LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 2 THORACIC CAVITY
Oleh Kelompok 3: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
ALETHEIA KHARIS KHARIS SATRIYA SATRIYA ALIT HARDY WISYATMIKA KRESNA PUTA DEWA DYAH PUSPITA DEWI RYZKI MEGA MENTARI GALUH SETIYANINGRUM SETIYANINGRUM IIN NALISKA RISKA BINTANG THALIA DEVI PRAMA DANI SANDITA EKA AGUSTIN
(P1337430115034) (P1337430115014) (P1337430115016) (P1337430115009) (P1337430115010) (P1337430115011) (P1337430115017) (P1337430115020) (P1337430115035) (P1337430115041)
Kelas: 1A
PRODI D-III TRR SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2016
BAB I ANATOMI THORAX
Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, costae, sternum, muskulus, dan jaringan ikat. Rongga thorax dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma. Rongga thorax dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke
Gb. 1.1. Rongga Thorax secara umum
dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax selain paru paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava, esofagus, trakhea, dll.).
Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang disusun oleh: permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan (lateral), serta manubrium sterni(anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks atau thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas bawah costae dan anterior oleh processus xiphoideus.
A. Dinding toraks Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding toraksadalah costae, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jaringan lunak yang membentuk dinding toraks adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna.
B. Kerangka dinding toraks Kerangka dinding toraks membentuk
sangkar
toraks
osteokartilogenous yang melindungi jantung, paru-paru dan beberapa
organ
abdomen
(misalnya hepar). Kerangka torak terdiri dari: Gb. 1.2. Kerangka Kerangka dinding thorax
1. Vertebra toraksika (12) dan diskus intervertebralis. 2. Costae (12 pasang) dan cartilago kostalis. 3. Sternum.
Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan membatasi bagian terbesar sangkar toraks terdiri dari: a. Ketujuh
(kadang-kadang
delapan)
kostae
I
disebut
kosta
sejati
(vertebrosternal) karena menghubungkan vertebra dengan sternum melalui kartilago kostalis. b. Kosta VIII sampai kosta X adalah kosta tak sejati (vertebrokondral) karena kartilago kostalis masing-masing kosta melekat pada kartilago kostalis tepat diatasnya. c. Kosta XI dan kosta XII adalah kosta bebas atau kosta melayang karena ujung kartilago kostalis masing-masing kosta berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal.
Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar toraks. Sternum terdiri atas tiga bagian: manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus. C. Dasar Toraks Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus dan merupakan struktur yang menyerupai kubah (dome-like structure). Diafragma membatasi abdomen dari rongga torak serta terfiksasi pada batas inferior dari
sangkar toraks. Diafragma termasuk salah satu otot utama pernapasan dan mempunyai lubang untuk jalan Aorta,Vana Cava Inferior serta esophagus. D. Rongga toraks (Cavitas thoracis) Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax, yang terdiri dari 3 kompartemen: a. Dua kompartemen lateral “cavum pulmonal” yang terdiri dari paruparu paru dan pleura. b. Satu
kompartemen
sentral
“mediastinum” yang terdiri dar i : jantung, pembuluh darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis, oesofagus,
timus,
dn
struktur
lainnya (Moore,2007).
Gb. 1.3. Rongga Thorax
Rongga mediastinum terdiri dari bagian superior dan inferior, dimana bagian yang inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, anterior, medius, dan superior. 1. Mediastinum Superior Mediastinum superior dibatasi oleh : -
Superior : Bidang yang dibentuk oleh vertebrae Th I, costae I dan incisura jugularis.
-
Inferior : Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebrae Th IV
-
Lateral : Pleura mediastinalis
-
Anterior : Manubrium sterni. (Rofiq, 2008)
2. Mediastinum Inferior Mediastinum inferior dibagi menjadi : mediastinum anterior, medius, dan superior. a. Mediastinum anterior dibatasi oleh : -
Anterior : Sternum
-
Posterior : Pericardium
-
Lateral : Pleura mediastinalis
-
Superior : Plane of sternal angle
-
Inferior : Diafragma. (Rofiq, 2008)
b. Mediastinum anterior terdiri dari : Timus, lemak, l emak, dan kelenjar limfe (Lawrence M). Mediastinum medius dibatasi oleh : -
Anterior : Pericardium
-
Posterior ; Pericardium
-
Lateral : Pleura mediastinalis
-
Superior : Plane of sternal angle
-
Inferior : Diafragma (Rofiq, 2008)
c. Mediastinum medius terdiri dari : Jantung, pericardium, aorta, trakea, bronkus primer, kelenjar limfe (Lawrence M). Mediastinum posterior dibatasi: -
Anterior : Pericardium
-
Posterior : Corpus VTh 5 – 5 – 12 12
-
Lateral : Pleura mediastinalis
-
Superior : Plane of sternal angle
-
Inferior : Diafragma (Rofiq, 2008). Mediastinum posterior terdiri dari : aorta desenden, oesofagus, vena
azigos, duktus thoracicus (Lawrence M).
Pleura (selaput paru) adalah selaput tipis yang membungkus membungkus paru – paru – paru, paru, pleura terdiri dari 2 lapis yaitu: 1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru – paru – paru paru 2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding toraks Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang disebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebut.
BAB II PATOLOGI DAN STUDI KASUS A. Radang Paru 1. Radang bronkus bronkus Radang bronkus akut ( bronkitis akut ) , berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan atas ( ISPA ). Penyakit ini biasanya tidak hebat dan tidak ditemukan komplikasi. Radang bronkus kronik ( bronkitis kronik ), penyakit ini disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, misalnya asma, infeksi dan lain sebagainya bergantung pada berat atau ringannya ringannya gangguan pada bronkus. bronkus. 2. Radang paru Peradangan paru dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, bahan kimia, lesi kanker dan radiasi ion. Kelainan ini dapat meliputi seluruh lobus atau hanya melibatkan satu atau beberapa segmen saja. Umumnya pneumonia lobaris disebabkan oleh infeksi pneumokokus. 3. Abses paru Abses paru adalah peradangan di jaringan paru yang menimbulkan nekrosis dengan pengumpulan nanah. Lokasi abses paru umumnya 75 % berada dilobus bawah paru kanan bawah.
B. Emfisema Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertikal kearah diafraghma.
1. Emfisema lobaris Biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kelainan tulang rawan bronkus, mukosa bronkial yang tebal, sumbatan mukus, penekanan bronkus dari luar oleh anomali pembuluh darah. 2. Hiperlusen idiopatik unilateral Ialah emfisema yang unilateral dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan gambaran bronkiektasis.
3. Emfisema hipertrofik kronik Terjadi sebagai akibat komplikasi penyakit paru seperti asma bronkial yang parah, bronkiektasis, peradangan paru yang berat, pneumokoniosis ganas, tuberkulosis. 4. Emfisema bulla Merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1 – 2 2 cm atau lebih besar yang kadang-kadang sukar dibedakan dengan pneumothoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui, tapi dianggap sebagai suatu penyakit paru yang menyebabkan sumbatan seperti bronkiolitis atau peradangan akut lain nya dan peradangan / iritasi gas terhisap. 5. Emfisema kompensasi Keadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan jaringan paru yang tidak berfungsi ( atelektasis ) atau mengisi thorax bagian paru yang terangkat pada pneumoektomi. 6. Emfisema senilis Merupakan akibat proses degeneratif orang tua pada columna vertebralis yang mengalami kyposis dimana ukuran anterior – posterior thorax bertambah sedangkan tinggi thorax secara vertikal tidak berubah. Keadaan ini akan menimbulkan atropi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi oleh udara.
C. Atelektasis Adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara secar a sempurna / collaps sehingga aerasi paru berkurang b erkurang atau ata u sama sekali tidak berisi udara. Karena kondisi paru yang tidak normal, maka daerah ini akan lebih radiodense dan bisa menyebabkan trachea dan jantung bergeser kearah daerah yang mengalami kelainan. Penyebabnya : bronkus tersumbat dan tekanan extrapulmoner.
D. Bronkiektasis Pelebaran bronchi atau bronkiolus yang disebabkan oleh infeksi atau obstruksi yang berulang. Daerah dinding bronchial rusak dan mengakibatkan peradangan kronik yang menyebabkan peningkatan produksi mucus, akibatnya timbul batuk kronis
E. Chronic obstructive pulmonary disease ( COPD ) Merupakan bentuk obstruksi persisten dari airway yang disebabkan oleh emphysema atau bronchitis kronis ( merokok adalah penyebab yang paling dominan terjadinya COPD ).
F. Patologis pada pleura 1. Efusi pleura Atau sering juga disebut hydrothorax adalah kondisi abnormal karena akumulasi cairan pada pleural cavity. Tipe dari efusi pleura ini adalah : a. Empyema, Empyema, terjadi bila cairan yang ada berupa pus. Kemungkinan timbul pada saat pneumonia atau abses paru menyebar ke rongga rongga pleura. b. Chylothorax, Chylothorax, terjadi bila cairan berbentuk seperti susu, hal ini disebabkan oleh adanya perlukaan atau tersumbatnya main lymphatic duct pada thorax. c. Hemothorax, Hemothorax, terjadi bila cairan berupa darah. Penyebab yang umum adalah karena karena gagal jantung, trauma, pulmonary infark, pancreatitis atau abses subphrenic. 2. Pneumothorax, Pneumothorax, akumulasi udara pada rongga pleura, yang menyebabkan partial/complete collaps paru dan menghasilkan nafas menjadi pendek dari taraf yang paling ringan sampai yang peling berat serta ch est pain. Biasanya disebabkan oleh trauma atau kondisi patologi yang menyebabkan ruptur secara spontan pada daerah paru yang paling lemah. 3. Penebalan pleura 4. Tumor pleura
G. Patologis pada mediastinum
1. Mediastinitis akut 2. Mediastinitis kronik 3. Tumor mediastinum
H. Tuberkulosis Penyakit menular ( berpotensi fatal ) yang disebabkan oleh bakteri.
1. Tuberkulosis primer , terjadi pada orang yang sebelumnya belum pernah terkena tuberkulosis. Pembesaran hilum sepanjang mediastinal lymph nodes yang membesar adalah tanda-tanda yang penting pada tuberkulosis primer.
2. Tuberkulosis sekunder , biasanya terjadi pada orang dewasa dan bisa dilihat adanya kalsifikasi yang ireguler pada lobus atas paru.
I. Tumor jinak paru
1. Hamartoma Massa jinak pada pulmo yang sering ditemui secara umum terdapat pada daerah peripheral paru.
2. Kista paru J. Tumor ganas paru
1. Tumor ganas epitelial 2. Sarkoma 3. Carcinosarcoma 4. RES dalam paru 5. Metastasis pada paru
STUDI KASUS
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi terja di pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.Perluasan dari lesi primer paru adalah carcinoma bronchogenic, bronchogenic , tumor pada epithelium jalan nafas. Tumor-tumor ini dibedakan berdasarkan tipe selnya, yaitu : small cell, atau oat cell, carcinoma, dan non-small-cell carcinoma. Small cell carcinoma carcinoma kira-kira 25% dari kanker paru, tumbuh dengan cepat dan menyebar secara dini. Tumor-tumor ini memiliki unsur-unsur paraneoplastik,ini berarti tumor ini menghasilkan lokasi metastasis yang dipengaruhi oleh tumor secara tidak langsung.Small langsung.Small cell carcinoma carcinoma bisa mensintesis bahan bioaktif dan hormon yang berperan sebagai adrenocorticotropin (ACTH),hormon antidiuretik (ADH), dan sebuah parathormon seperti hormon dan gastrin releasing peptide.Angka peptide.Angka Non Non smallcell carcinoma mencapai carcinoma mencapai 75% dari angka kanker paru.Tiap tipe sel berbeda dari segi insiden,penampakan dan cara penyebaran. Kanker bronkogenik,tanpa memperhatikan tipe sel, cenderung menjadi agresif,lokal invasif,dan memiliki penyebaran/metastasis lesi yang luas/jauh. Tumor dimulai sebagai lesi mukosa yang tumbuh menjadi bentuk massa yang melewati bronki atau menyerang jaringan sekitar paru. Semua tipe sering menyebar melalui sistem kelenjar getah bening yang membengkak dan organ lain (Porth, 1994). (LeMone, Priscilla & Karen M. Burke, 1996). Kanker paru cenderung bermetastasis ke kelenjar limpa, otak, tulang, hati dan organ lainnya. Kebingungan (konfusi), gangguan berjalan dan keseimbangan, sakit kepala, perubahan perilaku bisa saja merupakan manifestasi dari metastasis pada otak. Tumor yang menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri pada tulang tersebut, fraktur, dan bisa saja menekan spinal cord, seperti halnya trombositopenia dan anemia jika sumsum tulang di invasi oleh tumor.
Sindrom vena cava superior , obstruksi sebagian atau seluruh vena cava superior berpotensi menyebabkan komplikasi pada kanker paru, terutama pada saat tumor menginvasi k mediatinum superior atau kelenjar limpa mediastinal. Baik akut maupun subakut gejalanya dapat di catat. Telihat udem pada leher dan wajah klien, sakit kepala, pening, gangguan penglihatan, dan sinkop. Vena bagian atas dada dan vena di leher akan mengalami dilatasi; terjadiny sianosis. Udem pada cerebaral akan mengubah tingkat kesadaran; udem pada laring dapat merusak sistem pernafasan. (LeMone, Priscilla & Karen M. Burke, 1996) Salah
satu
penyakit
yang
dapat
disebabkan
oleh
Ca
paru
adalah
pneumothorax.Pneumothorax pneumothorax.Pneumoth orax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru untuk mengempis.Dalam keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara,supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga thorax.Jika
diklasifikasikan
berdasarkan
penyebabnya,Ca
paru
merupakan
pneumotorax spontan sekunder.
ILUSTRASI KASUS
Pada tanggal 28 September 2013 pasien datang ke Rumah Sakit Dr. Moewardi ke radiologi dengan keluhan pasien datang dengan sesak pada dada. Pasien datang ke Intalasi Radiologi bersama perawat Rumah Sakit yang membawakan surat permintaan pemeriksaan secara radiologi dari dokter yang memeriksa.
Nama
: Tn. B
Umur
: 58 th
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
: Banjarsari Surakarta
Nomor RM
: 012204XX
Diagnosa
: Metastase CA di paru dan curiga kelemahan nevrus diafragma
Pemeriksaan
: Ro. Thorak PA inspirasi maximal dan ekspirasi maximal
Kiriman foto
: Anggrek II
Dokter pengirim : dr. Lydia
Nomor foto
:
BAB III PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN Alat: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pesawat Sinar X Bucky Stand Imaging Plate 35 X 35 cm CR Phantom Marker Gunting Plester
BAB IV PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Administrasi pemeriksaan radiografi a.
Lembar permintaan pemeriksaan radiografi
Pasien datang dengan lembar permintaan pemeriksaan radiografi
Form berisi tentang: -
Identitas pasien: nama, umur, alamat, No. Catatan medic atau (CM/RM), asal rujukan (IRJA/IRNA/IGD/Dokter Praktik)
-
Permintaan foto
-
Riwayat penyakit
b. Pendataan pasien pada buku registrasi dan kelengkapannya
Pencatatan identitas pasien kedalam buku registrasi dan pemberian nomor foto pasien (nomor (nomor registrasi radiologi) radiologi) yang ditulis juga pada pada lembar lembar permintaan pasien
Membuat kartu ambil foto
Membuat amplop foto sesuai dengan film yang digunakan
2. Pra Pemeriksaan a.
Pemanggilan pasien
Memanggil pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar permintaan foto
Mencocokkan Mencocokkan identitas pasien ( nama, umur, alamat) apabila benar pasien dipersilahkan masuk kedalam ruang pemeriksaan
b. Perkenalan Perkenalan diri Petugas memperkenalkan diri dengan salam, menyebutkan nama dan unit tugasnya kepada passion c.
Anamnase singkat
Melihat keadaan umum pasien ( dating sendiri, dibantu orang lain, dapat berdiri atau menggunakan menggunakan alat tertentu missal infuse)
Menanyakan Menanyakan perihal keluhan yang dirasakan di rasakan oleh pasien dan posisi yang sakit tanpa menyebutkan apa yang tertulis pada lembar permintaan foto
Menanyakan apa sebelumnya pernah dilakukan pemeriksaan radiologi yang sama, bila pernah tanyakan foto lama dari pemeriksaan.
Melakukan Melakukan recall gambaran anatomi anatomi normal region bagian tubuh pasien yang akan diperiksa secara radiografi mengacu pada informasi criteria anatomi radiologi
d. Analisa kebutuhan pemeriksaan radiograf Menentukan kesesuaian kesesuaian tindakan radiografi, proyeksi yang akan digunakan ( AP, PA, Lat dan AP Axial) persiapan alat dan pasien e.
Penjelasan ringkas prosedur Memberikan penjelasan singkat mengenai apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan pemeriksaan
f.
Pemeriksaan pasien Pastikan tidak ada benda logam atau benda lain pada daerah thorax yang akan diperiksa.
3. Pelaksanaan pemeriksaan a.
Proyeksi AP
Posisi Pasien 1. Pasien tidur supine atau tegak dengan punggung menempel pada grid
Posisi Objek 1. MSP tubuh pada pertengahan IR 2. Atur batas atas kaset 1,5 – 1,5 – 2 2 inchi ( 3,8 – 3,8 – 5 5 cm ) diatas shoulder 3. Jika memungkinkan flexikan elbow joint, letakkan punggung t angan pada hip untuk menggambarkan scapula ke lateral 4. Atur shoulder sejajar pada bidang horizontal yang sama 5. Menggunakan Menggunakan gonad shield
Pengaturan sinar dan eksposi 1. Arah sinar / CR : Tegak lurus 2. Titik bidik/ CP : 3 inchi ( 7,6 cm dibawah jugular jugular notch) 3. FFD
: 150 cm
4. Faktor eksposi : 60 kVp, 20 mAs mAs 5. Saat eksposi
: full inspirasi kedua dan tahan nafas
Kriteria radiograf 1. Bagian medial pada clavicula berjarak dari collum vertebrae 2. Tampak udara thacea pada pertengahan 3. Clavicula tergambar tergambar di horizontal dan apex lebih kabur daripada proyeksi PA 4. Costae dan vertebrae thoracal berada pada bayangan jantung 5. Tampak darah paru, dari apex samapai sudut costo phrenicus
Perbedaan dengan proyeksi PA 1. Jantung mengalami magnifikasi
2. Bidang paru-paru terlihat lebih pendek karena kompresi abdomen diafragma diafragma lebih tinggi 3. Clavicula di proyeksikan lebih tinggi 4. Costae terlihat horizontal
b. Proyeksi PA
Posisi pasien Jika memungkinkan memungkinkan posisi pasien tegak, dapat berdiri atau duduk
Posisi objek 1. Menenmpatkan Menenmpatkan pasien dengan kedua lengan berada di sisi tubuh 2. Atur ketinggian kaset dengan batas atas kaset 1,5-2 inchi (3,8-5 cm) di atas shoulder 3. Pusatkan MSP tubuh pada midline pada kaset 4. Pasien berdiri tegak dengan berat badan bertumpu pada kedua kaki 5. Ekstensikan dagu pasien dan letakkan pada chinrest, sehingga MSP vertical 6. Pasien di minta untuk memfleksikan kedua lengan dan isitirahatkan punggung tangan hip 7. Tekan shoulder dan atur sejajar pada bidang transversal yang sama rotasikan kea rah depan atau endorotasi
Pengaturan sinar dan eksposi 1. Arah sinar/CR : horizontal horizontal tegak tegak lurus kaset kaset 2. Titik bidik/CP : T7 (pada (pada MSP MSP diantara diantara kedua angulus inferior) inferior) 3. FFD
: 150 cm
4. Faktor eksposi : 60 kV,20 mAs 5. Saat eksposi
: full inspirasi kedua dan tahan nafas
Kriteria radiograf 1. Tampak area paru dari apek sampai sinus costophrenicus 2. Tidak ada rotasi, di tandai sterro clavicular joint berjarak sama sama dari columna vertebrae 3. Tampak udara trakea pada pertengahan 4. Scapula di proyeksikan di luar area dari pulmo 5. Diafragma bawah tampak sampai costae posterior 10 6. Costae dan bagian superior vertebrae thorakal tampak superposisi dengan gambaran jantung 7. Penanda paru tampak dari hilus pada perifer paru-paru
c.
Proyeksi lateral
Posisi pasien Pasien true lateral dengan kedua lengan di samping tubuh j ika memungkinkan pasien posisi tegak, tegak, berdidri atau duduk agar diafragma diafragma terletak terletak di bawah dan dan terlihat air fluit level. Untuk menggambarkan menggambarkan jantung dan paru kiri, gunakan lateral kiri dengan sisi kiri dekat kaset.
Posisi objek 1. Atur MSP tubuh pasien sejajar dengan kaset 2. Pusatkan thoraks apada pertengahan grid 3. MCP tegak lurus dan pusatkan pada midline grid
4. Kedua lengan di ekstensikan, elbow fleksi dan kedua lengan di istirahatkan pada elbow
Pengaturan sinar dan eksposi : 1. Arah sinar/CR : horizontal horizontal tegak tegak lurus kaset kaset 2. Titik bidik/CP : T7 (aspek (aspek inferior inferior dari angulus inferior inferior dari sacpula) 3. FFD
: 150 cm
4. Faktor eksposi : 75 kV,25 mAs 5. Saat eksposi
: full inspirasi kedua dan tahan nafas
Kriteria radiograf 1. Costae posterior superposisi dengan columna vertebrae 2. Lengan atau jaringan soft tissue tidak superposisi dengan bagian superior paru-paru 3. Tidak ada rotasi sternum pada posisi lateral 4. Penetrasi pada daerah paru dan jantung 5. Hilus pada oertengahan oertengahan radiograf
d. Proyeksi AP Axial/Top Lordotic
Posisi pasien Pasien di atur dalam posisi tegak menghadap arah sinar dan berdiri sekitar satu langkah (30,5 cm) di depan dari arah vertical
Posisi objek 1. Atur ketinggian pada IR sehingga margin atas sekitar 3 i nchi (7,6 cm) di atas batas atas dari dari bahu ketika pasien di sesuaikan sesuaikan dalam posisi lordotic 2. Atur pasien dalam proyeksi AP axial, dengan MSP pada midline grid 3. Elbow joint di fleksikan dengan telapak tangan keluar di letakkan pada hip
4. Pasien bersandar ke belakang dalam posisi lordosis ekstrim dan istirahat. Shoulder sejajar terhadap bidang vertical
Pengaturan sinar dan eksposi : 1. Arah sinar/CR : horizonrtal tegak lurus film 2. Titik bidik/CP : setinggi mid sternum 3. FFD
: 183 cm
4. Faktor eksposi : 60 kV,20 mAs 5. Saat eksposi
: full inspirasi kedua dan tahan nafas
Kriteria radiograf 1. Clavicula berada di superior dari apek paru 2. Tergambar apek paru 3. Clavicula tergambar horizontal dengan bagian media superposisi dengan costae 1 dan 2 4. Costae mengalami mengalami distorsi pada bagian anterior dan posterior
e.
Proteksi Radiasi 1. Beri arahan pasien agar pandangan menjauhi arah sinar 2. Atur ;uas lapangan seoptimal mungkin, mungkin objek yang di periksa masuk dalam penyinaran, maksimal seluas lapangan kaset yang di gunakan. 3. Mempersilahkan Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang pemeriksaan untuk ke luar dari ruangan, apabila terpaksa harus ada orang yng mendampingi, mendampingi, maka orrang tersebut di kenakan apron 4. Menghindari atau tidak melakukan melakukan pengualangan foto
f.
Pasca Pemeriksaan 1. Entry data pasien 2. Lakukan barcode 3. Lakukan proses dengan imaging plate
BAB V HASIL RADIOGRAF
Gb. 5.1. Radiograf Thorax Cavity Proyeksi AP
Gb. 5.2. Radiograf Thorax Cavity Proyeksi PA
Gb. 5.3. Radiograf Thoracic cavity Proyeksi AP Axial
Gb. 5.4. Radiograf Thoracic cavity Proyeksi Lateral
ANATOMI HASIL RADIOGRAF
Gb. 5.5. Anatomi Hasil Radiograf Thorax Proyeksi Lareral
Gb. 5.6. Anatomi Hasil Radiograf Thorax Proyeksi AP, PA, AP Axial
BAB VI EVALUASI RADIOGRAF A. Proyeksi PA 1. Evaluasi Radiograf Berdasar Teori a. Sinus
costoprenicus
tidak
terlihat
namun bagian apex paru-paru terlihat. b. Tidak ada rotasi ujung sternum dari clavicula berjarak sama dari collum vertebrae c. Trakea terlihat ditengah garis d. Scapula terproyeksi dibagian luar di bidang paru-paru.
e. 10 costae terlihat diatas diafragma.
Gb. 6.1. Radiograf Thorax Cavity Proyeksi PA
f. Nampak jelas batas antara jantung dengan diafragma g. Bayangan dari costae dan vertebrae thoracal superior nampak kabur bersama dengan bayangan jantung. jantung.
h. Nampak hilus disekitar paru-paru i. Gambaran thorax dengan inspiarsi dan ekspirasi, pada saat ekspirasi diafragma tergambar di atas, sehingga bayangan costae nampak lebih sedikit pada daerah paru-paru
2. Evaluasi Radiograf Menurut Kelompok Radiograf masih termasuk kurang dapat memenuhi criteria, sudah dapat menampakan paru-paru dengan jelas dan sinus costophrenicus yang utuh. Namun masih belum bisa membantu untuk diagnose penyakit pasien, karena sebagian dari paru-paru terpotong. Terpotongnya bayangan dalam radiograf tersebut karena cahaya kolimator tidak tepat dengan pertengahan bucky stand, sehingga bayangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu penempatan marker masih belum masuk lapangan penyinaran. Adapun penmabahan marker dapat dilakukan pada saat post editing.
B. Proyeksi AP 1. Evaluasi radiograf Berdasar Teori
a. Bagian tengah dari clavicula berjarak sama dengan collum vertebrae b. Trakea terlihat ditengah-tengah garis c. Clavicula melayang lebih datar dan menutupi apex dari pada proyeksi
Gb. 6.2. Radiograf Thorax Cavity Proyeksi AP
d. Jarak yang am dari collum vertebrae ke garis lateral dari rusuk di setiap sudut e. Gambaran costae dan vertebrae thoracal nampak pada bayangan jantung f. Banyangan
paru-paru,
dari
apeks
sampai
dengan
Sinus
costophrenicus g. Tanda pleura nampak dari hilus sampai sekeliling paru paru.
2. Evaluasi Radiograf Menurut Kelompok Radiograf masih termasuk kurang dapat memenuhi criteria, sudah dapat menampakan paru-paru dengan jelas dan sinus costophrenicus yang utuh. Namun masih belum bisa membantu untuk diagnose penyakit pasien, karena sebagian dari paru-paru terpotong. Terpotongnya bayangan dalam radiograf tersebut karena cahaya kolimator tidak tepat dengan pertengahan bucky stand, sehingga bayangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi seolah seolah MPS tubuh pasien tidak tepat pada pertengahan bucky stand. Selain itu, pemberian marker juga belum dilakukan sama halnya dengan evaluasi radiograf sebelumnya.
C. Proyeksi Lateral 1. Evaluasi radiograf Berdasar Teori
a. Bagian dari tulang rusuk superposisi menuju collum vertebrae b. Soft tissue dari tangan tidak overlapping dengan paru-paru bagian atas c. Panjang sumbu dari bidang paru paru ditampilkan posisi vertebrae
Gb. 6.3. Radiograf Thoracic cavity Proyeksi Lateral
d. Lateral sternum tidak ada rotasi. e. Intervertebrae thoracal disk dan foramen intervertebrae terbuka f. Nampak jelas batas dari jantug dengan diafragma g. Hilum kira kira berada pada pertengahan radiograf
2. Evaluasi Radiograf Menurut Kelompok Radiograf sudah termasuk dapat memenuhi criteria, sudah dapat menampakan paru-paru dengan jelas dan sinus costophrenicus yang utuh. Selain sinus costophrenicus,
juga
dapat
menampakkan
sinus
cardio
phrenicus.
Sayangannya posisi pasien tidak berada pada pertengahan bucky stand yang dan mengakibatkan hasil radiograf tidak indah. Marker yang sebelumnya tidak nampak dapat diedit dengan post edit dengan memberi marker pada post editing.
D. Proyeksi AP Axial 1. Evaluasi Radiograf Berdasar Teori
a. Clavicula melayang pada bagian atas apex b. Ujung sternum dari clavicula berjarak sama dari collum vertebrae c. Apex dari paru-paru secara keseluruhan terlihat d. Clavicula terlihat horizontal
Gb. 5.3. Radiograf Thoracic cavity Proyeksi AP Axial
dengan medil tumpang tindih pada rusuk pertama atau kedua e. Costae distorsi dengan anterior dan posterior, agak superposisi.
2. Evaluasi Radiograf Menurut Kelompok Radiograf sudah termasuk dapat memenuhi criteria, sudah dapat menampakan paru-paru dengan jelas dan sinus costophrenicus yang utuh. Clavicula juga sudah agak terlempar dan tidak menutupi apex paru-paru. Namun masih belum bisa membantu untuk diagnose penyakit pasien, karena sebagian dari paru-paru terpotong. ter potong. Terpotongnya bayangan dalam radiograf tersebut karena cahaya kolimator tidak tepat dengan pertengahan bucky stand, sehingga bayangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi seolah seolah MPS tubuh pasien tidak tepat pada pertengahan bucky stand. Selain itu, pemberian marker juga belum dilakukan sama halnya dengan evaluasi radiograf sebelumnya.
BAB VII KRITIK DAN SARAN
........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ ..... ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................................. ............................ .....
DOSEN PENGAMPU : HARI: TANGGAL : KETERANGAN :
TTD DOSEN PENGAMPU
DAFTAR REFERENSI A Rofiq. 2008. Thorax. Thorax. Available from : www. rofiqahmad.wordpress.com. (Accessed on : February, 3 th 2012)
http://vidyaristu14.blogspot.co.id/2014/07/laporan-kasus-thorax-dengan-kasus.html (Diunduh pada tanggal 22 Maret 2016 Pukul 21.34 WIB)
https://www.google.com/search?q=gambar+dinding+thorax&tbm=isch&tbo=u&sourc e=univ&sa=X&ved=0ahUKEwi1_8yJ98rLAhWKkY4KHTAZDIEQsAQIHA &biw=669&bih=634#tbm=isch&q=thoraxic+cavity&imgrc=zAuGeYPt4YMp HM%3A (Diunduh pada tanggal 19 Maret 2016, Pukul 02.24 WIB)
http://www.radiografer.info/tinjauan-patologi-paru-paru-thorax/ (Diunduh pada tanggal 19 Maret 2016 Pukul 03.05)
Lawrence M. Clinical Anatomy of The Pleural Cavity and Mediastinum . Available from : http ://www.oucom.ohiou.edu/dbms-witmer/gs-rpab.htm. (Accessed on : February, 3th 2012)
Moore, Keith L, 2007. Thorax, Essential Clinical Anatomy, 3rd Edition . America : Lippincott Williams & Wilkins