A. Topik Dominansi Apikal B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Pengaruh dominansi apical terhadap tunas lateral 2. Pengaruh auksin terhadap tunas lateral
C. Dasar Teori Dominansi apikal merupakan persaingan antra tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhannya (Tim Pengampu Fisiologi Tumbuhan, 2010). Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominansi apikal disebabkan oleh aukasin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun di tunas lateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Tim Pembina Matakuliah Fisiologi Tumbuhan, 2014). Pertumbuhan tunas lateral disebaban adanya sitokinin yang dikatalisator oleh IPT (Isopentinil Transferase). Sitokinin yang dihasilkan dari ruas tanaman tersebut memasuki tunas lateral dan menyebabkan pertumbuhan tunas lateral dan mendorong pembelahan sel dalam bagian ujung dari tunas lateral dan mengubahnya menjadi meristem aktif (Sato & Mori dalam Irawati, tanpa tahun). Auksin berperan penting untuk mengendalikan dominasi apikal (penekanan
kuncup
samping),
nisbah
yang
tinggi
mendorong
perkembangan kuncup dan nisbah yang rendah mendukung dominansi (Salisbury, 1995:72). Selain berpengaruh terhadap sel-sel meristem, auksin juga berperan dalam perkembangan tunas baru. Misalnya suatu tanaman dipangkas pada puncak batang, maka mulailah tunas-tunas yang ada di ketiak daun tumbuh atau berkembang. Semula tunas-tunas lateral itu terhalang oleh tunas yang ada dipuncak, dimana kejadian ini disebut dominasi apikal. Tunas-tunas
lateral itu baru akan menunjukkan pertumbuhan setelah pasta yang mengandung auksin itu diganti dengan pasta yang tidak mengandung auksin (Dwidjoseputro, 1978: 194-195). Thimann dan Skoog menunjukkan bahwa dominanis apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral, hal ini akna menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yang dekat dengan pucuk (Dahlia, 2001).
D. Alat dan Bahan Alat :
Bahan :
-
Polybag
-
AIA
-
Cetok
-
Etanol
-
Cangkul
-
Aquades
-
Gunting
-
Penggaris
-
Cawan petri
-
Mortar
-
Pistil
-
Gelas ukur
E. Langkah Kerja Tanaman Cabai dan tomat
Ditanam pada tiga pot yang berbeda. Beri label 1,2,3
Pada pot 1 tanaman dibiarkan tumbuh apa adanya. Pada pot 2 tanaman dipotong tunas apikalnya. Pada pot tiga yang telah dipotong tunas apikalnya diberikan AIA yang telah dibuat sebelumnya.
Hasil
Diamati pertumbuhannya selama 3 minggu.
F. Data Pengamatan
G. Analisis Data H. Pembahasan Dominansi apikal adalah persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhannya. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambatsamapi jarak tertentu dari pucuk. Thiman dan Skoog menunjukkan bahwa dominansi apikaldisebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunaslateral, hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalutinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral yangdekat dengan pucuk (Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan, 2013). Data pada pengamatan panjang tanaman cabai sudah benar. Pada tanaman normal (tanpa perlakuan) tanaman cabai terus bertambah panjang, hal ini disebabkan pada cabai normal kerja dari hormone auksin tidak dihambat sehingga tunas apical terus tumbuh. Pada dasarnya, mekanisme kerja auksin yaitu menginisiasi pemanjangan sel dengan mempengaruhi pengendoran dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membrane plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzimtertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hydrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secaraosmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali materialdinding sel dari sitoplasma (Dahlia, 2010). Pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya, tanaman bertambah panjang hal ini disebabkan Konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah daripadakebutuhannya untuk pemanjangan batang. Aliran auksin dari
tunas
apikal
menuju
dasar
tanamandiperkirakan
untuk
mempertahankan konsentrasi auksin dalam mencegah pertumbuhan
tunaslateral. Penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaanauksin pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan pertumbuhan tunas lateral (Hopkins, 2008). Pada tanaman cabai yang diberi lanolin pada pengamatan tanaman cabai bertambah panjang, akan tetapi pada pengamatan ketiga terjadi kesalahan dalam pengamatan dan pengukuran sehingga tanaman cabai dari yang semula 17,5 cm menjadi 17 cm. hal ini dapat disebabkan pengamatan dilakukan oleh praktikan yang berbeda, selain itu kurang telitinya pengamat dalam mengamati panjang dan tinggi dari alat ukur yang digunakan. Seharusnya tanaman cabai yang diberi lanolin terus bertambah panjang hal ini disebabkan lanolin atau AIA baertindak sebagai auksin yang akan terus memacu pertumbuhan tunas apical. Pada pengamatan hari ke dua dan selanjutnya pada tanaman cabai normal ditemukan 8 tunas dimana pada tiap-tiap ketiak daun ditemukan 1 tunas lateral. Pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya pada pengamatan terakhir di dapatkan tunas lateral sebanyak 7 buah dengan 1 tunas lateral pada tiap-tiap ketiak daun. Sedangkan pada tanaman cabai dengan pemberian lanolin ditemukan 11 tunas pada pengamatan terkhir. Tumbuhnya tunas ini disebabkan pada tanaman cabai normal hormone auksin masih bekerja secara normal tanpa di hambat oleh factor lain. Sedangkan pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya
seharusnya
tumbuh tunas lateral lebih banyak dari pada dua tanaman cabai lainnya. Hal ini disebabkan pada tanaman cabai yang dipotong pucuknya kerja dari hormone auksin telah dihambat. Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apical berdifusi kea rah bawah tumbuhanP r o d u k s i a u k s i n o l e h t u n a s a p i k a l b e r d i f u s i ke
arah
bawah
tumbuhan
mengikuti
gaya
gravitasi
serta
menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber
auksin dihapus. Auksin berpengaruh hanya pada kisaran tertentu yaitu sekitar
sampai M. Pada konsenterasi yang lebih tinggi, auksin jus tru aka nmenghambat pemanjangan sel. Hal ini diduga disebabkan tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yaitu etilen yang umumnya bekerja dalam penghambatan pada pertumbuhan akibat pemanjangan sel (Neher, 1976). Konsentrasi auksin yang jauh lebih rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitive terhadap auksin dari pada tunas apical. Kemudian tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh. Pergerakan auksin pada tempat sintesisnya dilakukan dengan system translokasi floem apabila terjadi dalam jarak yang cukup jauh dan melalui mekanisme auksin polar transport apabila dilakukan antar sel yang berdekatan. Ujung batang daun-daun muda yang mengalami dormansi akan menyebabkan tingginya kandungan auksin di tempat tersebut. Tingginya kandungan auksin tersebut akan dialirkan secara difusi ke organ-organ lain sehingga tunas lateral akan terhambat pertumbuhannya. Jika pucuk batang dipotong akan muncul tunas lateral. Mekanisme terbentuknya tunas lateral adalah karena adanya pemotongan pucuk batang sehingga aliran auksin ke bawah akan terhambat sehingga akan tumbuh tunas ke samping yang disebut tunas lateral (Rismunandar, 1988). Pada tanaman cabai yang diberi lanolin seharusnya jumlah tunas lateral lebih sedikit atau tidak ada sama sekali. Akan tetapi pada pengamatan ditemukan, hal ini dapat disebabkan kosentrasi dari lanolin kurang sehingga kurang berpengaruh terhadap penghambatan dari kerja hormone sitokinin. Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan menghambat aktivitas enzim isopentil transfuse yang merupakan katalisator pembentukan sitokinin, sehingga sintesis sitokinin dihambat. Keseimabangan konsetrasi sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi akan menghambat diferensiasi sel pada nodus untuk membentuk primordial cabang dan secara tidak langsung akan berakibat menghambat pertumbuhan tunas lateral. hal ini dinamakan direct theory of auksin. (Salisbury, 1992). Tunas yang tumbuhan pada bagian ketiak daun
akan terkorelasi jarak dengan meristem apikal. Tunas lateral yang dekat dengan ujung batang tetap dorman. Jika meristem apikal diganti dengan sumber AIA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana AIA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun mudaa dalah pusat-pusat sintesa AIA, dan AIA dari pusat pusat ini ditransport kebagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi AIA yang rendah dan dapat berkembang menjadi cabang (Suwasono Heddy, 1983). I. Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. J. Daftar Rujukan Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan.Malang: UM Press Fina.2010.Role
of
Auxin
in
Apical
Dominance
[terhubung
berkala].http://www.cilr.uq.edu.au/…/File/Apical%20Dominance%20Works hop_brett.pdf(online) diakses pada tanggal 19 Oktober 2014 Heddy, Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta. Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA: TheUniversity of Western Ontario. Rismunandar. 1988. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta Salisbury F.D, Ross C. W. 1992. Fisiologi tumbuhan jilid I edisi IV alih bahasa Luqman RR danSumaryono. Bandung:ITB Press