adalah difenoksilat dan loperamide [loe PER a mide]. Keduanya merupakan analog mepiridin dan memiliki efek seperti opioid pada usus, mengaktifkan reseptor opioid persinaptik didalam sistem saraf enteric untuk menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltic. Efek samping termasuk rasa mengantuk, kejang perut dan pusing. Karena obat ini dapat menyebabkan megakolon yang toksik, maka tidak digunakan pada anak-anak atau pasien dengan colitis berat (Mary J. Mycek; 2001). Obat-obat adsorben seperti kaolin, pectin, metilselulosa dan atapulgite yang diaktifkan, magnesium aluminium silikat, digunakan secara luas untuk mengendalikan diare, walaupun efektifitasnya belum di dokumentasikan dengan percobaan klinik yang terkontrol. Diduga obatobat
ini
bekerja
mikroorganisme,
atau
dengan dengan
mengabsorpsi melapisi
atau
toksinintestinal melindungi
atau
mukosa
intestinal. Obat-obat ini kurang efektif dibandingka dengan obat-obat antimotilitas dan dapat mengganggu absorpsi obat-obat lain (Mary J. Myeck; 2001). Antibiotik adalah zat yang digunakan untuk menangani penyakit infeksi oleh mikroorganisme. Dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme dengan jalan mempengaruhi proses vital dalam kehidupan mikroorganisme, tetapi tdak mempengaruhi tuan rumah. Antibiotic dapat diperoleh dari alam semisintetis atau sintetis penuh. ( Mary J. Myeck;2001) Adapun fatofisiologi diare adalah sebagai berikut: (Elin yulinah dkk; 2008)
Diare adalah kondis ketidakseimbangan absorpsi dan sekresi air dan elektrolit.
Terdapat
empat
mekanisme
patofisiologi
yang
mengganggu
keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare: (1) Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida. (2) Perubahan motilitas usus (3) Peningkatan osmolaritas luminal (4) Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokkan diare klinik yaitu: (1) Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip . (2) Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat zat yang mempertahankan cairan intestinal. (3) Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang mengeluarkan mucus, protein atau darah kedalam saluran pencernaan (4) Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak diusus hakus, pengosongan usus besar yang premature dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Obat-obat yang lazim digunakan adalah antidiare (adsorben, antisekretori dan antiperistaltik), antibiotik, antitoksin (menetralkan toksin botulism),ant ihistamin, kortikosteroid, β adrenergic agonis, simpatomimetik
dan
atropine.
Selain
itu
untuk
menghilangkan
(sumber) toksin yang masih ada dalam lambung, sirup ipekak atau digunakan. Pada kasus keracunan oleh ikan family cinguatera (belum ada literature yang menyatakan kehadiran ikan jenis ini diperairan
Indonesia), gunakan amitol triptilin digunakan sebagai pereda gejala neurologis (Arisman; 2008). Diare pada bayi , jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu perut , ia akan kehilangan cairan melalui diare dan
muntah-muntah.
Jangan
berikan
jus
buah
karena
akan
memperparah penyakitnya. Jangan juga sembarangan memberikan obat antidiare tanpa petunjuk dokter. Yang perlu dilakukan adalah memberika asi atau susu botol lebih banyak dari biasanya. Juga tambahan air putih untuk bayi diatas empat bulan. Jika bayi sudah mulai terlihat mulai dehidrasi segera berikan cairan elektrolit (Octa D; 2014). Antibiotika
berperan dalam mengganggu fungi DNA sel.
Antibiotika digunakan dalam terapi kanker adalah golongan antrasiklin. Golongan antrasiklin mempunyai efek samping berupa toksisitas jantung.
Contoh
golongan
antrasiklin
adalah
doksorubisin,
daunorubisin dan idarubisin (Agung EN; 2012).
II.2 Uraian Bahan
1. Norit Nama Resmi : CARBO ADSORBENS Nama Lain
: Arang penyerap, carbo medicinalis, arang aktif, norit, ultra carbon, carboraffin.
Pemerian
: Serbuk hitam, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan
: tidak larut dalam air dan etanol
Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan
: Antidot, zat pengabsopsi.
2. Aquadest Nama Resmi : AQUA DESTILATTA Nama Lain
: Aquadest, air suling.
Pemerian
: cairan putih, tidak berwarna, tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup Kegunaan
: sebagai pelarut.
II.3 Uraian Obat 1. Attapulgite
Nama bahan : Attapulgit Komposisi
:-
Indikasi
: terapi simpatomatik, diare nonspesifik
Efek samping : terjadi konstipasi Nama paten
: Biodiar, enterogit, kaotate, new diatabs, teradi.
2. Norit
Nama bahan : norit Indikasi
:diare, kembung.
Efek samping : muntah, konstipasi, feses hitam. Nama paten
: becarbon, norit.
BAB III METODE KERJA III.1
Alat dan Bahan III.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu alas kayu, gunting, kanula, spoit 1 mL, penggaris, pinset, silet, stopwatch dan timbangan mencit. III.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu aqua pro injeksi, benang wol, entrostop, kapas, kloroform, marker (Gum araticum 20% + norit 5%) dan papaverin. III.2
Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mencit (Mus musculus). III.3
Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang mencit dan dihitung dosis pemberian pada mencit. 3. Diinduksikan marker pada dua mencit secara per oral dan subkutan. Kemudian diidiamkan selama 30 menit. 4. Diberikan papaverin sebanyak 0,1 mL secara subkutan dan entrostop
sebanyak
1
mL
secara
oral
pada
mencit
yang
berbeda.kemudian didiamkan selama 20 menit. 5. Dimatikan mencit dengan anastesi kloroform, setelah itu dilakukan pembedahan. 6. Dikeluarkan bagian lambung dan usus halus sampai rektum dengan menggunakan pinset.
7. Diukur panjang usus keseluruhan dimulai dari pylorus sampai rektum dengan menggunakan benang yang kemudian diukur dengan penggaris. 8. Diukur panjang usus yang berwarna hitam dengan cara yang sama. 9. Dihitung efektivitas suatu obat yang diberikan.
BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1
Data pengamatan IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
No
1.
2.
Lama waktu
Rute
Efektifitas
induksi
pemberian
obat
Marker
30 menit
Oral
Entrostop
20 menit
Oral
Marker
30 menit
Oral
Papaverin
20 menit
subkutan
Sampel (obat)
IV.1.2 Perhitungan Efektivitas Suatu Obat
3. Entrostop Panjang usus yang terwarnai %=
X 100% Panjang usus keseluruhan 9
%=
X 100% 54
% = 16,6 % 4. Papaverin Panjang usus yang terwarnai %=
X 100% Panjang usus keseluruhan 8
%=
X 100% 52
% = 15,38 %
16,6 %
15,58 %
BAB V PEMBAHASAN
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret) yang sering disertai kejang atau nyeri perut dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan refleks yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare. Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacammacam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan sendirinya. Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak digunakan diantaranya adalah loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi sekresi dari sel-sel mukosa yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada system saraf pusat, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan. Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit (Mus musculus). Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia, juga karena mencit mudah ditangani. Ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu percobaan dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 16-18 jam tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik.
Dalam praktikum obat-obatan antidiare yang digunakan yaitu entrostop dan papaverin. Sebelum mencit diberikan obat-obatan tersebut, terlebih dahulu mencit diinduksikan dengan larutan marker dengan tujuan untuk memicu gerakan peristaltik pada usus agar mencit mengeluarkan feses. Pada mencit pertama yang diberikan papaverin secara subkutan dan didiamkan selama 20 menit, mencit tersebut tidak mengalami buang air besar. Setelah itu mencit dimatikan dan dilakukan pembedahan untuk melihat efektivitas obat terhadap usus dan diamati bagian usus mencit, terdapat bagian usus yang menghitam dan membesar. Hal ini dikarenakan feses yang menghitam karena pemberian marker yang berisi norit. Pada mencit kedua dilakukan prosedur kerja yang sama dengan pada mencit pertama tetapi dengan obat yang diberikan yaitu entrostop secara oral. Setelah diamati bagian usus mencit, dihitung panjang usus keseluruhan dimulai dari pylorus sampai rektum dan panjang usus yang berwarna dengan menggunakan benang yang kemudian diukur dengan penggaris. Berdasarkan penentuan cara perhitungan efektivitas suatu obat yang diberikan, rasio panjang usus pada pemberian obat entrostop didapakan hasil yaitu 16,6%. Sedangkan pada pemberian papaverin didapatkan hasil 15,38%. Semakin kecil persentase yang dihasilkan, maka makin efektif sediaan tersebut.
BAB VI PENUTUP VI.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa efektivitas suatu obat antidiare yang digunakan dalam praktikum antidiare dapat dilhat pada persentase yang dihasilkan. Semakin kecil persentase yang dihasilkan maka semakin efektif sediaan obat tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan hasil persentase obat papaverin yang didapatkan yaitu 15,38 %. Sedangkan pada obat entrostop didapatkan hasil persentase yaitu 16,6 %. VI.2
Saran
Dalam praktikum obat-obat antidiare, obat lain yang dapat digunakan yaitu loperamide dan loperamide oksida.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman MB. 2008. Keracunan Makanan. Penerbit Buku kedokteran.EGC; Jakarta. Elin, Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Ernest
Mutschler. 2001. Dinamika
Obat.
PT IFSI Penerbitan; Jakarta. Penerbit
ITB; Bandung.
Mary J. Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan bergambar. Hologram; Jakarta. Nugroho,
Agung
Endro.
2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar; Jakarta.
Octa, Dwienda dkk.
2014.
Asuhan
Rihard,
2005.
Interaksi
Harkness.
Kebidaan.
Depublish;
Obat. Penerbit
ITB;
Jakarta. Bandung.
LAPORAN LENGKAP FARMAKOLOGI 1 “OBAT-OBAT
ANTIDIARE ”
OLEH: KELOMPOK IV GOLONGAN 2 ASISTEN PENANGGUNG JAWAB: YALTAKIANI RUSTAM
LABORATORIUM FARMAKOLOGI AKADEMI FARMASI KEBANGSAAN MAKASSAR 2016