BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak Tahun 2010 Jawa Timur menjadi propinsi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas inflasi yang mantap. Minat investor baik didalam maupun luar negeri seakan mengalir tak terbendung. Wilayah emas yang di tuju adalah Tuban, Gresik, dan Mojokerto, perkembangan ketiga kabupaten ini cukup pesat di bidang infrastruktur dan perdagangan. Diantara ketiga kabupaten tersebut, Gresik mengalami perkembangan laju industri yang cukup signifikan, kemudahan akses jalan baik darat maupun laut agaknya menjadi pertimbangan utama. Selain itu, tenaga kerja trampil cukup mudah diperoleh di Kota Gresik karena memang kawasan industri strategis sejak puluhan tahun. Iklim dan kebijakan investasi membuat para investor semakin nyaman dalam berbisnis. Sejumlah infrastruktur vital baru untuk menunjang industri perdagangan juga terus bermunculan. Gebyar perkembangan Kota Gresik terasa teras a dengan makin banyaknya kawasan permukiman baru yang tumbuh. Kondisi tersebut disadari betul oleh Pemerintahan Kota Gresik, karena itulah dalam penyusunan program pembangunan lima tahun kedepan Pemerintah Kota Gresik merancang sejumlah rencana besar untuk mendukung perkembangan Kota Gresik sebagai kota metropolis, salah satunya pembangunan proyek Gresik Icon Mall yang di Kontraktori oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung . PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung atau WIKA Gedung merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 2008. Pendirian perusahaan ini dipelopori oleh dua stakeholder , PT Wijaya Karya (perusahaan induk) dan koperasi karyawan PT Wijaya Karya (Wika koperasi karyawan). Gresik Icon Mall adalah superblok terbesar pertama yang hadir di kota Gresik, yang tepatnya di Jl. Dr Wahidin Sudiro Husodo No. 788 Gresik, Jawa Timur. Dengan nilai kontrak sebesar Rp. 56.107.150.000,- yang meliputi pembangunan mall dan hotel . Dengan susunan lantai LG, G, 1, 2, 3 untuk mall sedangkan untuk hotel sampai lantai 11 yang menggunakan pondasi tiang pancang
1
dengan struktur utamanya yakni beton, dalam pelaksanaan pada struktur atas terdiri dari kolom, balok, dan pelat lantai. Dalam pelaksanaan Kerja Praktik mahasiswa melakukan pengamatan terhadap metode pelaksaanaan pekerjaan struktur atas Proyek Gresik Icon Icon Mall pada Mall pada lantai 2. Diharapkan mahasiswa bisa mengerti akan metode pelaksanaan di
lapangan dan bisa meningkatkan pengetahuan untuk bekal terjun dalam bidang ketekniksipilan.
1.2
Rumusan Masalah
Hal utama yang ingin dikaji melalui pelaksanaan Kerja Praktik ini, yakni ingin mengetahui : Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan struktur atas pada pembangunan Gresik Icon Gresik Icon Mall yang terdiri dari kolom, balok, pelat lantai.
1.1
Tujuan
Adapun tujuan melaksanakan Kerja Praktik ini yaitu : Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembangunan Gresik Icon Gresik Icon Mall.
1.2
Batasan Masalah
Sesuai dengan tujuan Kerja Praktik, maka perlu adanya batasan yang bertujuan untuk memfokuskan bagian yang akan dibahas. Adapun batasannya yakni : 1. Tidak membahas tentang manajemen konstruksi pada pembangunan Gresik Icon Icon Mall, 2. Tidak membahas pelaksanaan pada area hotel. 3. Tidak membahas mengenai rencana anggaran
biaya (RAB) pada
pembangunan Gresik Icon Icon Mall,
1.3
Manfaat
Kerja praktik memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak Perguruan Tinggi, dan bagi Perusahaan antara lain :
2
dengan struktur utamanya yakni beton, dalam pelaksanaan pada struktur atas terdiri dari kolom, balok, dan pelat lantai. Dalam pelaksanaan Kerja Praktik mahasiswa melakukan pengamatan terhadap metode pelaksaanaan pekerjaan struktur atas Proyek Gresik Icon Icon Mall pada Mall pada lantai 2. Diharapkan mahasiswa bisa mengerti akan metode pelaksanaan di
lapangan dan bisa meningkatkan pengetahuan untuk bekal terjun dalam bidang ketekniksipilan.
1.2
Rumusan Masalah
Hal utama yang ingin dikaji melalui pelaksanaan Kerja Praktik ini, yakni ingin mengetahui : Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan struktur atas pada pembangunan Gresik Icon Gresik Icon Mall yang terdiri dari kolom, balok, pelat lantai.
1.1
Tujuan
Adapun tujuan melaksanakan Kerja Praktik ini yaitu : Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembangunan Gresik Icon Gresik Icon Mall.
1.2
Batasan Masalah
Sesuai dengan tujuan Kerja Praktik, maka perlu adanya batasan yang bertujuan untuk memfokuskan bagian yang akan dibahas. Adapun batasannya yakni : 1. Tidak membahas tentang manajemen konstruksi pada pembangunan Gresik Icon Icon Mall, 2. Tidak membahas pelaksanaan pada area hotel. 3. Tidak membahas mengenai rencana anggaran
biaya (RAB) pada
pembangunan Gresik Icon Icon Mall,
1.3
Manfaat
Kerja praktik memberikan manfaat terutama bagi mahasiswa, bagi pihak Perguruan Tinggi, dan bagi Perusahaan antara lain :
2
1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang di peroleh di bangku perkuliahan, perkuli ahan, serta s erta mahasiswa akan menumbuhkan me numbuhkan rasa tanggung jawab profesi di dalam dirinya melalui kerja praktik dan akan mendapatkan pengetahuan yang tidak ada di bangku perkuliahan. 2. Bagi Perguruan Tinggi Terjalinnya
kerjasama
bilateral antara
Politeknik
Negeri
Banyuwangi dengan perusahaan yang bersangkutan dan juga dapat meningkatkan kualitas lulusanya melalui pengalaman kerja praktik. 3. Bagi Perusahaan Perusahaan akan mendapatkan bantuan tenaga dari mahasiswa dan kritikan – kritikan yang membangun serta mengetahui perkembangan teori terbaru yang berkaitan dengan bidang Teknik Sipil pada khususnya di dalam dunia kerja yaitu Dunia Konstruksi pada umumnya.
3
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
4
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1
Sejarah Perusahaan
PT Wijaya Karya (Persero), Tbk., (Perseroan) didirikan berdasarkan Undang-undang No.19 tahun 1960 Peraturan Pemerintah No.64 tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara / PN “Widjaja Karja” tanggal 29 Maret 1961. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.64 ini pula, perusahaan bangunan bekas milik Belanda yang bernama Naamloze Vennootschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedrijf Vis en Co. yang telah dikenakan nasionalisasi, dilebur ke dalam PN Widjaja Karja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40 tanggal 22 Juli 1971, PN. Widjaja Karja dinyatakan bubar dan dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO), sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 Undang undang No.9 Tahun 1969 (Lembaran Negara Republik Indonesia No.40 tahun 1969, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2904). Selanjutnya Perseroan ini dinamakan “PT Wijaya Karya”, berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No.110 tanggal 20 Desember 1972 yang dibuat dihadapan Dian Paramita Tamzil, pada waktu itu pengganti dari D Muljadi, SH., Notaris di Jakarta, Akta Perubahan Naskah Pendirian Perseroan Terbatas “PT. Wijaya Karya” No.106, tanggal 17 April 1973 yang dibuat dihadapan Kartini Muljadi, SH., Notaris di Jakarta, keduanya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.Y.A.5/165/14 tanggal 8 Mei 1973, didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta dengan No.1723 dan No.1724 tanggal 16 Mei 1973, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.76 tanggal 21 September 1973, Tambahan No.683. Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai penjuru negeri salah satunya PT. Wiajaya Karya Bangunan Gedung. PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung atau WIKA Gedung merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk, yang didirikan
5
pada tanggal 24 Oktober 2008. Pendirian perusahaan ini dipelopori oleh dua stakeholder , PT Wijaya Karya (perusahaan induk) dan koperasi karyawan PT Wijaya Karya (Wika koperasi karyawan). 2.1.1
Visi Misi PT. Wijaya Karya Bngunan Gedung
1. Visi Perusahaan Menjadi perusahaan di bidang jasa konstruksi gedung dan properti yang terpercaya. 2. Misi Perusahaan a. Menghasilkan produk jasa konstruksi gedung dan properti yang berkualitas, b. Menyajikan produk rancang bangun, c. Mengaplikasikan pekerjaan terbaik regional, d. Memberikan Value Added kepada Stakeholders. Manusia WIKA Gedung menjunjung tinggi integritas dalam menjalankan tugas serta meyakini nilai-nilai CIBERTI sebagai berikut : 1. Commintment
: Berbuat sesuai kesepakatan dan janji
2. Innovation
: Selalu mencari sesuatu yang lebih baik
3. Balance
: Menjaga keseimbangan semua aspek
4. Excellence
: Memberikan hasil lebih baik
5. Relationship
: Hubungan yang baik untuk para pihak
6. Team Work
: Sinergi, kerjasama lintas unit kerja
7. Integrity
: Keutuhan dan ketulusan yang meliputi Fairness, Accountability,
Integrity,
Transparancy
dan
Honesty.
2.2
Struktur Organisasi dan Manajemen Proyek
Organisasi adalah tim yang terdiri dari kesatuan yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan yang disepakati bersama, maka dari itu di dalam sebuah proyek diperlukan sebuah organisasi proyek yang mewadahi pelaksanaan pengerjaan sebuah proyek mulai dari tahap perencanaan awal hingga proses akhir suatu proyek. Agar pelaksanaan pekerjaan dapat teratur dan berjalan lancar, maka dalam pelaksanaan di lapangan dibuat uraian pekerjaan (job description) sehingga 6
masing-masing unsur dapat mengetahui tugasnya dengan jelas dan tidak ada tugas yang tumpang tindih antar pihak yang terkait. Dibawah ini adalah skema hubungan kerja pengelola proyek. 1.
Owner Owner atau pemilik adalah seorang atau instansi yang memiliki proyek
atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya
sesuai
dengan
perjanjian
kontrak
kerja.
Untuk
merealisasikan proyek, owner memiliki kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek. Yang bertindak selaku pemilik dalam proyek ini adalah PT. Raya Bumi Nusantara Permai . Adapun tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Menyiapkan gambar design konsultan perencana yang dipakai sebagai acuan didalam proses pelelangan harga, b. Menyiapkan biaya perencanaan dan persiapan jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek ( schedule), c. Mengadakan proses pelelangan untuk penunjukan kontraktor, d. Membuat surat perintah kerja (SPK), e. Pemberian tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek, f. Memberikan tugas kepada manajemen Konstruksi (MK) untuk meninjau pekerjaan di lapangan atas mandat dari Owner, g. Owner dapat menginstruksikan apabila ada penambahan / pengurangan pekerjaan (pekerjaan tambah kurang), h. Memonitor pekerjaan agar proyek selesai tepat waktu, i.
Dapat memutuskan hubungan kerja apabila kontraktor pelaksana tidak dapat melaksanakan kewajiban berdasarkan surat perjanjian kontrak (bilamana waktu yang ditentukan tidak dipenuhi oleh kontraktor).
2.
Structure Design Consultants Structure Design Consultants adalah perusahaan yang ditunjuk oleh
owner yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merancang segala sesuatu yang berhubungan dengan rancangan bangunan. Dalam proyek ini perencanaan struktur yang dikerjakan oleh PT. Ketira Engineering untuk merencanakan desain awal sampai akhir.
7
3.
Main Contractor Main Contractor atau kontraktor utama adalah pihak yang diserahi tugas
untuk melaksanakan pembangunan proyek oleh owner melalui prosedur pelelangan. Kontraktor pada pembangunan proyek ini adalah PT. Maju Mapan Bangun Indo yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. c. Membuat dokumen tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dan diserahkan kepada owner. d. Membuat hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan proyek. e. Mengasuransikan pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja. f. Melaksanakan dan menyelesaikan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan oleh dokumen kontrak. g. Melakukan perbaikan atas kekurangan atau kerusakan pekerjaan akibat kelalaian selama pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak. h. Menyerahkan hasil pekerjaan setelah pekerjaan proyek selesai berupa Berita Acara Serah Terima pekerjaan (BAST) ke-1. i.
Menyelesaikan tanggung jawab selama masa pemeliharaan
j.
Menyerahkan hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan yang dituangkan kedalam dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST) ke-2.
2.3
Unsur Organisasi Pelaksanaan Proyek
Berikut ini adalah struktur organisasi PT. WIjaya Karya Bangunan Gedung dalam pembangunan proyek Gresik Icon Mall and Apertment yang dapat dilihat pada Gambar 2.1:
8
STRUKTUR ORGANISASI PROYEK G R E S I K I C ON M A L L A N D A PA R T M E N T
Gambar 2.1. Struktur Organisasi (Data dari PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung, 2016)
9
2.3.1
Tugas dan Wewenang
Berikut adalah Tugas dan Wewenang masing-masing koordinator yang ada di Proyek Gresik Icon Mall : 1. Manajer Divisi II Bertanggung jawab terhadap pemegang saham di wilayah II, tugas pokok yaitu mengelola dan mengkoordiansi seluruh proyek secara professional sehingga anggaran, program kerja dan sasaran proyek dapat tercapai (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 2. Manajer Proyek ( Project Manager ) Project Manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor yang memimpin sebuah proyek yakni meliputi jalannya suatu pekerjaan, mengevaluasi hasil dari pekerjaan dan membandingkan dengan pelaksanaan proyek yang kemudian disusun dalam suatu format laporan pekerjaan dari awal hingga akhir pelaksanaan proyek. Berikut tugas Project Manager secara lebih jelas: 1.
Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proyek
2.3.1
Tugas dan Wewenang
Berikut adalah Tugas dan Wewenang masing-masing koordinator yang ada di Proyek Gresik Icon Mall : 1. Manajer Divisi II Bertanggung jawab terhadap pemegang saham di wilayah II, tugas pokok yaitu mengelola dan mengkoordiansi seluruh proyek secara professional sehingga anggaran, program kerja dan sasaran proyek dapat tercapai (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 2. Manajer Proyek ( Project Manager ) Project Manager adalah wakil dari perusahaan atau kontraktor yang memimpin sebuah proyek yakni meliputi jalannya suatu pekerjaan, mengevaluasi hasil dari pekerjaan dan membandingkan dengan pelaksanaan proyek yang kemudian disusun dalam suatu format laporan pekerjaan dari awal hingga akhir pelaksanaan proyek. Berikut tugas Project Manager secara lebih jelas: 1.
Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proyek
2.
Melakukan koordinasi mengenai jadwal proyek secara keseluruhan
3.
Memastikan bahwa semua rencana proyek telah selesai
4.
Memenuhi setiap persyaratan kualitas dan waktu sesuai dengan perencanaan bisnis sebelumnya
5.
Melakukan perencanaan dan penjadwalan dalam rangka pencapaian target proyek dengan sukses
6.
Memberikan arahan dan dorongan kepada para anggota tim kerja
7.
Mengembangkan dan menyajikan laporan mengenai proyek kepada klien
8.
Melakukan pemantauan proyek secara terus-menerus
9.
Membuat laporan secara terperinci mengenai kemajuan proyek, jadwal, anggaran, resiko sampai solusi
10. Melaporkan hasil kinerja mengenai pencapaian proyek (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016)
10
3. Site Engineer Site Engineer merupakan wakil dari pimpinan proyek yang bertugas membantu pimpinan proyek dalam mengendalikan jalannya proyek di lapangan. Dan Site Engineer juga bisa disebut Kasi Engineer. a. Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen yang diperlukan. b. Mereview juklak. c. Melaksanakan kegiatan seleksi supplier, sub kontraktor, dan mandor. d. Melaksanakan maintenance alat berat. e. Membuat contract review pekerjaan tambah kurang (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 4. Keuangan dan Administrasi Tugas bagian Keuangan dan Administrasi adalah sebagai berikut: a. Memonitoring dan melaksanakan pengelolaan keuangan proyek secra efisien dan efektif. b. Menyajikan informasi tentang proses pencairan tagihan proyek. c. Melaksanakan pembayaran kepada subkontraktor, suplier dan lain-lain sesuai dengan komitmen yang telah disepakati, termasuk pelaksanaan sebagai wajib pungut pajak. d. Menyediakan sistem informasi/laporan keuangan proyek kepada kantor pusat dan unit kerja terkait lainnya. e. Mengupaya peningkatan efisiensi dan efektifitas biaya di proyek. f. Menjadi
seorang
personalia
yang
dapat
memutuskan
suatu
permasalahan pegawai / karyawan. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 5. Pengendalian Mutu (Quality Control ) Berikut tugas quality control secara lebih jelas : a. Melaksanakan pengendalian mutu material :
Menyelenggarakan pengujian mutu material secara sampling.
Melaksanakan pemeriksaan spesifikasi material dan campuran bahan yang digunakan.
Menyajikan rekomendasi hasil pengujian mutu material ke Kasi Teknik.
11
Melaksanakan Factory Inspektion mutu metode kerja.
b. Melaksanakan pengendalian mutu metode kerja :
Pemeriksaan metode kerja aktual dibandingkan dengan rencana kerja shop drawing.
Melakukan perbandingan metode kerja dengan proyek lain.
Menyajikan rekomendasi hasil pengujian mutu metode kerja ke Kasi Teknik.
c. Melaksanakan pengendalian mutu hasil pekerjaan :
Mengorganisasi mutu hasil pekerjaan
Mengorganisasi pemeriksaan mutu hasil pekerjaan pada setiap tahap pekerjaan dibanding kan dengan mutu yang diharapkan.
Mengajukan rekomendasi hasil pengujian mutu pekerjaan ke Kasi Teknik.
(Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 6. Engineering Tugas dan kewajibannya, antara lain: a. Melaksanakan kegiatan review terhadap gambar Struktur dan memberi masukan kepada Kepala Seksi Teknis (KST). b. Membuat gambar-gambar kerja (Shop Drawing) tepat waktu. c. Menyajikan metode kerja pekerjaan Struktur secara efektif dan efisien. d. Menyajikan data-data pekerjaan (Struktur) tambah dan kurang sebagai bahan seksi komersial. e. Menyajikan data-data teknis/spesifikasi pekerjaan Struktur. f. Mengajukan dasar perhitungan Struktur atas perubahan akibat metode kerja. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 7. Safety, Health And Environment Plan (SHE) Safety, Health And Environment Plan (SHE) adalah orang yang menjamin agar dalam pelaksanaan proyek tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjamin produktifitas tidak terganggu, menuju kondisi nol kecelakaan ( zero accident ).
12
Tugas dari seorang SHE yaitu: a. Merumuskan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diseluruh pelaksanaan
pekerjaan
proyek,
beserta
upaya
penegakan/
pelaksanaannya bagi seluruh organ proyek. b. Melaksanakan tertib administrasi berkaitan dengan penerapan K3. c. Menyelenggarakan evaluasi K3 secara berkala d. Melaksanakan Sistem Manajemen Mutu Wika, OHSAS 18001-2007, ISO 14001-2004, SMK3 dan sistem manajemen mutu lainnya yang dikembangkan perusahaan. e. Melaksanakan pembinaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan arah perkembangan perusahaan. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 8.
Supervisor Pelaksana mempunyai wewenang dan tanggung jawab mengenai masalah-
masalah teknis dilapangan serta mengkoordinasi pekerjaan-pekerjaan yang menjadi bagiannya. Tugas dan kewajibannya, antara lain: a.
Menyimpan dan membaca gambar kerja dengan baik
b.
Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu proyek (instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar kerja yang diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu, dan biaya yang seefisien mungkin,
c.
Terlaksananya pembinaan terhadap bawahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan arah perkembangan perusahaan.
d.
Mengendalikan kemajuan pekerjaan, serta melakukan koordinasi pekerjaan mingguan sesuai dengan prosedur.
(Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 9. Surveyor Surveyor adalah orang yang mengadakan pengukuran di lapangan dengan menggunakan alat theodolit maupun water pass untuk menentukan as-as bangunan proyek yang akan dikerjakan.
13
Uraian tugas surveyor adalah : a. Membuat as-as dan panduan pengukuran di lapangan berdasarkan ukuran-ukuran, dimensi, dan bentuk yang sesuai dengan gambar bestek maupun shop drawing. b. Melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap as-as / panduan pengukuran yang ada. c. Melaksanakan perawatan dan menajaga keamanan peralatan yang dipergunakan. d. Melakukan
deteksi
terhadap
penyimpangan
pengukuran
akibat
kesalahan pekerjaan di lapangan sekaligus mengusulkan alternatif solusi penyelesaian ke Seksi Design dan Planing. e. Melakukan deteksi dan melaporkan ke Design dan Planing mengenai ketidakcocokan satu gambar dengan yang lain baik bentuk maupun dimensi. f. Menghitung ketinggian elevasi cor kolom beton agar pas untuk menaruh balok dan plat lantai, kesalahan dalam pekerjaan ini dapat menyebabkan adanya bobok beton atau cor ulang untuk menambah ketinggia kolom. g. Pengecekan kedataran elevasi balok lantai agar sesuai dengan gambar rencana. h. Marking perletakan stek besi tulangan struktur diatasnya. i.
Marking perletakan void dan lobang lift gedung agar berada tepat pada posisi rencana.
j.
Membuat as elevasi bangunan tiap lantai, dibuat dengan cara membuat garis pinjaman dengan ketinggian 1,05 m dari lantai gedung.
(Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 10. Commercial Tugas dan kewajibannya, antara lain: a.
Melaksanakan evaluasi, perhitungan ulang volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan.
b.
Memeriksa dan mengevaluasi opname pekerjaanmador maupun sub kontraktor.
14
c.
Menghitung dan memproses pekerjaan tambah dan kurang.
d.
Mengendalikan biaya, baik biaya langsung atau biaya tidak langsung. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016)
11. Production Tugas dan kewajibannya, antara lain: a. Menyusun rencana kerja rinci sesuai target produksi yang sudah ditetapkan, termasuk rencana pendayagunaan sumber daya yang menjadi tanggung jawabnya. b. Menyelenggarakan produksi sesuai dengan jadwal, spesifikasi, mutu dan biaya yang telah direncanakan. c. Mengelola pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja, metode kerja dan gambaran kerja, termasuk pengkoordinasian dengan seluruh sub kontraktor. d. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan rencana kerja, metode kerja dan gambaran kerja termasuk pengkoordinasain dengan seluruh subkontraktor. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 12.
Pengadaan dan Peralatan (DANLAT) Tugas dan kewajiban danlat adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi perkembangan bahan, material dan peralatan sesuai dengan spesifikasi, penggunaan, mutu dan harga dengan syarat pembayaran yang menguntungkan perusahaan. b. Tersedianya informasi mengenai sumber daya alat baik dari segi spesifikasi, kondisi dan tarif sewa serta mobilisasi dan demobilisasinya. c. Tersajinya kebutuhan jumlah, spesifikasi, kondisi, pendayagunaan bahan, material, peraltan bantu serta subkontraktor. d. Penyusunan rencana pembelian bahan, material, pengadaan peralatan bantu serta pemakaian subkontraktor. e. Penyelenggaraan pembelian bahan, peralatan dan material. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016)
15
13. Security Security / Keamanan proyek mendukung lancarnya suatu proyek, sehingga tidak semua orang dapat keluar masuk proyek. Tugas dan kewajiban security adalah sebagai berikut : a. Mengawasi orang-orang yang keluar masuk proyek, b. Mengawasi barang-barang yang keluar masuk proyek, c. Menjaga ketertiban dan keamanan didalam maupun sekitar proyek, d. Mengantisipasi gangguan pencurian material, alat dan fasilitas lain di lingkungan proyek . (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 14. Mandor Mandor merupakan pihak yang membantu kontraktor dalam pelaksanaan proyek. Adapun tugas mandor adalah: a. Memimpin pelaksanaan suatu pekerjaaan yang meliputi semua pekerjaaan di lapangan berdasarkan bagian masing-masing. b. Mengawasi dan memberi pengawasan kepada pekerja yang di bawahi agar target yang sudah ditetapkan dapat tercapai. c. Bertanggung jawab langsung kepada kontraktor pelaksana. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016) 15. Tukang Tukang adalah bawahan mandor yang juga membantu kontraktor dalam pelaksanaan proyek. Adapun tugas tukang adalah: a. Mengerjakan pekerjaan ang sesuai dengan bagiannya masing-masing, seperti tukang batu, tukang kayu, tukang besi, dan lain-lain. b. Dalam pelaksanaan dilapangan para tukang bertanggung jawab kepada kepala tukang, dalam artian bahwa pelaksanaan pekerjaaan berdasarkan perintah mandor. (Data Kontraktor PT. Wika Gedung, 2016)
16
2.4
Data Pembimbing Lapangan
Nama
: Taufik Hidayat, ST
TTL
: Jakarta, 22 juli 1985
Jabatan
: Site Engineer
No. Telepon
: 0821-5489-2430
17
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
18
BAB 3 HASIL KERJA PRAKTIK
3.1
Waktu dan Tempat Kegiatan
3.1.1
Tempat Kegiatan
Kerja praktik dilaksanakan pada pembangunan proyek Gresik Icon Mall oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung yang berada di Jl. Dr Wahidin Sudiro Husodo No. 788 Gresik, Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Lokasi Proyek Gresik Icon
Gambar 3.1 Lokasi Proyek (Google maps, 2016) 3.1.2
Waktu
Sesuai dengan peraturan akademik Politeknik Negeri Banyuwangi bahwa waktu pelaksanaan kerja praktik di jadwalkan mulai tanggal 25 juli sampai 10 september 2016. Selama pelaksanakan kerja praktik mahasiswa diharuskan sudah berada dilokasi kerja praktik serta mengikuti aturan yang telah diterapkan dilapangan oleh perusahaan yakni PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung. Waktu pelaksanaan kerja praktik yang dimulai pada hari Senin sampai hari Sabtu yang bertempat di proyek Gresik Icon Mall . Jadwal kegiatan kerja praktik dapat dilihat pada Tabel 3.1
19
Tabel. 3.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktik No
Juli
Nama Kegiatan
1
2
Agustus 3
4
1
2
3
September 4
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
Desember 4
1
2
3
4
Orientasi a. Survey Keadaan P royek 1 b. Pengenalan Struktur Organisasi c. Pembagian Dan Pemberian Tugas Studi Lapangan a. Pe laksaan Kerja Praktek b. Pembuatan Laporan Harian dan Absensi Harian 2 c. Dokumentasi Alat Dan Bahan d. Dokementasi Setiap Pekerjaan e. Mempelajari Metode Pekerjaan Di La an an f. Memahami Kesesuaian Pekerjaan Dilapangan Dengan RKS Setudi Literatur 3 Mempelajari Refere nsi Masing Masing Pekerjaan Di Lapangan 4 Penyusunan Laporan 5 Sidang Kp 6 Revisi Laporan
Sumber : Data Pelaksanaan Kerja Praktik, 2017 Keterangan : : Pelaksanaan
20
3.2
Informasi Proyek
Berikut ini beberapa informasi mengenai proyek dimana kami melaksanakan kegiatan Kerja Praktik : Nama Proyek
: Gresik Icon Mall and Apertment
Alamat Proyek
: Jl. Wahidin Sudiro Husodo 788, Gresik
Nama Pemilik (Owner)
: PT. Raya Bumi Nusantara Permai
Fungsi Bangunan
: Mall dan Hotel
Nama Kontraktor
: PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
Nama Konsultan Struktur
: PT. Ketira Engineering Consultants
Nama Konsultan Arsitektur
: Paulus Hariadi (Architect & Partners)
Nama Konsultan MEP
: PT. Tritunggal Global Mahakarya
Nama Konsultan MK
: PT. Management dan Project Engineering
Lingkup Pekerjaan
: Pekerjaan Pemancangan dan Struktur
Luas Area
: Luas Tanah ± 12.000 m 2 ; Luas Bangunan ± 55.066 m 2
3.2
Informasi Proyek
Berikut ini beberapa informasi mengenai proyek dimana kami melaksanakan kegiatan Kerja Praktik : Nama Proyek
: Gresik Icon Mall and Apertment
Alamat Proyek
: Jl. Wahidin Sudiro Husodo 788, Gresik
Nama Pemilik (Owner)
: PT. Raya Bumi Nusantara Permai
Fungsi Bangunan
: Mall dan Hotel
Nama Kontraktor
: PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
Nama Konsultan Struktur
: PT. Ketira Engineering Consultants
Nama Konsultan Arsitektur
: Paulus Hariadi (Architect & Partners)
Nama Konsultan MEP
: PT. Tritunggal Global Mahakarya
Nama Konsultan MK
: PT. Management dan Project Engineering
Lingkup Pekerjaan
: Pekerjaan Pemancangan dan Struktur
Luas Area
: Luas Tanah ± 12.000 m 2 ; Luas Bangunan ± 55.066 m 2
Waktu Pelaksanaan
: 420 Hari Kalender atau 14 Bulan, sampai 8 November 2016
Nilai Kontrak + PPN
3.3
: Rp. 56.107.150.000,-
Hasil Kerja Praktik
Gresik Icon Mall merupakan proyek milik PT Raya Bumi Nusantara Permai yang di Kontraktori oleh PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung
yang
memiliki 4 lantai untuk area Mall dan 11 lantai untuk area Hotel. Dalam pembangunan gedung yang sangat luas dan memiliki lantai yang sangat banyak, hal yang perlu diperhatikan adalah pada konstruksi bangunan tersebut yakni pada Strukturnya. Laporan kerja praktik ini membahas metode pelaksanaan pekerjaan kolom, pelat, dan balok pada lantai 2 area mall. Pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah dituangkan dalam gambar dan Rencana Kerja Struktur (RKS) yang telah disepakati oleh owner dan konsultan perencana, maka perlu
21
adanya koordinasi pelaksanaan pekerjaan yang diatur secara teliti agar tercipta pelaksanaan dan pekerjaan yang efektif dan efisien.
3.3.1
Peralatan di Proyek
Pada
proyek
Gresik
Icon
Mall
terdapat
beberapa
peralatan
untukmempermudah pekerjaan. Peralatan di proyek tersebut antara lain sebagai berikut : A. Bar Cutter Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Bar cutter terdiri dari dua macam yaitu : 1. Bar Cutter Listrik adalah mesin pemotong besi yang digerakkan oleh tenaga listrik. Bar cutter Listrik dapat digunakan untuk memotong hingga 5 lonjor besi sekaligus. 2. Bar Cutter Manual adalah alat ini dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk memotong baja tulangan tambaan di lokasi pemasangan tulangan (lapangan). Pada pekerjaan proyek Gresik Icon mall Bar Cutter yang digunakan adalah jenis listrik dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Mesin Bar Cutter Jenis Listrik (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
B. Bar Bender Bar bender alat/mesin yang digunakan untuk membengkokan besi tulangan dengan berbagai macam sudut yang direncanakan. Alat ini dapat digunakan untuk menekuk besi ulir dengan diameter yang sesuai dengan kapasitas mesin dapat dilihat pada Gambar 3.3.
22
Cara kerja alat ini adalah besi yang akan dibengkokan dimasukan ke antara poros tekan dan kemudian diatur sudutnya. Setelah besi sudah sesuai dengan sudutnya, tekan pedal penggerak mesin untuk membengkokkan besi. Roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokan yang diinginkan. Bar Bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.
Gambar 3.3. Mesin Bar Bender (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
C. Mesin Las Mesin las merupakan alat yang digunakan untuk menyambung logam satu dengan yang lainnya. Pengelasan adalah teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa penekanan
dan
menghasilkan
sambungan
yang
continue.
Proses
penyambungan pada mesin las menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Mesin las biasanya digunakan pada pekerjaan pembesian kolom untuk melekatkan tulangan sepatu dengan tulangan utama, sengkang, maupun tulangan ties (pengikat) dapat dilihat pada Gambar 3.4. persiapan yang dilakukan sebelum proses pengelasan adalah pemilihan jenis las yang akan digunakan, persiapan sisi yang akan di las dan jenis posisi pengelasan. Menurut PBI 1971 sambungan las harus berbentuk las ujung. Sumbusumbu batang pada masing-masing pihak dari sambungan harus terletak pada satu garis lurus. Sambungan lewatan tidak boleh dipakai pada batang tulangan dengan diameter lebih dari 30 mm dan panjang sambungan lewatan 15 cm. Adapun yang dilakukan di Proyek Gresik Icon Mall menggunakan pengelasan
23
busur listrik dengan menggunakan elektroda-elektroda, yaitu dimana oleh panas akibat loncaran listrik antara ujung-ujung batang dan elektroda, ujung batang tersebut dan ujung elektroda akan meleleh dan kedua lelehan membentuk sambungan yang erat.
Gambar 3.4. Mesin Las (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
D. Bekisting Bekisting atau formwork adalah sebuah alat yang digunakan untuk mencetak beton. Bentuk dan ukuran bekisting dapat berbeda-beda tergantung dari perencanaan. Bekisting terdiri dari 2 macam antara lain : 1. Bekisting konvensional yakni Bekisting yang menggunakan kayu sebagai alat utamanya. Pelepasan kayu bekisting dilakukan dengan melepas bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Pada umumnya bekisting kayu digunakan untuk satu kali pakai. 2. Bekisting Knock Down yakni Bekisting yang terbuat dari pelat baja dan besi hollow. Penggunaan Bekisting Knock Down membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding dengan bekisting konvensional, akan tetapi pada penggunaan jangka panjang, bekisting knock down lebih awet sehingga dapat menekan biaya untuk bekisting. Pada pekerjaan kolom, balok dan pelat Proyek Gresik Icon mall metode bekisting yang digunakan adalah metode Bekisting Knock Down yang dapat dilihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6.
24
Gambar 3.5. Bekisting Kolom Knock Down (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.6. Bekisting Balok dan Pelat (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
E. Perancah Perancah adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya. perancah sendiri terbuat dar pipa-pipa besi yang dirangkai sehingga mempunyai kekuatan untuk menompang beban yang diatasnya. Untuk di Proyek Gresik Icon Mall menggunakan perancah 3 macam dibedakan dari ukurannya antara lain 190cm, 170cm, dan 90cm dapat dilihat pada Gambar 3.7.
25
Gambar 3.7. Perancah (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
F. Theodolite Theodolite merupakan suatu alat yang dirancang untuk pengukuran sudut vertical dan horizontal. Dimana sudut-sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak di dua buah titik lapangan dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Theodolite (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
G. Waterpass/Pesawat Penyipat Datar Merupakan salah satu alat pengukuran yang digunakan khusus untuk menentukan beda tinggi antara titik-titik. Acuan yang digunakan ialah Mean Sea Level (MSL) atau referensi lokal dan menentukan elevasi/peil untuk lantai, balok, dll yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang
26
direncanakan. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengecek ketebalan lantai saat pengecoran dan untuk pembuatan marking pada kolom/dinding sebagai acuan pekerjaan lain dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9. Waterpass (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
H. Total Station Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah dilengkapi dengat alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau dengan kata lain total station adalah theodolit yang sudah dilengkapi dengan EDM (electric distance meter). Untuk total station kedua fungsi ini sudah terintegrasi menjadi satu kesatuan. Operasionalisasi total station prinsipnya sama dengan theodolit pada umumnya, bedanya hanya pada tayangan angka bacaan lingkaran horizontal dan penggerak halusnya, tidak mempunyai limbus dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Total Station (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
27
I. Air Compresor Merupakan alat penghasil atau penghembus udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti debu-debu, potongan-potongan kawat bendrat dan serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses pekerjaan pembesian selesai dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Air Compresor (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
J. Tower Crane Tower Crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas (Ir. Susy Fatena, 2008). Terdapat 2 jenis Tower Crane di proyek Gresik Icon Mall yaitu TC-1 dengan kapasitas angkat beban 2,0 ton dan TC-2 dengan kapasitas angakat beban 2,2 ton dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Tower Crane (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
28
K. Concretce Vibrator Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan untuk menggetarkan adonan beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan area yang akan dicor sehingga tidak terdapat rongga udara pada saat beton sudah mengeras dan apabila terdapat rongga udara pada saat pengecoran maka beton akan mengeropos dan hal ini dapat menyebabkan berkurangnya mutu atau kualitas dari beton itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Concrete Vibrator (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
L. Bucket Bucket adalah tempat pengangkutan ready mix dari truck mixer sampai ke tempat pengecoran. Pada bagian ujung corong bucket ini terdapat selang atau yang biasa disebut pipa tremie. Pipa treime adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton pada saat pengecoran. Penggunaan bucket ini digunakan apabila daerah yang akan dicor sudah tidak dapat dijangkau menggunakan concrete pump. Kapasitas daya tampung bucket adalah 0,8 m 3 dan berat 300 kg. Alat ini biasanya digunakan dalam proses pengecoran kolom dapat dilihat pada Gambar 3.14.
29
Gambar 3.14. Bucket (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.15. Detail Bucket (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
M. Pompa Beton Kodok Pompa beton merupakan alat untuk menaikkan, memindahkan dan menyalurkan beton ready mix dari truk mixer ke titik pengecoran. Untuk pengecoran di atas 5 m3, alat ini sangat disarankan untuk digunakan karena selain menghemat waktu dan tenaga, penggunaan alat ini juga menjamin bahwa kualitas beton ready mix tetap terjaga hingga tercetak. Alat ini biasanya digunakan dalam proses pengecoran balok dan pelat dapat dilihat pada Gambar 3.16.
30
Gambar 3.16. Pompa Beton Kodok (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
N. Concrete Pump Concrete Pump adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dan lengan untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat yang sulit di jangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete pump dapat dilakukan dengan cara di sambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat di pasang kombinasi vertikal dan horisontal atau miring. Sehingga pemompaan merupakan cara yang fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan campuran beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran. Resiko segregasi sangat kecil dan merupakan cara yang paling cepat dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya dan yang perlu diperhatikan yaitu nilai slumptest dapat dilihat pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17. Concrete pump (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
31
O. Mixer Truck Mixer Truck digunakan untuk mengangkut campuran beton yang dihasilkan batching plant ke tempat pengecoran. Kapasitas Mixer Truck sebesar 7,5 m3. Dalam pengecoran struktur kolom, balok dan pelat pihak pengawas PT. Raya Bumi Nusantara Permai (Owner) memesan dari PT. Anugerah Beton Indonesia. Lihat pada Gambar 3.18.
. Gambar 3.18. Mixer Truck (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016) 3.3.2 Pekerjaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya bangunan. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduannya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua struktur ini memungkinkan kolom bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik. Pada proyek Gresik Icon Mall tulangan yang digunakan merupakan tulangan ulir pada tulangan utama maupun tulangan sengkang. Dapat dijelaskan secara detail melalui Gambar 3.19 untuk pekerjaan kolom dibawah ini :
32
Mulai
Pembersihan Area
Pabrikasi Besi
Pabrikasi Bekisting
Pekerjaan Pembesian
NO CEK
Pemasangan Bekisting NO CEK
Pengecoran
Perawatan
Selesai
Gambar 3.19. Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
Dari diagram alur pelaksanaan pekerjaan kolom/ flowchart tersebut perlu didetailkan secara baik terkait teknis pelaksanaannya agar mempermudah proses pengerjaan dilapangan, maka terdapat beberapa hal yang dikerjakan selama pembuatan kolom lantai 2 area mall, antara lain : A. Persiapan 1. Menyiapkan gambar pembesian sebagai acuan dalam membuat kerangka kolom. 2. Menyiapkan besi beton sesuai dalam shop-drawing. Besi beton yang akan digunakan pastikan bebas dari kawat, minyak, oli, atau segala hal yang dapat mengganggu daya rekat beton. 3. Menyiapkan tower crane sebagai media pengangkut material dari daerah pabrikasi ke lokasi pemasangan.
33
B. Proses Pabrikasi Pemotongan besi menggunakan Bar Cutter dengan cara : 1. Besi yang akan dipotong dimasukkan ke dalam gigi bar cutter . 2. Kemudian pedal pengendali dipijak, dan dalam hitungan detik baja tulangan akan terpotong. 3. Pemotongan untuk baja tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu persatu. Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat dilakukan beberapa buah sekaligus sesuai dengan kapasitas dari alat.
Gambar 3.20. Proses pemotongan menggunakan Bar Cutter (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Pembengkokan besi menggunakan Bar Bender dengan cara : 1. Besi akan dibengkokkan dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang diinginkan dan panjang pembengkokkannya. 2. Ujung tulangan pada poros pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. 3. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok akan berputar sesuai dengan sudut dan pembengkokkan yang diinginkan. 4. Bar bender dapat mengatur sudut pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.
34
Gambar 3.21 Proses pembengkokan menggunakan Bar Bender (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
C. Pembesian Kolom 1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses perakitan tulangan 2. Merangkai tulangan sengkang dan tulangan utama kolom pada lokasi berbeda dengan diameter tulangan utama 3. Untuk memasukkan tulangan sengkang ke dalam tulangan utama dilakukan dengan mengikat seluruh tulangan utama dengan kawat bendrat pada bagian tengah 4. Kemudian tulangan sengkang satu persatu dimasukkan dengan membuka sisi kaitnya 5. Tulangan sengkang dibiarkan berkumpul di salah satu sisi tulangan utama sebelum kemudian diatur jaraknya sesuai dengan gambar rencana. 6. Pembesian kolom dilakukan dengan melanjutkan stek yang sudah ada dengan panjang pembengkokan penulangan kolom pada overlap kolom adalah 40d atau 40 dikalikan diameter tulangan kolom. 7. Setelah semua tulangan selesai dirakit, kemudian kolom didistribusikan ke lokasi pemasangan dengan menggunakan Tower Crane.
35
Gambar 3.22 Proses Pembesian (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.23 Penyambungan Kolom (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
D. Pemasangan Bekisting Kolom Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian tulangan telah selesai dilaksanakan. Proses pemasangan bekisting kolom antara lain : 1. Membersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom. 2. Proses pembuatan marking kolom menggunakan sipat dengan alat ukur theodolit dengan tujuan berfungsi sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom. 3. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting 4. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang/begel dengan marking yang ada dapat dilihat pada Gambar 3.24.
Gambar 3.24. Proses pemasangan sepatu kolom (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
36
5. Memasang beton decking sebagai salah satu acuan selimut beton. 6. Setelah itu memasang bekisting dengan metode Knock Down atau dapat dilihat pada Gambar 3.25. 7. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull/ verticality. 8. Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.
Gambar 3.25. Proses pemasangan bekisting kolom dengan metode Knock Down (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
E. Pengecekan Tulangan Kolom dan Bekisting Setelah pemasangan tulangan dan bekisting kolom selesai, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah pemeriksaan/checklist
untuk tulangan. Beberapa
komponen yang diperiksa untuk kolom adalah : diameter dan jumlah tulangan utama, diameter jarak dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Sedangkan untuk bekisting kolom meliputi Verticality bekisting dan kerapatan bekisting dan dapat dilihat pada Gambar 3.26.
37
Gambar 3.26. Pengecekkan verticality bekisting kolom (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
F. Pengecoran Kolom Proses pekerjaan adalah sebagai berikut: 1. Persiapan pengecoran Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus benar benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton. 2. Pelaksanaan pengecoran Kolom Pengecoran dilakukan dengat bantuan alat berat yang meliputi tower crane, concrete bucket, pipa tremie, truck mixer dan vibrator. Dengan mutu beton f c’ 30 MPa dengan nilai test slump 11 cm. Proses pelaksanaan pengecoran kolom yaitu : a. Pengecoran dilakukan dengan bantuan
concrete bucket dengan
kapasitas bucket yakni 0,8 m 3. b. Melakukan uji test slump serta pengambilan benda uji 3 sampel yang nantinya akan diuji di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 3.27. Tujuan test slump menurut SNI 1972-2008 yakni untuk menentukan kekakuan apakah dapat dikerjakan atau tidak dari campuran beton yang dapat menentukan tingkat workability. Ada tiga macam tipe penurunan slump yang terjadi yaitu :
True Slump/sebenarnya, terjadi apabila penurunannya seragam tanpa ada yang runtuh.
Shear Slump/geser, terjadi bila separuh puncaknya bergeser dan tergelincir ke bawah pada bidang miring.
38
Collapse Slump/runtuh, kejadian ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam cetakan runtuh sempurna.
Sedangkan yang terjadi dilapangan untuk pekerjaan kolom uji test slump masuk pada True Slump.
Gambar 3.27. Proses slump test (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
c. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segreg asi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. d. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beton dilaksanakan dengan bantuan vibrator , hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal dapat dilihat pada Gambar 3.28.
Gambar 3.28. Proses pengecoran kolom menggunakan Concrete Bucket (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Dari Gambar 3.28 tinggi jatuh beton yakni 4 m. Sedangkan untuk mengatasi tinggi jatuh yang terlalu jauh bisa diambil langkah dengan memasukkan pipa
39
tremie ke samping bekisting namun hal ini tidak bisa dilakukan karena jarak antara tulangan pokok yang terlalu rapat. Sedangkan menurut PBI 1971 tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 1,5 m agar tidak mengalami segregasi. Segregasi pada beton mengakibatkan beton mengalami retak-retak dan keropos (honeycomb). G. Pembongkaran Bekisting Kolom Setelah pekerjaan pengecoran, proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mulai mengeras. Pembongkaran bekisting kolom pada Proyek Gresik Icon mall pada umur beton 8 jam dari waktu pengecoran menurut ACI 347-04(2004). Adapun proses pembongkarannya adalah sebagai berikut : 1. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull. 2. Kendorkan
baut-baut
yang
ada
pada
bekisting
kolom,
sehingga
rangkaian/panel bekisting terlepas. 3. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat dengan tower crane ke lokasi pabrikasi awal yang dapat dilihat pada Gambar 3.29.
Gambar 3.29. Proses pembongkaran bekisting kolom (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
H. Perawatan Beton untuk Kolom (Curing) Menurut SNI 03-2847-2002 curing kolom dilakukan selama 7 hari untuk beton normal. Metode ini bertujuan untuk menjaga suhu beton agar tidak cepat mengeras yang mengakibatkan craking. Adapun yang dilakukan di Proyek Gresik
40
Icon Mall dengan cara menutupi/membungkus kolom dengan plastik setelah bekisting kolom dilepas dapat dilihat pada Gambar 3.30.
Gambar 3.30. Proses curing kolom (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016) 3.3.3
Pekerjaan Balok
Balok
adalah batang horizontal dari rangka struktural yang memikul
beban tegak lurus sepanjang beban tersebut (berasal dari dinding, pelat, dan atap bangunan) dan menyalurkan beban pada kolom struktural yang ada dibawahnya. Selain itu balok juga berfungsi sebagai pengekang dari struktur kolom satu ke yang lain. Dapat dijelaskan secara detail melalui Gambar 3.31 untuk pelaksanaan pekerjaan balok dibawah ini :
41
Mulai
Pembersihan Area
Fabrikasi Besi
Fabrikasi Bekisting
Pekerjaan Bekisting NO CEK
Pemasangan Besi NO CEK
Pengecoran
Perawatan
Selesai
Gambar 3.31. Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Balok.
Dari diagram alur pelaksanaan pekerjaan balok/ flowchart tersebut perlu didetailkan secara baik terkait teknis pelaksanaannya agar mempermudah proses pengerjaan dilapangan, maka terdapat beberapa hal yang dikerjakan selama pembuatan balok pada lantai 2 area mall , antara lain : A. Persiapan 1. Menyiapkan gambar pembesian sebagai acuan dalam membuat kerangka balok. 2. Menyiapkan besi beton sesuai dalam shop drawing . Besi beton yang akan digunakan pastikan bebas dari kawat, minyak, oli, atau segala hal yang dapat mengganggu daya rekat beton.
42
3. Menyiapkan tower crane sebagai media pengangkut material dari daerah pabrikasi ke lokasi pemasangan. B. Pabrikasi Pada pekerjaan balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan. Pemotongan besi menggunakan alat yang disebut dengan Bar Cutter, sedangkan untuk pembengkokan besi dengan alat yang disebut dengan Bar Bender. Kemudian di pindahkan menggunakan Tower Crane dari pabrikasi ke tempat perakitan tulangan balok yang berada diatas bekisting yang sudah jadi dapat dilihat pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.33.
Gambar 3.32. Tulangan sengkang yang diambil dari pabrikasi (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.33. Tulangan utama yang diambil dari pabrikasi (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016
C. Pemasangan Bekisting Balok Pekerjaan bekisting balok merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan bekisting pelat, karena dilaksanakan bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Untuk pembesian balok di rangkai di atas alas bekisting balok. Terdapat beberapa tahapan dalam pembekistingan balok antara lain : 1. Scaffolding dengan jarak masing-masing 100 cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan dilapangan. 2. Memperhitungkan ketinggian Scaffolding balok dengan mengatur base jack atau u-head jack nya.
43
3. Pada u-head dipasang balok girder sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm dengan arah melintangnya, kemudian dipasang bodeman ( plywood) sebagai alas balok yang dapat dilihat pada Gambar 3.34. 4. Ketinggian balok dicek sesuai dengan elevasi dari lantai bawahnya dengan mengukur dari marking kolom lantai bawahnya. 5. Memasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.
Gambar 3.34. Proses pemasangan bekisting balok pada lantai 2 area mall (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
D. Pembesian balok Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut : 1. Memasukkan tulangan utama kedalam bekisting balok dengan jumlah sesuai gambar shop drawing yang meliputi tulangan tumpuan dan lapangan. 2. Tulangan sengkang dimasukan kedalam tulangan utama dan diatur jaraknya sesuai ketentuan kemudian diikat dengan kawat bendrat atau dapat dilihat pada Gambar 3.35. 3. Memasukkan tulangan pinggang kedalam tulangan sengkang. 4. Memberi beton decking dibawah tulangan balok maupun samping kanankiri yang bertujuan untuk memperoleh selimut beton dari balok tersebut.
44
Gambar 3.35. Proses pembesian balok pada lantai 2 area mall (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
E. Pengecekan Tulangan Balok dan Bekisting Setelah pemasangan bekisting dan pembesian balok selesai, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah pemeriksaan/checklist untuk tulangan atau pada Gambar 3.36. Beberapa komponen yang diperiksa untuk balok adalah : diameter
dan jumlah tulangan utama, diameter jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Sedangkan untuk bekisting balok meliputi : dimensi dari balok tersebut, papan bekisting yang sudah tertutup rapat oleh lakban. Demikian juga pengecekan yang dilakukan oleh tim Surveyor, adapun yang di cek yakni dalam hal ketinggian balok yang di ukur dari pelat lantai dibawahnya sehingga tinggi dari pada balok tersebut bisa sesuai dengan shop drawing atau pada Gambar 3.37.
Gambar 3.36. Checklist pembesian dan bekisting dengan tim MK (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
45
Gambar 3.37. Pengecekan ketinggian balok oleh tim Surveyor (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
F. Pengecoran Balok Adapun tahap-tahap pekerjaan pengecoran balok adalah sebagai berikut: 1. Persiapan pengecoran Pembersihan area kerja diantaranya mengambil sisa-sisa bendrat dan pembersihan menggunakan compresor. Hal ini dimaksudkan agar area yang akan dikerjakan bersih dari bahan-bahan yang dapat mengurangi kualitas dari beton tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.38 dan juga melakukan ciping yang berfungsi untuk menyambungkan dan beton lama atau dapat dilihat pada Gambar 3.39 kemudian diberi bonding agent sebagai perekat beton untuk menyatukan cor lama dan cor baru.
Gambar 3.38. Proses pembersihan area yang akan di cor (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
46
Gambar 3.39. Proses Ciping (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
2. Pelaksanaan Pengecoran Balok Pengecoran dilakukan dengat bantuan alat berat yang meliputi concrete pump, pompa kodok, truck mixer , waterpass dan vibrator. Concrete pump dilakukan dengan cara disambung secara vertikal sehingga mencapai ke lokasi yang akan di cor, pipa dan lengan ini dapat di pasang vertikal dan horizontal. Sehingga pemompaan ini merupakan cara yang fleksibel untuk mengecor balok karena mudah dipindahkan. Mutu beton yang digunakan adalah f c’ 30 MPa dengan nilai test slump 10,2 cm dan masuk dalam True Slump. a)
Dilakukan uji test slump serta pengambilan benda uji 3 sampel yang nantinya akan diuji di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 3.40.
Gambar 3.40. Proses slump test (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
b) Ready mix yang dibawa oleh truck mixer dituangkan ke dalam concrete pump yaitu untuk menaikkan ready mix keatas lantai. c)
Selama
proses
pengecoran
berlangsung
pemadatan
beton
menggunakan vibrator . Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
47
rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal yang dapat dilihat pada Gambar 3.41.
Gambar 3.41. Proses pengecoran untuk lantai 2 area mall. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
d) Mengukur kedataran/kerataan pelat lantai menggunakan alat waterpass sehingga tebal pelat sesuai dengan rencana yang dilakukan oleh tim surveyor. G.
Pembongkaran Bekisting Balok Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971, dimana bagian struktur
yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya. Pembongkaran ini ditentukan oleh hasil benda uji yang telah di test pada laboratorium atau yang disetujui oleh owner /wakil pemberi tugas. Adapun untuk Proyek Gresik Icon Mall terdapat tahapan pembongkaran yaitu 7 hari dasar pada formwork balok dan pelat dengan penumpu ditinggalkan, 14 hari penumpu pada pelat, 21 hari Penumpu pada balok dapat dilihat pada Gambar 3.42.
Gambar 3.42. Hasil dari pengecoran balok. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
48
H.
Perawatan Beton untuk Balok (Curing) Proses perawatan balok dilakukan agar penguapan dapat diminimalisir.
Menurut PBI 1971 proses curing minimal 14 hari. Sedangkan di Proyek Gresik Icon Mall perawatan dilakukan terus menerus selama 7 hari setelah pengecoran selesai karena selama 7 hari sudah memenuhi kuat tekan beton yang disyaratkan. Adapun yang dilakukan di dengan cara menyiram beton balok dengan air setelah proses pengecoran selesai dapat dilihat pada Gambar 3.43.
Gambar 3.43. Perawatan beton balok dengan cara menyiram dengan air. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016) 3.3.4
Pekerjaan Pelat
Pelat adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relative sangat kecil dibandingkan dengan panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal
sehingga
pada
bangunan
gedung
pelat
berfungsi
sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk ketegaran balok. Pelat beton berfungsi sebagai lantai pada bangunan bertingkat. Ujung pelat beton diikat oleh balok atau sebagai tumpuannya. Didalam ilmu struktur, ketebalan pelat beton yang berfungsi sebagai lantai minimal 12cm. Untuk di Proyek Gresik Icon Mall tulangan untuk pelat lantai menggunakan tulangan wiremesh dengan diameter 6mm karena mengingat luasan proyek ini sangat luas sehingga tulangan ini yang digunakan sehingga dapat mempercepat proses pekerjaan dibandingkan menggunakan tulangan konvensional.
49
Dapat dijelaskan secara detail melalui Gambar 3.44 untuk pelaksanaan pekerjaan pelat dibawah ini : Mulai
Pembersihan Area
Fabrikasi Besi
Fabrikasi Bekisting
Pekerjaan Bekisting NO CEK
Pemasangan Besi NO CEK
Pengecoran
Perawatan
Selesai
Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Gambar 3.44. Flow Chart Pelaksanaan
Dari diagram alur pelaksanaan pekerjaan pelat/ flowchart flowchart tersebut perlu didetailkan secara baik terkait teknis pelaksanaannya agar mempermudah proses pengerjaan dilapangan, maka terdapat beberapa hal yang dikerjakan selama pembuatan pelat pada lantai 2 area mall , antara lain : A. Persiapan 1. Menyiapkan gambar pembesian sebagai acuan dalam membuat kerangka pelat.
50
2. Menyiapkan besi beton sesuai dalam shop dalam shop drawing . Besi beton yang akan digunakan pastikan bebas dari kawat, minyak, oli, atau segala hal yang dapat mengganggu daya rekat beton.
B. Pabrikasi Besi Pada pekerjaan pelat, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan. Pemotongan besi menggunakan alat yang disebut dengan Bar Cutter, sedangkan untuk pembengkokan besi dengan alat yang disebut dengan Bar Bender. Pembesian pelat dilakukan/dirakit di lapangan diatas bekisting yang sudah jadi. Proyek Gresik Icon Icon Mall menggunakan menggunakan wiremesh roll dengan kode M6 atau berdiameter 6mm dapat dilihat pada Gambar 3.45 dan Tulangan ayam/korset pada Gambar 3.46.
Gambar 3.45. Wiremesh / M6 (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.46. Tulangan ayam/ korset (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
C. Pembuatan Bekisting Pelat Pekerjaan bekisting pelat merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan bekisitng balok, karena dilaksanakan bersamaan. Pembuatan panel bekisting pelat harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood
harus
cermat dan teliti agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Untuk pembesian pelat wiremesh di wiremesh di rangkai di atas alas bekisting pelat. Terdapat beberapa tahapan dalam pemasangan bekisting pelat antara lain :
51
1. Memasang Scaffolding dengan jarak masing-masing 100cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan dilapangan 2. Memperhitungkan ketinggian Scaffolding balok dengan mengatur base jack atau u- head jack nya. 3. Pada u-head dipasang dipasang balok girder sejajar dengan arah cross brace. brace. 4. Diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm dengan arah melintangnya dapat dilihat pada Gambar 3.47. 5. Memasang pasangan plywood pasangan plywood sebagai sebagai alas pelat lantai dapat dilihat pada Gambar 3.48.
6. Memasang lakban pada sambungan plywood yang bertujuan untuk mencegah kebocoran pada saat proses pengecoran.
Gambar 3.47. Proses penyetelan (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
D.
Gambar 3.48. Proses pemasangan bekisting. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Pembesian pelat wiremesh Tahap pembesian pelat adalah sebagai berikut : 1. Untuk pembesian pelat dilakukan langsung diatas bekisting pelat yang sudah siap. Besi tulangan dan wiremesh diangkat menggunakan tower crane dan dipasang diatas bekisting pelat. 2. Ukur terlebih dahulu luas lahan yang akan dipasang wiremesh kemudian wiremesh kemudian memotongnya sesuai dengan kebutuhan bidang yang akan dicor.
52
3. Meletakkan wiremesh diatas bekisting pelat (lapis pertama) dan pada setiap sisi wiremesh diberi overlap kurang lebih 15cm-30cm dapat dilihat pada Gambar 3.49.
Gambar 3.49. Proses pemasangan besi wiremesh (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
4. Letakan beton decking antara tulang bawah pelat dan bekisting alas pelat. Pasang juga tulangan kaki ayam/korset antara untuk tulangan atas dan bawah pelat yang bertujuan untuk mengatur ketebalan pelat yakni 12cm dapat dilihat pada Gambar 3.50. 5. Memasang besi ulir D10 diatas tulangan balok kemudian meletakkan wiremesh kembali diatas tulangan tersebut (lapis kedua).
Gambar 3.50. Proses pemasangan beton decking dan korset (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
53
E. Pengecekan Tulangan Pelat dan Bekisting Setelah pemasangan bekisting dan pembesian balok selesai, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah pemeriksaan/checklist untuk tulangan atau pada Gambar 3.51. Beberapa komponen yang diperiksa untuk balok adalah :
diameter dan jumlah tulangan utama, diameter jarak dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Sedangkan untuk bekisting balok meliputi : papan bekisting yang sudah tertutup rapat oleh lakban. Demikian juga pengecekan yang dilakukan oleh tim Surveyor, adapun yang di cek yakni dalam hal ketinggian pelat yang di ukur dari pelat lantai dibawahnya sehingga tinggi dari pada balok tersebut bisa sesuai dengan shop drawing atau pada Gambar 3.52.
Gambar 3.51. Checklist pembesian dan bekisting dengan tim MK (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.52. Pengecekan ketinggian pelat oleh tim Surveyor (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
F.
Pengecoran Pelat Adapun tahap-tahap pekerjaan pengecoran pelat adalah sebagai berikut: 1. Persiapan pengecoran
54
Pembersihan area kerja diantaranya mengambil sisa-sisa bendrat dan pembersihan menggunakan compresor. Hal ini dimaksudkan agar area yang akan dikerjakan bersih dari bahan-bahan yang dapat mengurangi kualitas dari beton tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.53 dan juga melakukan ciping yang berfungsi untuk menyambungkan dan beton lama atau dapat dilihat pada Gambar 3.54 kemudian diberi bonding agent sebagai perekat beton untuk menyatukan cor lama dan cor baru.
Gambar 3.53. Proses pembersihan area yang akan di cor (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.54. Proses Ciping (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
2. Pelaksanaan Pengecoran Pelat Pengecoran dilakukan dengat bantuan alat berat yang meliputi concrete pump, pompa kodok, truck mixer , waterpass dan vibrator. Concrete pump dilakukan dengan cara disambung secara vertikal sehingga mencapai ke lokasi yang akan di cor, pipa dan lengan ini dapat di pasang vertikal dan horizontal. Sehingga pemompaan ini merupakan cara yang fleksibel untuk
55
mengecor pelat karena mudah dipindahkan. Mutu beton yang digunakan adalah f c’ 30 MPa dengan nilai test slump 10,2 cm dan masuk pada True Slump. a) Dilakukan uji test slump serta pengambilan benda uji 3 sampel yang nantinya akan diuji di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 3.55.
Gambar 3.55. Proses slump test (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
b) Ready mix yang dibawa oleh truck mixer dituangkan ke dalam concrete pump yaitu untuk menaikkan ready mix keatas lantai. c)
Selama proses pengecoran berlangsung pemadatan beton menggunakan vibrator . Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal yang dapat dilihat pada Gambar 3.56.
Gambar 3.56. Proses pengecoran untuk lantai 2 area mall. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
56
d) Mengukur kedataran/kerataan pelat lantai menggunakan alat waterpass sehingga tebal pelat sesuai dengan rencana yang dilakukan oleh tim surveyor.
G.
Pembongkaran Bekisting Pelat Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971, dimana bagian struktur
yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya. Pembongkaran ini ditentukan oleh hasil benda uji yang telah di test pada laboratorium atau yang disetujui oleh owner /wakil pemberi tugas. Adapun untuk Proyek Gresik Icon Mall terdapat tahapan pembongkaran yaitu 7 hari dasar pada formwork balok dan pelat dengan penumpu ditinggalkan, 14 hari penumpu pada pelat, 21 hari Penumpu pada balok dapat dilihat pada Gambar 3.57.
Gambar 3.57. Hasil dari pengecoran Pelat. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
H.
Perawatan Beton untuk Pelat (Curing) Proses perawatan balok dilakukan agar penguapan dapat diminimalisir.
Menurut PBI 1971 proses curing minimal 14 hari. Sedangkan di Proyek Gresik Icon Mall perawatan dilakukan terus menerus selama 7 hari setelah pengecoran selesai karena selama 7 hari sudah memenuhi kuat tekan beton yang disyaratkan. Adapun yang dilakukan di dengan cara menyiram beton balok dengan air setelah proses pengecoran selesai dapat dilihat pada Gambar 3.58.
57
Gambar 3.58. Perawatan beton pelat dengan cara menyiram dengan air. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
3.4
Kendala yang Dihadapi Proyek
Dalam suatu proyek pasti ada sebuah hambatan atau kendala yang dihadapi, baik dari internal maupun eksternal . Maka dari itu perlu adanya pengendalian proyek agar proyek dapat berjalan dengan lancar. Adapun kendala yang dihadapi proyek Gresik Icon Mall antara lain : 1. Keterlambatan
datangnya
material
sehingga
dapat
menyebabkan
keterlambatan pelaksanaan pekerjan. 2. Banyaknya perubahan dari segi perencanaan dan gambar dari pihak Owner yang menyebabkan banyaknya perubahan yang terjadi dilapangan yang menghambat progress pekerjaan. 3. Beberapa pekerja mudah melalaikan perlengkapan K3 walapun sudah ditegur oleh bagian SHE yang sangat berbahaya jika te rjadi kecelakaan di proyek. Dengan adanya kendala diatas, maka muncul solusi-solusi untuk menanggulangi kendala tersebut. Adapun solusi yang dilakukan antara lain : 1. Dalam proses pemesanan dan pengiriman material yang dilakukan oleh pihak kontraktor seharusnya lebih awal sehingga dapat mengantisipasi keterlambatan pendatangan material. 2. Dibutuhkannya ketepatan perencanaan agar tidak terjadi perubahan yang dapat menghambat progress pekerjaan. 3. Menambah jumlah personil SHE yang dapat mengawasi para pekerja disetiap area dan memberi sanksi kepada pekerja yang melanggar sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 58
3.5
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Ketidak sadaran dan tidak disiplinnya para pekerja menjadi penyebab beberapa pelanggaran dalam penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sehingga terjadi kecelakaan kerja. Pada pelaksanaan pekerjaan di proyek Gresik Icon Mall banyak ditemukan pelanggaran K3 padahal perlengkapan K3 sudah cukup baik di proyek ini. Sebagai contohnya pelanggaran tidak menggunakan APD yaitu body hearnes dalam mengerjakan bekisting di tepi bangunan yang dapat dilihat pada Gambar 3.59. ada juga pekerja yang tidak menggunakan helm pada saat bekerja padahal perlengkapan K3 sudah disediakan oleh pihak SHE yang dapat dilihat pada Gambar 3.60. dan untuk rambu-rambu sudah cukup baik sehingga para pekerja mengetahui batas-batas bangunan dan lubang, yang dapat dilihat pada Gambar 3.61.
Gambar 3.59. Pekerja yang tidak memakai body hearnes saat ditepi bangunan. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Gambar 3.60. Pekerja yang tidak memakai perlengkapan APD. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
59
Gambar 3.61. Tanda bahaya ditepi dan lubang bangunan. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Untuk kegiatan/acara K3 di proyek Gresik Icon Mall yakni senam safety yang biasa dilakukan pada hari Jumat mulai pukul 6.00-selesai yang diikuti para pekerja di proyek ini meliputi semua anggota PT.Wijaya Karya Bangunan Gedung beserta mandor dan tukang, yang dapat dilihat pada Gambar 3.62.
Gambar 3.62. Senam safety di Proyek Gresik Icon Mall. (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
Perlengkapan K3 di Proyek Gresik Icon Mall yang berfungsi sebagai Alat Pelindung Diri (APD) dilihat pada Gambar 3.63.
60
Gambar 3.63. Pemakaian perlengkapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) (Dokumentasi Kerja Praktik, 2016)
61
(Halaman Sengaja Dikosongkan)
62
BAB 4 PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pada proyek Gresik Icon Mall mutu beton yang digunakan adalah f c’ 30 MPa pada area mall untuk kolom, balok, pelat. Adapun dari hasil pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa : 1. Pekerjaan Kolom Proses pelaksanaan pekerjaan kolom mulai dari marking kolom sampai pengecoran dan juga perawatan (curing ) sudah dilaksanakan dengan baik dan proses pengecoran menggunakan bucket yang di bantu Tower Crane dengan mutu beton f c’ 30 MPa. Adapun untuk pembongkaran bekisting bisa dilakukan selama minimal 8 jam setelah pengecoran selesai. Untuk proses perawatan kolom sudah dirawat dengan baik selama minimal 7 hari setelah pengecoran selesai dengan cara menutupi dengan karung basah. 2. Pekerjaan Balok dan Pelat Balok dan pelat ini tidak bisa terpisahkan dalam proses pekerjaan mulai awal sampai akhir. Proses pengecoran balok dan pelat ini menggunakan alat bantu Concrete Pump dan Pompa Kodok, adapun penggunaannya dalam lapangan tergantung dari kondisi di lapangan, bisa memakai Concrete Pump maupun Pompa Kodok dengan mutu beton f c’ 30 MPa untuk area Mall . Tetapi sering mengalami kendala yaitu interval kedatangan truk mixer yang lama dan pipa tremi yang digunakan sempat tersumbat sehingga perlu dibersihkan terlebih dahulu dan mengakibatkan banyak menyita waktu. Sedangkan Pembongkaran bekisting balok dan pelat ditentukan oleh hasil benda uji yang telah di test pada laboratorium independent atau yang disetujui oleh owner/wakil pemberi tugas. Adapun untuk Proyek Gresik Icon Mall terdapat tahapan pembongkaran yaitu 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Sedangkan yang digunakan sesuai RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) adalah 7, 14, 21 hari. Perawatan (curing ) dilakukan
63
minimal selama 7 hari setelah pengecoran selesai dengan cara menyiram dengan air.
4.2
Saran
1. Proses dan metode pelaksanaan setiap pekerjaan sebaiknya diperhatikan dan diawasi dengan baik serta teliti. 2. Beton yang membutuhkan perawatan (curing ) dirawat sebaik mungkin dan pelepasan/pembongkaran harus sesuai dengan umur beton yang ditentukan agar beton menjadi maksimal. 3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perlu diperhatikan dalam setiap pekerja, fungsinya untuk menghindari kecelakan yang tidak di inginkan pada pekerja ( zero accident ). 4. Dalam melakukan pekerjaan, sebaiknya penggunaan alat pelindung diri (APD) perlu diperhatikan lagi karena masih banyak pekerja yang melakukan pelanggaran. 5. Dibutuhkannya ketepatan perencanaan agar tidak terjadi perubahan yang dapat menghambat progress pekerjaan.
64