KEGIATAN ON F ARM KOMODITAS KAKAO DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum Wawasan Wawasan Agribisnis pada Progam Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Asisten Pembimbing
Fariz Irzat Arifin
Oleh
Golongan E/Kelompok 4
LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017
KEGIATAN ON F ARM KOMODITAS KAKAO DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK LAPANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum Wawasan Wawasan Agribisnis pada Progam Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember
Asisten Pembimbing
Fariz Irzat Arifin
Oleh
Golongan E/Kelompok 4
LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2017
i
DAFTAR KELOMPOK
Koordinator : Indra Dwi Fathurrahman Fathurrahman
(161510501171) (161510501171)
Anggota
(161510501067) (161510501067)
: Fandy Sanjaya Ladefa Primana Oktapan
(161510501031) (161510501031)
Faidatul Elma Rasyidah
(161510501034) (161510501034)
Irma Novita Sari
(161510501141) (161510501141)
Yoga Anugrah Pamungkas
(161510501146) (161510501146)
Rahmaniah Putri
(161510501159) (161510501159)
Ajeng Faradhila Muninggar
(161510501184) (161510501184)
Yoga Eko Nurkholis
(161510501197) (161510501197)
Siti Nur Azizah
(161510501225) (161510501225)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum Wawasan Agribisnis dengan judul “Kegiatan On Farm Komoditas Farm Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia”. Penulisan laporan praktek lapang ini tidak terlepas dari bantuan sebagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1.
Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
2.
Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M. Rur. M. selaku Ketua Jurusan Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.
Seuruh dosen pengampu mata kuliah Wawasan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Jember.
4.
Tim asisten mata praktikum Wawasan Agribisnis di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember.
5.
Pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
6.
Teman-teman kelompok E4
7.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya penulisan laporan praktikum ini. Penulis menyadari bahwa laporan praktek lapang ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat demi kesempurnaan laporan ini.
Jember, Mei 2017
Penulis iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
7
1.3 Tujuan dan Manfaat
7
1.3.1 Tujuan
7
1.3.1 Manfaat
7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Komoditas Kakao
8
2.2 Teori Usahatani
12
2.3 Subsistem Agribisnis
13
2.4 Teori Pemasaran
14
BAB 3. HASIL KUNJUNGAN LAPANG DAN PEMBAHASAN
22
3.1 Hasil Kunjungan Lapang
22
3.2 Pembahasan
24
3.2.1 Penyediaan Input atau Bahan Baku Usahatani On Farm Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
24
3.2.2 Proses Budidaya Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
28
3.2.3Pemasaran Komoditas Kakao di Pusat Peneliti an Kopi dan Kakao Indonesia
33
BAB 4. SIMPULAN
38
iv
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
-
Dokumentasi
-
Kuesioner
- Kartu Konsultasi
v
DAFTAR GAMBAR
Tabel
Keterangan
Halaman
3.2.2.1 Lahan Pembibitan Kakao
29
3.2.2.2 Pengolahan Lahan
30
3.2.2.3 Penanaman Benih Kakao
31
3.2.2.4 Pemangkasan Tanaman Kakao
33
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Halaman
Tabel 1.1Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia, 2011-2015
vii
4
DAFTAR BAGAN
Bagan
Keterangan
Halaman
Bagan 2.3.1 Sistem Agribisnis
15
Bagan 2.4.1 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana
20
Bagan 2.4.2 Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks
20
Bagan 3.2.2.1 Usahatani di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
28
Bagan 3.2.3.1 Saluran Pemasaran Sederhana di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
35
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki pulau yang letak geografisnya terbentang di khatulistiwa sepanjang 3.200 mil (5.120 km 2) dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 yang setiap pulaunya memiliki karekteristik berbeda. Pulau yang terbentang begitu banyak membuat garis pantai negara Indonesia sangat panjang. Kondisi ini membuat ekosistem yang terbentuk begitu kompleks. Terletaknya negara Indonesia di areal sepanjang garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis yang menyebabkan negara ini memiliki bermacam-macam flora dan fauna, sekitar 27% spesies dunia ada disini. Peran pertanian sangat mencolok jika dilihat dari sumber daya alam yang ada, mengingat Indonesia juga merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bekerja
di
bidang
pertanian
misalnya
sebagai
petani,
nelayan,
dan
peternak(Lasabuda, 2013). SSSMenurut Soetriono dan Suwandari (2016), Pertanian adalah kegiatan mengolah atau memproduksi, dengan berlandaskan pada pertumbuhan tanaman dan hewan. Secara garis besarnya pertanian meliputi proses produksi, petani atau pengusaha, tanah tempat usaha atau budidaya, dan usaha pertanian ( farm bussines). Pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia bertujuan untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau energi yang dikelola secara keberlanjutan dan hasilnya yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Petani adalah seseorang yang melakukan kegiatan tersebut, dalam kegiatan usaha tani (agronomi) hingga produk yang dihasilkan dapat mencapai pasar (agribisnis). Istilah pertanian secara luas dibagi menjadi beberapa subsektor yang diantaranya adalah pertanian itu sendiri, perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian yang memiliki kualitas ekspor dengan berbagai tanaman yang mendominasi.Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan dan diekspor dari Indonesia diantaranya karet, kakao, kopi, teh dan kelapa sawit. Komoditas yang diekspor tersebut memiliki peran penting dalam pemasukan devisa negara. 1
2
Pembangunan pertanian merupakan pembangunan yang mewujudkan atau memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk mewujudkan kebutuhan hidupnya. Pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berkeadilan sosial dilakukan tanpa mengorbankan lingkungan sehingga pembangunan yang dilaksanakan saat ini harus sudah memikirkan pula kebutuhan hidup generasi berikutnya. Pembangunan berkelanjutan sendiri memiliki segitiga konsep yaitu berkelanjuran secara ekonomis, ekologis dan sosial. Berkelanjutan secara ekonomis berarti suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan tersebut harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity). Berkelanjutan secara sosial, mengisyaratkan
bahwa
suatu
kegiatan
pembangunan
hendaknya
dapat
menciptakan suatupemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial dan pengembangan kelembagaan (Rivai, 2011). Pengembangan agribisnis dalam usaha peningkatan hasil pertanian perlu dilakukan guna mendorong adanya pembangunan pertanian di Indonesia. Indonesia memiliki potensi besar dan beragam untuk mengembangkan agribisnis diseluruh wilayah Indonesia, tetapi sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam
serta
sumber
daya
manusia,
Indonesia
masih
belum
mampu
mengembangkan agribisnis secara optimal. Agribisnis di Indonesia belum mampu menjadi tulang punggung bagi perekonomian di Indonesia. Agribisnis dijadikan sebagai suatu sistem yang membantu adanya proses pertanian dari hulu ke hilir. Agribisnis di Indonesia dibagi menjadi 5 sub sistem yaitu sub sistem usahatani (on farm), sub sistem input, sub sistem industri hilir, sub sistem pemasaran dan sub sistem penunjang. Sub sistem usahatani (on farm) berkaitan tentang proses budidaya suatu komoditas. Sub sistem input sebagai penyedia alat dan bahan untuk melakukan usahatani. Sub sistem Industri hilir yang berfungsi untuk mengolah produk-produk pertanian, sub sistem pemasaran berkaitan dengan penjualan atau sebagai nilai tambah produk pertanian dan sub sistem penunjang
3
yang berhubungan dengan adanya kebijakan ataupun bantuan dari lembaga pemerintahan untuk memperlancar produksi pertanian dari hulu ke hilir (Yudiarini, 2014). Sektor pertanian meliputi subsektor perikanan, subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Kegiatan yang dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao termasuk dalam subsektor perkebunan. Sektor perkebunan terutama kakao pada tahun 2010 memiliki lahan seluas 1.651.539 ha areal perkebunan, sebanyak 94% adalah kakao rakyat,hal ini mengindikasikan bahwa sektor perkebunan kakao paling banyak dalam menyerap tenaga kerja dan merupakan sumber pendapatan bagi petani. Komoditas kakao sendiri di wilayah Indonesia merupakan sektor yang produknya digunakan untuk memenuhi pasar ekspor dunia. Produksi kakao diusahakan selalu meningkat produksinya, karena jika terjadi penurunan akan menyebabkan berkurangnya volume dan nilai produksi. Akhir-akhir ini, seiring meningkatnya daerah pengembangan
lahan
kakao, produksi dan produktivitas kakao malah semakin menurun. Bukan hanya produktivitas dan produksinya, tetapi juga dari aspek kualitas kakao juga mengalami penurunan.
Faktor yang menyebabkan penurunan adalah
serang OPT secara terus menerus, bahan tanam dari
adanya
kakao itu sendiri,
penanganan pasca panennya, dan sistem usahatani kakao (Rubidyo dan Siswanto, 2012). Sejarah dibudidayakannya tanaman kakao di jawa bermula dari hancurnya tanaman kopi. Pada abad ke-19 tanaman kopi terserang penyakit karat daun yang menghabiskan tanaman kopi lebih dari 70%.. Tanaman kakao sendiri awal penanamannya dimulai pada tahun 1780 di Minahasa dan berlanjut ke Ambon serta Seram pada tahun 1858. Kakao dalam dua tahun terakhir menjadi salah satu komoditas unggulan petani, karena mampu menjadi tanaman perkebunan penambah devisa ketiga negara setelah tanaman kelapa sawit dan karet.Produksi kakao Indonesia pada tahun 2009, mengalami peningkatan dari 809,583 ton menjadi 844,626 ton pada tahun 2010. Target produksi ini sebenarnya masih jauh dari ideal jika dibandingkan dengan luas lahan areal perkebunan kakao di Indonesia yang sudah mencapai 1,5 hektar. Lahan perkebunan kakao yang cukup
4
luas tersebut seharusnya bisa dimanfaatkandanterusdikembangkan oleh Indonesia untuk mencapai produksi yang lebih tinggi pada tahun mendatang(Liyanda,M., et al ,2012).Berikut data luas tanaman perkebunan rakyat menurut jenis tanamannya yang didapat dari Badan Pusat Statistik Indonesia mulai tahun 2011 sampai 2015 Tabel 1.1 Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 2011 - 2015* Tahun
Karet
Coklat
Kopi
Teh
2011
524,3
94,3
]=\
67,3
2012
519,2
81,1
47,6
65,3
2013
529,9
79,8
47,6
66,4
2014
538,9
41,3
46,8
65,5
2015
551,1
42,1
47,9
65,6
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 1.1 diatas menjelaskan bahwa lahan perkebunan Kakao dari tahun ke tahun di Indonesia semakin lama semakin berkurang. Luas lahan perkebunan Kakao di indonesia tertinggi pada tahun 2011 dengan luasan lahan 94,3 ha dan dari tahun ke tahun hingga 2014 menurun hingga lebih dari 50%, yaitu sekitar 41,3 ha dan di tahun 2015 mengalami kenaikan yang sedikit menjadi 42,1%. Luas lahan tersebut menunjukkan bahwa produktivitas Kakao di Indonesia rata-rata selalu mengalami penurunan tiap tahun kecuali di tahun 2015. Penyebab menurunnya luasan lahan areal kakao di Indonesia adalah rendahnya produktifitas kakao nasional yang tidak diterapkannya teknologi budidaya anjuran dan penggunaan klon unggul yang tidak merata oleh pemerintah khususnya untuk pekebunana rakyat. Rendahnya produktifitas menyebabkan petani kakao pada perkebunan rakyat lebih memilih untuk melakukan alih fungsi lahan kepada komoditas yang lebih menguntungkan seperti komoditas hortikultura, pangan atau palawija. Potensi pada budidaya kakao sebenarnya masih cukup besar, dilihat dari potensi jutaan hektar lahan yang masih ada di Indonesia dan kesesuaian terhadap kecocokan lahan dalam pengembangan budidaya kakao juga masih besar serta peminat negara-negara Eropa dan Amerika akan hasil produk kakao yang bagus,
5
keras dan juga tidak mudah meleleh dari produk kakao di Indonesia. Pengembangan agribisnis yang diharapkan juga semakin meluas di dalam kegiatan budidaya ini, juga akan membantu memberikan hasil produksi kakao yang juga besar dan akan berdampak pada perluasan lahan penanaman kakao di Indonesia serta peminat akan produk kakao dari Indonesia tersebut (Listiyati et al, 2014). Teknik budidaya Kakao diawali dengan tahap pembersihan areal dengan melaksanakan tebas atau babat, yaitu membersihkan semak belukar dan kayukayu kecil yang ada di areal tanam. Waktu pembersihan dilakukan selama duasampaitiga bulan, kemudian ditebang dan lahan dibentuk intensif siap tanam. Tahap selanjutnya adalah pengolahan tanah secara mekanis untuk mencegah pengikisan tanah, dalam satu lahan tanaman Kakao ditanami juga tanaman penaung seperti sejenis Leguminosaeyang berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya secara langsung. Tahap berikutnya adalah penanaman, bibit Kakao baik yang berasal dari benih vegetatif maupun generatif ditanam didekat tanaman penaung dengan jarak tanam sekitar 3x3 meter dan kedalaman lubang tanam sekitar 150 cm. Tahap berikutnya adalah perawatan, dalam budidaya Kakao teknik perawatan harus dilakukan secara intensif dan teratur agar produksi tanaman yang dihasilkan baik. Pemangkasan merupakan salah satu perawatan yang rutin dilakukan, pemangkasan pada tanaman kakao ada dua jenis yaitu pemangkasan batang dan pemangkasan pucuk yang berguna untuk memperlancar proses fotosintesis pada tanaman kakao. Pengairan intensif dan pemberian obatobatan juga diperlukan pada tanaman kakao agar terlindung dari hama dan penyakit serta dalam usaha untuk meningkatkan produksi kakao sendiri. (Rubiyo,2010) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berdiri pada tanggal 1 Januari 1911 dengan nama Besoekisch Proefstation atau Balai Peneletian Besuki. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao ini terletak di kebun percobaan kaliwining (KP. Kaliwining) di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Jarak tempuh lokasi dari pusat kota Jember sekitar 20 Km dan sangat mudah dijangkau dari Kecamatan Jeggawah. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao memiliki luas lahan
6
sekitar 160 Ha dengan ketinggian tempat sekitar 45 mdpl. Sekitar awal pertengah bulan Mei 2016 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ditetapkan sebagai destinasi eduwisata di Kabupaten Jember dengan jumlah tenaga kerja sekitar 301 orang. Komoditas unggulan yang dibudidayakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah kopi dan kakao. Klon yang digunakan untuk budidaya tanaman kakao adalah Sulawesi I, Sulawesi II dan MCC 02. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia juga mengembangkan komoditas peternakan yang meliputi kambing, rusa dan sapi. PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak hanya sebagai tempat budidaya kopi dan kakao, disana juga terdapat outlet tempat untuk memasarkan hasil produksi dari kopi dan kakaokepadapengunjungeduwisata di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao ini (Anonim, 2013). Produk buah kakao yang ada di Puslit Koka memiliki 3 jenis, yaitu Criollo (kakao mulia), Forastero dan Trinitario. Kakao jenis Criollo atau disebut dengan kakao mulia merupakan jenis coklat dengan mutu terbaik baik dari segi rasa, aroma dan tekstur buahnya. Buah dari jenis ini berwarna merah atau hijau dengan kulit tipis berbintil kasar dan lunak serta bentuk buah yang seperti telur berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih saat basah. Jenis selanjutnya adalah Forastero yang dengan kualitas mutu kakao sedang. Kakao jenis ini disebut dengan istilah Bulk Cocoa atau lebih dikenal dengan Ordinary Cocoa. Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau dengan biji kakao berbentuk tipis (gepeng) dengan kotiledon berwarna ungu saat basah. Jenis terakhir adalah jenis Trinitario. Kakao jenis ini merupakan kakao hasil dari proses hybrida atau penyilangan dua jenis tetua yaitu antara criollo dan forastero. Bentuk buah ini bermacam-macam dan memiliki dua warna, yaitu merah dan hijau karena merupakan hasil persilangan dua varietas kakao yang berbeda. Biji kakao yang dihasilkan juga bermacam-macam dengan kotiledon yang berwarna ungu muda sampai ungu tua pada saat basah. Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan diatas, peneliti ingin menjelaskan tentang bagaimana proses kegiatan on farm kakao mulai dari persiapan lahan hingga sampai ke pemasaran produk tersebut.
7
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penyediaan input atau bahan baku usa hatani komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
2.
Bagaimana proses budidaya komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao?
3.
Bagaimana pemasaran komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao?
1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan
1.
Mahasiswa mengetahui penyediaan input atau bahan baku usahatani komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
2.
Mahasiswa mengetahui proses budidaya komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
3.
Mahasiswa mengetahui pemasaran komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
1.3.2 Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai keseluruhan kegiatan on farm Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
2.
Bagi petani dapat digunakan sebagai referensi untuk memperbaiki teknik budidaya Kakao.
3.
Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai kondisi kegiatan on farm kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia sehingga dapat menentukan kebijakan untuk pengembangan kemajuan on farm kakao
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Kakao
Kakao merupakan komoditas perkebunan yang berasal dari Amerika Latin, tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor kakao pertama kali diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena adanya serangan hama. Penanaman di Jawa dimulai pada tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi milik Belanda, karena saat itu kopi jenis arabika banyak yang mati karena terserang Karat daun ( Hemileia Vastatrik ). Tahun 1888 puluhan kakao jenis baru didatangkan dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon. Biji-biji tanaman tersebut ditanam kembali dan menghasilkan tanaman yang sehat dengan buah dan biji yang besar. Tanaman tersebutlah yang menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan di Indonesia dan akhirnya di Jawa Timur dan Sumatera (Rubiyo,2010). Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan terbesar di Indonesia dengan volume produksi terbesar kelima setelah Kelapa sawit, Kelapa, Karet dan Tebu. Menurut International Cocoa Organization (ICCO) pada tahun 2011 produksi kakao Indonesia mencapai 480.000 ton sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara produsen Kakao biji terbesar ketiga didunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pangsa pasar kakao biji Indonesia sebesar 15% dan pangsa pasar produk olahan kakao (pasta, butter, powder) kurang dari 6% (Suryana et al.,2014). Kakao merupakan satu-satunya tanaman yang dari 22 jenis Marga Theobroma, SukuSterculiceae yang diusahakan secara komersial. Tanaman kakao dapat diklasifikasi .sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
:Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
8
9
Class
: Dicotyledon
Ordo
: Malvales
Family
: Malfaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma kakao L
Kakao dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu Criollo, Forastero dan Trinitario. Kakao Criollo memiliki cirri fisik biji lonjong, pipih, keeping bijinya berwarna ungu gelap, pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah, rentan terkena hama penyakit, kadar lemak biji rendah dan memiliki citarasa khas yang baik. Tataniaga Kakao criollo termasuk kelompok Kakao mulia (Fine Flavoured), Kakao Forastero termasuk kelompok Kakao lindak (Bulk), Kelompok Kakao trinitario merupakan hibrida criollo dengan farastero. Kelompok Trinitario dapat masuk kedalam Kakao mulia dan Lindak tergantung pada mutu bijinya (Rubiyo,2010). Syarat tumbuh wilayah pertanaman kakao meliputi kesesuaian lahan, iklim, sinar matahari dan juga temperatur. Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asalkan persyaratan fisik dan kimia tanah dapat terpenuhi seperti kemasaman tanah, kedalaman efektif, drainase, unsur hara, zat organik, konsistensi tanah dan sebagainya. Tanaman kakao hanya memerlukan sinar matahari sekitar 20% untuk memperoleh kejenuhan proses fotosintesis dan juga pembukaan stomata, oleh sebab itu dalam teknik budidayanya memerlukan naungan. Temperatur atau suhu yang ideal untuk areal pertanaman kakao adalah 30-320C (maksimum) dan 18-210C (minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhan berkurang, sedangkan temperature yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan menyebabkan daun tanaman gugur. Aspek iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao seperti curah hujan. Curah hujan yang ideal adalah 1.100-3000 mm/tahun, curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan penyakit busuk buah kakao meningkat. Pemasakan buah pada kakao juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah bunga yang tumbuh, persentase bunga yang dibuahi dan persentase buah muda yang mampu
10
bertahan sampai masak. Fase pembungaan pada tanaman kakao sangat dipengaruhi iklim,di lokasi yang curah hujannya merata sepanjang tahun serta fluktuasi suhunya kecil, tanaman akan berbunga sepanjang tahun. Faktor-faktor diatas hanya sebagian syarat tumbuh tanaman kakao, untuk tahap selanjutnya dalam proses budidaya harus memperhatikan aspek pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan dan juga tahap akhir pasca panen. Bibit kakao yang tidak sehat biasanya berdampak pada saat usia kakao sudah mulai berbuah, hasil produksi mudah busuk, mudah terserang penyakit, sehingga hasil buah kakao rendah, dalam aspek penanaman, pemeliharaan serta pasca panen juga harus diperhatikan oleh petani karena dapat mempengaruhi kuaitas buah kakao yang dihasilkan (Regrin,2008). Ciri-ciri morfologi yang dimiliki oleh bagian-bagian tanaman kakao yang membedakannya dengan tanaman lain dari segi daun, batang, akar, bunga dan biji adalah sebagai berikut: a. Daun tanaman kakao bersifat Dirmofisme pada tunas autotrof , tangkai daunnya panjang yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrof panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Salah satu sifat khusus dari daun kakao yaitu adanya dua persendian ( Articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun, tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. b. Tanaman kakao dewasa memiliki batang pokok yang ditumbuhi wiwilan dan tunas air. Tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang bersusun. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas tersebut hanya dimiliki tanaman kakao. c. Kakao merupakan sejenis tumbuhan dengan surface root feader artinya sebagian besar akar lateralnya berkembang dekat permukaan tanah yaitu pada kedalaman 0-30 cm. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya tidak beraturan ( Intricate).
11
d. Bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan 5 daun buah yang bersatu. Warna bunga khas seperti kultivar dengan daun mahkota panjang 6-8 mm. Kulit buah kakao memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas, kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit halus dan tipis. e. Biji buah kakao memiliki poros buah yang jumlanhnya beragam sekitar 20-50 butir perbuah. Biji disusun atas 2 kotiledon saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga. Biji dibungkus daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam manis serta mengandung zat penghambat perkecambahan (Rubiyo,2010). Usaha teknik budidaya tanaman kakao mengalami kendala terutama serangan jasad pengganggu tanaman yaitu Penggerak buah kakao. Berdasarkan hasil pengamatan di Provinsi Sumatera Barat dan Sulawesi Tengah menyebabkan kegagalan panen sebesar 75%-80%. Di Kalimantan Timur areal pertanaman kakao seluas 31. 697,5 ha dan luas tanam yang terserang hama PBK yaitu 17.080 ha, dimana untuk serangan ringan seluas 6.315 ha, dan serangan berat seluas 716 ha. Karena itu hama PBK tersebut selalu mendapat prioritas penanganan dalam pengelolaan tanaman kakao, khususnya di wilayah-wilayah serangan PBK (Fianaet al ,.2015). Kendala selanjutnya dalam usaha peningkatan dan pengembangan tanaman kakao adalah keterbatasan tanam unggul yang memiliki potensi produk yang tinggi. Tanaman unggul yang diinginkan adalah tanaman yang dapat bertahan pada serangan hama dan penyakit, serta memiliki tekstur dan bentuk yang bagus serta rasa yang nimat, berat biji seragam (90-110 biji/100 g), kadar lemak 50-55% serta kadar kulit biji maksimum 10%. Berat biji bersifat kuantitatif dan dipengaruhi oleh karakter-karakter komponen yang berperan dalam pembentukan berat biji. petani kakao terkadang mengalami banyak kendala pada hal tersebut, dikarenakan keterbatasan faktor ilmu pengetahuan dan teknologi dalam budidaya tanaman kopi (Anitasari dan Susilo, 2013).
12
2.2 Teori Usaha Tani
Ilmu usahatani adalah pengetahuan akan pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, teknologi dan modal untuk mengahasilkan suatu pendapatan bagi yang mengelolanya. Ilmu usahatani meliputi bagaimana cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi (input ) seefektif dan seefiien mungkin untuk menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar (output ). Pendapatan yang diterima biasanya digunakan untuk membiayai pengeluaran yang menyangkut dengan usahatani (Ginting, 2013). Perubahan input menjadi output merupakan definisi dari kegiatan produksi. Produksi usahatani dituntut untuk mendapatkan hasil yang baik dan bermutu. Kegiatan produksi suatu usaha dapat dikatakan fungsi produksi dalam ekonomi. Kegiatan produksi dalam suatu usaha dibedakan dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan produksi jangka pendek dan jangka panjang. Kegiatan produksi berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya, sedangkan dalam jangka panjang, semua faktor produksi tersebut dapat mengalami perubahan yang artinya setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya jika memang perlu dan diinginkan (Soekartawi, 2002). Kegiatan
usahatani
adalah
kegiatan
yang
kompleks
mulai
dari
mempersiapkan input hingga menghasilkan suatu produk ( output ). Usahatani dimulai dengan mempersiapkan input yang dibutuhkan seperti penyediaan lahan yang sudah diolah terlebih dahulu, bibit atau komoditas yang ingin ditanam, sarana prasana seperti pupuk, pestisida, penggunaan teknologi penunjang kegiatan usahatani (alat, pola tanam, sistem penanaman dan lainnya) serta tenaga kerja yang cukup sebagai pelaku kegiatan usahatani. Kegiatan selanjutnya adalah penanaman dengan memperhatikan jarak tanam untuk memaksimalkan kebutuhan hara dalam tanah terhadap tanaman supaya tidak terjadi persaingan perebutan unsur hara tanaman dalam satu lahan penanaman yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman terdiri dari pemangkasan bila diperlukan, penyemprotan pestisida, penyiraman dan lain sebagainya. Kegiatan yang terakhir dari kegiatan usahatani adalah pemanenan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu, bukan asal
13
sembarangan memetik atau memotong saja. Teknik yang digunakan dalam pemanenan memerlukan perlakuan khusus dengan tujuan untuk menjaga inang tetap berbuah sehabis dilakukannya pemanenan (Wahyuningsih dan Astuti, 2015). Tujuan dari diadakannya kegiatan budidaya usahatani meupakan hal yang sangat penting. Peranan penting dari kegiatan ini diantaranya adalah menciptakan pembangunan sektor pertanian NKRI yang tangguh berupa penambahan sumber devisa negara yang diperoleh dari kegiatan ekspor, terutama pada komoditas perkebunan, misalnya kopi, kakao, teh, cengkeh dan sebagainya. Tujuan penting lainnya adalah menciptakan produk hasil usahatani yang meningkat dan maksimal sesuai dengan permintaan, baik itu untuk domestik maupun luar negeri dengan mewujudkan penerapan sistem pertanian yang berkelanjutan serta menyerap tenaga kerja dengan memberikannya lapangan pekerjaan karena usahatani membutuhkan banyak tenaga kerja dalam kelancaran kegiatan usahatani tersebut (Wedastra, 2013). Penerapan sistem berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk melakukan kegiatan usahatani dalam mendapatkan produksi yang maksimal dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dalam budidayanya. Sistem pertanian berkelanjutan ini menekankan dalam pengurangan atau menghilangkan penggunaan bahan kimia dalam semua proses kegiatannya dengan tujuan konsumsi hasil pertanian yang sehat dan menjaga serta memelihara unsur hara dalam tanah. Sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu sistem pertanian organil, sistem pertanian terpadu, sistem masukan luar rendah dan sistem pengendalian hama terpadu (Salikin, 2003).
2.3 Subsistem Agribisnis
Menurut Abidin (2013), di Indonesia kegiatan agribisnis sudah dilakukan sejak zaman dahulu, namundemikian popularitas agribisnis baru muncul sejak tahun 1990-an. Kondisi seperti ini tidak perludiperdebatkan, yang terpenting bagaimana semua pihak mempersepsikan sama terhadap agribisnis, yaitu mulai
14
dari kegiatan praproduksi, produksi, pengolahan/industri, pemasaran, hingga kegiatan konsumsi dan jasa pendukung semua rangkaian agribisnis. Istilah "agribisnis"telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman
tentang
istilah
ini
telah
berkembang.
Dari
asal
katanya,
"agribisnis"terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri"(agriculture= pertanian) dan " bisnis"(business= usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan
bisnis yang berbasis pertanian. Agribisnis adalah suatu usaha tani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan (Oelviani, 2013). Menurut Soekartawi dalam Marlen (2015), konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecipung dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi
komoditas
pertanian
atau
barang-barang
yang
dihasilkannya.
Penerapannya, konsep agribisnis memerlukan keterlibatan berbagai pihak. Mulai dari hulu, yakni pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan input, pada sektor on farm yakni petani-petani yang bercocok tanam,
sampai hilir yakni
pelaku-pelaku yang melakukan pengolahan hasil usaha on farm(Soemarno dalam Zainal Abidin, 2013). Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio- fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen.
Keseluruhan aspek-
aspek ini saling terintegrasi dan dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" . Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kelembagaan dan kebijaksanaan pembangunan pertanian (Soemarnodalam Zainal Abidin, 2013).
15
Menurut Soetriono dan Suwandari (2016), dalam pengertian sistem, agribisnis adalah subyek (pelaku) sosial yang mandiri dalam arti memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yaitu kemampuan untuk eksis, berkarya, berkembang, beradaptasi, berasosiasi dan lain-lain. Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran saana produksi sampai kepada pemasaran produk produk yang dihasilkan oleh usaha tani dan agroindustri, yang saling terkait satu sama lain. sistem tersebut, terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan satu sama lain. Sistem Agribisnis
Agroindustri Pasar
Bahan
Pasar
Tenaga Kerja
Administrasi Regulasi Perlindungan Stimulasi Pelayanan Penilaian Modal
Informasi
Usaha Tani Farm
Pasar
Agromarket
Pelancar Sumber daya Lingkungan dan Prasarana
Bagan 2.3.1 Bagan Sistem Agribisnis
Subsistem tersebutadalah penunjang daripada suatu sistem agribisnis itu sendiri agar sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.Gangguan yang terjadi pada salah satu subsistem saja, akan mempengaruhi kinerja subsitem yang lain. Subsistem tersebut antara lain:
16
1. Sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumber daya pertanian.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada subsistem ini mencakup kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengadaan dan penyalran sarana produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan teknologi usaha tani dan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal. Subsistem ini tidak semata-mata menyangkut penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi yang diperlukan, melainkan juga berupa penyediaan informasi pertanian yang biasanya berupa teknologi-teknologi terbaru yang mendukung usaha tani itu sendiri. 2. Sub sistem budidaya atau usaha tani. Kegiatan yang dilakukan pada subsistem ini biasanya adalah pembinaan dan pengembangan usaha tani dalam rangkan peningkatan produksi pertanian. Kegiatan tambahan yang dilakukan pada kegiatan usaha tani ini antara lain perencanaan mengenai lokasi, komoditas, teknologi, pola usaha tani dan skala usahanya untuk mencapai hasil yang optimal. 3. Sub sistem pengolahan hasil pertnian atau agroindustri. Sub sistem ini mencakup kegiatan-kegiatan pasca panen yakni pengolahan-pengolahan sederhana d tingkat petani, sampai pada tingkat penglahan lanjut, selama bentuk, susunan, dan cita rasa komoditi tersebut tidak berubah. Proses lainnya yang termasuk dalam kegiatan ini adalah proses pengupasan, pembersiha, pengekstrasian, penggilingan, pembekuan, dehidrasi, peningkatan mutu, dan pengeakan atau pengemasan masuk dalm lingkup sistem pengolahan hasil yang ditujukan untuk menambah nlai tambah. 4. Sub sistem pemasaran hasil pertanian. Sub sistem ini mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran usaha tani hasil-hasil usaha tani maupun olahannya, bak untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Untuk memungkinkan berkembangnya sub sistem pemasaran hasl ini, maka berbagai kegiatan seperti pemantauan dan pengembangan informasi pasar sangat penting untuk dlaksanakan. 5. Sub sistem prasaarana dan pembinaan. Sub sistem ini mencakup berbagai macam fasilitas yang digunakan untuk menunjang sub sistem-sub sistem
17
lainnya. Prasarana jalan, sarana tataniaga, perbankan, kelompok tani, penyuluhan perhubungan, pengairam, pengendalian,
pengamanan dan
konservasi menjadi syaratbagi lancarnya proses transformasi produktif yang diselenggarakan dunia usaha dan masyarakat pedesaan. Menurut Kadek Erna (2014), untuk dapat meningkatkan kinerja para pelaku sektor agribisnis, khususnya para petani on farm, harus dipahami bahwa kegiatan kelima subsistem agribisnis yang ada sebenarnya saling terkait dan saling mendukung. Apabila dibiarkan masing-masing seolah-olah terkotak-kotak dalam aktivitas usahanya, dapat berakibat kepada terjadinya diskriminasi usaha, dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu rangkaian aktivitas yang saling berkaitan antar subsistemnya untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan ulur dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, lingkungan alam terutama sumber daya perlu dikembangkan sehingga mampu menunjang terlaksananya berbagai aktivitas dalam setiap subsistem secara memadai.
2.4 Teori Pemasaran
Menurut Soetriono dan Suwandari (2016), pemasaran adalah segala kegiatan usaha yang dapat menimbulkan suatu perpindahan hak milik dari semua barang-barang dan pemeliharaan daripada penyebarannya. Produsen berperan sebagai pengolah atau yang membuat barang sesuai dengan keinginan konsumen sebagai proses untuk memenuhi permintaan dan penawaran, dan bentuk penyampaiannya kepada konsumen diperlukan adanya kombinasi dengan jasa jasa seperti perkreditan, penetapan harga dan pemberian informasi. Menurut Martiman (2014), ada 5 konsep yang mendasari suatu organisasi atau perusahaan melakukan kegiatan pemasaran barangnya, yaitu: 1. Konsep produksi, mengungkapkan bahwa seorang konsumen akan lebih memilih produk yang didapat dengan mudah dan dengan harga yang relatif
18
murah, sehingga fokus utama manajer perusahaan adalah berfokus pada produksi untuk mencapai efisiensi produk yang tinggi, dengan input minimum, biaya yang rendah serta melakukan pendistribusian secara besar besaran. 2. Konsep berwawasan produk, mengungkapkan bahwa seorang konsumen akan lebih memilih pada produk yang menawarkan mutu, kinerja yang baik dan hal-hal yang inovatif, sehingga fokus utama konsep ini adalah pada pembuatan produk yang lebih baik dan berusaha terus memperbaikinnya dan menyempurnakannya. Perusahaan perlu mengamati apakah produk yang dihasilkan dan ditawarkan memiliki pasar yang baik atau tidak dan dapat bertahan lama. 3. Konsep penjualan, mengungkapkan bahwa jika seorang konsumen dibiarkan begitu saja maka konsumen tersebut tidak akan mau membeli produk suatu perusahaan dengan jumlah yang cukup. Perusahaan perlu melakukan usaha penjualan dan melakukan promosi yang lebih agresif. 4. Konsep pemasaran, mengungkapkan bahwa kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan suatu organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan suatu pasar serta yang dapat memberikan kepuasan yang lebih efektif dna efisien daripada pesaingnya. Perusahaan harus lebih efektif daripada
pesaing
lainnya
dalam
menciptakan,
menyerahkan,
dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan pada sasaran pasar yang terpilih 5. Kosep pemasaran holistik, mengungkapkan bahwa konsep ini didasarkan pada suatu pengembangan, perencanaan dan pengimplementasian program pemasaran, proses pemasaran, serta semua kegiatan pemasaran yang mengakui keluasan dan interpendensinya. Menurut Firdaus (2010) proses pemasaran agribisnis umumnya diawali dengan kegiatan menyalurkan sarana produksi pertanian, kemudian dilanjutkan dengan proses pemasaran produk bahan mentah pada tingkat pengusaha tani, dan pada puncaknya adalah dengan produk akhir yang diinginkan oleh konsumen. Proses tersebut terjadi suatu perubahan menjadi suatu produk yang diinginkan
19
oleh konsumen yang disebut dengan penambahan kegunaan ( utility). Jenis kegunaan terbagi menjadi empat, yaitu: 1. Guna karena bentuk ( form utility) 2. Guna karena waktu (time utility) 3. Guna karena tempat ( place utility) 4. Guna karena hak milik ( posession utility) Segala bagian pemasaran akan mendapatkan suatu nilai tambah karena adanya usaha menambah kegunaan pada produk tersebut. Perusahaan-perusahaan yang ada dalam sistem pemasarannya banyak membantu konsumen bertemu dengan para penjual atau produsen. Mereka akan menambahkan kegunaan pemilikan kepada produk yang terakhir ketika produk tersebut berpindah tangan melalui suatu sistem pemasaran kepada para pengecer (Firdaus, 2010) Proses pemasaran selalu dibutuhkan sebuah saluran pemasaran atau saluran distribusi. Saluran distribusi merupakan saluran yang dibutuhkan oleh produsen untuk menyalurkan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen yang kemudian akan disalurkan pada konsumen akhir atau kepada pemakai industri. Saluran pemasaran merupakan suatu tempat atau lokasi perusahaan atau usaha yang harus mudah dijangkau oleh masyarakat seperti pusat-pusat perbelanjaan atau pasar dan lain sebagainya (Annisa, 2015). Pemasaran terdiri dari beberapa saluran pemasaran yang berupa saluran pemasaran sederhana dan saluran pemasaran kompleks. Saluran pemasaran sederhana biasanya lebih menguntungkan petani dibandingkan dengan saluran pemasaran yang kompleks karena semakin banyak pihak pada saluran pemasaran, akan berpengaruh terhadap lebih rendahnya harga jual dari petani. Semua saluran pemasaran tergantung pada berapa macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasarnya. Sistem pasar yang melakukan monopoli akan mempunyai saluran pemasaran yang lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pasar yang lainnya (Nurcholifah, 2014). Badan atau lembaga yang melakukan proses penyaluran barang dari produsen primer ke konsumen akhir merupakan definisi dari suatu saluran pemasaran. Saluran pemasaran ini bertujuan untuk mengorganisaikan antar
20
lembaga untuk mengedarkan hasil produk dari produsen hingga ke tangan konsumen. Setiap macam-macam hasil suatu produk pertanian mempunyai saluran pemasaran sendiri dan berbeda satu dengan yang lainnya tergatung pada pihak lembaga yang terlibat. Saluran pemasaran suatu barang atau produk akan berubah tergantung pada keadaan suatu daerah, waktu dan kemajuan dari teknologi (Soetriono dan Suwandari, 2016). Produsen
Pedagang Pengumpul
Pengecer
Konsumen Bagan 2.4.1 Bentuk Saluran Pemaasaran Sederhana Petani Pengecer
Konsumen
Pedagang Besar
Exportir
Tengkulak
Pedagang Pengumpul Bagan 2.4.2 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana
Menurut Firdaus (2010) pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sam kepada konsumen akhir. Pengecer meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (bukan untuk keperluan usaha). Konsumen adalah setiap orang atau pembeli atas barang yang telahdisepakati bersama, menyangkut harga dan carapembayarannya, tetapi tidak
21
termasuk mereka yang mendapatkan barang untukdijual kembali atau lain-lain untuk keperluan komersial dan umumnya digunakan untuk memenuhi sebagian dari kebutuh hidup mereka. Pengecer adalah perantara pedagang yang melakukan suatu kegiatan usaha terutama menjual barang kepada konsumen akhir. Kelancaran proses ditribusi dari produsen ke konsumen diperlakukan tindakan dan perlakukan khusus pada barang itu pada proses pemasaran disebut fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran terbagi menjadi tiga fungsi, yaitu: a. Fungsi-fungsi pertukaran adalah semua kegiatan untuk mempermudah pemindahahan hak milik atas barang dan jasa tersebut. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. b. Fungsi-fungsi Fisik adalah semua kegiatan memperlakukan suatu barang guna mendapatkan kegunaan tempat dan waktu. Fungsi fisik terdiri dari fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan. Fungsi penyimpanan diperlukan proses penyimpanan untuk menyimpan barang selama kurun waktu tertentu, umumnya selama waktu antara barang selesai diproduksi hingga barang dijual. Sedangkan fungsi pengangkutan adalah merencanakan, menyeleksi dan menyerahkan semua alat yang digunakan saat pengangkutan dalam proses pemasaran c. Fungsi-fungsi Fasilitas semua kegiatan yang bertujuan untuk menunjng kelancaran proses pelaksanaan semua fungsi-fungsi pertukaran dan fisik, yang terdiri dari: fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggung resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi keterangan pasar. Fungsi standarisasi dan grading adalah fungsi untuk menentukan mutu barang yang terdiri dari sejumlah perincian mengenai ukuran, warna, rupa, is i kimia, berat, dll. Fungsi penanggung resiko adalah semua resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan harga barang, kehilangan, kerusakan, dll. Fungsi pembiayaan adalah fungsi yang digunakan untuk penggunaan modal selama barang dalam kegiatan pemasaran. Fungsi keterangan pasar meliputi kegiatan pengumpulan dan penilaian fakta dan gejala sekitar lalu lintas barang yang ada dalam masyarakat.
BAB 3. HASIL KUNJUNGAN LAPANG DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktek Lapang
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan salah satu pusat penelitian kopi dan kakao satu-satunya yang ada di Indonesia yang berlokasi di Kampung Kliwing, Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia (PUSLIT KOKA) bertujuan untuk meneliti dan pengelolaan dalam pengembangan kopi dan kakao yang bertujuan untuk menciptakan inovasi-inovasi dan teknologi yang dikomersialisasikan sejak 1 Januari 1911. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini memiliki tiga tipe lahan percobaan, lahan percobaan pertama berada di kawasan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sendiri (Jember), yang kedua berada di Desa AndongSari, Bondowoso dan yang ketiga berada di Sumber Asin, Ma lang. Awal berdirinya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah pada 1 Januari 1911 yang pada waktu itubernama Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, secara fungsional Puslitkoka saat ini berada di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI).Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah lembaga non profit yang mendaptakan mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, sesuai dengan
Keputusan
Menteri
Pertanian
Republik
Indonesia
No.
786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao juga ditunjuk sebagai penyedia data dan informasi yang ada hubungannya dengan kopi dan kakao.Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember. Sejak tahun 1987 seluruh kegiatan/operasional sudah dipindahkan ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember yang berjarak ± 20 km dari pusat Kota Jember. Sekitar tahun 2008 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao telah 22
23
terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak hanya bergerak dibidang agronomi saja tetapi yang meliputi pemuliaan tanaman, budidaya, proteksi tanaman dan sebagainya, tetapi juga bergerak dibidang pengolahan pasca panen dengan produk hasil olahan yang dijual melalui outlet yang berada disana. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao memilii visi dan misi adalah Menjadi salah satu lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi yang tekait dengan perkebunan kopi dan kakao. Menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao. Menjadi mitra pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan inovasi teknologi baru. Menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam meningkatkan daya saing. Sumberdaya manusia yang dimiliki Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada tahun 2013 hingga saat ini berjumlah 301 orang yang terbagi dalam 3 bidang tugas, yaitu bidang penelitian dan pelayanan, bidang usaha, dan bidang administrasi/penunjang. Peneliti berjumlah 34 orang, terdiri atas 11 orang berijasah S3, 8 orang berijasah S2, dan 15 orang berijasah s1. Berdasarkan jabatan fungsionalnya dapat dikelompokkan 11 orang peneliti utama, 12 orang peneliti madya, 1 orang peneliti muda, 1 orang peneliti pertama, dan 4 orang peneliti non kelas.Sedangkan sisanya yang berjumlah sekitar ±200 orang adalah bekerja dibidang usahatani baik kopi maupun kakao ataupun yang lainnya. Kebun Percobaan dan Areal Kantor yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao secara keseluruhan seluas 380 ha, yang terdiri atas kebun percobaan kopi arabika (KP. Andungsari ketinggian 100-1.200 m dpl.), kopi robusta dan kakao (KP. Kaliwining dan KP. Sumberasin ketinggian 45-550 m dpl.). Luasan lahan untuk kebun percobaan sendiri berukuran 160 Ha, sedangkan sisanya yang seluas 220 Ha adalah untuk kantor dan berbagai gedung fasilititas pendukung lainnya. Laboratorium yang dipunyai seluas 2.365 m 2 dengan peralatan yang berjumlah 850 unit. Laboratorium terdiri dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi
24
Tanah, Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil, Laboratorium Pengawasan Mutu, Pusat Informasi dan Pelatihan. Koleksi buku dan majalah di perpustakaan sebanyak 38.706 judul dan 38.983 eksemplar, terdiri atas 7.622 judul artikel tentang kopi, 5.024 judul artikel kakao, dan lebih dari 15.677 judul artikel tentang karet, tembakau, dan tanaman lainnya. Selain adanya laboratorium di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao juga terdapat Gedung Transfer Teknologi dan Inkubasi Bisnis, Outlet yang menjual produk olahan yang berasal dari Kopi dan Kakao dengan berbagai macam produk, Guest House, dan Masjid.
3.2 Pembahasan
3.2.1. Penyediaan Input atau Bahan Baku Usahatani On Farm Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Budidaya tanaman kakao untuk memperolah hasil panen dan hasil usahatani yang layak diperlukan pencapaian kualitas dan kuantitas hasil tanaman yang sangat bergantung pada faktor-faktor penyedia produksi. Faktor-faktor penyedia produksi meliputi modal, tenaga kerja, alat, mesin dan saprodi. Faktorfaktortersebutsangatberpengaruhterhadapbudidayausahatanikakao, jikasalahsatudarifactortersebuttidakadamakakegiatanbudidayausahatanikakaoakan terhambat. Modal merupakan salah satu faktor terpenting dalam kegiatan usahatani. Modal dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap berupa lahan untuk kegiatan usahatani, alat-alat pertanian dan fasilitas-fasilitas gedung yang tidak habis dalam sekali pakai. Modal bergerak berupa pupuk, obatobatan, bibit untuk budidaya yang habis dalam satu kali pakai pada proses usahtani. Tenaga kerja di pusat penelitian kopi dan kakao dari masyarakat sekitar Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Tenaga kerja adalah salah satu faktor terpenting dalam proses produksi dengan jumah yang cukup, kualitas tenaga kerja dan macam tenaga kerja yang dipergunakan. Tenaga kerja dibagi menjadi 3 golongan yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil dan tenaga kerja terdidik.
25
Tenaga kerja kasar merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam kegiatan seperti pengolahan tanah, proses budidaya dan pemanenan. Tenaga kerja terampil merupakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dalam bidang tertentu seperti proses penyambungan bibit, pengolahan kebun entres, dan proses penyemaian bibit. Tenaga kerja terdidik merupakan tenaga kerja yang sudah tersertifikasi oleh lembaga pendidikan seperti peneliti dan pemuliaan tanaman. Peralatan pertanian kakao yang ada di Pusat Penelitian Kakao sendiri tergolong ke dalam alat yang semi-konvensional. Alat pertanian yang digunakan diantaranya sebagai berikut: 1. Sabit, merupakan alat yang digunakan untuk membersihan lahan dari gulmagulma yang ada pada area perkebunan dan digunakan oleh para pekerja yang merawat perkebunan kakao tersebut. 2. Cangkul, merupakan alat serbaguna yang digunakan untuk membantu membalik tanah dalam pengolahan tanah sebelum tanam. Fungsi lain dari cangkul tersebut adalah membantu dalam membuat tempat melingkar tepat pada media tanam sebagai tempat pemberian pupuk pada tanaman kakao tersebut. 3. Pisau, merupakan alat yang digunakan untuk memotong buah kakao. Pisau yang digunakan adalah pisau khusus dan dianjurkan menggunakan pisau yang sangat tajam untuk dapat memetik buah kakao dalam sekali iris saja. Metode sekali iris menggunakan alat potong yang tajam ini bertujuan untuk menjaga area potong supaya tetap rapi dan tidak rusak, karena apabila bekas batang buah yang dipotong rusak dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman buah di batang yang sama tidak akan muncul kembali. 4. Alat semprot obat pertanian, merupakan alat semprot yang berfungsi sebagai wadah
dalam
menyemprotkan
pestisida,
insektisida,
herbisida
dan
semacamnya dalam proses perawatan budidaya kakao. Alat semprot yang digunakan adalah alat semprot gendong yang memiliki tuas penyemprot dan tangki sebagai wadah dari larutan yang ingin diaplikasikan terhadap perawatan terhadap gangguan OPT.
26
5.
Pompa air, merupakan alat bantu dalam memudahkan pengairan di Pusat Penelitian Kakao tersebut. Pompa air yang digunakan merupakan mesin diesel. Penggunaan pompa air ini tidak setiap saat digunakan, hanya pada waktu tertentu apabila musim kemarau tiba dan hujan tidak turun saat dibutuhkan penyiraman pada tanaman kakao tersebut. Peralatan yang digunakan untuk untuk kegiatan agroindustri meliputi
cangkul, sprayer, alat pemanen, sabit, mesin sortasi, pulper, mesin pencuci kakao, alat ukur kadar air, mesin pressing dan mesin penghalus. Peralatan tersebut diperlukan oleh tenaga kerja Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dari kegiatan hulu sampai hilir agar hasil penjualan produk bisa menguntungkan dan sesuai dengan selera konsumen.Bahan baku yang digunakan adalah bibit, pupuk dan pestisida. Bibit kakao yang digunakan di Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan hasil penelitian tersebut menghasilkan 5 macam, yaitu seedling, sambung pucuk, PVC, super dan kultur jaringan. a. Pembibitan dengan menggunakan benih (seedling), benih yang digunakan yaitu benih jenis hibrida F1. Pertumbuhan bibit dengan benih akan tumbuh tegak keatas (orthotropis). Daunnya memiliki rumus duduk 3/8 dan sudut antar daun 135 ⁰. Tanaman setelah satu tahun baru membentuk percabangan. Tanaman mulai membentuk cabang saat tumbuh sekitar 1-1,5 meter (plagiotropis). Rumus duduk plagiotropis yaitu 1/2. Sudut antar dua daun 180⁰. b. Sambung pucuk (PVC), penyambungan antara batang yang tumbuh tegak dari hasil pertumbuhan benih dengan cabang plagiotropis dari klon unggul yang telah ditemukan. Pertumbuhan cabang sudah mulai dari bawah. Keunggulan dari teknologi ini tanamn cepat berbuah. Kelemahan yaitu dari batang bawah tumbuh tunas palsu. c. Teknik micro cuttings (sambung), yaitu bibit dalam bentuk PCC (plagiotropis Cacao Clon). Kelebihan tumbuh pendek dan berbuah lebat serta dari batang bawah ke atas sudah tipe plagiotropis sehingga tidak tumbuh tunas palsu.
27
d. Bibit super, yaitu sambungan antara cabang plagiotropis dengan teknik penggandaan akar. Kelebihannya yaitu akarnya lebih kuat menyerap air dan unsur hara sehingga tanaman lebih cepat tumbuh dan berbuah. Bibit ini biasanya dipersiapkan di tengah tahun. Perhitungan waktu pembibitan sangat perlu dilakukan agar pada saat pengolahan lahan sudah siap dan kondisinya sesuai untuk penanaman bibit sudah siap untuk ditanam pada akhir tahun (Desember). e. Kultur jaringan, yaitu dengan teknik perbanyakan somatik. Pertumbuhannya sama dengan yang dari benih yaitu dari kecil tumbuh tegak lalu bercabang dan akhirnya berbuah. Pemupukan merupakan kegiatan lanjutan dalam budidaya kakao ini. Pemupukan
bertujuanuntukmeningkatkanproduksidankesehatan.
Pupuk
yang
digunakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao didapatkan dari membeli pada distributor pupuk dengan jumlah yang cukup besar karena wilayah perkebunan kakao yang juga cukup luas. Umumnya, pupuk yang sering digunakan adalah pupuk ZA yang mengandung unsur N, pupuk TSP yang mengandung P dan Kcl yang mengandung unsur K.Dosis pupuk yang digunakan umumnya yaitu perbandingan pupuk nitrogen, phosphor dan kalium 2:1:1, artinya kebutuhan nitrogen dalam pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan phosphor dan kalium. Dosis yang digunakan oleh puslitkoka yaitu 800 kg/pohon/tahun. Obat-obatan semacam pestisida, herbisida, insektisida atau sejenisnya dibutuhkan dalam usaha pelaksanaan kegiatan usahatani pada aspek perawatan. Obat-obatan tersebut diperlukan untuk melindungi ketahanan tanaman kakao dari organisme pengganggu seperti hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tersebut apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan menurunnya hasil produksi tanaman kakao,oleh sebab itu dibutuhkan perawatan dan perlindungan intensif setiap harinya. Kondisi yang seperti itu dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk kakao tersebut.
28
3.2.2. Proses Budidaya Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Proses budidaya on farm kakaoterdiridaribeberapatahap. Tahapantahapantersebutharusurutdanruntutkarenajikasalahsatudari tersebuthilangatautidakruntutakanmempengaruhi
proses
proses usahatani.
Tahapan-
tahapantersebutsepertigambardibawahini Pengadaan Saprodi (bibit, pupuk dan teknologi)
mengolah lahan kakao
Menanam bibit kakao
Melakukan Perawatan pohon kakao
Melakukan pemanenan buah kakao
Bagan 3.2.2.1 Usahatani di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Proses budidaya tanaman kakao dimulai dari penyediaan saprodi on farm kakao, penyiapan lahan, penanaman, perawatan dan pemanenan. a. Saprodi kakao di Pusat Penelitian Kopi Kakao dipenuhi secara mandiri. pembibitan langsung dilakukan pada lahan yang sudah khusus di sediakan. Pembibitan dilakukan dengan cara penyemaian, sambungan dan kultur jaringa. Pemenuhan input berupa pupuk dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak pabrik. Kebutuhan pupuk tercukupi dengan mudah karena adanya kerjasama ini. Teknologi yang diterapkan mulai dari pembibitan yang dilakukan dengan kultur jaringan, saluran irigasi yang menggunakana sistem irigasi tetes dan lahan yang menggunakan mekanisasi mulai perawatan hingga pemanenannya.
29
Gambar 3.2.2.1 Lahan pembibitan kakao
b. Pengolahan lahan yang dilakukan dengan berbagai teknik karena berdasar kepada kebutuhan utnuk penelitian sehingga terdapat pengolahan lahan menggunakan peralatan konvensional maupun mekanis. Pengolahan dengan cara konvensional menggunakan cangkul untuk membalik tanah dan pembentukan saluran irigasi. Mekanisasi digunakan pada lahan yang memang sudah diberikan pola tertentu agar sesuai dengan mesin yang digunakan untuk perawatan selanjutnya. Pengolahan lahan dimulai dengan evaluasi lahan yang berkaitan dengan jenis tanah, tekstur tanah, maupun tipe iklim di kawasan tersebut. Selanjutnya, persiapan lahan yaitu dengan melakukan pembersihan lahan, lahan yang akan ditanami kakao dibersihkan dari gulma dan tanaman lainnya. Setelah pembersihan, dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam kakao dengan ukuran 60x60x60. Lubang tanam kakao selesai, selanjutnya pembuatan lubang tanam penaung tetap dengan jarak tanam 4x2 atau 3x3. Lubang tanam tersebut selanjutnya dibiarkan selama 6 bulan sampai 1 tahun, ini berfungsi agar unsur hara yang telah tergalih dapat kembali. Tanaman penaung sementara ditanam dengan perbandingan 1:1 dengan tanaman kakao 6 bulan atau 1 tahun kemudian tanaman kakao dapat di tanam. Tanaman penaung untuk tanaman kakao dipilih tanaman legume. Pemilihan tanaman legume karena tanaman legume mampu menyerap nitrogen dari tanah, selain
30
tanaman legume juga dipilih tanaman lain seperti lamtoro, pisang, kelapa dll. Lamtoro dipilih karena lamtoro dapat hidup dimusim hujan maupun kemarau, lamtoro yang dipilih haruslah lamtoro yang tidak menghasilkan buah, agar buah yang kering tidak jatuh ke tanah dan membuat lahan penanaman kakao menjadi kotor. Pisang dipilih karena buahnya dapat dijual sebagai penambahan penghasilan petani, jadi disaat petani menunggu kakaonya panen dapat menikmati hasil dari pisang, tetapi harus dilakukan pemeliharaan yaitu dengan anakan pisang minimal 3 pohon. Penanaman tanaman penaung berupa kelapa sawit penanamanya harus terstruktur yaitu berjarak sekitar 9 meter atau ditanam setelah barisan ke-empat dari tanaman pokok. Persaingan perebutan unsur hara antara tanaman penaung dengan tanaman kakao dapat diatasi dengan pembuatan parit di sebelah tanaman kelapa sawit.
Gambar 3.2.2.2 Pengolahan Lahan
c. Penanaman bibit kakao yang telah di semai dilakukan dengan cara manual menggunakan
tenaga
kerja
penduduk
sekitar.
Penanaman
masih
menggunakan cara manual. Adanya tanaman penaung sementara yang sudah tumbuh terlebih dahulu mempersulit penanaman apabila menggunakan cara mekanisasi. Tanaman penaung sementara yang digunakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao adalah Maghonia macrophylla, Albizzi falcata atau Ceiba
31
petranda. Tanaman ini berasal dari jenis leguminosa yang akan membantu bibit cepat beradatasi dan terpenui kecukupukan unsur haranya.Bibitkakao yang siap ditanam adalah bibit kakao yang telah berumur 5-6 bulan. Penanaman kakao dilakukan pada awal musim penghujan atau akhir musim penghujan, karena bibit kakao membutuhkan banyak air saat awal tanam, tetapi jika sudah tumbuh kakao hamper tidak membutuhkan air, maka dari itu pengairan hanya menggunakan air hujan, pengairan menggunakan diesel hanya jika kemarau panjang, karena tanaman kakao yang telah kekeringan akan sulit untuk diobati.
Gambar 3.2.2.3 Penanaman bibit kakao
d. Pemeliharaan bergantung pada sistem budidaya yang dilakukan, baik secara makanis maupun manual. Proses pemeliharaan di mulai dari penyulaman, irigasi, penyiangan, pemupukan, pemangkasan pohon pelindung, dan pemangkasan tanaman kakao. Penyulaman dilakukan secara manual karena dibutuhkan pengamtan secara langsung tanaman yang berpotensi akan mati. Irgasi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao terdapat 2 macam irigasi secara konvensional dan irigasi tetes yang memanfaatkan pomapa dan pipa. Irigasi secara manual dibantu dengan diesel pada musim kemarau agar asupan air pada tanaman tetap terpenuhi. Irigasi tetes dipergunakan pada lahan penelitian yang khusus menggunakan mekanisasi. Irigasi tetes tidak hanya
32
memenuhi kebutuhan air tapi juga pupuk yang berupa pupuk cari.Tahap selanjutnya pemeliharaan, meliputi pemupukan, pengendalian OPT, dan pemangkasan. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kadar unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh. Dosis pupuk umumnya yaitu dengan perbandingan pupuk nitrogen, pospor, dan kalium 2:1:1, artinya kebutuhan nitrogen dalam pertumbuhan lebigh tinggi dibandingkan dengan pospor dan kalium. Dosis yang digunakan oleh puslitkoka yaitu 800 kg/pohon/tahun. Serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao umumnya dari golongan jamur atau serangga. Bagian tanaman yang diserang yaitu daun (umumnya daun-daun muda). Bagian tanaman yaitu daun muda biasanya diserang oleh larva atau ulat. Hama yang menyerang bagian buah umumnya dari golongan pencucuk penghisap ( Helopeltis spp), penggerek (penggerek buah kakao/ Conophomorpa cramerella). Hama penggerek buah kakao yang menyerang tanaman kakao yaitu dengan menitipkan telurnya di dalam buah yang sudah cukup besar. Ciri buah kakao yang terserang hama penggerek adalah dari luar buah tampak sehat namun jika dibelah buahnya terlihat gepeng dan lengket. Hama dan penyakit dianggap mengganggu apabila melebihi ambang batas. Tanaman kakao yang terdapat di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak banyak terkena hama, namun terdapat tanaman yang mengalami penyakit fisiologis. Penyakit fisiologis ini berupa layu buah kakao yang disebabkan oleh pemangkasan di saat buah berbuah lebat. Penanganan hama dan penyakit yang tidak melebihi ambang batas hanya menggunakan tenaga manusia dikarenakan tidak banyak buah yang terkena serangan hama dan penyakit, jika hama dan penyakit telah melebihi ambang batas maka akan dilakukan rotasi tanaman. Rotasi tanaman ini dilakukan sekitar 25-50 tahun, yaitu dengan mengganti tanaman kakao dengan tanaman karet. Pemangkasan
pada
tanaman
kakao
meliputi
pemangkasan
tunas,
pembersihan ranting dan daun yang kering dan sakit, dan ranting yang saling menutup. Pemilihan tunas yang tepat untuk dipangkas, yaitu pada batang yang banyak bunganya. Pemangkasan ini dilakukan agar bunga buah kakao dapat
33
tumbuh optimal tanpa mengalami persaingan perebutan unsur hara dengan tunas muda. Selanjutnya yaitu panen, pemanenan buah kakao dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Kondisi ini dikarenakan tanaman kakao dapat tumbuh diberbagai musim, artinya tanaman kakao dapat tumbuh pada musim kemarau maupun musim hujan. Buah yang sudah siap dipanen yaitu buah yang telah berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Buah kakao dengan warna hijau akan berubah menjadi hijau kekuning-kuningan sedangkan untuk warna merah menjadi merah kekuning-kuningan.
Gambar 3.2.2.4 Pemangkasan Tanaman Kakao
d. Pemanenan buah kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menggunakan tenaga manusia untuk menjaga kualitas buah yang didapat. Pemanenan dilakukan 5,5 - 6 bulan sejak berbunga. Setelah umur tanaman kakao cukup pemanenan dilakukan maksimal 2 minggu sekali agar masak dari buah kakao sempurna. Waktu pemetikan yang bagus adalah saat pagi hari. 3.3.3 Pemasaran Komoditas Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Pemasaran biji kakao Indonesia telah mencapai pasar Internasional. Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia relatif menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat memperoleh pendapatan devisa dari komoditi ini. Mutu biji kakao merupakanhal
34
yang sangat menentukan tingkat harga di pasar internasional. Produsen kakao terutama Indonesia perlu memperhatikan kualitas dari biji kakao yang diekspor. Pokok utama permasalahan dinilai rendahnya mutu kakao Indonesia di pasar Internasional antara lain disebabkan oleh hama dan umur tanaman yang sudah sangat tua. Kondisi hilir kakao di Indonesia masih belum berkembang dan beroperasi secara optimal. Kondisi inidikarenakan sebagian besar kakao yang diekspor masih dalam bentuk komoditas pimer. Produk primer ini berupa biji kering yang akan terkena diskon harga yang kemudian diinput sebagai kerugian. Kerugian akan dapat teratasi jika industri pengolahan biji kakao sudah berjalan secara optimal seperti yang dilakukan Pusat Penelitian Kakao. Pemasaran di Pusat Penelitain Kakao tidak hanya memasarkan produk mentah berupa bibit dan biji kering saja namun juga menjua produk olahan berupa coklat batang, coklat bubuk dan sabun. Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao. Salah satu faktor yang menentukan pemasaran yang efektif dan efisien yaitu sedikitnya rantai nilai pemasaran,dengan sedikitnya rantai nilai pemasaran maka dampaknya adalah tingkat harga yang baik bagi petani. Harga jual biji kakao yang semakin tinggi berarti juga meningkatnya selisih harga yang diterima petani, akan membuat petani termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Persitiwa tersebut menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas saja belum cukup, namun harus diikuti penyempurnaan atau perbaikan dalam saluran-saluran pemasaran. Lahan percobaan yang terdapat di Pusat Penelitian Kopi Kakao dengan pola tanam 3x3 didapati setiap 1 ha lahan terdapat 1001 pohon kakao produktif. Butuhkan 30 buah kakao segar untuk menghasilkan biji kakao kering seberat 1 kg. Satu pohon kakao mampu menghasilkan buah kakao kurang lebih 35 buah sekali panen. Buah kakao yang produktif mampu menghasilkan buah secara optimal dalam 1 tahun sebanyak 2 kali. Perkiraan hasil wawancara di Pusat Penelitian kakao tersebut adalah selama 1 tahun lahan 1 ha mampu menghasilkan biji kakao kering sebanyak 2,2 ton. Harga biji kako kering saat ini Rp.40.000,00 per kg, sehingga biji kakao kering seberat 2,2 ton akan menghasilkan pemasukkan sebanyak 88juta rupiah per tahunnya.
35
Biji kering yang dijual oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia biasanya dijual seharga Rp.40.000/kg. Kegiatan pengolahan untuk domestik juga dilakukan. Kegiatan pemilahan biji perlu dilakukan untuk menciptakan suatu produk olahan dari kegiatan budidaya kakao. Pembuatan olahan coklat lokal, sabun dan sebagainya adalah salah satu produk yang ditawarkan di dalam wilayah Pusat Penelitian Kopi dan kakao, dimana sekitar 80-87% biji kering yang telah melalui kegiatan pengolahan setengah jadi dipilih yang baik dan bermutu untuk diolah sendiri. Sekitar 5-13% biji kering digunakan untuk membuat olahan sabun di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tersebut. 5-13% biji kering tersebut sudah masuk dalam kegiatan pengolahan industri atau bisa disebut kegiatan Off farm, sedangkan yang sejumlah 80-87% masih termasuk dalam kegiatan pengolahan setengah jadi yang nantinya akan diolah menjadi produk olahan industri. Biji kering yang dipilih merupakan biji yang memiliki kualitas kurang baik, karena untuk membuat sabun tidak diperlukan rasa dan tekstur dari biji kakao tersebut. Biji kering yang dipilih hanya memfokuskan pada aroma khas yang ada pada kakao tersebut yang kemudian dilakukan suatu ekstraksi untuk menghasilkan lemak dari kakao itu yang akan digunakan dalam pembuatan sabun. Bahan baku yang sudah terkumpul dari berbagai biji kakao kemudian diserap oleh industri untuk kemudian menjadi bahan baku utama beberapa produk industri yang akan dijual dalam bentuk produk olahan seperti coklat, sabun, bubuk coklat dan sebagainya. Produsen Konsumen Pengumpul Bagan 3.2.3.1 Saluran Pemasaran Sederhana di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Kakao yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak diproduksi secara massal kepada konsumen, tetapi hanya diproduksi secara terbatas. Adapun produk tersebut hanya dijual di outlet yang berada di Puslit
36
tersebut. Terdapat 2 saluran untuk pemasaran komoditas kakao di Pusat Peneliatan Kopi dan Kakao Indonesia yaitu produsen dengan memasarkan melalui pengepul yang dipasarakan ke agroindustri yaitu Mondelsh. Konsumen terbagi menjadi 2 tipe yaitu konsumen potensial dan konsumen akhir. Konsumen potensial berupa konsumen yang menerima biji kakao kering dari pengepul lalu diolah lagi menjadi produk siap jual. Konsumen akhir berupa pengunjung di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang langsung mengkonsumsi produk dari outlet. Saluran pemasaran yang kedua yaitu dengan memasarkan lewat konsumen pengunjung yang dating setiap harinya. Saluran pemasaran yang bekerjasama dengan Mondelsh alat transportasi untuk pengambilan barang sudah disediakan oleh pihak Mondelsh sendiri, sedangkan saluran pemasaran yang berada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao tidak membutuhkan transportasi untuk pengambilan barang karena pengunjung sudah dapat membeli sendiri produk olahan yang sudah disediakan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Saluran pemasaran yang terjadi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tergolong dalam saluran pemasaran sederhana. Pegawai disana memberikan alasan bahwa Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia hanya merupakan pusat penelitian yang tugasnya untuk meneliti dan tidak berhak untuk m enjual produk yang dihasilkan. Fungsi pemasaran yang terjadi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ada 3 yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang diterapkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia salah satunya adalah terjadi di outletnya. Pertukaran dilakukan oleh konsumen dengan pihak outlet dengan cara pihak outlet menjual produk dan mendapatkan uang dan konsumen mendapatkan produk berupa produk olahan seperti coklat, bubuk coklat ataupun sabun dan sebagainya. Fungsi fisik diterapkan dengan adanya penyimpanan biji kering kakao maupun hasil olahan perlu dilakukan penyimpanan guna menghindari dari kerusakan barang. Penyimpanan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dengan melakukan fermentasi pada biji kako basah yang sudah dipanen hingga menjadi biji kering yang siap simpan. Pengolahan biji kakao bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dari kakao tersebut.
37
Fungsi fasilitas yang terjadi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia diterapkan dengan adanya proses penggradingan atau pemilihan biji kering kakao dengan kualitas baik, sedang dan rendah, dengan adanya kegiatan proses grading dan standarisasi produk untuk mengetahui bagaimana kualitas yang dihasilkan dan juga adanya kegiatan pelabelan dan pengemasan. Informasi-informasi pasar yang diterima di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sangat penting untuk kegiatan pemasaran karena keinginan masyarakat tidak sama antara satu dengan yang lain, sehingga dari fungi keterangan pasar ini Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dapat memenuhi bagaimana keingan konsumen.